Pembimbing : dr.
Disusun oleh Kelompok 2
Andi Ishmah Faza 11020170056
Andi Safa Fauziah 11020170062
A. Ayu pratiwi Nz 11020170076
Aulia Putri Salsabila B 11020170090
Putri Saskia Aulyah 11020170093
Tri Dini Harianti 11020170116
Wulan Apriliantisyah 11020170131
Vellya Dwi Damayanti 11020170137
Annisa Putri Shafira 11020170147
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan atas limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-
Nya sehingga laporan hasil TUTORIAL modul 4 pada skenario “Vaskular” dari
kelompok 2 ini dapat terselesaikan dengan baik. Dan tak lupa kami kirimkan
salam dan shalawat kepada nabi junjungan kita yakni Nabi Muhammad SAW.
Yang telah membawa kita dari alam yang penuh kebodohan ke alam yang penuh
kepintaran.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada setiap pihak yang telah
membantu dalam pembuatan laporan ini dan yang telah membantu selama masa
TUTORIAL khususnya kepada beberapa tutor sekaligus pembimbing kami yang
telah membantu selama proses PBL berlangsung. Dan kami juga mengucapkan
permohonan maaf kepada setiap pihak jika dalam proses PBL telah berbuat salah
baik disengaja maupun tidak disengaja.
Semoga Laporan hasil TUTORIAL ini dapat bermanfaat bagi setiap pihak
yang telah membaca laporan ini dan khususnya bagi tim penyusun sendiri.
Diharapkan setelah membaca laporan ini dapat memperluas pengetahuan pembaca
mengenai Kardiovaskular
Kelompok 2
MODUL 4
VASKULAR
SKENARIO 3
Seorang laki-laki berusia 42 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan
bengkak pada kaki kiri disertai kemerahan memberat 1 hari terakhir. Pasien sering
merasakan kram dan kadang seperti rasa baal dan disertai nyeri. Riwayat
pekerjaan pasien adalah seorang supir ekspedisi antar provinsi.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 92x/
menit, pernapasan 20x/ menit, suhu: 36°C. Pada pemeriksaan ekstremitas
ditemukan kemerahan setinggi 1/3 proksimal tibia dengan eritema disertai pitting
edema. Pulsasi arteri poplitea normal.
KATA SULIT
-
KATA KUNCI
1. Laki-laki berusia 42 tahun
2. Bengkak kaki kiri dan kemerahan
3. Memberat 4 hari lalu
4. Sering kram
5. Riwayat pekerjaan seorang supir ekspedisi antar provinsi
6. Pemfis: TD = 120/80 mmHg, pernapasan 20x/ menit, nadi 92x/ menit,
suhu 36,8°C
7. Ekstremitas kemerahan setinggi 1/3 proximal tibia dengan eritema
8. Ditemukan pitting edema
9. Pulsasi arteri poplitea normal
PERTANYAAN
1. Jelaskan perbedaan gangguan vaskularisasi pada arteri dan vena!
2. Jelaskan patofisiologi edema!
3. Apakah yang menyebabkan kaki bengkak dan apakah hubungan kaki
bengkak dengan riwayat pekerjaan pasien?
4. Jelaskan hubungan antar gejala yang dialami oleh pasien terkait
scenario di atas!
5. Jelaskan langkah – langkah diagnosis terkait skenario!
6. Jelaskan diagnosa banding terkait skenario!
7. Jelaskan komplikasi terkait scenario!
8. Tuliskan perspektif islam terkait skenario!
PEMBAHASAN
1. Arteri dan vena memiliki fungsi yang sama pentingnya yaitu mengangkut
darah antara kapiler dan jantung. Kelainan pada pembuluh darah dapat
menyebabkan beberapa penyakit yang umum dan mematikan. Meskipun secara
signifikan sebagian besar klinis penyakit vaskular disebabkan oleh lesi arteri,
gangguan vena juga dapat menyebabkan kegawatan. Kelainan pada pembuluh
darah tersebut berkembang melalui dua mekanisme utama yaitu
penyempitan/penyumbatan lumen pembuluh darah yang terjadi secara progresif
(aterosklerosis) atau akut (trombosis atau emboli) dan melemahnya dinding
pembuluh darah yang dapat mengakibatkan pelebaran dan/atau pecahnya
dinding pembuluh darah tersebut.
Trombus adalah bekuan abnormal dalam pembuluh darah yang terbentuk
walaupun tidak ada kebocoran yang dapat terjadi pada vena, arteri dan
menyebabkan komplikasi akibat obstruksi atau emboli. Pathogenesis terjadinya
thrombus adalah dalam keadaan normal, darah yang bersirkulasi berada dalam
keadaan cair, tetapi akan membentuk bekuan jika teraktivasi atau terpapar dengan
suatu permukaan. Terdiri dari: 1.Gangguan pada aliran darah yang mengakibatkan
stasis, 2.Gangguan pada keseimbangan prokoagulan dan antikoagulan yang
menyebabkan aktivasi faktor pembekuan, dan. Gangguan pada dinding pembuluh
darah (endotel) yang menyebabkan prokoagulan.
Trombus terdiri dari fibrin dan sel-sel darah. Trombus arteri, karena aliran
yang cepat, terdiri dari trombosit yang diikat oleh fibrin yang tipis, sedangkan
trombus vena terutama terbentuk di daerah stasis dan terdiri dari eritrosit dengan
fibrin dalam jumlah yang besar dan sedikit trombosit.
Arteri
Gangguan vaskularisasi pada aerteri dapat berupa trombosis arteri
yaitu pembekuan darah di dalam pembuluh darah arteri terutama sering
terbentuk pada sekitar orifisium cabang arteri dan bifurkasio arteri.
Penyebabnya sebagian besar yaitu karena adanya kelainan jantung seperti
kelainan katup, infark jantung, fibrilasi atrium dan lain-lain. Dapat pula
karena aneurisma aorta, bila trombusnya lepas dan bergerak ke lokasi
terjadinya trombosis. Trombus yang bergerak ini disebut embolus. Ada 3
hal yang berpengaruh dalam pembentukan trombus ini (trias Virchow):
1. Kondisi dinding pembuluh darah (endotel)
2. Aliran darah yang melambat/statis
3. Komponen yang terdapat dalam darah sendiri berupa peningkatan
koagulabilitas
Gejala klinis yang ditimbulkan sangat bervariasi dari yang ringan sampai
yang berat, antara lain:
1. Nyeri pada daerah yang bersangkutan, biasanya pada daerah
ekstremitas dan nadi tidak dapat diraba
2. Mati rasa
3. Kelemahan otot
4. Rasa seperti ditusuk-tusuk
Vena
Trombosis vena adalah pembekuan darah di dalam pembuluh darah
vena terutama pada tungkai bawah. Penyebabnya akibat aliran darah
menjadi lambat atau terjadinya statis aliran darah, sedangkan kelainan
endotel pembuluh darah jarang merupakan faktor penyebab.
Referensi: Aru W. Sudoyo, dkk. TrombosisDalam: Buku Ajar IlmuPenyakitDalam. Jilid II.
Edisi 5. Jakarta: BalaiPenerbit FK UI. 2007. Halaman: 1354.
Referensi: Chapter I. Edema Tungkai.. Kumar, Vinay. Robbins &Cotran Pathologic Basis
of Disease.Elsevier. ISBN 978-0721601878
5. Langkah-Langkah Diagnosis
Referensi : Wijaya, Wimardy Leonard and Arifin, Johan (2013) Pengaruh Pemberian
Heparin Subkutan Sebagai Profilaksis Trombosis Vena Dalam (TVD) Terhadap Jumlah
Trombosit Pada Pasien Sakit Kritis di ICU RSUP DR Kariad.
6. Diagnosis Banding
b. Epidemiologi
Insiden DVT di Amerika Serikat adalah 159 per 100 ribu atau
sekitar 398 ribu per tahun. Tingkat fatalitas TVD yang sebagian besar
diakibatkan oleh emboli pulmonal sebesar 1% pada pasien muda hingga
10% pada pasien yang lebih tua. Tanpa profilaksis, insidensi TVD yang
diperoleh di rumah sakit adalah 10- 40% pada pasien medikal dan surgikal
dan 40-60% pada operasi ortopedik mayor. Dari sekitar 7 juta pasien yang
selesai dirawat di 944 rumah sakit di Amerika, tromboemboli vena adalah
komplikasi medis kedua terbanyak, penyebab peningkatan lama rawatan,
dan penyebab kematian ketiga terbanyak.
c. Patogenesis
Dalam keadaan normal, darah yang bersirkulasi berada dalam keadaan
cair, tetapi akan membentuk bekuan jika teraktivasi atau terpapar dengan
suatu permukaan. Virchow mengungkapkan suatu triad yang merupakan
dasar terbentuknya trombus. Hal ini dikenal sebagai Triad Virchow. Triad
ini terdiri dari:
1. Gangguan pada aliran darah yang mengakibatkan stasis
2.Gangguan pada keseimbangan prokoagulan dan antikoagulan yang
menyebabkan aktivasi faktor pembekuan
3. Gangguan pada dinding pembuluh darah (endotel) yang menyebabkan
prokoagulan. Trombosis terjadi jika keseimbangan antara faktor
trombogenik dan mekanisme protektif terganggu. Faktor trombogenik
meliputi: Gangguan sel endotel, terpaparnya subendotel akibat hilangnya
sel endotel, aktivasi trombosit atau interaksinya dengan kolagen
subendotel atau faktor von Willebrand, aktivasi koagulasi, terganggunya
fibrinolisis, statis
d. Faktor Resiko
Faktor-faktor resiko dari TVD adalah sebagai berikut
1. Duduk dalam waktu yang terlalu lama, seperti saat mengemudi atau
sedang naik pesawat terbang. Ketika kaki kita berada dalam posisi diam
untuk waktu yang cukup lama, oto totot kaki kita tidak berkontraksi
sehingga mekanisme pompa otot tidak berjalan dengan baik.
2. Memiliki riwayat gangguan penggumpalan darah. Ada beberapa orang
yang memiliki faktor genetic yang menyebabkan darah dapat menggumpal
dengan mudah.
3. Bed Rest dalam keadaan lama, misalnya rawat inap di rumah sakit
dalam waktu lama atau dalam kondisi paralisis.
4. Cedera atau pembedahan
Cedera terhadap pembuluh darah vena atau pembedahan dapat
memperlambat aliran darah dan meningkatkan resiko terbentuknya
gumpalan darah. Penggunaan anestesia selama pembedahan
mengakibatkan pembuluh vena mengalami dilatasi sehingga
meningkatkan resiko terkumpulnya darah dan terbentuk trombus.
5. Kehamilan
Kehamilan menyebabkan peningkatan tekanan di dalam pembuluh
vena daerah kaki dan pelvis. Wanita-wanita yang memiliki riwayat
keturunan gangguan penjendalan darah memiliki resiko terbentuknya
trombus.
6. Kanker
Beberapa penyakit kanker dapat meningkatkan resiko terjadinya
trombus dan beberapa pengelolaan kanker juga meningkatkan resiko
terbentuknya trombus
7. Inflamatory bowel sydnrome
8. Gagal jantung
Penderita gagal jantung juga memiliki resiko TVD yang meningkat
dikarenakan darah tidak terpompa secara efektif seperti jantung yang
normal
9. Pil KB dan terapi pengganti hormon
10. Pacemaker dan kateter di dalam vena
11. Memiliki riwayat TVD atau emboli pulmonal
12. Memiliki berat badan yang berlebih atau obesitas
13. Merokok
14. Usia tua (di atas 60 tahun)
15. Memiliki tinggi badan yang tinggi.
b. Diagnosis
Anamnesis dan pemeriksaan fisik merupakan hal yang sangat penting
dalam pendekatan pasien dengan dugaan trombosis.Keluhan utama
pasien dengan TVD adalah kaki yang bengkak dan nyeri. Riwayat
penyakit sebelumnya merupakan hal penting karena dapat diketahui
faktor resiko dan riwayat trombosis sebelumnya.Adanya riwayat
trombosis dalam keluarga juga merupakan hal penting. Pada
pemeriksaan fisis, tanda-tanda klinis yang klasik tidak selalu
ditemukan.Gambaran klasik TVD adalah edema tungkai unilateral,
eritema, hangat, nyeri, dapat diraba pembuluh darah superfisial, dan
tanda Homan yang positif (sakit di calf atau di belakang lutut saat
dalam posisi dorsoflexi). Pada pemeriksaan laboratorium hemostasis
didapatkan peningkatan D-Dimer dan penurunan
antitrombin.Peningkatan D-Dimer merupakan indikator adanya
trombosis yang aktif.Pemeriksaan ini sensitif tetapi tidak spesifik dan
sebenarnya lebih berperan untuk meningkirkan adanya trombosis jika
hasilnya negatif. Pemeriksaan ini memiliki sensitivitas 93%, spesivitas
77% dan nilai prediksi negatif 98% pada TVD proksimal, sedangkan
pada TVD daerah betis sensitifitasnya 70%. Pemeriksaan radiologis
merupakan pemeriksaan yang penting untuk mendiagnosis trombosis.
Pada DVT, pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah
venografi/flebografi, ultrasonografi (USG) Doppler (duplex scanning),
USG kompresi, Venous Impedance Plethysmography (IPG) dan MRI.
Ketepatan pemeriksaan ultrasonografi Doppler pada pasien dengan
TVD proksimal yang simptomatik adalah 94% dibandingkan dengan
venografi, sedangkan pada pasien dengan TVD pada betis dan
asimptomatik, ketepatannya rendah. Ultrasonografi kompresi
mempunyai sensitivitas 89% dan spesivitas 97% pada TVD di daerah
betis.
a. Definisi
Insufisiensi Vena Kronik adalah kondisi dimana pembuluh darah tidak
dapat memompa oksigen dengan cukup (poor blood) kembali ke jantung
yang ditandai dengan nyeri dan pembengkakan pada tungkai. IVK paling
sering disebabkan oleh perubahan primer pada dinding vena serta katup-
katupnya dan perubahan sekunder disebabkan oleh thrombus sebelumnya
dan kemudian mengakibatkan reflux, obstruksi atau keduanya.
c. Patofisiologi
d. Manifestasi klinis
Gejala Insufisiensi vena kronik dapat meliputi :
Bengkak di kaki atau pergelangan kaki
Kaki terasa berat atau pegal, panas dan gatal
Nyeri saat berjalan yang berhenti saat istirahat
Perubahan warna kulit
Varises
Ulkus kaki
e. Pemeriksaan penunjang
Duplex Doppler ultrasonography
Jenis prosedur USG yang dilakukan untuk menilai pembuluh
darah, aliran darah serta struktur vena-vena kaki.
Venogram
Dilakukan dengan menggunakan x-ray dan intavena (IV) pewarna
kontras untuk memvisualisasikan pembuluh darah. Pewarna kontras
menyebabkan pembuluh darah muncul suram pada pencitraan x-Ray,
yang memudahkan menvisualisasikan pembuluh darah yang di evaluasi.
Pletismografi vena
Teknik pletismografi mendeteksi perubahan dalam volume darah
vena di dalam tungkai. Obstruksi vena dan refluks katup mengubah pola
normal pengisian dan pengosongan vena ke ekstremitas. Teknik
pletismography yang umum mencangkup:
1. Impendance plestimography
2. Strain gauge pletismography
3. Air pletismography
4. Photopletismography
f. Pernatalaksanaan
Pengobatan insufisiensi vena kronis pada tungkai pada prinsipnya
adalah usaha memperlancar aliran darah vena tungkai, yaitu dengan cara
melakukan elevasi tungkai sesering mungkin, terutama setelah kegiatan
berjalan-jalan, dimana elevasi dilakukan dalam posisi duduk atau
berbaring dengan membuat posisi kaki setinggi dengan jantung. Dengan
posisi tersebut aliran darah vena akan menjadi lancar dan dilatasi vena
tungkai yang berkelok-kelok menjadi tampak mengempis dan melengkuk,
pada posisi tersebut secara subjektif penderita akan merasa keluhannya
berkurang dengancepat. Beberapa penetalaksanaan lain yang dapat
dilakukan yaitu:
c. Kaus kaki kompresi membantu memperbaiki gejala dan keadaan
hemodinamik dengan varises vena dan menghilangkan edema. Kaus kaki
dengan tekanan 20-30 mmHg (grade II) memberikan hasil yang maksimal.
Pada penelitian didapatkan sekitar 37-47 % pasien yang menggunakan
kaus kaki kompresi selama 1 tahun setelah menderita DVT mencegah
terjadi ulkus pada kaki. Kekurangan penggunaan kaos kaki adalah harga
yang relative mahal, kurangnya pendidikan pasien, dan kosmetik yang
kurang baik.
Referensi: Rahma, Silvia. Referat Insufisiensi Vena Kronik. 2017. Bagian Kardiologi
Fakultas kedokteran universitas Syiah Kuala Banda Aceh.
7. Komplikasi
Emboli Paru
Trombus yang terlepas menjadi embolus akan mengikuti aliran
darah ke jantung dan akan dialirkanke cabang – cabang arteri di paru
sehingga akan menghambat aliran darah. Penderita dengan EPsering
mengeluh sesak mendadak disertai hemoptisis atau nyeri dada atau
nyeri dada dan tiba-tiba kolaps disertai syok bahkan kematian
mendadak4,8. Sekitar 10% penderita TVD yang tidak
ditanganiberkembang kearah emboli paru di mana menyebabkan gejala
yang berat atau kematian.
Referesi: Suharti C. Pathogenesis and clinical feature of thrombosis in
specia lorgan. Introduction. Deep Vein Thrombosis.
8. Perspfektif islam
Q.S. Al-Infithar : 7
كك فككعكدلك ك اللذذيِ كخلكقك ك
ك فككسلوا ك
“yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan
menjadikan (susunan tubuh) mu seimbang”
Dalam surah tersebut kita diingatkan untuk selalu menerapkan pola hidup
seimbang, dimana selain menjaga pola makan kita perlu menyempatkan
waktu untuk berolahraga teratur agar metabolisme tubuh tetap seimbang.
DAFTAR PUSTAKA