A. LATAR BELAKANG
Kesehatan jiwa adalah sesuatu bagian yang integral dari kesehatan menurut World health
Organisation (WHO) dalam Yosep (2007), kesehatan jiwa bukan hanya tidak ada gangguan jiwa
melainkan mengandung berbagai karakteristik yang positif yang menggambarkan keselarasan
dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya. Sedangkan
menurut undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2014, menjelaskan bahwa
kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seseorang individu dapat berkembang secara fisik, mental,
spiritual dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi
tekanan, dapat bekerja secara produktif dan mampu memberikan kontribusi untuk
komunitasnya.
Gangguan kesehatan jiwa secara garis besar dibedakan menjadi dua yaitu orang dengan
masalah kejiwaan (ODMK) orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). ODMK adalah orang yang
mempunyai masalah fisik, mental, sosial, pertumbuhan dan perkembangan, dan/ kualitas hidup
sehingga memiliki resiko mengalami gangguan jiwa. ODGJ adalah orang yang mengalami
gangguan dalam pikiran, perilaku dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan
gejala dan / perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan
hambatan dalam menjalankan fungsi orang sebagai manusia (UU No. 18 Tahun 2014).
Gangguan jiwa terjadi cenderung meningkat. Peristiwa kehidupan yang penuh tekanan
seperti kehilangan orang yang dicintai, putusnya hubungan sosial, pengangguran, masalah dalam
pernikahan, kesulitan ekonomi, tekanan pekerjaan dan deskriminasi meningkatkan resiko
penderita gangguan jiwa. Menurut WHO tahun 2012 terdapat 450 juta orang menderita
gangguan jiwa. Ini merupakan sesuatu yang sangat serius dan World Bank menyimpulkan
bahwa saat ini gangguan jiwa dapat mengakibatkan penurunan produktivitas sampai dengan 8,5
%. Gangguan jiwa menempati urutan kedua setelah penyakit infeksi dan prevalensi kejadiannya
sebesar 11,5 % ( Depkes RI, 2014).
Lebih dari 90 % pasien dengan Skizofrenia mengalami halusinasi. Meski halusinasinya
bervariasi, tetapi sebagian besar pasien dengan Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa mengalami
halusinasi penglihatan dan halusinasi pendengaran.
Skizofrenia (Schizophrenia) adalah gangguan yang terjadi pada fungsi otak yang
mempengaruhi persepsi pasien, cara berfikir, bahasa, emosi dan perilaku sosialnya (neurogical
disease that affects a person’s perfection thingking, language, emotion, and social behavior):
(Yosep, 2009).
Menurut Maramis (1998) dalam Muhith ( 2015), skizofrenia merupakan salah satu gejala
yang sering ditemukan pada klien gangguan jiwa. Halusinasi merupakan gangguan persepsi
dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca
indera tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami seperti suatu persepsi
melalui panca indra tanpa stimulus eksternal (persepsi palsu). Halusinasi pendengaran adalah
gangguan stimulus dimana mendengar suara-suara terutama suara orang, biasanya pasien
mendengar suara orang yang sedang membicarakan Apa yang sedang dipikirkannya dan
memerintahkan untuk melakukan sesuatu (Prabowo, 2014)
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif pada pasien dengan
skizoferinia dengan berbagai tipe, khususnya Skizofrenia residual.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui konsep teori skizofrenia residual
b. Mengetahui tindakan asuhan keperawatan pada pasien skizofrenia residual
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. R DENGAN SKIZOPRENIA RESIDUAL
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. R
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempat / Tanggal Lahir : Binjai / 01 November 1987
Alamat : Jln. Aibtu Radiman No. 10-C Link. IV. Kel. Tangsi
Pendidikan : SMA
Penanggung Jawab
Nama : Ny. N
Hubungan dengan klien : Orangtua
B. ALASAN MASUK
Karena pasien melihat bayangan-bayangan dengan kondisi gaduh, gelisah, ngamuk.
C. FAKTOR PREDISPOSISI
- Klien pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya
- Dalam pengobatan sebelumnya klien belum pernah sembuh total.
- Dalam keluarga klien tidak ada yang mengalami gangguan jiwa.
- Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan.
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda Vital
TD : 120/80 mmHg
RR : 82 x / menit
S : 36,5ºC
N : 20 X / menit
2. Keluhan fisik yaitu nyeri kut
E. PSIKOSOSIAL
1. Konsep diri
a. Citra tubuh : Mengatakan bagian tubuh yang disukainya adalah bagian wajahnya
b. Identitas diri : tidak terkaji
c. Peran : Klien mengatakan sedih
d. Ideal diri : tidak terkaji
e. Harga diri : Harga diri rendah kronik
2. Hubungan sosial : klien merasa malu dan minder saat berinteraksi dengan orang lain.
3. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien beragama islam
b. Kegiatan ibadah : Klien tidak pernah sembahyang
F. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Cara berpakaian tidak seperti biasa.
2. Pembicaraan
Tidak mampu memulai pembicaraan
3. Aktivitas motorik
Gelisah.
4. Alam perasaan
5. Ketakutan disaat melihat bayangan-bayangan yang selalu mengganggunya
6. Afek
Labil
7. Interaksi selama wawancara
Pada saat interaksi tidak ditemukan masalah dalam melakukan wawancara, dan klien
kooperatif dalam menjawab pertanyaan yang diberikan.
8. Persepsi
Penglihatan. Klien sering melihat bayangan-bayangan yang mengganggunya
9. Isi pikir
Fobia. Klien mengalami gangguan fobia dan tidak mengalami waham. Klien merasa
takut pada saat halusinasinya muncul
10. Proses pikir
Flight of idea, Pembicaraan klien meloncat-loncat dari satu topik ke topik yang lain
dan terkadang berhenti sebentar lalu dilanjutkan kembali, bicara kurang jelas.
11. Tingkat kesadaran
Klien mengatakan bisa menyebutkan waktu dan orang secara benar.
12. Memori
Klien tidak mengalami gangguan daya ingat jangka panjang, jangka pendek, dan saat
ini karena klien dapat menceritakan apa yang dialaminya pada masa lalu.
13. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien kadang tidak mampu berkonsentrasi ketika ditanya Kemampuan penilaian
14. Daya tilik diri
Klien mengatakan bahwa dirinya sedang sakit.
G. KEBUTUHAN PERENCANAAN
1. Klien mampu makan sendiri, makan 3 kali sehari, klient juga dapat mengambil
minumannya sendiri tetapi makanannya masih terhambur dan masih diarahkan untuk
cuci tangan. BAB dan BAK mampu melakukan sendiri tanpa bantuan orang lain.
2. Klien mampu mandi sendiri dengan diarahkan dan mengganti pakaian setelah mandi.
Klien mampu mengenakan pakaian sendiri setelah mandi, klien jarang mengganti
pakaian, bila kuku panjang klien tidak mampu untuk memotong kukunya sendiri. Jam
tidur klien tidak menentu. Klien mampu minum obat sendiri dengan memerlukan
bantuan dalam mengetahui nama obat, dosis, manfaat dan efek yang ditimbulkan.
Klien tidak pernah melakukan kegiatan di dalam rumah seperti mempersiapkan
makanan, menjaga kerapian rumah, mencuci pakaian, ataupun Mengatur keuangan.
Klien tidak suka melakukan kegiatan di luar rumah seperti belanja, memakai
transportasi dan lain-lain. Klien tampak tidak rapih, Gigi tampak kotor dan kuning
badan klien agak bau, klien mengatakan pakaiannya jarang diganti, klien tampak
mandi 1 kali sehari.
3. Klien mau berbicara dengan orang lain.
4. Reaksi klien lambat dan klien mengalami halusinasi penglihatan
5. Klien lebih kooperatif dengan orang lain, selalu berinteraksi dengan orang lain,
pendidikan klient sampai SMA saja, klien tinggal bersama keluarganya serta klien bisa
berinteraksi dengan semua anggota keluarganya, sekarang klien hanya memikirkan
untuk kesembuhannya.
6. Klien belum mampu mengetahui penyakit yang dialaminya sekarang.
H. ANALISA DATA
Keliat dan Akemat. 2006. Modul Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
FKUI : Jakarta
Prabowo. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Nuha Medika :
Yohyakarta
Rs. Jiwa Prov. Sultra 2015. Profil Kesehatan RS Jiwa Prov Sulawesi Tenggara
Kendari.