Anda di halaman 1dari 9

Teori Kinetik Gas

Pengertian Gas Ideal


Istilah gas ideal digunakan menyederhanakan permasalahan tentang gas.
Karena partikel-partikel gas dapat bergerak sangat bebas dan dapat mengisi seluruh
ruangan yang ditempatinya, maka menimbulkan kesulitan dalam mempelajari sifat-
sifat gas riil.
Sifat-sifat gas ideal adalah sebagai berikut
a. Gas ideal terdiri dari partikel-partikel yang disebut molekul-molekul dalam
jumlah besar. Molekul ini dapat berupa atom maupun kelompok atom.
b. Ukuran partikel gas dapat diabaikan terhadap ukuran wadah.
c. Setiap partikel gas selalu bergerak dengan arah sembarang (acak) dengan
berbagai kelajuan.
d. Partikel gas terdistribusi merata pada seluruh ruangan dalam wadah.
e. Gerakan partikel gas memenuhi Hukum Newton tentang gerak.
f. Setiap tumbukan yang terjadi (baik tumbukan antar molekul maupun
tumbukan molekul dengan dinding) dianggap tumbukan lenting sempurna dan
terjadi pada waktu yang sangat singkat.
Dalam pembahasan tentang keadaan gas, ada tiga besaran yang saling berhubungan
yaitu tekanan (P), volume (V), dan temperatur mutlak (T).
Konversi satuan :
Tekanan (P) :
1 Pa = 1 N/m2 = 7,5 x 10-3 mm Hg
1 mm Hg = 133 Pa
1 atm = 101,3 Pa = 760 mm Hg
1 bar = 105 Pa = 100 kPa
Volume (V) :
1 liter = 103 cm3 = 10-3 m3
1 m3 = 106 cm3 = 103 L
Temperatur (T) :
o
C = oC + 273 K
K = K – 273 oC

Hukum-hukum tentang Gas Ideal


1. Hukum Boyle
Seorang ilmuwan yang bernama Robert Boyle (1627 - 1691) telah menyelidiki
hubungan tekanan dan volume gas dalam wadah tertutup pada temperatur tetap yang
kemudian dikenal sebagai Hukum Boyle.
Hukum Boyle menyatakan bahwa :
”hasil kali tekanan dan volume gas dalam wadah tertutup pada temperatur
tetap adalah konstan”.
Secara matematis, Hukum Boyle dituliskan :
P V = konstan atau P1 V1 = P2 V2
Keterangan :
P1 = tekanan gas awal (N/m2 atau Pa)
V1 = volume gas awal (m3)
P2 = tekanan gas akhir (N/m2 atau Pa)
V2 = volume akhir (m3)

1
Hubungan tekanan dan volume pada temperatur tetap menurut Hukum Boyle dapat
digambarkan dalam bentuk grafik berikut :

Contoh Soal :
Suatu gas dalam ruang tertutup dengan volum V dan suhu 27oC mempunyai tekanan
1,5 x 105 Pa. Jika kemudian gas ditekan perlahan-lahan hingga volumnya menjadi ¼
V, berapakah tekanan gas sekarang?
Penyelesaian :
Diketahui :
T1 = (27 + 273) K = 300 K
V1 = V
V2 = ¼ V
P1 = 1,5 x 105 Pa (proses isotermik ditekan perlahan-lahan)
Ditanya: P2 = ...?
Jawab:
Karena terjadi proses isotermik, maka digunakan persamaan Hukum Boyle.
P1 . V1 = P2 . V2
(1,5 . 105 ) . V = P2 . (¼ V)
P2 = 5 . 105 Pa
Jadi, tekanan gas sekarang menjadi 5 . 105 Pa

2. Hukum Charles
Seorang ilmuwan bernama Jacques Charles (1747 - 1823), telah menyelidiki
hubungan volume dan temperatur gas pada tekanan tetap yang kemudian dikenal
sebagai Hukum Charles.
Hukum Charles menyatakan :
”volume gas berbanding lurus dengan temperatur mutlaknya, jika tekanan gas
di dalam ruang tertutup dijaga konstan”.
Pernyataan Charles ini dikenal sebagai Hukum Charles dan dituliskan dalam bentuk
persamaan :
V V 1 V2
 konstan atau 
T T1 T2
Keterangan:
V1 = volume gas awal (m3)
V2 = volume gas akhir (m3)
T1 = temperatur mutlak awal (K)
T2 = temperatur mutlak akhir (K)

2
Hubungan temperatur dan volume menurut Hukum Charles tersebut dapat
digambarkan dalam bentuk grafik berikut.

Dari grafik di atas, jika dilihat sampai temperatur rendah, grafik akan memotong
sumbu temperatur di titik -273 °C atau 0 K. Ini menunjukkan bahwa semua gas jika
dapat didinginkan sampai volume -273 °C, maka volumenya akan nol. Grafik ini
dapat berlaku untuk semua jenis gas. Ini berarti temperatur -273 °C atau 0 K
merupakan suhu terendah yang dapat dicapai gas. Maka temperatur -273 °C atau 0
K disebut temperatur Nol Mutlak. Nol mutlak merupakan dasar bagi skala
temperatur yang dikenal sebagai skala Kelvin.

3. Hukum Gay Lussac


Seorang ilmuwan bernama Joseph Gay Lussac, telah menyelidiki hubungan
tekanan dan temperatur gas pada volume tetap yang kemudian dikenal sebagai
Hukum Gay-Lussac.
Hukum Gay-Lussac menyatakan :
”Jika volume gas pada ruang tertutup dibuat tetap, maka tekanan gas
berbanding lurus dengan temperatur gas”.
Pernyataan tersebut disebut Hukum Gay Lussac yang dituliskan dalam bentuk
persamaan berikut :
P P1 P2
 konstan atau 
T T1 T2
Keterangan:
P1 = tekanan gas awal (N/m2 atau Pa)
P2 = tekanan gas akhir (N/m2 atau Pa)
T1 = temperatur mutlak awal (K)
T2 = temperatur mutlak akhir (K)

Persamaan tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk grafik seperti gambar berikut.

3
4. Hukum Boyle - Gay Lussac
Hukum Boyle, hukum Charles, dan hukum Gay Lussac dapat digabungkan
menjadi satu persamaan yang disebut Hukum Boyle - Gay Lussac.
Hukum Boyle - Gay Lussac dinyatakan dalam bentuk persamaan :
PV P1V 1 P2 V2
 konstan atau 
T T1 T2
Keterangan:
P1 = tekanan gas awal (N/m2 atau Pa )
P2 = tekanan gas akhir (N/m2 atau Pa)
V1 = volume gas awal (m3)
V2 = volume gas akhir (m3)
T1 = temperatur mutlak awal (K)
T2 = temperatur mutlak akhir (K)

Contoh Soal :
Suatu gas ideal sebanyak 4 liter memiliki tekanan 1,5 atmosfer dan suhu 27 °C.
Tentukan tekanan gas tersebut jika pada suhu 47 °C dan volume 3,2 liter!
Penyelesaian:
Diketahui:
V1 = 4 liter
V2 = 3,2 liter
P1 = 1,5 atm
T1 = 27 °C = 27 + 273 = 300 K
T2 = 47 °C = 47 + 273 = 320 K
Ditanya: P2 = ... ?
Jawab:
P1 . V1 P2 . V2

T1 T2
1,5 x 4 P2 x 3,2

300 320
1,5 x 4 x 320
P2 
300 x 3,2
= 2 atm

Persamaan Umum Gas Ideal


Tekanan, volume, dan temperatur pada gas yang berbeda mempunyai
karakteristik yang berbeda, walaupun jumlah molekulnya sama.
Persamaan gas ideal dinyatakan sebagai berikut :
PV  NkT atau PV  nNA kT
Keterangan:
N = jumlah molekul gas
NA = bilangan Avogadro (6,02 x 1023 molekul/mol)
n = jumlah mol gas
k = konstanta Boltzman (1,38 x 10-23 J/K)

4
Jumlah mol gas (n) merupakan perbandingan massa gas dan massa molar gas yang
dinyatakan :
M
n
Mr
Keterangan:
M = massa gas (g)
Mr = massa molar gas (g/mol)

Pada persamaan gas ideal, nilai NA k merupakan gabungan konstanta disebut dengan
konstanta gas umum (R). Jadi, persamaan gas tersebut dapat diubah menjadi :
PV  nRT
Keterangan:
R = konstanta gas umum
= 8,314 J/mol K
= 0,082 L atm/mol K

Contoh Soal :
Satu mol gas menempati volume 1 m3 dan suhu gas pada saat tersebut adalah 127°C.
Tentukanlah tekanan gas tersebut.
Penyelesaian :
Diketahui:
n = 1 mol
R = 8,314 J/mol K
V = 1 m3
T= 127°C = (127 + 273) = 400 K
Jawab :
Dengan menggunakan persamaan gas ideal, diperoleh :
pV=nRT
p (l m3) = (1 mol) (8,314 J/kmol K) (400 K)
p = 3,326 x 103 N/m2
Jadi, tekanan gas tersebut adalah p = 3,324 x 102 N/m2.

Contoh Soal :
Gas oksigen sebanyak 16 gram memiliki volume 5 liter dan tekanan 2 x 105 Pa. Jika
R = 8,31 J/mol.K, berapakah suhu gas tersebut? (Mr O2 = 32)
Penyelesaian:
Diketahui:
m = 16 gram
Mr O2 = 32
P = 2 x 105 Pa
R = 8,31 J/mol.K
V = 5 liter = 5 x 10-3 m3
Ditanya: T = ... ?
Jawab:
Jumlah mol gas oksigen 16 gr adalah :
M 16
n  = 0,5 mol
Mr 32

5
Untuk mencari temperatur gas digunakan persamaan gas ideal :
P.V=n.R.T
P. V
T
n.R
(2 x 10 5 )(5 x10 -3 )

(0,5)(8,31)
= 2,406 x 102 K

Teori Kinetik Gas


Beberapa sifat gas umum yang dibahas dalam teori kinetik gas antara lain :
1. Tekanan akibat gerak molekul gas,
2. Energi kinetik gas dan
3. Kecepatan molekul gas

1. Tekanan Gas
Jika gas berada di dalam ruangan tertutup, molekul-molekul yang bergerak
akan menumbuk dinding ruangan dengan kecepatan tertentu sehingga menimbulkan
tekanan gas. Walaupun arah kecepatan molekul tidak sama, namun besar kecepatan
(kelajuan) molekul gas ke semua arah dapat dianggap sama (vx = vy = vz = 1/3 v ).

Tekanan gas dinyatakan dengan rumus:


1 Nmv 2 1
P atau PV  Nmv 2
3 V 3
Jika M adalah massa total gas dan ρ adalah massa jenis gas, maka :
M
M=N.m dan ρ
V
Maka, tekanan gas dapat dinyatakan :
1 2
P ρv
3
Keterangan:
P = tekanan gas (N/m2 atau Pa)
N = jumlah molekul gas
m = massa satu molekul gas (kg)
v = kecepatan rata-rata molekul gas (m/s)
ρ = massa jenis gas (kg/m3)

Contoh soal :
Jika kecepatan partikel gas menjadi dua kali kecepatan semula, tentukanlah besarnya
tekanan yang dihasilkan.
Jawab:
Hubungan tekanan (p) terhadap kelajuan (v) adalah :
1 Nmv 2
P
3 V

6
Maka perbandingan tekanan adalah :
2
P2 v 2 (2 v1 )2
  4
P1 v12 v1
2

Jadi, tekanan gas menjadi empat kali tekanan semula.

2. Energi Kinetik Gas


Molekul gas yang bergerak mempunyai energi kinetik sebesar :
EK = ½ mv2
Persamaan gas yang berhubungan dengan kecepatan gerak sejumlah N molekul gas
dinyatakan :
1
PV  Nmv 2
3
Persamaan gas untuk satu molekul gas dinyatakan :
1
PV  mv 2
3
Persamaan tersebut dapat dituliskan dalam bentuk lain yaitu :
2 1
PV  ( mv 2 )
3 2
1
Faktor mv 2 adalah energi kinetik.
2
Jadi, Hubungan energi kinetik rata-rata dan tekanan dinyatakan :
3 2 Ek
Ek  PV atau P
2 3 V
Hubungan energi kinetik rata-rata dan temperatur dinyatakan :
3 2 Ek
Ek  kT atau T
2 3 k
Contoh soal :
Tekanan gas O2 dalam suatu ruang adalah 101 kPa dan volume gas 22,4 l liter.
Berapa energi kinetik rata-rata molekul gas?
Penyelesaian :
Diketahui ;
P = 101 kPa = 101 x 103 Pa
V = 22,4 liter = 22,4 x 10-3 m3
Jawab:
Energi kinetik rata-rata gas dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
3
Ek  PV
2
3
 (101 x 10 3 )(22,4 x 10 -3 )
2
= 3393,6 J
= 3,3936 x 103 J

7
3. Kecepatan Efektif Gas Ideal
Molekul-molekul gas tidak seluruhnya bergerak dalam kecepatan yang sama,
maka kecepatan molekul gas dianggap sebagai kecepatan akar rata-rata (root mean
square = vrms) molekul yang dinyatakan :
3k T 3RT 3P
v rms  atau v rms  atau v rms 
m Mr 

Keterangan :
vrms = kecepatan efektif gas (m/s)
T = suhu mutlak (K)
m = massa gas (kg)
Mr = massa molar gas (g/mol)
k = konstanta Boltzmann ( J/K)
ρ = massa jenis gas (kg/m3)

Contoh soal :
Gas Oksigen memiliki massa molar 32 g/mol. Hitunglah kecepatan efektif Oksigen
pada suhu 27 °C ! (Mr O2 = 32 )
Penyelesaian :
Diketahui :
Mr O2 = 32 g/mol = 32 x 103 kg/mol,
T = 27°C = 273 + 27 = 300 K,
R = 8,314 J/mol K
Jawab :
Kecepatan rms Oksigen dapat dicari dengan menggunakan persamaan :
3RT 3 (8,314)(300)
v rms    483 m/s
Mr (32 x 10 -3 )

Penerapan Teori Kinetik Gas

1. Gerak Brown
Pada tahun 1827, Robert Brown menemukan gejala gerak sembarang yang
terus-menerus dari tepung sari yang tergantung di dalam air.
Gerak Brown adalah gerakan terus menerus partikel-partikel zat cair atau gas.
Gerakan terus menerus partikel-partikel semakin cepat bila temperaturnya dinaikkan.
Gerakan partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan antarpartikel dan tumbukan
partikel dengan wadahnya. Tumbukan berlangsung dari dan ke segala arah. Karena
ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang
dan menghasilkan resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan gerak partikel
secara zigzag (acak).
Faktor-faktor yang mempengaruhi gerak Brown :
1. Ukuran partikel
2. Temperatur
3. Gravitasi bumi

8
2. Penguapan
Jika terjadi kenaikan temperatur, molekul-molekul air akan bergerak lebih
cepat yang berarti energi kinetiknya tinggi. Molekul air yang mempunyai energi
kinetik tinggi mampu melawan gaya tarik molekul lain. Akibatnya, molekul dengan
energi kinetik tinggi dapat terlepas dari ikatan molekul lain, dan berubah dari fase cair
ke fase gas. Akan tetapi, jika molekul tidak memiliki kecepatan yang memadai untuk
berubah ke fase gas, maka ia akan tertarik kembali ke permukaan air.

3. Kelembaban
Ketika kelembaban udara ini disebabkan oleh kandungan uap air di udara.
Semakin banyak uap air di suatu tempat, semakin lembab udara di tempat tersebut.

Kelembaban udara ini biasanya dinyatakan dengan kelembaban relatif.


tekanan parsial H2 O
Kelembaban relatif  x 100%
tekanan uap jenuh H2 O

Kelembaban relatif sebesar 40 - 50 persen merupakan kelembaban optimum untuk


kesehatan dan kenyamanan.
 Jika kelembaban tinggi, akan memperkecil penguapan cairan tubuh.
 Jika kelembaban yang rendah dapat menyebabkan efek kekeringan pada kulit
dan selaput lendir.

4. Difusi pada Organisme Hidup


Difusi merupakan peristiwa bergeraknya suatu zat dari konsentrasi tinggi
menuju konsentrasi rendah. Difusi dapat juga terjadi dalam gas.
Sebagai contoh :
Jika kita mempunyai ruang tertutup yang berisi gas, maka molekul gas yang
mempunyai konsentrasi tinggi akan bergerak menuju konsentrasi rendah.
Gerak molekul gas akan terhenti jika konsentrasi di setiap bagian seimbang.

Difusi pada organisme hidup.


 Difusi gas karbon dioksida (CO2) pada tumbuhan. Kita tahu bahwa tumbuhan
membutuhkan CO2 untuk proses fotosintesis.
 Pada hewan juga terjadi difusi, yakni pertukaran gas oksigen dan gas
karbondioksida.
 Pada proses pernapasan manusia, oksigen dimasukan ke paru-paru. Oksigen
ini berdifusi melintasi jaringan paru-paru dan pembuluh darah.

Peristiwa-peristiwa yang telah dijelaskan di atas, melibatkan gerak molekul gas. Ini
berarti, peristiwa tersebut dapat dijelaskan dengan teori kinetik gas.

Anda mungkin juga menyukai