Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN BACAAN (FIKSI)

Judul : Hujan

Pengarang : Tere Liye

Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama

Tahun terbit : 2016

Cetakan ke- :6

Jumlah halaman : 320

1. SINOPSIS

Seorang paramedis senior, Elijah, duduk di sebuah ruangan paling mutakhir di kota. Ia bersama
dengan Lail, seorang gadis berusia 20 tahun, yang sedang memakai alat pemindai di kepalanya.
Elijah memerintahkan Lail untuk menceritkan dengan detail apa yang ingin ia lupakan. Lail
terdiam dan mulai menangis. Elijah bertanya lagi, dan Lail pun menjawab. Ia ingin melupakan
hujan.

Cerita dimulai saat Lail ingin berangkat ke sekolah, tanggal 21 Mei 2042, saat breaking news
tentang krisis air begitu mengkhawatirkan penduduk pribumi. Hari penting dunia, hari lahirnya
bayi penduduk bumi ke sepuluh miliar. Lail, yang kala itu masih kecil, belum mengerti. Hari itu
juga bencana alam mematikan terjadi. Semaju apapun teknologi tak akan bisa mencegah gunung
purba yang meletus.

Elijah mengatakan bahwa hari itu memang mengerikan. Walau sudah berlalu 18 tahun, mereka
masih harus mengatasi akibat buruknya. Lail mengangguk dan melanjutkan ceritanya.
Ketika hari pertama masuk sekolah, kapsul kereta tanah bawah yang ditumpangi Lail dan Ibunya
mengerem paksa. Lail terpelanting jauh. Jaringan listrik terputus dan sistem otomatis lumpuh.
Dua petugas langsung memimpin evakuasi penumpang yang masih bisa berjalan. Lail berjalan
tersuruk – suruk bersama ibunya. Masih jauh dari pintu darurat, gempa terjadi lagi. Lail dan
Ibunya bergegas lari menuju pintu darurat. Lail orang kedua yang menaiki tangga setelah
seorang anak laki-laki. Tapi sayang, gempa susulan terjadi, tanah runtuh seketika dan
menyisakan Lail dan anak laki-laki itu di atas permukaan tanah.

Dalam kehidupan Lail, hal-hal penting selalu terjadi saat hujan. Ia sangat suka hujan. Ketika
hujan mulai deras, mereka berteduh di rumah-rumahan plastik. Keduanya saling berkenalan. Lail
merasa senasib dengan laki-laki itu, Esok. Keduanya kehilangan orang yang disayangi di lorong
kereta. Setelah hujan reda, mereka memutuskan pergi ke rumah bersama. Lail terdiam saat
melihat kompleknya yang rata oleh tanah. Lima belas menit berlalu, Esok mengajak Lail pergi ke
toko kue ibunya. Lail menganguk. Sesampainya, Esok langsung masuk ke toko kue lewat
jendela. Lail menunggu di luar. Walau ia baru mengenal Esok, ia berdoa, semoga Ibu Esok bisa
selamat.

Elijah bertanya apakah Ibu Esok selamat. Lail menganguk. Ia siap melanjutkan ceritanya.
Lail berteriak minta tolong. Dengan sigap dua petugas datang membantu Ibu Esok yang terjepit
dan dibawa masuk ke ambulan. Malam pertama, Lail dan Esok menginap di salah satu tenda
darurat.

Keesokan harinya, Lail terbangun pagi itu. Esok menyapa dan mengajak Lail pergi ke Stadion
untuk melapor. Sampai disana, Lail melapor dan bertanya apakah ada telepon untuk
menghubungi tempat ayahnya bekerja. Petugas mengatakan bahwa tempat itu terkena tsunami
dahsyat dan mustahil jika ada yang selamat. Lail menggeleng tidak terima. Ia menjadi yatim-
piatu. Hujan abu turun. Lail selalu suka hujan. Semua kejadian penting terjadi saat hujan.
Bagaimana ia bisa menghapus kenangan buruknya?

Malam kedua, Lail dan Esok tidur di tenda pengungsian. Lail tertidur dan dibangunkan Esok jam
8. Seusai sarapan, Esok mengajak Lail menjenguk ibunya. Lail tidak menjawab. Esok
memutuskan pergi sendirian. Esok kembali ke stadion, Lail tidak ditemukan. Esok harus
menemukan Lail sebelum hujan asam turun. Esok berpikir kemungkinan Lail menuju rumah
reruntuhannya. Bergegas Esok menaiki sepeda. Tapi tebakannya salah. Lalu, Esok berpikir Lail
berada di tempat ibu Lail terkubur. Benar saja Lail ada disana. Esok menarik paksa Lail untuk
pergi dengannya. Lail menolak. Tetes hujan mulai banyak. Esok memohon. Lima belas detik
menegangkan, Lail akhirnya menurut. Esok mengayuh pedal sepedanya cepat. Esok dan Lail
melompat turun dan berlindung ke rumah- rumah plastik.

Setelah dua jam hujan, Esok memberi tahu kabar gembira bahwa ibunya telah siuman. Lail
hanya diam. Esok kembali mengayuh sepedanya menuju rumah sakit darurat. Esok mengenalkan
Lail pada ibunya. Lail terkejut melihat kedua kaki Ibu Esok diamputasi. Ia seharusnya bersyukur
tidak kurang satupun. Ayah dan Ibu Lail pasti tidak ingin melihat ia patah semangat. Kejadian
besar ini membuat Lail lebih cepat dewasa. Ia harus memeluk erat kesedihan. Ia berterima kasih
pada Esok telah menyelamatkannya dua kali.

Keesokan harinya, Lail sudah mulai membantu relawan lainnya. Ia bekerja di bagian dapur
umum. Sedangkan Esok diberi tugas sebagai kurir antar lokasi pengungsian. Malam harinya, Lail
dan Esok berbincang mengenai apa saja yang mereka lakukan. Hari ke-21, Ibu Esok keluar dari
rumah sakit. Hari ke-30, sekolah darurat didirikan dekat pengungsian. Lail dan Esok kembali
sekolah. Hari ke-60, jaringan komunikasi dunia dan pembangkit listrik berhasil dipulihkan. Hari
ke-70 kendaraan mulai melintas di jalanan. Hari ke-90, Esok mengajak Lail ke lubang tangga
darurat kereta bawah tanah. Evakuasi korban sedang dilakukan. Gerimis mulai menderas. Air
mata Lail menyatu dengan air hujan. Saat itu pula, Lail mulai membuka bab kehidupan barunya.

Satu tahun berlalu, Lail duduk kelas 8 dan Esok kelas 12. Esok loncat kelas karena ia genius,
Lail menyadari itu. Dalam waktu dekat pengungsian akan ditutup. Lail bertanya apakah Esok
dan Ibunya akan ikut ke panti. Esok menggeleng. Ada keluarga yang bersedia mengangkatnya
menjadi anak. Walaupun Esok tak mau, Ibu Esok butuh perawatan serius. Lail menganguk samar
dan tersenyum. Esok mengayuh sepedanya saat hujan turun. Lail menangis di jok belakang. Ia
berusaha senang mendengar kabar itu.

Setelah dipikirkan itu bukan hal buruk. Ibu Esok bisa dirawat dan Esok anak yang genius, tentu
saja butuh pendidikan yang tinggi. Suasan hatinya pun lebih baik saat melambaikan tangan saat
kepergian Esok. Dua minggu kemudian, Lail pindah ke panti sosial dan bertemu teman
sekamarnya, Maryam.
9

Elijah bertanya pada Lail bahwa sepertinya Maryam teman yang baik. Lail menganguk. Maryam
adalah teman terbaiknya.

Pagi harinya, Lail dan Maryam pergi ke sekolah menaiki bus. Sore harinya, mereka mengikuti
kegiatan memasak di panti. Cukup 24 jam bersama Maryam, Lail tahu Maryam anak yang suka
bergurau dan baik hati. Bahkan lebih dewasa dibandingkan dirinya.
Siang itu, Lail tak sengaja bertemu Esok setelah lamanya enam bulan. Mereka bertukar cerita
sembari mengunjungi tempat-tempat penting bagi keduanya. Langit terlihat gelap menandakan
mereka untuk segera pulang. Esok mengantar Lail ke depan gerbang panti dan kembali pergi.
Lail diam membiarkan tubuhnya basah oleh hujan, menunggu Esok hilang dari pandangannya.
Saat itu ia tahu, Esok selalu penting baginya.

10

Lail dihukum oleh Ibu Suri mencuci peralatan dapur karena pulang dalam keadaan basah kuyup.
Maryam menggodanya karena ia melihat Lail diboncengi oleh seorang laki-laki dan bertanya
siapakah anak laki itu. Maryam mengelak dan bilang anak itu adalah temannya. Sejak itu pula,
Lail dan Esok menetapkan jadwal bertemu sebulan sekali. Keduanya selalu bertukar cerita. Esok
memenangkan penghargaan pembuatan mobil terbang dan ia mengatakan diterima oleh
universitas terbaik di Ibu Kota. Itu artinya mereka akan terpisah jauh. Lail berkata tidak apa-apa
walau hatinya berat. Saat itu juga, ia baru tahu, keluarga yang mengadopsi Esok. Lail berkenalan
dengan Wali Kota, istrinya dan anak perempuannya.

11

Meski galak dan disiplin, Ibu Suri memberi izin kepada Lail untuk mengantar Lail pada hari
keberangkatannya ke Ibu Kota. Lail tiba di stasiun kereta lima menit sebelum berangkat. Esok
terlihat senang. Lail memberi Esok topi biru dengan tulisan “The Smart One”. Setelah kepergian
Esok, istri Wali Kota mengajak Lail pulang bersama. Walaupun awalnya menolak, ia akhirnya
mengangguk. Sepanjang perjalanan, istri Wali Kota dan anaknya, Claudia, bercakap-cakap
dengan Lail.
Maryam mulai bosan dengan kursus memasak. Ia mengajak Lail keluar dari kursus memasak dan
menuju markas Organisasi Relawan. Walaupun sebenarnya umur mereka belum memenuhi
syarat, Lail dan Maryam diberi kesempatan masuk jika berhasil mengerjakan soal tes ujian. Hasil
ujian akan dikirim seminggu lagi ke panti sosial.
12

Lail dan Maryam lulus tes masuk Organisasi Relawan. Mereka belum resmi menjadi relawan,
masih haru melewati pelatihan dasar. Satu tahun berlalu tanpa berasa. Selama tiga hari Lail dan
Maryam mengikuti ujian akhir pelatihan dasar bersama puluhan kandidat lainnya. Malam itu tes
tersulit. Mereka harus membawa tas ransel melewati berbagai rintangan hingga ke
perkampungan penduduk. Salah satunya mereka harus melewati kubangan lumpur sepanjang
lima puluh meter. Para petugas memberi selamat karena mereka berhasil dengan waktu cepat.
Petugas itu pun menawarkan mereka untuk membantu di Sektor 3. Upacara pelantikan pun tiba.
Lail dan Maryam resmi menjadi anggota relawan. Tak disangka, Lail akan bertemu dengan Esok
saat itu. Esok, mengajaknya jalan-jalan dengan sepeda.

13

Seperti yang biasa dilakukan. Lail dan Esok berbincang-bincang sembari menuju tempat-tempat
kenangan mereka. Setelah itu, Esok mengajak ke toko kue Ibu Esok. Hampir dua jam Lail
menghabiskan waktu di toko kue. Lail banyak mengobrol mengenai kenangan di tenda
pengungsian. Tujuan terakhir, mereka menuju kolam air mancur kota, Central Park. Mereka
berbicara banyak disana. Salah satunya mengenai breaking news tadi malam, intervensi lapisan
stratosfer. Lail bertanya kemungkinan akibat jika hal itu dilakukan. Hari mulai sore, Esok
mengantar Lail pulang. Maryam mengamuk saat Lail pulang. Ia mengaku kerepotan saat Lail
pulang. Walau begitu, Ia teman yang baik. Ia tidak mendesak Lail bercerita siapa laki-laki itu.
Besoknya, Lail mengantar Esok di Stasiun kereta cepat. Ia juga bertemu istri Wali Kota dan
Claudia. Setelah Esok pergi, istri Wali Kota menawarkan pulang bersama. Lail menolak karena
harus berkumpul di meeting point. Di Sektor 4, Lail dan Maryam menghabiskan dua minggu sisa
liburan. Aktivitas Organisasi Relawan membuat Lail membalas kejamnya takdir dengan
membantu orang lain. Penyembuh rasa rindunya kepada Esok. Saat itu Lail belum mengerti
secara utuh perasaannya.

14

Penugasan pertama di Sektor 4 berjalan lancar. Sepulang dari sana, mereka memutuskan mulai
belajar serius. Keduanya pun memilih pelatihan relawan medis. Pilihan itulah yang membuat
mereka menentukan dengan baik akan melanjutkan sekolah di mana. Keduanya berencana ingin
menjadi perawat. Malam itu, tahun 2044, bencana baru telah datang. Breaking news. Koalisi
negara-negara substropis secara resmi menerbangkan delapan pesawat ulang-alik, melepas gas
sulfur dioksida ke lapisan stratosfer.
Lail berkata bahwa mereka seharusnya tidak melakukan itu. Elijah setuju. Lantas Elijah bertanya
apa yang terjadi selanjutnya.
15

Lail dan Maryam menerima penugasan di sektor 2 saat liburan antarsemester. Keadaan di sana
lebih buruk daripada penugasan mereka sebelumnya. Tetapi situasi berubah serius saat hari
ketiga. Saat relawan sedang bekumpul, dua relawan memberi kabar buruk. Bendungan retak, ada
sisi yang runtuh, dan beberapa waktu kemudian akan jebol. Mereka segera evakuasi penduduk.
Masalahnya, penduduk di hilir sungai karena dalam 1 jam air bah tiba di sana. Dengan jaraknya
yang lima puluh kilometer, tidak bisa dilewati kecuali harus berjalan kaki dan hujan badai
menjadi kendala. Maryam dan Lail mengajukan diri untuk memberi peringatan. Awalnya mereka
tidak disetujui, tapi akhirnya disetujui. Mereka berlari secepat mungkin dan saling membantu
dalam medan yang sulit. Delapan jam, persis saat daya tahan tubuh hampir habis, mereka tiba di
hilir sungai. Lail ambruk kelelahan, Maryam segera memperingatkan relawan dan penduduk di
sana. Maryam dan Lail tertawa. Mereka berhasil memperingatkan penduduk hilir sungai. Butuh
2 jam untuk air bah tiba di hilir. Dua hari setelah kejadian itu, mereka kembali ke kota dan
melupakannya. Tetapi cerita heroik mereka menjadi bahan pelatihan relawan-relawan
berikutnya.
Ruangan kubus itu lenggang. Elijah menatap tak percaya bahwa Lail, gadis muda, dengan profil
penuh catatan pelayanan masyarakat, hidup penuh keseruan, datang melakukan terapi? Elijah
bertanya apa yang terjadi selanjutnya.

16

Lail dan Maryam sudah melupakan kejadian tersebut sesampai di panti. Karena ada hal yang
lebih menarik perhatian penduduk. Ketika Lail dan Maryam sedang mengerjakan aljabar
lanjutan, salju turn di luar kamar mereka. Itu suatu hal yang mustahil di negara tropis.
Kecemasan akibat pengiriman 8 pesawat ulang-alik terbukti sudah. Lail dan Maryam fokus
belajar untuk ujian kelulusan dan seleksi sekolah keperawatan. Tidak sempat memcemaskan
salju turun.
Setelah dua ujian terlewati, Maryam dan Lail diterima dan harus pindah ke asrama Sekolah
Keperawatan. Semua panti sosial mengucapkan selamat. Lail memikirkan apakah esok akan
pulang atau tidak. Ia pun memutuskan untuk pergi ke toko kue Ibu Esok. Maryam kesal belum
mendapat penugasan dari markas Organisasi Relawan. Sore itu, Lail dan Maryam menghabiskan
waktu membuat kue bersama Ibu Esok. Saat Maryam meninggalkan Lail dan Ibu Esok berdua,
Lail segera bertanya apakah Esok akan pulang. Ibu Esok menggeleng membuat Lail menunduk
lemas. Maryam dan Lail pamit pulang. Maryam menyatakan bahwa ia berani menebak bahwa itu
Ibu anak laki-laki itu. Lail terdiam dan wajahnya memerah.
Salju kembali turun saat itu. Lail dan Maryam mendapat telepon dari petugas Organisasi
Relawan. Mereka diundang ke Ibu Kota selama tiga hari untuk menerima penghargaan di acara
puncak peringatan. Mereka bersorak girang.
17

Sehari sebelum perjalanan, Lail memberi tahu Ibu Esok perilahal dirinya ke Ibu Kota. Ibu esok
mengucap selamat dan menatapnya bangga. Setiba di Ibu Kota, mereka diantar ke hotel besar
tempat acara nanti malam sekaligus tempat mereka bermalam. Lail memutuskan untuk todak
menghubungi Esok. Acara penting itu berjalan lancar karena Lail dan Maryam diberi anting
logam yang memandu mereka. Atas jasa mereka, pemerintah menganugrahkan Lisensi Kelas A
Sistem Kesehatan. Saat Lail sibuk menerima ucapan selamat, Esok datang menghampirinya.
Mereka saling tatap, kemudia tertawa. Hingga Lail lupa bahwa Maryam masih berdiri
disebelahnya, gugup dan menatap tak percaya bahwa anak laki-laki itu adalah Soke Bahtera.

18

Elijah bertanya apakah Soke Bahtera yang dikenal sebagai penemu banyak teknologi beberapa
tahun terkahir, terutama mesin terbang. Lail menganguk. Elijah bertanya apa yang terjadi
selanjutnya.
Esok mengajak Lail berjalan-jalan tidak jauh dari hotel. Mereka bercakap-cakap di tengah taman
Golden Ring, sambil menghabiskan kue. Mereka juga membincangkan kondisi dunia yang mulai
intervensi pesawat ulang-alik. Cepat atau lambat dampak buruknya akan terjadi, iklim dunia tak
terkendali. Esok menyakinkan Laik untuk tidak cemas. Karena bagi Esok, teknologi bisa
menaklukkan apapun. Percakapan mereka berakhir saat kristal salju turun. Esok minta maaf
karena hanya bisa betemu satu kali setahun. Bagi Lail, itu lebih dari cukup.

19

Maryam rusuh, menyerang Lail ketika ia kembali ke kamar. Lail terus menghindar.
Setelah semua rangkaian acara selesai, Lail dan Maryam kembali ke kota mereka. Tak disangka,
Claudia dan ibunya telah menunggu di peron stasiun kota mereka. Lail dan Maryam tak bisa
menolak jemputan itu. Sebelum pulang ke panti, mereka makan siang bersama terlebih dahulu.
Satu minggu kemudian, Lail dan Maryam pindah ke asrama Sekolah Keperawatan. Mereka juga
menyumbang cek digital yang didapat dari Ibu Kota untuk panti sosial. Ibu Suri menatap haru
dan berterima kasih.

20

Lail dan Maryam mulai menyesuaikan diri dengan sekolah baru. Semua kebuuhan ditanggung
sekolah. Suatu hari, mereka belajar tentang saraf manusia. Dengan teknologi modifikasi ingatan,
cukup memetakan saraf pasien, lalu menekan tombol hapus, memori menyakitkan itu terhapus.
Saat makan siang tiba, mereka membicarakaan tentang modifikasi ingatan. Lail memgatakan
bahwa itu bukanlah hal yang nyaman dibicarakan karena teknologi itu akan membuat kenangan
hilang. Maryam bertanya apakah suatu hari ia akan mencobanya. Lail mengatakan itu bukanlah
hal menarik untuk dibicarakan.

21

Situasi dunia setahun tetkahir kacau-balau. Setiap ada negara mengintervensi lapisan stratosfer,
imbasnya pindah ke negara lain. Selain sibuk sekolah, Lail dan Maryam juga melanjutkan
spesialisasi relawan medis. Setahun terkhir pula, Maryam rutin menggoda Lail tentang Esok.
Lail dan Maryam tiba di toko kue pagi-pagi sekali. Ibu Esok mengorbankan bahan terakhirnya
karena krisis bahan pangan melanda kota dan hal itu membuat toko kue besok tutup. Mereka
membuat kue lapis. Lail bertanya apakah Esok akan pulang. Ibu Esok menggeleng. Esok sibuk
sekali katanya. Lail dan Maryam pamit pulang membawa separuh kue lapis.
Apakah Lail jatuh cinta pada Esok. Pertanyaan itu terus terpikirkan saat usianya sembilan belas
tahun. Dua hari kemudian, Lail dan Maryam mendapat tugas dari markas Organisasi relawan.
Sektor 1, lokasi paling serius. Malamnya, Esok menelpon. Lail dan Esok saling tanya kabar dan
berbincang-bincang. Tapi tiba-tiba sinyal hilang, membuat Lail lemas. Sejam sinyal kembali.
Esok mengirim pesan ke Lail. Dan begitulah kisah mereka. Serindu apapun Lail kepada Esok, ia
tak akan pernah menelepon duluan. Sesuatu yang tak pernah dimengerti Maryam.

22

Dalam suasana panceklik yang semakin mengenaskan, jumlah penduduk yang meminta agar
pesawat ulang-alik dikirim ke angkasa semakin banyak. Sebagian penduduk kesulitan memenuhi
kebutuhan pokok. Breaking news. Pemimpin negeri memutuakan mengirim dua belas pesawat
ulang-alik ke stratosfer. Mereka saling merusak diri sendiri, saling menghancurkan, dan menuju
kepunahan. Sepanjang pagi televisi menyiarkan berita, siaran langsung peluncuran dua belas
pesawat itu. Lail berpikir apa kabar Esok saat ini? Apakah Esok tahu bahwa Lail selalu
memikirkannya?

23

Elijah juga tak setuju atas intervensi itu. Kemudian Elijah menatap Lail untuk melanjutkan
cerita.
Intervensi itu awalnya sangat menjanjikan. Musim dingin resmi berakhir. Butuh tiga bulan
hingga pertanian dan peternakan menghasilkan. Persis bulan ketiga, Lail dan Maryam
memgunjungi toko kue. Ibu Esok berkata bahwa Esok akan wisuda 3 bulan lagi. Pukul empat
sore, mereka pamit pulang. Sepanjang perjalanan, Maryam terus menyindir Lail. Percakapan
dengan Ibu Esok saat membuat kue membuat Lail berpikir banyak. Mengapa Esok tak
mengabarinya. Maryam menjelaskan karena Lail sendiri saja tak menelepon Esok duluan. Ujian
akhir semester sekolah keperawatan berlalu, mereka masuk masa liburan. Larut malam, Lail
tidak bisa tidur. Akhirnya yang ditunggu telah tiba. Esok menelepon, mengucap selamat lulus
mata kuliah tahun kedua. Esok pun meminta Lail datang ke Ibu Kota untuk menghadiri
wisudanya. Itu tawaran yang ditunggu-tungu Lail. Esok izin harus kembali bekerja
menyelesaikan kapal. Kapal? Lail hendak bertanya tapi batal. Lail berkata bahwa ia akan ke sana
bersama Maryam. Esok mengucap salam. Perlahan, gambar Esok hilang.

24

Pada suatu hari, Esok membawa Lail mengunjungi stadion. Kemudian dia menyampaikan
kepada Lail bahwa sekitar satu minggu lagi akan diluncurkan kapal raksasa. Dan hanya sepuluh
ribu orang yang terpilih secara acak yang dapat menumpangi kapal tersebut. Esok mendapatkan
dua tiket. Wali Kota meminta Lail supaya bisa membujuk Esok agar salah satu tiket yang
dimilikinya diberikan kepada anaknya yang bernama Claudia. Hingga pada jadwal
keberangkatan kapal, Lail mendengar informasi dari Istri Wali Kota bahwa salah satu tiket dari
Esok, diberikan kepada Claudia. Lail pun beranggapan bahwa Esok pergi bersama Claudia. Lail
merasa hatinya seperti tercabik-cabik. Akan tetapi, Claudia sebernarnya tidak pergi bersama
Esok melainkan dengan Ibunya Esok.

25

Lail langsung memutuskan untuk menghapus ingatannya tentang Esok. Maryam panik dan
langsung menyusul Lail untuk menghentikan perbuatannya. Akan tetapi, sudah terlambat. Lail
sudah memulai melakukan terapinya. Elijah menjelaskan sekali lagi kepada Lail bahwa
melupakan bukan jadi masalahnya, tetapi menerima.

26

Akhirnya Lail selesai melakukan terapi tersebut. Ternyata, ingatan Lail tentang Esok dan
Maryam tidak ikut terhapus. Melainkan menjadi benang biru yang menunjukkan kenangan yang
menyenangkan. Semua kenangannya, dipeluk erat-erat oloh Lail ketika terapi terakhir dilakukan.
27

Satu bulan kemudian, Esok dan Lail menikah di tengah teriknya matahari. Esok berjanji kepada
Lail kalau dia tidak akan meninggalkan Lail lagi.

B. Kelemahan dan Keunggulan

Kisah ceritanya menarik untuk disimak dan mendewasakan pikiran serta hati pembaca. Alur
cerita yang mengalir serta konflik batin yang ditonjolkan dalam novel ini mampu membuat
pembaca terhanyut dan ikut merasakan kejadian demi kejadian dengan seksama.Dengan latar
waktu tahun 2050-an, pembaca diajak berimajinasi. Membayangkan kondisi dunia masa depan,
dengan berbagai teknologi-teknologi canggih yang di dapat. Isi novel ini mudah dipahami oleh
pembaca karena bahasa yang digunakan sederhana dan dapat menginspirasi para pembaca.

Didalam novel ini, ada sedikit ketidakkonsistenan yaitu tentang tugas pertama Lail ke Sektor 3
atau Sektor 4. Ada halaman 120 tertulis : Jika kalian bersedia, setelah menerima pin besok pagi,
kalian akan ditugaskan segera di Sektor 3 selama liburan panjang. Namum, dalam halaman 135
tertulis : pagi ini kami berangkat ke Sektor 4. Penugasan pertama dari organisasi. Hal ini
sebaiknya bisa diperbaiki kekonsistenannya di cetakan berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai