Presentasi Sosiologi Industri Kelompok 10 PDF
Presentasi Sosiologi Industri Kelompok 10 PDF
Kelompok 10
Disusun Oleh:
Alvira Niryana Ravila 10417006
Christopher Chandra 10515071
Ahmad Noufal S 12114066
Thareq M Yusuf H A 13516004
Abner Adhiwijna 13516033
Harry Setiawan Hamjaya 13516079
Muhammad Nuril Fahmi 13615011
Taufiqurrahman 19016094
Agisti Handayani M 19016188
Azka Ulfatunnisa 19216040
Outline Presentasi
Definisi
Makanan Jajanan Kesehatan
Das
a. pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan obat
dan makanan
b. pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan obat dan makanan
Sollen
c. koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BPOM
d. Pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap kegiatan
instansi pemerintah dan masyarakat di bidang pengawasan obat dan
makanan
e. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang
perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tatalaksana,
kepegawaian, keuangan, kearsipan, hukum, perlengkapan, dan rumah
tangga.
1.1 Latar Belakang
Pada keadaan saat ini, terdapat banyak kasus
mengenai makanan jajanan anak sekolah. Hal ini
Sein
artikel dari detik.com, salah satu contoh adalah
terjadinya keracunan makanan di SD Pelita pada
Januari kemarin menunjukkan bahwa jajanan
yang terdapat di sekolah tidak terjamin
kebersihannya. 35 orang anak Sekolah Dasar
(SD) mengalami muntah-muntah setelah
memakan jajanan berupa kue cubit dan basreng.
1. Penggunaan zat kimia berbahaya masih
marak digunakan pada jajanan anak
1.2 Identifikasi 2.
sekolahan
Pengawasan standar kebersihan terhadap
Masalah 3.
jajanan anak sekolahan masih kurang
Masyarakat kekurangan informasi tentang
standar kebersihan jajanan anak sekolahan
1. Apa tindakan yang telah dilakukan oleh
BPOM dalam pengawasan jajanan anak
sekolah?
2. Mengapa masih terdapat jajanan anak 1.3 Rumusan
sekolah yang tidak aman untuk dikonsumsi?
3. Bagaimana pengaruh upaya-upaya BPOM Masalah
terhadap perilaku para penjual jajanan anak
sekolah?
1. Mengetahui tindakan yang telah
dilakukan oleh BPOM dalam
pengawasan jajanan anak sekolah.
1.4 Tujuan
2. Mengetahui penyebab adanya
jajanan anak sekolah yang tidak
Penelitian
aman untuk dikonsumsi.
3. Mengetahui perubahan tindakan
penjual setelah tindakan-tindakan
yang telah dilakukan BPOM.
1. Agar dapat mengetahui tindakan
yang telah dilakukan BPOM dalam
mengawasi jajanan anak sekolah.
2. Memberi pengetahuan kepada
1.5 Manfaat
Penelitian
masyarakat luas mengenai makanan
yang aman untuk dikonsumsi.
3. Mengetahui pengaruh
tindakan-tindakan BPOM terhadap
perilaku penjual.
Dasar Teori
Rumusan Masalah 1 (Teori 1)
Apa tindakan yang telah dilakukan oleh BPOM dalam pengawasan jajanan anak sekolah?
Teori Pengawasan
Menurut George R. Terry (2006) mengartikan pengawasan sebagai mendeterminasi apa yang telah
dilaksanakan, artinya mengevaluasi prestasi kerja dan apabila perlu, dengan menerapkan
tindakan-tindakan korektif sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Rumusan Masalah 1 (Teori 2)
Apa tindakan yang telah dilakukan oleh BPOM dalam pengawasan jajanan anak sekolah?
Teori Fungsi
Teori ini dikemukakan oleh Emile Durkheim. Keseragaman dalam kesadaran moral semua anggota masyarakat tidak
dimungkinkan karena setiap individu berbeda dengan satu sama lain. Perbedaan-perbedaan itu antara lain dipengaruhi oleh
faktor lingkungan, fisik, dan keturunan. Oleh karena itu, dalam suatu masyarakat, orang yang berwatak jahat selalu ada, dan
kejahatan pun juga akan selalu ada. Durkheim juga berpandangan bahwa kejahatan perlu bagi suatu masyarakat, karena
dengan adanya kejahatan, moralitas dan hukum dapat berkembang secara normal.
Rumusan Masalah 2 (Teori 2)
Mengapa masih terdapat jajanan anak sekolah yang tidak aman untuk dikonsumsi?
Teori Konflik
Teori konflik yang dikemukakan Karl Marx. Teori konflik memandang bahwa perubahan sosial tidak terjadi
melalui proses penyesuaian nilai-nilai yang membawa perubahan, tetapi terjadi akibat adanya konflik yang
menghasilkan kompromi-kompromi yang berbeda dengan kondisi semula.
Metodologi Penelitian:
Kualitatif
Rincian Kegiatan
Metode yang kami gunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yakni wawancara. Metode ini
bersifat deskriptif dan menggunakan analisis terkait fenomena alamiah yang terjadi di lapangan
berdasarkan keterangan narasumber.
Teori Tujuan Pengawasan i. Apa saja kegiatan pengawasan I. Bentuk pengawasan yang dilakukan
BPOM yaitu program mobil keliling
yang telah dilakukan oleh dan melakukan uji sampel ditempat
Menurut Drs. Brantas, M.pd. dalam menggunakan rapid test kit. Hasil dari
BPOM? uji sampel akan disosialisasikan kepada
buku Dasar-dasar Manajemen, tujuan sekolah. Tetapi untuk tindak lanjutnya
ii. Apa saja tindakan perbaikan diserahkan kepada sekolah itu sendiri
dari pengawasan adalah melakukan
yang telah dilakukan oleh dan dinas kesehatan yang lebih
tindakan perbaikan, jika terdapat berwenang. Selain itu, BPOM
BPOM? memberikan penyuluhan ke anak-anak,
penyimpangan-penyimpangan. Hal ini guru-guru, penjual, dan orang tua.
iii. Apa saja penyimpangan yang II. BPOM membuat program yaitu
dilakukan agar proses pelaksanaan membentuk tim keamanan pangan
terjadi pada penjualan jajanan sekolah yang bertugas untuk
dilakukan sesuai dengan mengurusi makanan yang ada di
anak sekolah? kantin. Lalu membuat sistem
ketentuan-ketentuan dari rencana, manajemen keamanan pangan sekolah.
sehingga tujuan yang dihasilkan sesuai Dalam program tersebut BPOM
menggandeng dinas kesehatan supaya
dengan rencananya dengan sinergi dengan program UKS.
III. Penyimpangan yang terjadi tidak perlu
menghentikan atau meniadakan dilaporkan ke BPOM tetapi dilaporkan
ke puskesmas. Dari puskesmas
kesalahan, penyimpangan, dilaporkan ke dinas kesehatan. Masih
terdapat penjual yang menggunakan
penyelewengan, pemborosan, bahan berbahaya.
hambatan dan ketidakadilan.
Dasar Teori Pedoman Wawancara Hasil Wawancara
dimungkinkan karena setiap individu ada tindakan BPOM? minuman sehingga tidak layak
konsumsi. Praktik tersebut
berbeda dengan satu sama lain.
dilakukan sejak dahulu karena
Perbedaan-perbedaan itu antara lain diyakini untuk memaksimalkan
dipengaruhi oleh faktor lingkungan, fisik, keuntungan dan juga mencegah
dan keturunan. Oleh karena itu, dalam makanan tersebut menjadi busuk
suatu masyarakat, orang yang berwatak di kemudian hari.
jahat selalu ada, dan kejahatan pun juga
akan selalu ada. Durkheim juga
berpandangan bahwa kejahatan perlu bagi
suatu masyarakat, karena dengan adanya
kejahatan, moralitas dan hukum dapat
berkembang secara normal.
Dasar Teori Pedoman Wawancara Hasil Wawancara
Teori Mind, Self and Society i. Bagaimana perkembangan Pada hal pemeriksaan BPOM, 4
para penjual setelah interaksi dari 8 pedagang belum pernah
Teori “Mind, Self and Society” yang merasa diperiksa, 3 dari 8
dengan BPOM?
dikemukakan oleh George Herbert pedagang hanya ditanya oleh
pembeli dan 1 dari 8 pedagang
Mead menyatakan bahwa manusia lahir pernah ditanya oleh BPOM.
belum sebagai “diri”. Manusia Pedagang yang pernah
berkembang setelah melakukan berinteraksi dengan BPOM pun
mengaku tidak ada perkembangan
interaksi dengan orang lain
setelah adanya pemeriksaan dan
dilingkungan sekitarnya. Proses pengawasan BPOM. BPOM
perkembangan manusia tersebut akan hanya melaporkan sampel
dagangan yang diteliti kepada
sejalan dengan lingkungannya.
pihak sekolah.
Dasar Teori Pedoman Wawancara Hasil Wawancara
Ini sesuai dengan hasil penelitian, bahwa beberapa penjual bahkan tidak mengetahui
peraturan yang ada, kurangnya kontrol sosial ini membuat para penjual/pedagang
melakukan tindakan nakal seperti penambahan pewarna buatan, dll agar makanan
yang mereka buat itu awet, sehingga makanan yang dikonsumsi oleh anak sekolah
tidak aman di konsumsi.
Analisis Rumusan Masalah 3
Tindakan dari BPOM seharusnya menciptakan dampak yang besar namun karena
para pedagang yang kami wawancarai mengaku tidak pernah mendapatkan
pengawasan makanan dari pihak BPOM sehingga efek takut dan jera tidak terjadi
dalam diri pedagang-pedagang ini.
Hal ini tidak sesuai dengan teori relatif atau teori tujuan (doel theorien) yang
menyatakan pidana dijatuhkan bukan “quia peccatum est” (karena orang
membuat kejahatan) 44 Muladi dan Barda Nawawi Arief, Op.cit, hlm 11 46
melainkan “ne peccetur” (supaya orang jangan melakukan kejahatan)
Simpulan dan Saran
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah kami lakukan, terdapat beberapa simpulan sebagai berikut :
1. BPOM telah melakukan pengawasan dengan baik berdasarkan pasal 2 Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun
2017 tentang Badan Pengawas Obat dan Makanan.
2. Terdapat beberapa jajanan yang tidak aman untuk dikonsumsi karena menggunakan bahan pangan olahan
yang berbahaya, tidak semua jajanan termasuk dalam tugas pengawasan BPOM hanya beberapa makanan
olahan yang tahan di atas tujuh hari
3. BPOM telah mengeluarkan Pedoman Pangan Jajanan Anak Sekolah, namun tidak dilaksanakan dengan baik
oleh pihak pedagang jajanan sekolah
4. Diperlukan kajian lebih lanjut mengenai rantai pemasok bahan pangan olahan, untuk dapat memastikan bahan
pangan olahan serta bahan pangan tambahan yang digunakan pedagang di sekolah adalah bahan yang
dinyatakan aman.
Saran
Melihat fenomena jajanan sekolah yang dikonsumsi oleh anak-anak, kami memiliki beberapa saran kepada
berbagai pihak agar kedepannya semua jajanan sekolah dapat dikonsumsi dengan aman, yaitu :
1. BPOM melakukan sosialisasi serta pengawasan kepada pedagang-pedagang di sekolah dan sekitarnya
mengenai jajanan yang aman konsumsi.
2. Pihak penjual jajanan sekolah harus berupaya memilih bahan pangan yang memang terdaftar di
BPOM.
3. Pihak sekolah harus bertindak tegas dalam pengawasan di dalam sekolah pada jajanan anak sekolah.
4. Orang tua murid harus mengawasi serta memberikan pengertian tentang jajanan yang dapat
dikonsumsi dengan aman.
Daftar Pustaka
https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-3925563/30-siswa-sd-dan-7-orang-guru-di-bandung-keracuna
n-makanan
https://regional.kompas.com/read/2018/01/11/23492381/diduga-keracunan-jajanan-sekolah-35-siswa-sd
-di-bandung-muntah-muntah
TERIMA KASIH!