GASTRITIS
c. Antrum pylorus
Adalah bagian lambung berbentuk tabung mempunyai otot yang tebal
membentuk spinter pylorus
d. Kurvatura minor
Terdapat di sebelah kanan lambung terbentang dari sisi kiri osteum
kardiak sampai pylorus
e. Kurvatura mayor
Lebih panjang dari kurvatura minor terbentang dari sisi kiri osteum
kardiokum melalui fundus ventrikuli menuju kekanan sampai ke pylorus
inferior
f. Osteum kardiak
Merupalam tempat dimana esophagus bagian kanan abdomen masuk ke
lambung.
Susunan lapiran dari bagian dalam keluar, terdiri dari lapisan selaput
lender, apabila lambung dikosongkan, lapisan ini akan berlipat-lipat yang
disebut rugae, lapisan otot melingkar (,uskulus obiliqus), lapisan otot
panjang (muskulus longitiginal) dan lapisan jaringan ikat serosa
(peritoneum).
Sekresi getah lambung mulai terjadi pada awal orang makan. Bila
melihat orang makan dan mencium bau makanan maka seksresi lambung
akan terangsang. Rasa makanan merangsang sekresi lambung karena
kerja saraf menimbulkan rangsangan kimiawi yang menyebabkan dinding
lambung melepas hormone yang disebut sekresi getah lambung.
Fisiologi
C. Epidemiologi Gastritis
Badan penelitian kesehatan dunia WHO mengadakan tinjauan
terhadap beberapa negara dunia dan mendapatkan hasil persentase
dari angka kejadian gastritisdi dunia, diantaranya Inggris 22%, China
31%, Jepang 14,5%, Kanada 35%, danPerancis 29,5%. Di dunia,
insiden gastritis sekitar 1,8-2,1 juta dari jumlah
penduduk setiap tahun. Insiden terjadinya gastritis di Asia Tenggara sekitar
583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya. Prevalensi gastritis yang
dikonfirmasi melalui endoskopi pada populasi di Shanghai sekitar
17,2%yang secara substantial lebih tinggi daripada populasi di barat
yang berkisar4,1% dan bersifat asimptomatik. Gastritisbiasanya dianggap
sebagai suatu halyang remeh namun gastritis merupakan awal dari
sebuah penyakit yang dapat menyusahkan kita. Persentase
dariangka kejadian gastritis di Indonesiamenurut WHO adalah
40,8%. Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di Indonesia
cukup tinggi dengan prevalensi 274,396 kasus dari238,452,952 jiwa
penduduk (Kurnia dan Rahmi, 2014)
D. Etiologi Gastritis
Menurut Muttaqin (2011) Penyebab dari gastritis antara lain :
1. Obat-obatan, seperti obat antiinflamasi nonsteroid / OAINS (indometasin,
ibuprofen, dan asam salisilat), sulfonamide, steroid, kokain, agen
kemoterapi (mitomisin, 5-fluora-2-deoxyuriine), salisilat, dan digitalis
bersifat mengiritasi mukosa lambung.
2. Minuman beralkohol ; seperti : whisky,vodka, dan gin.
3. Infeksi bakteri ; seperti H. pylor (paling sering), H. heilmanii, streptococci,
staphylococci, proteus spesies, clostridium spesies, E. coli, tuberculosis,
dan secondary syphilis.
4. Infeksi virus oleh Sitomegalovirus
5. Infeksi jamur ; candidiasis, histoplasmosis, dan phycomycosis. 16
6. Stress fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan,
gagal napas, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat, dan refluks
ususlambung.
7. Makanan dan minuman yang bersifat iritan . makanan berbumbu dan
minuman dengan kandungan kafein dan alkohol merupakan agen-agen
iritasi mukosa lambung.
8. Garam empedu, terjadi pada kondisi refluks garam empedu (komponen
penting alkali untuk aktivasi enzim-enzim gastrointestinal) dari usus kecil
ke mukosa lambungsehingga menimbulkan respon peradangan mukosa.
9. Iskemia, hal ini berhubungan dengan akibat penurunan aliran darah ke
lambung.
10. Trauma langsung lambung, berhubungan dengan keseimbangan antara
agresi dan mekanisme pertahanan umtuk menjaga integritas mukosa, yang
dapat menimbulkan respon peradangan pada mukosa lambung.
I. Komplikasi
J. Pemeriksaan Diagnosik
Pemeriksaan dignostik menurut Dermawan (2010) dan Doenges (2000) sebagai
berikut :
1. Radiology: sinar x gastrointestinal bagian atas
2. Endoskopy : gastroscopy ditemukan muksa yang hiperemik
3. Laboratorium: mengetahui kadar asam hidroklorida
4. EGD (Esofagagastriduodenoskopi): tes diagnostik kunci untuk perdarahan
gastritis, dilakukan untuk melihat sisi perdarahan atau derajat ulkus jaringan
atau cidera
5. Pemeriksaan Histopatologi: tampak kerusakan mukosa karena erosi tidak
pernah melewati mukosa muskularis.
6. Analisa gaster: dapat dilakukan untuk menentukan adanya darah, mengkaji
aktivitas sekretori mukosa gaster, contoh peningkatan asam hidroklorik dan
pembentukan asam noktura
7. Penyebab ulkus duodenal.
8. Feses: tes feses akan positif H. PyloryKreatinin : biasanya tidak meningkat
bila perfusi ginjal di pertahankan.
9. Amonia: dapat meningkat apabila disfungsi hati berat menganggu
metabolisme dan eksresi urea atau transfusi darah lengkap dan jumlah besar
diberikan.
10. Natrium: dapat meningkat sebagai kompensasi hormonal terhadap simpanan
cairan tubuh.
11. Kalium: dapat menurun pada awal karena pengosongan gaster berat atau
muntah atau diare berdarah. Peningkatan kadar kalium dapat terjadi setelah
trasfusi darah.
12. Amilase serum: meningkat dengan ulkus duodenal, kadar rendah diduga
gastritis.
K. Penatalaksanan
1. Gastritis Akut
Menurut Brunner dan Suddarth, 2001 penatalaksanaan medis pada
pasien gastritis akut diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk
menghindari alcohol dan makanan samapi gejala berkurang. Bila pasien
mampu makan melalui mulut, diet mengandung gizi dianjurkan. Bila gejala
menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral. Bila perdarahan terjadi,
maka penatalaksanaan adalah serupa dengan prosedur yang dilakukan
untuk hemoragi saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis diakibatkan oleh
mencerna makanan yang sangat asam, pengobatan terdiri dari pengenceran
dan penetralisasian agen penyebab. Untuk menetralisir asam digunakan
antacid umum. Dan bila korosi luas atau berat dihindari karena bahaya
perforasi.
Sedangkan menurut Sjamsuhidajat, 2004 penatalaksanaannya jika
terjadi perdarahan, tindakan pertama adalah tindakan konservatif berupa
pembilasan air es disertai pemberian antacid dan antagonis reseptor H2.
Pemberian obat yang berlanjut memerlukan tindakan bedah.
2. Gastritis Kronik
Menurut Brunner dan Suddarth, 2001 penatalaksanaan medis pada
pasien gastritis kronik diatasi dengan memodifikasi diet pasien,
meningkatkan istirahat, mengurangi stress dan memuli farmakoterapi.
Helicobacter pylori dapat diatasi dengan antibiotic dan bismuth.
Sedangkan menurut Mansjoer, 2001 penatalaksanaan yang dilakukan
pertama kali adalah jika tidak dapat dilakukan endoskopi caranya yaitu
dengan mengatasi dan menghindari penyebab pada gastritis akut, kemudian
diberikan pengobatan empiris berupa antacid. Tetapi jika endoskopi dapat
dilakukan berikan terapi eradikasi.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan yang meliputi aspek bio,
psiko, sosio dan spiritual secara komprehensif. Maksud dari pengkajian adalah untuk
mendapatkan informasi atau data tentang pasien. Data tersebut berasal dari pasien (data
primer), dari keluarga (data sekunder) dan data dari catatan yang ada (data tersier).
Pengkajian dilakukan dengan pendekatan proses keperawatan melalui wawancara,
observasi langsung, dan melihat catatan medis, adapun data yang diperlukan pada klien
Gastritis adalah sebagai berikut :
1. Data dasar
Adapun data dasar yang dikumpulkan meliputi :
a. Identitas klien
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk rumah sakit dan diagnose medis.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Meliputi perjalanan penyakitnya, awal dari gejala yang dirasakan klien, keluhan
timbul secara mendadak atau bertahap, factor pencetus, upaya yang dilakukan
untuk mengatasi masalah tersebut.
c. Riwayat kesehatan masa lalu
Meliputi penyakit yang berhubungan dengan penyakit sekarang, riwayat
kecelakaan, riwayat dirawat dirumah sakit dan riwayat pemakaian obat.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi adakah keluarga yang mempunyai penyakit keturunan seperti
hipertensi, jantung, DM, dan lain-lain.
e. Riwayat psikososial
Meliputi mekanisme koping yang digunakan klien untuk mengatasi masalah
dan bagaimana motivasi kesembuhan dan cara klien menerima keadaannya.
f. Pola kebiasaan sehari-hari
Meliputi cairan, nutrisi, eliminasi, personal hygiene, istirahat tidur,
aktivitas dan latihan serta kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan yang dilakukan mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan
menggunakan 4 teknik yaitu palpasi, inspeksi, auskultasi dan perkusi. Menurut
Doengoes, 2000 adapun hasil pengkajiannya yaitu :
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : lemah, lemas, gangguan pola tidur dan istirahat, kram abdomen,
nyeri ulu hati.
Tanda : nyeri ulu hati saat istirahat.
b. Sirkulasi
Gejala : keringat dingin (menunjukkan status syok, nyeri akut, respon
psikologik)
c. Eliminasi
Gejala : bising usus hiperperaktif atau hipoaktif, abdomen teraba keras.
Distensi perubahan pola BAB.
Tanda : feses encer atau bercampur darah (melena), bau busuk, konstipasi.
d. Integritas ego
Gejala : stress (keuangan, hubungan kerja). Perasaan tidak berdaya.
Tanda : ansietas, misalnya : gelisah, pucat, berkeringat, perhatian
menyempit, gemetar.
e. Makanan dan cairan
Gejala : anoreksia, mual dan muntah, nyeri ulu hati, kram pada abdomen,
sendawa bau busa, penurunan berat badan.
Tanda : membrane mukosa kering, muntah berupa cairan yang berwarna
kekuning-kuningan, distensi abdomen, kram pada abdomen.
f. Neurosensori
Gejala : pusing, pandangan berkunang-kunang, kelemahan pada otot
Tanda : lethargi, disorientasi (mengantuk)
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri epigastrium kiri samping tengah atau ulu hati, nyeri yang
digambarkan sampai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih.
Tanda : meringis, ekspresi wajah tegang.
h. Pernafasan
Gejala : sedikit sesak
3. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut priyanto, 2006 pemeriksaan diagnostik yang dianjurkan untuk pasien
gastritis adalah:
a. Pemeriksaan darah seperti Hb, Ht, Leukosit, Trombosit.
b. Pemeriksaan endoskopi.
c. Pemeriksaan hispatologi biopsy segmen lambung.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Sebelum membuat diagnosa keperawatan maka data yang terkumpul
diidentifikasi untuk menentukan masalah melalui analisa data, pengelompokkan
data dan menentukan diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan adalah
keputusan atau kesimpulan yang terjadi akibat dari hasil pengkajian keperawatan.
Menurut Nanda, (2015) dan Nanda (2018) diagnosa keperawatan pada klien
dengan Gastritis adalah :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera boilogis
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan asupan diet kurang
3. Defisien volume cairan berhubungan dengan asupan cairan kurang
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA KRITERIA HASIL INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN (NOC)
Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan Pain management :
1. Lakukan pengkajian
dengan agen cedera tindakan keperawatan
nyeri secara
biologis selama 2x24 jam konprehensip
termasuk lokasi,
diharapkan nyeri
karateristik, durasi,
berkurang. frekuensi, kualitas dan
factor presipitasi
- Pain level
2. Obsevasi reaksi
- Pain control nonverbal dari ketidak
nyamanan
- Comport level
3. Gunakan tekhnik
Kriteria hasil : komunikasi terapeutik
1. Mampu mengontrol untuk mengetahui
nyeri (tahu penyebab pengalaman
nyeri mampu nyeri pasien
menggunakan tekhnik 4. Kaji kultur yang
nonfarmakologi untuk mempengaruhi respon
mengurangi nyeri, nyeri
mencari bantuan) 5. Evaluasi pengalaman
2. Melaporkan bahwa nyeri masa lampau
nyeri berkurang 6. Evaluasi bersama
dengan menggunakan pasien dan tim
manajemen nyeri kesehatan lain tentang
3. Mampu mengenali ketidakefektifan
skala nyeri kontrol nyeri masa
4. Menyatakan rasa lampau
nyaman setelah nyeri 7. Bantu pasien dan
berkurang keluarga untuk
mencari dan
menemukan dukungan
8. Kontrol lingkungan
yang dapat
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
9. Kurangi factor
presipitasi nyeri
10. Pilih dan lakukan
penangani nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan
interpersonal)
11. Kaji tipe dan sumber
nyeri
12. Ajarkan tentang
tehknik
nonfarmakologi
13. Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
14. Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
15. Tingkatkan istirahat
Analgesic
Administration
1. Tentukan lokasi,
karateristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
2. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Evaluasi keefekifan
analgesic tanda dan
gejala
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Penentuan masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi adalah dengan cara
membandingkan antara SOAP dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.
S (Subjective) : Informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien setelah
tindakan diberikan.
O (Objective) : Informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian,
pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan
dilakukan.
A (Analisis) : Membandingkan antara informasi subjective dan objective
dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil
kesimpulan bahwa masalah teratasi, teratasi sebahagian, atau
tidak teratasi.
P (Planning) : Rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan
hasil analisa.
Evaluasi
DX 1 :
Pasien melaporkan nyeri berkurang
Pasien dapat mengenal lamanya (onset) nyeri
Pasien dapat menggambarkan faktor penyebab
Pasien dapat menggunakan teknik non farmakologis
Pasien menggunakan analgesik sesuai instruksi
DX 2
Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
DX 3
Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB.
Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
Elastisitas turgor kulit baik membran mukosa lembab, tidak ada rasa
haus yang berlebihan
DAFTAR PUSTAKA