GASTRITIS
NIM : C2118040
2
berupa senyawa anorganik maupun garam-garam, terutama kalsium fosfat. Kalsium
akan dilepaskan ke darah bila dibutuhkan.
Bentuk tulang
3
struktur tubuh dibagian bawahnya dan dapat ditemukan pada tulang pingul,
belikat, dan tempurung kepala.
Tulang tidak beraturan
Tulang tidak beraturan merupakan tulang dengan bentuk kompleks
yang berhubungan dengan fungsi khusus. Tulang tidak beraturan ditemukan
pada tulang rahang, tulang-tulang kepala, dan ruas-ruas tulang belakang.
Fisiologi Tulang
Fungsi tulang adalah sebagai berikut :
1. Mendukung jarinagn tubuh dan memberikan bentuk tubuh.
2. Melindungi organ tubuh (misalnya jantung, otak, dan paru-paru)
dan jaringan lunak.
3. Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi
dan pergerakan).
4. Membentuk sel-sel darah merah didalam sum-sum tulang belakang
(hematopoiesis).
5. Menyimpan garam mineral, misalnya kalsium, fosfor.
Kelenjar Paratiroid
4
dikendalikan oleh kadar kalsium plasma, yaitu dihambat sintesisnya bila
kadar kalsium tinggi dan dirangsang bila kadar kalsium rendah.
Jadi dapat disimpulkan bahwa penyakit oseomalacia ini dapat terjadi karena
penurunan asupan vitamin D, kalsium dan fosfat pada tulang, yang
menyebabkan tulang menjadi lunak dan rapuh sehingga tulang mudah
mengalami patah tulang.
Kelenjar paratiroid ada 4 berada di belakang kelenjar tiroid, yang berfungsi
untuk menjaga tingkat normal kalsium (komponen struktural utama dari
tulang yang memberi kekakuan pada tulang). Hormon paratiroid memiliki
pengaruh yang sangat kuat pada sel-sel tulang.
3. Etiologi
5
kadar 1,25 (OH)2 vitamin D pada beberapa pasien menjadi konsekuensi dari
abnormalitas metabolisme tubular proksimal. Pasien dengan asidosis tubular renal
dan sindrom Fanconi juga mengeksresikan banyak kalsium, magnesium, kalium,
asam urat, glukosa, asam amino dan sitrat. Osteomalasia akibat penggunaan
aluminium pada pasien dengan gagal ginjal kronik saat ini sudah jarang terjadi
karena pembatasan penggunaan pengikat fosfat yang mengandung aluminium
untuk mengendalikan hiperfosfatemia dan perbaikan metode untuk mempersiapkan
larutan dialisat.
4. Manifestasi Klinis
6
gangguan mineralisasi. Beberapa pasien dengan osteomalasia menunjukkan garis
radiolusen kortikal tipis (stress fracture) yang tegak lurus dengan tulang dan
seringkali simetris. Pasien lain memiliki fraktur lama pada kosta yang multipel
dengan pembentukan kalus yang buruk.
5. Patofisiologis
Bentuk aktif vitamin D diperlukan untuk absorpsi kalsium dan fosfor yang
optimal dari usus. Kalsium dan fosfor dipindahkan dari darah ke tulang untuk
mineralisasi normal. Jika terdapat kekurangan vitamin D, kalsium dan fosfor tidak
diabsorpsi dari usus dan kadar kalsium dan fosfor serum turun. Defisiensi mineral
ini pada gilirannya mengaktivasi kelenjar paratiroid, dengan kehilangan kalsium
dan fosfor dari tulang. Kehilangan kalsium dan fosfat yang berlebihan dalam tulang
mengganggu mineralisasi kalsium. Gangguan mineralisasi tulang menyebaban
abnormalitas ditulang spons dan tulang padat. Osteoid (bagian matriks yang lunak
dan tidak terkalsifikasi) terus menghasilkan terapi tidak mineralisasi. Penumpukan
abnormal tulang demineralisasi menyebabkan deformitas besar pada tulang
panjang, spina, panggul, dan tengkorak, menyebabkan tulang lunak dan tidak
mampu menyangga beban dan menekan atau membebani gerakan tubuh.
6. Penatalaksanaan Medis
7
a. Penatalaksanaan Medik
8
TINJAUAN KASUS OSTEOMALASIA
3.1 Pengkajian
Anamnesis
1. Data demografi : data ini meliputi nama,usia, jenis kelamin, tempat tinggal
orang yang dekat dengan klien.
2. Riwayat perkembangan : data ini untuk mengetahui tingkat perkembangan
pada neonatus,bayi,prasekolah,remaja,dewasa,tua.
3. Riwayat sosial : data ini meliputi pendidikan dan pekerjaan. Sseorang yang
terpapar terus-menerus dengan agens tertentu dalam pekerjaan status
kesehatan dapat dipengaruhi.
4. Riwayat penyakit keturunan : riwayat penyakit keluarga perlu diketahui
untuk menentukan hubungan genetik yang perlu diidentifikasi misalnya
(penyakit diabetes melitus yang merupakan predisposisi penyakit sendi
degeneratif,TBC,artritis,riketsia,osteomielitis dll).
5. Riwayat diet : identifikasi adanya kelebihan berat badan karena kondisi ini
dapat mengakibatkan stes pada sendi penyangga tubuh dan predisposisi
terjadi instabilitas ligamen,khsu pada punggung bagian bawah, kurangnya
asupan kalsium dapat menimbulkan fraktur karena adanya delkasifikasi.
Bagaimana menu makanan sehari-hari dan konsumsi vitamin A,D,
kalsium, serta protein yang merupakan zat untuk menjaga kondisi
muskuloskeletal.
6. Aktivitas kegiatan sehari-hari : identifikasi pkerjaan pasien dan aktivitas
sehari-hari. Kebiasaan membawah benda-benda berat yang dapat
9
menimbulkan regangan otot dan trauma lainya. Kurangnya melakukan
aktivitas mengakibatkan tonus otot menurun. Fraktur atau trauma dapt
timbul pada olahraga sepak bola dan hoki, sedangkan nyeri sendi tengan
dapat timbul akibat olahraga tenis. Pemakaian hak sepatu yang terlalu
tinggi dapat menimbulkan kontraksi pada tendon achiles dan dapat terjadi
dislokasi. Perlu di kaji pula aktivitas hidup sehari-hari, saat ambulasi
apakah ada nyeri pada sendi, apakah menggunakan alat bantu (kursi
roda,tongkat ataupun walker).
7. Riwayat ksehatan masa lalu : data ini meliputi kondisi kesehatan individu.
Data tentang adanya efek langsung atau tidak langsung terhadap
muskulokeletal, misalnya riwayat trauma atau kerusakan tulang rawan,
riwaya artritis osteomielitis.
8. Riwayar kesehatan sekarang : sejak kapan timbul keluhan, apakah ada
riwayat trauma. Hal-hal yang menimbulkan gejala. Timbulnya gejala
mendadak atau berlahan. Timbulnya untuk pertamakalinya atau berulang.
Perlu ditanyakan pula tentang ada tidak gangguan pada sistem lainnya kaji
klien untuk mengungkapkan alasan klien emeriksa diri atau mengunjungi
fasilitas kesehatan, keluhan utama pasien dan ganngguan muskuloskeletal
meliputi :
1) Nyeri : identifikasi lokasi nyeri. Nyeri biasanya berkaitan dengan
pembuluh darah,sendi,fasia atau periosteum. Nyeri berdenyut
biasanya berkaitan dengan tulang dan sakit berkaitan dengan otot,
sedangkan nyeri yang menusuk berkaitan dengan fraktur atau
infeksi tulang. Identifikasi apakah nyeri timbul setelah diberi
aktivitas atau gerakan. Nyeri saat bergerak merupakan satu tanda
masalah persendian. Degenerasi panggul menimbulkan nyeri
selama badan bertumpu pada sendi tersebut. Degenerasi pada lutut
menimbulkan nyeri selama dan setelah berjalan. Nyeri pada
osteoartritis makin meningkat pada suhu dingin. Tanyakan kapan
nyeri makin meningkat pada pagi atau malam hari. Inflamasi pada
bursa dan tendon makin meningkat pada malam hari. Tanyakan
10
apakah nyeri hilang saat istirahat. Apakah nyeri bisa diatasi dengan
obat tersebut.
2) Kekuatan sendi : tanyakan sendi mana yang mengalami kekakuan,
lamanya kekakuan tersebut dan apakah selalu terjadi kekakuan.
Beberapa kondisi seperti spondilitis ankilosis terjadi remisi
kekakuan beberapa kali sehari. Pada penyakit degenerasi sendi
sering terjadi kekakuan yang meningkat pada pagi setelah bangun
tidur (inaktivitas). Bagaimana dengan perubahan suhu dan
aktivitas. Suhu dingin dan kurang aktivitas biasanya meningkatkan
kekakuan sendi. Suhu panas biasanya menurunkan spasmen otot.
3) Bengkak : tanyakan berapa lama terjadi pembengkakan, apakah
juga disertai dengan nyeri, karena bengkak dan nyeri sering
menyertai cedera pada otot. Penyakit degenerasi sendi sering kali
tidak timbul bengkak pada awal serangan, tetepi muncul setelah
beberapa minggu terjadi nyeri. Dengan istirahat dan meninggikan
bagian tubuh,ada yang dipasang gips. Identifikasi apakah ada
padas atau kemerahan karen tanda tersebut menunjukan adanya
inflamasi,infeksi atau cedera.
4) Derformitas dan imobilitas : tanyakan kapan terjadinya, apakah
tiba-tiba atau bertahap, apakah menimbulkan keterbatasan gerak.
Apakah semakin memburuk dengan aktivitas, apakah dengan
posisi tertentu makin memburuk. Apakah klien menggunakan alat
bantu (kruk,tongkat dll).
5) Perubahan sensori : tanyakan apakah ada penurunan rasa pada
bagian tubuh tertentu. Apakah menurutnya rasa atau sensasi
tersebut berkaitan dengan nyeri. Penekanan pada syaraf dan
pembuluh darah akibat bengkak,tumor atau fraktur dapat
menyebabkan menurunnya sensasi.
Pemeriksaan fisik
11
Pengkajian skeletal tubuh
Pada saat inspeksi tulang belakang sebaiknya baju pasien dilepaskan untuk melihat
seluruh punggung,bkng dan tungkai. Pemeriksaan kurvantura tulang belakang dan
kesimetrisan batang tubuh dilakukan dari pandangan anterior,posterior,dan lateral.
Dengan berdiri dibelakang pasien,perhatikan setiab perbedaan tinggi bahu dan
krista iliaka. Lipatan bokong normalnya simetris. Kesimetrisan bahu,pinggul dan
12
kelurusan tulang belakang diperiksa pada posisi pasien berdiri tegak dan
membungkuk ke depan.
1. Jika sendi diekstensikan maksimal namun masih ada sisa fleksi, luas grakan
ini dianggap terbatas. Keterbatasan ini dapat disebabkan oleh deformitas
skeletal, patologi sendi, kontraktur otot dan tendon sekitar.
2. Jika gerakan sendi mengalami gangguan atau nyeri, harus dipaksa adanya
kelebihan cairan dalam kapsulnya (efusi) pembengkakan dan inflamasi.
Tempat yang sering terjadi efusi adalah pada lutut.
Palapasi sendi sambil sendi digerakkan secara pasif akan memberi informasi
mengenai inegritas sendi. Suara “gemeletuk” dapat menunjukan adanya ligamen
yang tergelncir di antara tonjolan tulang. Adanya krepitus karena permukaan sendi
yang tidak rata di temukan pada pasien artritis. Jaringan sekitar sendi terdapat
benjolan yang khas di temukan pada pasien :
Kadang-kadang ukuran sendi menonjol akibat artrofi otot di proksimal dan distal
sendi sering terlihat pada artritis reumatoid sendi lutut.
13
Pengkajian sistem otot
14
Pada pengkajian ini, pasien diminta berjalan. Perhatikan hal berikut :
3.3 Intervensi
Diagnosa
No Keperawata Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
n
1 Nyeri b/d Tujuan : NIC
agen cedera Setelah dilakukan perawatan Pain Management
klien melaporkan nyeri 1. Lakukan pengkajian nyeri
fisik,
berkurang atau hilang secara komprehensif
biologis NOC label : termasuk lokasi,
karakteristik, durasi
- Pain Level frekuensi, kualitas dan
- Pain control faktor presipitasi
- Comfort level 2. Observasi reaksi nonverbal
dan ketidaknyamanan
3. Gunakan teknik
Kriteria Hasil : komunikasi terapeutik
1. Mampu mengontrol nyeri untuk mengetahui
(tahu penyebab nyeri, pengalaman nyeri pasien
mampu menggunakan tehnik
15
nonfarmakologi untuk 4. Kaji kultur yang
mengurangi nyeri, mencari mempengaruhi respon
bantuan) nyeri
2. Melaporkan bahwa nyeri 5. Evaluasi pengalaman nyeri
berkurang dengan masa lampau
menggunakan manajemen 6. Evaluasi bersama pasien
nyeri dan tim kesehatan lain
3. Mampu mengenali nyeri tentang ketidakefektifan
(skala, intensitas, frekuensi kontrol nyeri masa Iampau
dan tanda nyeri) 7. Bantu pasierl dan keluarga
4. Menyatakan rasa nyaman untuk mencari dan
setelah nyeri berkurang menemukan dukungan
8. Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
9. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
10. Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan
intervensi
11. Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
12. Berikan anaIgetik untuk
mengurangi nyeri
13. Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
14. Tingkatkan istirahat
15. Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak
berhasil
16. Monitor penerimaan
pasien tentang manajemen
nyeri
Analgesic Administration
1. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan
16
derajat nyeri sebelum
pemberian obat
2. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi
dari analgesik ketika
pemberian lebih dari Satu
5. Tentukan pilihan
analgesik tergantung tipe
dan beratnya nyeri
6. Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
7. Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
8. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
9. Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
2 Hambatan Tujuan : NIC Label :
mobilitas Setelah dilakukan perawatan, 1. Kaji keterbatasan gerak
klien dapat melakukan semdi
fisik b/d
mobilisasi dengan atau tanpa 2. Monitor lokasi
gangguan bantuan perawat ketidaknyamanan atau
cara berjalan Noc Label : Body Mechanics nyeri saat beraktivitas
Performance 3. Lindungi pasien dari
Kriteria hasil : cedera selama latihan
-Klien dapat melakukan ROM 4. Ajarkan penggunaan alat
aktif bantu berpindah
-Klien dapat berpindah dengan 5. Jelaskan pada pasien
bantuan alat tentang pentingnya
pembatasan aktivitas
17
6. Anjurkan partisipasi aktif
sesuai kemampuan dalam
kegiatan sehari – hari
7. Anjurkan pasien
melakukan range of
motian pasif bila
diindikasikan
18
berhubungan Setelah dilakukan asuhan 1. Dorong pasien
dengan keperawatan diharapkan pasien mengidentifikasi
tidak mengalami harga diri kekuatan dirinya
perubahan
rendah. 2. Ajarkan keterampilan
penampilan NOC label: perilaku yang positif
peran. - Body Image, disiturbed melalui bermain peran,
Kriteria hasil : model peran, diskusi
1. Menunjukkan Penilaian 3. Dukung peningkatan
pribadi tentang harga diri tanggung jawab diri, jika
2. Mengungkapkan diperlukan
penerimaan diri 4. Buat statement positif
3. Komunikasi terbuka terhadap pasien
4. Mengatakan optimisme 5. Monitor frekuensi
tentang masa depan komunikasi verbal pasien
5. Menggunakan strategi yang negative
koping efektif 6. Dukung pasien untuk
menerima tantangan baru
7. Kaji alasan-alasan untuk
mengkritik atau
menyalahkan diri sendiri
8. Kolaborasi dengan
sumber-sumber lain
(petugas dinas social,
perawat spesialis klinis,
dan layanan keagamaan)
Counseling
1. Menggunakan proses
pertolongan interakftif
yang berfokus pada
kebutuhan, masalah, atau
perasaan pasien dan orang
terdekat untuk
meningkatkan atau
mendukung koping
pemecahan masalah
19
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal Mulyana Ardi (20 juli 2016) (Farmakologi penerbit ECG halaman 568)
Lawler W,dkk. Buku pintar Patologi untuk kedokteran gig. Jakarta : ECG
(halaman 177) oleh
20