B. Ruang Lingkup................................................................... 11
C. Pengertian Istilah................................................................ 11
D. Struktur Organisasi............................................................ 14
F. Struktur P2K3.................................................................... 15
BAB IV KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA RS PANTI
RAHAYU.................................................................................. 16
A. Pengertian........................................................................... 16
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan adalah unsur yang sangat penting untuk menjadikan manusia (SDM)
yang berkualitas dan produktif. Hal ini sejalan dengan arah pembangunan yang
menempatkan sektor industri naional dan penyebarannya sampai ke seluruh
wilayah Indonesia. Sehingga penggunaan bahan kimia, mekanisasi, berbagai
metode dan sarana canggih akan meluas dan menyentuh seluruh lapisan
masyarakat, yang membawa dampak negatif dan dampak positif dan hal ini
harus diantisipasi dengan benar.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, Pasal 23
dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus
diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang
mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau
mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang. Jika memperhatikan isi dari
pasal di atas maka jelaslah bahwa Rumah Sakit (RS) termasuk ke dalam
kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat
menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya terhadap para pelaku langsung
yang bekerja di RS, tapi juga terhadap pasien maupun pengunjung RS.
Sehingga sudah seharusnya pihak pengelola RS menerapkan upaya-upaya K3
di RS. Potensi bahaya di RS, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi
bahaya-bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di RS, yaitu
kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan
instalasi listrik, dan sumber-sumber cidera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia
yang berbahaya, gas-gas anastesi, gangguan psikososial dan ergonomi. Semua
potensi bahaya tersebut di atas, jelas mengancam jiwa dan kehidupan bagi para
karyawan di RS, para pasien maupun para pengunjung yang ada di lingkungan
RS.
Dasar Pemikiran yang lain dalam pedoman ini adalah Peraturan perundang-
undangan yang mengatur hubungan kerja dan perlindungan pekerja/ buruh,
tehadap dampak dan penyakit akibat kerja adalah :
1. Undang-undang no 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
B. RUANG LINGKUP
C. PENGERTIAN ISTILAH
1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah :
Merupakan upaya untuk menekan dan mengurangi resiko kecelakaan dan
penyakit akibat kerja yang pada hakekatnya tidak dapat dipisahkan antara
keselamatan dan kesehatan.
c. Resiko (Risk)
Kemungkinan terjadinya kecelakaan/ kerugian pada periode waktu
tertentu atau siklus operasi tertentu.
d. Insiden
Kejadian yang tidak diinginkan yang dapat dan telah mengadakan
kontak dengan sumber enrgi melebihi nilai ambang-ambang batas
badan atau struktur.
e. Kecelakaan
Kejadian yang tidak diduga sebelumnya dan tidak dikehendaki, yang
mengacaukan proses yang diatur dari suatu aktivitas dan dapat
menimbulkan kerugian baik manusia dan atau harta benda.
f. Aman/ selamat
Adalah kondisi tidak ada kemungkinan malapetaka (bebas dari
bahaya)
g. Tindakan Tidak Aman
Pelanggaran terhadap prosedur keselamatan yang memberikan
peluang terhadap terjadinya kecelakaan
h. Keadaan Tidak Aman
Kondisi fisik atau keadaan yang berbahaya yang mungkin dapat
berlangsung mengakibatkan terjadinya kecelakaan.
i. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Filosofi : suatu pemikiran upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan baik jasman maupun rohani tenaga kerja pada
khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya
menuju masyarakat adil dan makmur.
KETUA K3
PEMILIK PERUSAHAAN
SEKRETARIS K3
AHLI K3 UMUM
F. STRUKTUR P2K3
A. PENGERTIAN
Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban
kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan dirinya maupun orang lain disekelilingnya, sehingga diperoleh
produktivitas kerja yang optimal.
Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat,
diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan,
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),
penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang
dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan (ps 10
Undang-Undang 23 tahun 1992: Kesehatan), Undang-undang 13 tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan; pasal 86-87 Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Upaya kesehatan kerja di rumah sakit menyangkut Sumber Daya manusia,
cara/metode kerja, alat kerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Upaya ini
meliputi peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan.
1. Bahaya di Tempat Kerja
Bahaya di tempat kerja adalah segala sesuatu di tempat kerja yang dapat
melukai anda, baik secara fisik maupun mental.
2. Bahaya terhadap keselamatan
adalah yang dapat mengakibatkan kecelakaan dan luka secara langsung.
Contoh : benda-benda panas dan lantai yang licin
3. Bahan kimia berbahaya
adalah gas, uap, cairan, atau debu yang dapat membahayakan tubuh.
Contoh : bahan-bahan pembersih atau pestisida.
4. Ancaman bahaya lainnya
adalah hal-hal berbahaya, yang belum termasuk dalam katagori diatas,
yang dapat melukai atau mengakibatkan sakit. Bahaya ini terkadang tidak
tampak jelas karena tidak mengakibatkan masalah kesehatan dalam waktu
3. Mekanisme kerja
a. Ketua organisasi/unit pelaksana K3 RS memimpin dan
mengkoordinasikan kegiatan organisasi/unit pelaksana K3 RS.
b. Sekretaris organisasi/unit pelaksana K3 RS memimpin dan
mengkoordinasikan tugas-tugas kesekretariatan dan melaksanakan
keputusan organisasi/unit pelaksana K3 RS.
Komitmen
& Kebijakan
Peningkatan K-3
Berkelanjuta
n
Tinjauan ulang
& Peningkatan Perencanaa
oleh manajmenan n SMK3
1. Tahap persiapan
Pengukuran Penerapan
a) Menyatakan komitmen.
dan Evaluasi SMK3 RS (manajemen
Komitmen harus dimulai dari direktur utama/direktur
puncak). Pernyataan komitmen oleh manajemen puncak tidak hanya
dalam kata-kata, tetapi juga harus dengan tindakan nyata, agar dapat
diketahui, dipelajari, dihayati dan dilaksanakan oleh seluruh staf dan
petugas RS.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Penyuluhan K3 ke semua petugas RS
b. Pelatihan K3 yang disesuaikan dengan kebutuhan individu dan
kelompok di
c. Dalam organisasi RS. Fungsinya memproses individu dengan perilaku
d. tertentu agar berperilaku sesuai dengan yang telah ditentukan
sebelumnya
e. Sebagai produk akhir dari pelatihan.
f. Melaksanakan program K3 sesuai peraturan yang berlaku diantaranya :
1) Pemeriksaan kesehatan petugas (prakarya, berkala dan khusus)
2) Penyediaan alat pelindung diri dan keselamatan kerja
3) Penyiapan pedoman pencegahan dan penanggulangan keadaan
darurat
4) Penempatan pekerja pada pekerjaan yang sesuai kondisi kesehatan
5) Pengobatan pekerja yang menderita sakit.
6) Menciptakan lingkungan kerja yang hIgienis secara teratur, melalui
monitoring lingkungan kerja dari hazard yang ada
7) Melaksanakan biological monitoring
8) Melaksanakan surveilas kesehatan pekerja
B. RUANG LINGKUP
Kondisi operasionalisasi yang diharapkan dalam penanggulangan kebakaran
mampu mengidentifikasim menganalisis, supervisi, dan memberikan
rekomendasi. Harus disadari bahwa rekomendasi pegawai pengawas
mengandung konsekuensi wajib dilaksanakan, karena harus memiliki dasar dan
landasan hukum.
1. Identifikasi Potensi Bahaya
Sumber potensi bahaya yang dapat menyebabkan terjadinya kebakaran yaitu
setiap bentuk energy lainnya seperti listrik, petir, mekanik, kimia dan bentuk
energy lainnya yang dipakai dalam proses kegiatan harus teridentifikasi
untuk dikendalikan sesuai ketentuan peraturan-peraturan dan standar yang
berlaku.
2. Analisa Resiko
Berbagai potensi bahaya yang telah teridentifikasi dilakukan pembobotan
tingkat resikonya, apakah kategori ringan sedang, beraty atau sangat serius,
dengan parameter kecepatan menjalarnya api, tingkat paparan, konsekuensi
kerugian dan jumlah jiwa yang terancam.
C. FENOMENA KEBAKARAN
Pendekatan dalam penerapan K3 penanggulangan kebakaran meliputi teknik dan
strategi pengendalian sumber energy, teknik dan strategi pemadaman, serta
konsep manajemen penanggulangan kebakaran adalah didasarkan pada analisa
fenomena terjadinya api atau kebakaran.
Pada bagian ini, akan mengkaji gejala-gejala pada proses terjadinya api dan
kebakaran antara lain menjelaskan fase-fase penting seperti source energy,
initation, growth, flashover, full fire dan bahaya-bahaya spesifik pada peristiwa
kebakaran seperti: back draft, penyebab asap panas dan gas, dll.
1. Fenomena Kebakaran
Fenomena kebakaran atau gejala pada setiap tahapan mulai awal terjadinya
penyalaan sampai kebakaran padam.
2. Teori dan Anatomi Api
a. Teori Api
Nyala api adalah suatu fenomena yang dapat diamati gejalanya yaitu
adanya cahaya dan panas dari suatu bahan yang sedang terbakar. Gejala
lainnya yang dapat diamati adalah, bila suatu bahan telah terbakar maka
akan mengalami perubahan baik bentuk fisiknya maupun sifat
kimianya. Keadaa fisik bahan yang telah terbakar akan berubah menjadi
arang, abu atau hilang menjadi gas dan sifat kimianya akan berubah
pula menjadi zat baru. Gejala perubahan tersebut menurut teori
perubahan zat dan energy adalah perubahan secara kimia.
b. Teori Segitiga Api
Unsure pokok terjadinya api dalam teori klasik yaitu teori segitiga api
(triangle of fire) menjelaskan bahwa untuk dapat berlangsungnya proses
nyala api diperlukan adanya tiga unsur pokok yaitu adanya unsur: bahan
yang dapat terbakar (fuel), oksigen (O2) yang cukup dari udara atau
bahan oksidator, dan panas yang cukup. Dengan teori ini, maka apabila
4. Klasifikasi Kebakaran
Setiap jenis bahan yang terbakar memiliki karakeristik yang berbeda,
karena itu harus dibuat prosedur yang tepat dalam melakukan tindakan
pemadaman dan jenis media yang diterapkan harus disesuaikan dengan
karakteristiknya, mengacu pada standar.
Klasifikasi jenis kebakaran terdapat dua versi standar yang sedikit agak
berbeda. Klasifikasi jenis kebakaran menurut Standar Inggris yaitu LPC
(Loss Prevention Committee) yang sebelumnya adalah FOC (Fire Office
Committee) menetapkan klasifikiasi kebakaran dibagi dalam klas A, B, C,
D, E sedangkan Standar Amerika yaitu NFPA (National Fire Orevention
Assosiation), menetapkan klasifikasi kebakaran menjadi klas A, B, C, D.
pengklasifikasian jenis kebakaran yang didasarkan menurut jenis material
yang terbakar.
KLASIFIKASI KEBAKARAN
A. LATAR BELAKANG
Upaya perlindungan tenaga kerja merupakan untuk mencapai suatu tingkat
produktivitas yang tinggi dimana salah satu aspek adalah upaya keselamatan
kerja termasuk lingkungan kerja.
Potensi bahaya yang berasal dari lingkungan kerja yang dapat menimbulkan
kecelakaan dan penyakit akibat kerja adalah faktor fisik, kimia, biologi,
psikologi dan fisiologi.
Faktor lingkungan kerja yang berasal dari bahan-bahan kimia seperti adanya
kebocoran-kebocoran cairan, tumpahan atau dampak bahan kimia dalam
berbagai bentuk seperti debu gas, cairan , asap dan fume dapat mencemari udara
lingkungan kerja maupun mencemari lingkungan masyarakat.
Untuk mengurangi resiko ataupun potensi bahaya dari lingkungan kerja perlu
adanya upaya pengendalian lingkungan kerja yang sesuai dengna peraturan-
peraturan yang berlaku.
B. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup keselamatan lingkungan kerja meliputi penanganan bahan kimia
berbahaya, lingkungan kerja, penggunaan cairan kimia, hygiene tempat kerja,
alat pelindung diri dan limbah industry di tempat kerja.
5. Faktor Biologi
Faktor biologis penyakit akibat kerja banyak ragamnya, yaitu virus, bakteri
protozoa, jamur, cacing, kutu pinjal, mungkin pula hewan atau tumbuhan.
Penyakit jamur kutu, sering diderita para pekerja yang tempat kerjanya
lembab dan basah atau bila mereka terlalu banyak merendam tangan atau
kaki di air seperti pencuci. Agak berbeda dari faktor-faktor penyebab
penyakit akibat kerja lainnya, faktor biologis dapat menular dari seorang
pekerja ke pekerja lainnya. Usaha yang lain harus pula ditempuh cara
pencegahan penyakit menular, antara lain imunisasi dengan pemberian
Alat pelindung kepala ini dapat dilengkapi dengan alat pelindung diri
yang lain, yaitu:
Kacamata/ goggles
Penutup muka
Penutup telinga
Respirator. dll
b. Alat Pelindung Telinga
2 MANAJEMEN KESEHATAN
1. Issue Kesehatan
Bahaya kesehatan penting yang mungkin memiliki dampak kesehatan,
terkait dengan
Kesehatan kerja di rumah sakit dan kegiatan lain dari aktivitas rumah sakit:
a) Debu yang berada dan melayang di udara
b) Kebisingan dan getaran
c) Atmosfir yang berbahaya
d) Radiasi
e) Tumpahan bahan kimia
f) Terbakar
g) Terpajan bahan kimia/ gelombang elektromagnetik
h) Penanganan bahan bakar alternatif
Panduan khusus untuk item kesehatan kerja ini dapat dilihat pada paragraph
selanjutnya. Beberapa isu kesehatan lain yang juga mungkin dihadapi, tapi
tidak secara langsung terkait dengan aktivitas pelayanan rumah sakit dan
kegiatan pelayanan yang terkait lainnya adalah :
a) Kebiasaan merokok dan ketergantungan alcohol/obat terlarang
b) Penyakit tekanan darah tinggi
c) Diabetes / kencing manis
d) Asupan makanan dan kegemukan/obesitas
e) Stres dan kesehatan mental
Tangga
1) Tangga utama hanya untuk akses
2) Sebelum dipergunakan, pastikan apakah tangga
dalam kondisi baik
3) Tangga harus terikat dan berpijak pada alasnya
4) Tangga harus diperpanjang1 (satu) meter di atas
platform sebagai pegangan tangan saat naik/turun.
5) Sebagai pemandu sudut, tangga harus “one out
every four up”.
1) Scaffolding/perancah
1) Semua perancah harus didirikan, diubah atau dibongkar oleh ahli
perancah yang terlatih, kompeten dan mempunyai sertifikat.
2) Peralatan pelindung jatuh (fall arrest) harus dipergunakan oleh ahli
perancah jika bekerja di atas 4 meter dengan sisi yang tidak
terlindung (untuk pekerja lain, batas ini biasanya hanya 2 meter)
3) Perancah harus diinspeksi oleh orang yang kompeten dan pelaporan
hasil inspeksi terdata pada buku log perancah dengan criteria
sebagai berikut :
a. Sebelum penggunaan pertama
3) Manual Handling
Karena sifat suatu tugas yang kadang berulang terkait dengan produksi
semen, penting untuk menjamin bahwa telah diberikan pelatihan yang
benar pada karyawan mengenai manual handling (lihat appendix untuk
Manual Handling procedure):
a. Pertama kenali pekerjaan, jika anda pikir beban tersebut terlalu
berat mintalah bantuan atau gunakan keran (crane) atau forklift.
b. Perhatikan sisi yang tajam, pecahan atau paku
Oxidizing (pengoksidasi)
Huruf kode: O
Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya „oxidizing“ biasanya
tidak mudah terbakar. Tetapi bila kontak dengan bahan mudah terbakar atau bahan
sangat mudah terbakar mereka dapat meningkatkan resiko kebakaran secara
Harmful (berbahaya)
Huruf kode: Xn
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya ‘harmful’ memiliki resiko
merusak kesehatan sedang jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut
(ingestion), atau kontak dengan kulit.
Bahan-bahan yang dicurigai memiliki sifat karsinogenik, juga akan ditandai dengan
simbol bahaya ‘harmful substances’ dan kode huruf Xn, bahan pemeka (sensitizing
substances) (Frase-R :R42 dan R43) diberi label menurut spektrum efek apakah
dengan simbol bahaya untuk ‘harmful substances’ dan kode huruf Xn atau dengan
simbol bahaya ‘irritant substances’ dan kode huruf Xi. Bahan yang dicurigai
memiliki sifat karsinogenik dapat menyebabkan kanker dengan probabilitas tinggi
melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion) atau kontak dengan kulit. Contoh bahan
yang memiliki sifat tersebut misalnya solven 1,2-etane-1,2-diol atau etilen glikol
(berbahaya) dan diklorometan (berbahaya, dicurigai karsinogenik).
Corrosive (korosif)
Huruf kode: C
Bahan dan formulasi dengan notasi ‘corrosive’ adalah merusak
jaringan hidup. Jika suatu bahan merusak kesehatan dan kulit
hewan uji atau sifat ini dapat diprediksi karena karakteristik kimia bahan uji, seperti
asam (pH <2) dan basa (pH>11,5), ditandai sebagai bahan korosif.
Frase-R untuk bahan berbahaya bagi lingkungan : R50, R51, R52 dan R53.
Contoh bahan yang memiliki sifat tersebut misalnya tributil timah kloroda,
tetraklorometan, dan petroleum hidrokarbon seperti pentana dan petroleum bensin.
Gunakan Selalu
Gunakan
Selalu
Gunakan
Selalu
Pelindung Telinga Kacamata Pelindung Helm Pelindung
Kepala