Anda di halaman 1dari 9

PROSES INDUSTRI KIMIA II

Styrene Butadien Rubber

Dosen Pembimbing :
Windi Zamrudy, B.Tech., M.Pd.

Disusun Oleh :
Azhari Wildan Akhmad (1731410116)
Salsabila Putri Romadhan (1731410149)
Yasinta Octalia Rosly (1731410052)

JURUSAN TEKNIK KIMIA


POLITEKNIK NEGERI MALANG
2019
PENDAHULUAN

1.1. Sejarah Karet Sintetis


Karet sintetis berkembang pesat sejak berakhirnya perang dunia kedua tahun 1945.
Saat ini lebih dari 20 jenis karet sintetis terdapat di pasaran dunia. Sifat-sifat, spesial
karakteristik dan harga karet sangat bervariasi. Pengetahuan tentang keuntungan dan
kekurangan karet sangat membantu dalam pemilihan karet termurah dan cocok dengan
spesifikasi penggunaannya. Sebelum perang dunia kedua, hanya karet alam tersedia dalam
jumlah besar di pasaran dunia. Dengan berkembangnya kebutuhan manusia seiiring dengan
berkembangnya pengetahuan, sangat dirasakan keterbatasan dari karet alam, antara lain
tidak tahan pada suhu tinggi. Pengembangan karet sintetis sesudah perang dunia kedua lebih
banyak ditujukan untuk memperoleh karet yang sifat-sifatnya tidak dimiliki oleh karet alam,
antara lain karet tahan minyak, karet tahan panas, dll.

1.2. Karet Alam dan Karet Sintetis


Pada dasarnya karet bisa berasal dari alam yaitu dari getah pohon karet (atau
dikenal dengan istilah latex), maupun produksi manusia (sintetis). Saat pohon karet dilukai,
maka getah yang dihasilkan akan jauh lebih banyak. Sumber utama getah karet adalah
pohon karet Hevea Brasiliensis (Euphorbiaceae) yang senyawa utamanya poli-cis-isoprena
yang mengandung jejak kotoran seperti protein, kotoran dll. Meskipun bersifat sangat baik
dalam hal kinerja mekanik, namun karet alam sering kalah dengan karet sintetis tertentu,
terutama yang berkaitan dengan stabilitas termal dan kompatibilitas dengan produk minyak
bumi.
Karet sintetis dibuat dengan polimerisasi berbagai berbasis minyak bumi ynag
dalam bentuk awal berupa monomer. Jenis karet sintetis yang paling umum adalah Stirena-
Butadiena (SBR) yang berasal dari kopolimerisasi Stirena dan 1,3 Butadiena. Karet sintetis
lainnya dibuat dari Isoprena (2 methil & 1,3 Butadiena).Monomer ini dapat dicampur
dalam berbagai proporsi untuk di kopolimerisasikan guna menghasilkan produk dengan
berbagai sifat fisik, mekanik, dan kimia. Monomer dapat diproduksi murni, penambahan
additif dapat dikontrol guna memberikan sifat yang optimal.
PEMBAHSAN

2.1. Bahan Baku Karet Sintetis


Karet alam hanya dihasilkan oleh negara-negara beriklim tropis, sehingga
produksinya tidak dapat memenuhi kebutuhan karet dunia. Hal ini mendorong negaranegara
Barat untuk melakukan serangkaian penelitian dan produksi karet sintetik. Karet sintetik
pertama dibuat di Jerman disaat Perang Dunia I, yaitu polidimetil butadiena (karet metil).
Produksi karet ini terhenti saat PD I selesai. Komersialisasi karet sintetik dilakukan dalam
tahun 1926, juga di Jerman, dengan nama Buna. Karet buna dibuat dengan cara polimerisasi
butadiena dengan menggunakan natrium sebagai pencepat (accelerator). Sejak saat itu
produksi karet sintetik berkembang pesat, dan dewasa ini karet sintetik memenuhi sebanyak
dua pertiga daripada kebutuhan karet dunia.
Karet sintetis, atau polimer, merupakan jenis elastomer buatan yang dihasilkan
melalui sintesis dari produk sampingan minyak bumi. Elastomer sendiri adalah bahan
dengan mekanik (materi) properti yang dapat mengalami deformasi (pembentukan kembali)
jauh lebih elastis di bawah tekanan dari sebagian besar bahan dan masih bisa kembali ke
ukuran sebelumnya tanpa deformasi permanen.
Karet sintetis yang paling banyak digunakan adalah styrene-butadiene rubber
(SBR). Elastomer lain yang sering digunakan dalam pembuatan karet sintetis adalah
polybutadiene, polyethylene-propylene, karet butil, neoprene, karet nitril, dan polyisoprene.

2.2. Sifat Karet Sintetis


Karet sintetis memiliki sifat dan karakteristik yang bermacam-macam sesuai dengan
elastomer penyusunnya. Misalnya pada NBR (Nitril Butadiene Rubber) dan EPDM
(Ethylene Propylene Diene Monomer), sifat tersebut antara lain:
a. Tahan terhadap pelarut, oli dan bahan bakar karena memiliki gugus siano nitril
(C ≡ N ) .
b. Memiliki struktur rantai molekul yang tidak teratur.
c. Tidak akan terbentuk kristalin saat diregang.
d. Tahan lama.
e. Stabil pada suhu tinggi ataupun rendah.
f. Daya tahan yang bagus terhadap uap dan air.
g. Sangat tahan terhadap cuaca, ozon, oksigen, berbagai bahan kimia.
h. Tidak boleh dipakai jika terjadi kontak terus-menerus dengan produk yang
mengandung petroleum.
i. Mempunyai sifat tahan listrik yang baik dan stabil terhadap radiasi.
2.3. Kegunaan dan Spesifikasi Produk Karet Sintetis
Umumnya karet sintetik diklasifikasikan kedalam 2(dua) kelompok utama,yaitu :
1. Kegunaan Umum
Karet jenis ini sebanyak 60 persen untuk keperluan pembuatan ban pneumatik.
Contoh: karet SBR (Styrene Butadiene Rubber), BR (Butadiene Rubber), IR
(Isoprene Rubber) atau PolyIsoprene Rubber.

2. Kegunaan Khusus
Karet jenis ini untuk keperluan pembuatan produk-produk karet yang tahan
terhadap aksi bahan kimia. Contoh : karet-karet IIR, CR (Chloroprene Rubber /
Neoprene), NBR (Nitrile Butadiene Rubber), EPR (Ethylene Propylene Rubber)

a. Kegunaan Umum
SBR (Styrene Butadiene Rubber) merupakan jenis karet yang paling banyak
diproduksi dan dipergunakan. memiliki ketahanan abrasi, tahan panas, dan elastisitas
rendah, namun bila tidak ditambahkan bahan penguat, maka kekuatannya lebih
rendah dibandingkan dengan Vulkanisir Karet Alam.

Gambar 1. SBR (Styrene Butadiene Rubber)

2.4. Proses Pembuatan Karet Sintetis


a. Polimerization
Polimerisasi ialah merupakan proses awal dari pembuatan karet sintetik, pada
tahap ini ada tiga motode yang digunakan yaitu emulsion, microemulsion, and
suspension polymerization. Proses ini dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar
sekelas Du Pont, Dow, GE, Ausimont, Daikin and Dyneon.

b. Isolation
Pada tahap ini, backbone polymers diisolasi, dikeringkan, dan dibersihkan.
Setelah tahap ini, maka polimer tersebut sudah siap untuk diolah oleh compounder.

c. Compounding (mixing)
Tahap ini merupakan tahap yang paling penting dalam menentukan sifat – sifat
tambahan dari suatu polimer/karet. Karena pada tahap inilah compounder meracik
resepnya untuk menghasilkan bahan baku yang sesuai keinginannya/pesanan.
Pengalaman dan pengetahuan compounder pada tahap ini sangat krusial untuk
menghasilkan material yang berkualitas.

d. Extrusion/Forming/Premolding
Setelah selesai di mixing, maka material yang masih berbentuk lembaran
dibentuk lagi menyerupai produk akhir supaya dapat dengan mudah diproses pada
molding nantinya. misalnya untuk O-Ring, material tersebut dibentuk menyerupai
kabel panjang.

e. Molding
Proses inilah yang menentukan akan berbentuk seperti apakah produk akhir.
dengan kombinasi panas dan tekanan yang sesuai, maka akan didapat produk akhir
yang sempurna.

f. Flash Removal
Setelah dari proses molding, biasanya pada produk masih terdapat sisa-sisa
material yang menempel, pada tahap ini sisa-sisa tersebut dipisahkan sehingga
didapat produk akhir yang sesusai dengan cetakan.

g. Post Curing
Terkadang pada tahap molding tidak semua proses kimia dapat terjadi dengan
sempurna, sehingga untuk menghabiskan sisa-sisanya dilakukan proses curing.

h. Finishing & Inspection


Setelah selesai diproses, maka produk akhir hendaknya dibersihkan dan
dilakukan pengetesan apakah sudah sesuai dengan harapan atau tidak.

i. Cleaning
Semua proses telah selesai dan produk akhir yang didapat telah sempurna,
maka produk tersebut dicuci bersih dari kotoran-kotoran yang mungkin menempel
pada proses produksi sebelumnya.

j. Packaging
Setelah produk akhir sudah bersih, dan siap untuk dikirim/disimpan. sebaiknya
dimasukan kemasan agar tidak terkontaminasi dari lingkungan luar.
2.5. Blok Diagram
a. Gambar

Gambar 6. Gambar proses pembuatan karet sintetis

b. Diagram Blok

Polymerization Isolation Compounding

Flash Removal Molding Extrusion

Post Curing Finishing & Cleaning


Inspection

Packaging

Gambar 7. Diagram blok proses pembuatan karet sintetis


2.6. Flow Sheet Proses Pembuatan Karet Sintetis (SBR)

Gambar 8. Flowsheet pembuatan SBR

Tabel 1. Identifikasi Bahaya dan Risiko pada Proses Persiapan dan Penggilingan Karet menjadi
Lembaran Karet

No Urutan aktivitas Risiko Bahaya Pengendalian


.
1. Memotong bahan - Luka akibat pisau - fisik - Tidak ada
baku karet menjadi - Gangguan pernafasan dari - kimia - Menggunakan
lebih kecil debu dari karet masker
2. Menimbang bahan - Penyakit akibat bahan - Kimia - Tidak ada
baku kimia kimia
- Cedera akibat terpeleset - Fisik - Menggunakan
sepatu safety
- Nyeri dan pegal akibat - Ergonomi - Tidak ada
kelelahan
- Penyakit akibat tertelan - Kimia - Menggunakan
bahan kimia masker
3. Membawa potongan - Cedera akibat terpeleset - Fisik - Menggunakan
karet dan bahan kimia - Nyeri dan pegal akibat sepatu safety
dari tempat kelelahan - Ergonom - Tidak ada
penimbangan ke - Penyakit akibat tertelan i
mesin penggiling bahan kimia - Menggunakan
- Kimia masker
4. Memasukan bahan - Nyeri dan pegal karena - Ergonomi - Tidak ada
baku kedalam mesin kelelahan
penggiling dan - Penyakit akibat tarhirup - Kimia - Menggunakan
melakukan proses bahan kimia masker
penggilingan - Luka bakan akibat kontak - Fisik - Menggunakan
dengan mesin panas sarung tangan
- Penyakit akibat tertelan - Kimia - Menggunakan
bahan kimia masker
- Penyakit akibat terhirup - Kimia - Menggunakan
uap karet masker
- Kebakan akibat oli yang - Fisik - Memanfaatkan
tercecer terkena percikan drum oli
api
- Cedera akibat terpeleset - Menggunakan
- Fisik
sepatu safety
- Kebakaran akibat cerobong - Tidak ada
- Fisik
mesin panas terkena atap
kayu

5. Memindahkan - Cedera akibat terjatuh - Fisik - Tidak ada


lembaran karet yang - Penyakit akibat terhidup - Kimia - Menggunakan
telah tercampur uap karet masker
kemeja - Penyakit akibat terhirup - Kimia - Menggunakan
bahan kmia masker

6. Membuang kotoran - Luka akibat tertusuk - Fisik - Tidak ada


pada lembaran karet pembuang kotoran
(bladha) - Penyakit akibat terhirup - Kimia - Menggunakan
uap karet masker
- Penyakit akibat terhirup - Kimia - Menggunakan
bahan kimia masker

7. Penggilingan kembali - Penyakita akibat terhirup - Kimia - Menggunakan


untuk menipiska karet bahan kimia masker
sesuai permintaan - Luka bakar akibat kontak - Kimia - Menggunakan
pelanggan dengan mesin panas sarung tangan
- Penyakit akibat terhirup - Kimia - Menggunakan
uap karet masker
- Kebakaran akibat oli
tercecer terkena percikan
api - Kimia - Menggunakan
- Kebakaran akibat cerobong drum oli
mesin panas terkena atap
kayu - Kimia - Tidak ada

8. Memotong lembaran - Luka akibat tersayat pisau - Fisik - Tidak ada


karet sesuai ukuran

9. Pemindahan lembaran - Cedera akibat terpeleset - Fisik - Menggunakan


karet dari meja ke sepatu safety
tempat penyimpanan
sementara

Anda mungkin juga menyukai