Anda di halaman 1dari 22

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN

RHEUMATOID ARTHRITIS

Disusun oleh:

Vidini Istiqomah
Daras Hardian
Aang saefudin
Nur anisah

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KHARISMA KARAWANG


Jl. By pass km.01 Karawang Barat
2019
KATA PENGANTAR

Sebagai pengantar, makalah “Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada


Reumatoid ” disusun untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah dan menjadi sumber informasi bagi mahasiswa dan dosen.

Makalah ini ditampilkan dengan pola sistematis yang dapat memberiakan


wawasan bagi mahasiwa perawat untuk bertindak dengan berdasarkan penalaran
ilmiah.Dengan mengupas penyakit Reumatoid dengan menjalankan asuhan
keperawatan.

Penulis menyampaikan ucapan trimakasih kepada pihak-pihak yang telah


berkontribusi dalam penyusunan makalah ini dan kepada penulis dari sumber-
sumber yang digunakan.

Semoga makalah ini dapat membantu mahasiswa keperawatan dalam


mengaplikasikan asuhan keperawatan medikal bedah.

Karawang, 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Cover .......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .............................................................................. iii

DAFTAR ISI ............................................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .................................................................................. 2
C. Tujuan .................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN TEORI DAN PEMBAHASAN

A. Pengertian Artritis Reumatoid ............................................................... 3


B. Tanda dan Gejala Artritis Reumatoid .................................................... 3
C. Etiologi Artritis Reumatoid.................................................................... 3
D. Patofisiologi Artritis Reumatoid ............................................................ 4
E. Manifestasi Klinis .................................................................................. 4
F. Kriteria Diagnostik ................................................................................. 6
G. Penatalaksanaan ..................................................................................... 7
H. Komplikasi ............................................................................................. 9
I. Anjuran bagi penderita Artritis Reumatoid ............................................ 9
J. Prognosis ................................................................................................ 10
K. Dasar Data Pengkajian Klien ................................................................. 11
L. Asuhan Keperawatan ............................................................................. 12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................... 18
B. Kritik dan Saran ................................................................................... 18
C. Daftar Pustaka ...................................................................................... 20
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.
Menurut Sjamsuhidajat pada tahun 1997, reumatoid artritis merupakan
penyakit autoimun dari jaringan ikat terutama sinovial dan kausanya
multifaktor. Penyakit ini di temukan pada semua sendi dan sarung sendi
tendon , tetapi paling sering di tangan, siku, kaki, pergelangan kaki dan
lutut. Artritis kronik yang terjadi pada anak yang menyerang satu sendi
atau lebih dikenal dengan artritis reumatoid juvenil.
Menurut Noer S pada tahun 1996 mengemukakan bahwa artritis reumatoid
merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang manifestasi
utamanya adalah poliartritis yang progresif. Gejala yang timbul berupa
nodul subkutan yang terlihat pada 30% penderita yang terdapat pada
bagian ekstremitas atas dan tampak sebagai vaskulitis reumatoid yang
merupakan manifestasi ekstraartikuler.

FAKTA SINGKAT RA

1. RA ditemukan diseluruh dunia, mengenai 0,3% hingga 2% populasi total


dan semua ras
2. RA menegnai wanita tiga kali lebih besar dari pada pria.
3. Awitan RA terjadi paling sering antara usia 30 dan 50 tahun .
Kesimpulan di atas bahwa artritis reumatoid merupakan penyakit
gangguan autoimun dan inflamasi yang menyerang bagian sendi sehingga
penderita merasa sakit ketika beraktivitas sehingga perlu di waspadai agar
terhindar dari artritis reumatoid.
B. Rumusan Masalah.
1. Mengetahui apa itu artritis reumatoid ?
2. Mampu mengenali tanda dan gejala artritis reumatoid?
3. Penyebab terjadinya artritis reumatoid?
4. Bagaimana patofisiologi artritis reumatoid?
5. Komplikasi dari artritis reumatoid?
6. Bagaimana cara pencegahan artritis reumatoid?
7. Bagaimana penatalaksanaan dengan artritis reumatoid ?

C. Tujuan.
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan memahami apa itu artritis reumatoid dan tanda
gejalanya yang muncul, penyebab kemudian patofisiologi, komplikasi,
serta cara pencegahan yang paling tepat dalam penatalaksanaan artritis
reumatoid?
BAB II

KONSEP TEORI DAN PEMBAHASAN

A. Pengertian Artritis Reumatoid.


Artritis reumatoid merupakan penyakit gangguan autoimun dan inflamasi
sistemik yang kronik yang belum di ketahui pasti penyebabnya. Artritis
reumatoid menyerang jaringan ikat proliferasi , membran sinovial yang
menyebabkan kerusakan infeksi pada daerah persendian sehingga
penderita mengeluh nyeri pada area persendian.

B. Tanda dan Gejala Artritis Reumatoid.


1. Artritis yaitu radang sendi yang di tandai dengan pembengkakan sendi,
warnanya kemerahan, panas, nyeri dan terjadinya gangguan gerak,
pada keadaan ini penderita sangat terganggu apalagi jika lebih dari satu
sendi yang terserang.
2. Artralgia yaitu nyeri sendi tanpa pembengkakan dan gangguan sendi
gerakan sendi masih normal. Keadaan ini dapat menyertai penyakit
infeksi bakteri maupun virus atau setelah aktivitas fisik yang
berlebihan.
3. Artrosis yaitu nyeri sendi yang disertai tanda-tanda radang yang tidak
lengkap ( tidak bengkak,tanpa kemerahan,dan tanpa panas). Artrosis
ini merupakan penyakit sendi yang disebabkan oleh proses degenerasi
atau proses penuaan. Gejala umumnya ringan tetapi ada yang
menunjukan gejala berat bahkan sampai cacat.

C. Etiologi Artritis Reumatoid.


Penyebab artritis reumatoid masih belum diketahui pasti namun dapat di
simpulkan bahwa faktor yang berperan dalam timbulnya penyakit artritis
reumatoid adalah jenis kelamin, keturunan, lingkungan dan infeksi.
D. Patofisiologi Artritis Reumatoid.
Pada artritis reumatoid reaksi autoimun terutama terjadi pada jaringan
sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi.
Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema.
Antibodi yang di hasilkan sendiri berikatan dengan antigen target mereka
dalam darah dan membran sinovial, membentuk kompleks imun.
Komplemen di aktivasi oleh kompleks imun sehingga memicu respons
inflamasi pada jaringan sinovial.
Leukosit tertarik ke membran sinovial dari sirkulasi tempat neutrofil dan
makrofag mengingesti kompleks imun dan melepaskan enzim yang
mendegradasi jaringan sinovial dan kartilango artikular. Aktivitas limfosit
B dan T menyebabkan peningkatan produksi faktor reumatoid dan enzim
yang meningkatkan dan melanjutkan proses inflamasi. Membran sinovial
rusak akibat proses inflamasi dan imun. Membran sinovial membengkak
akibat infiltrasi leukosit dan menebal karena sel berpoliferasi dan
membesar secara abnormal. Pembuluh darah baru tumbuh untuk
menyongkong hiperplasia sinovial, membentuk jaringan granulasi
vaskular disebut pannus.

E. Manifestasi Klinis.
Ada beberapa gambaran klinis yang lazim ditemukan pada seseorang
artritis reumatoid. Gambaran klinis ini tidak harus timbul sekaligus pada
saat bersamaan oleh karena penyakit ini memiliki gambaran klinis yang
sangat bervariasi.
1. Gejala-gejala konstitusional,misalnya lelah, anoreksia, berat badan
menurun dan demam. Terkadang kelelahan dapat demikian hebatnya.
2. Poliartritis simetris terutama pada sendi perifer: termasuk sendi-sendi di
tangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalang distal.
Hampir semua sendi diartrodial dapat diserang.
3. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam; dapat bersifat generalisata
tetapi terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan
kekakuan sendi pada osteoartritis, yang biasanya hanya berlangsung
selama beberapa menit dan selalu berkurang dari satu jam.
4. Artritis erosif; merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik.
Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tei tulang.
5. Deformitas; Kerusakan jaringan penungjang sendi meningkatdengan
pejalanan penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, subluksasi sendi
metekarpofalangeal, deformitas boutonniere dan leher angsa adalah
beberapa deformitas tangan yangsering dijumpai. Pada kaki terdapat
protrusi (tonjolan) kaput metersal yang timbul sekunder dari subluksasi
metetersal. Sendi-sendi yang besar juga dapa teserang dan mengalami
pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam melakukan gerakan
ekstensi.
6. Nodul-nodulreumatoid: adalah massa subkutan yang ditemukan pada
sekitar sepertiga orang dewasa pasien artritis reumatoid. Lokasi yang
paling sering dari deformitas ini adalah bursa olekranon (sendi siku) atau
di sepanjang permukaan ekstensor dari lengan; walaupun demikian
nodula-nodula ini dapat juga timbul pada tempat-tempat lainnya. Adanya
nodula-nodula ini biasanya merupakan suatu petunjuk suatu penyakit yang
aktif dan lebih berat.
7. Manifestasi dekstra-artikular; artritis reumatoid juga dapat
menyerangorgan-organ lain di luar sendi. Jantung (perikarditis), paru-paru
(pleuritis), mata, dan pembuluh darah dapat rusak.
F. Kiteria Diagnostik
Diagnostik artritis reumatoid dapat menjadi suatu proses yang kompleks.
Pada tahap dini mungkin hanya akan ditemukan sedikit atau tidak ada uji
laboratorium yang positif; perubahan apda sendi dapat minor; dan gejala
gejalanya dapat hanya bersifat sementara. Diagnosis tidak hanya bersandar
pada satu karakteristik saja tetapi berdasarkan pada suatu evaluasi dari
sekelompok tanda dan gejala. Kriteria diagnostik yang dipakai adalah
sebagai berikut:
1. Kekakuan pagi hari (lamanya paling tidak satu jam)
2. Artritis pada tiga atau lebih sendi
3. Artritis sendi-sendi jari-jari tangan
4. Artritis yang simetris
5. Nodul reumatoid
6. Faktor reumatoid dalam serum
7. Perubahan-perubahan radiologik (erosi atau dekalsifikasi tulang)
Diagnosis artritis reumatoid dikatakan positif apabikla sekurang-kurangnya
empat dari tujuh kriteria ini terpenuhi. Empat kriteria yang disebutkan
terdahulu harus sudah berlangsung sekurang-kurangnya 6 minggu.
G. Penatalaksanaan.
Langkah pertama dari program penatalaksanaan artritis reumatoid adalah
dengan terapi farmakologi, ketika diagnosis RA telah di tetapkan tujuan
terapi adalah meredakan nyeri, mengurangi inflamasi, melambatkan atau
menghentikan kerusakan sendi dan meningkatkan kesejahteraan dan
kemampuan untuk fungsi.
Medikasi
Tiga metode umum di gunakan dalam manajemen farmakologi pasien
yang mengalami RA :
1. NSAID dan analgesik ringan di gunakan untuk meredakan proses
inflamasi dan mengelola manifestasi penyakit. Meskipun obat ini dapat
meredakan gejala RA, mereka tampaknya memiliki sedikit efek pada
perkembangan penyakit.
2. Metode kedua dengan menggunakan kortikosteroid oral dosis rendah
untuk meredakan nyeri dan inflamasi.penelitian terbaru menunjukan
bahwa kortikosteroid oral dosis rendah juga dapat memperlambat
terjadinya perkembangan erosi tulang akibat RA. Kortikosteroid intra
artikular dapat digunakan untuk memberi peredaan sementara pada
pasien dengan terapi lain yang telah gagal mengendalikan inflamasi.
3. Kelompok obat berbeda diklasifikasikan sebagai obat antireumatik
drugs, DMARD digunakan pada metode ketiga untuk mengatasi RA.
1. Pengobatan Tradisional
Perawatan dan pengobatan terhadap penyakit rheumatik adalah sebagai
berikut.
a. Diusahakan agar badan dalam keadaan hangat.
b. Gunakan campuran garam 1 sendok makan, tawas ½ sendok makan,
dan air rebusan sirih untuk merendam/mengompres bagian badan yang
terserang rheumatik.
c. Daun seledri sebanyak 10 batang dimakan sebagai lalap.
d. Daun kumis kucing sebanyak 1 genggam, daun meniran 7 batang,
temulawak 10 potong, daun murbei 1 genggam, dan bidara upas 1 jari.
Semua bahan ini di rebus dalam air sebanyak 2 gelas, kemudian
disaring untuk diminum airnya.
e. Dengan obat gosok alami:
1) Air jeruk nipis, minyak kayu putih dan kapur sirih dicampur dan
digunakan untuk menggosok bagian tubuh yang sakit.
2) Daun kecubung wuluh 5 lembar dan kapur siri ditumbuk dan
digosokkan pada bagian tubuh yang sakit.
3) Bengle lempu yang dan cabe ditumbuk halus, kemudian dicampur
dengan minyak kayu putih dan digosokkan pada bagian tubuh yang
sakit.

H. KOMPLIKASI
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan
ulkus peptikum yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat obat anti
inflamasi non-steroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit
(desease modifying antirhematoid drugs, DMARD) yang menjadi faktor
penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada arthritis rheumatoid.
Komplikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas, sehingga
sukar dibedakan akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya
berhubungan dengan myelopati akibat ketidakstabilan vertebra vertical dan
neuropati iskemik akibat vaskulitis.

I. ANJURAN BAGI PENDERITA ARTRITIS RHEUMATOID


1. Makan sayuran (bayam, lobak, wortel, daun singkong, daun ubi jalar,
seledri)
2. Mengkonsumsi buah-buahan segar (tomat, kesemek, pepaya, mangga)
3. Tiga hari berturut-turut minumlah susu dan telur ayam kampung setengah
matang.
4. Jangan mengkonsumsi makanan/minuman yang dingin.
5. Mandi berendam dengan air hangat.
6. Istirahat yang cukup.
7. Jangan sampai kedingingan
Beberapa jenis makanan yang harus dihindari bagi semua penderita
rematik adalah sebagai berikut.
1. Minuman berarkohol, teh, kopi, coklat.
2. Mentega, telur ayam negeri, rempah-rempah yang pedas.
3. Kue-kue dari tepung dan gula putih.
4. Sayur kangkung, melinjo (daun dan buah), rebung dan daging.

J. PROGNOSIS
Pada umumnya pasien artritis reumatoid akan mengalami manifestasi
penyakit yang bersifat monosiklik (hanya mengalami satu episode artritis
reumatoid dan selanjutnya akan mengalami remisi sempurna). Tapi sebagian
besar penyakit ini telah terkena artritis reumatoid akan menderita penyakit ini
selama sisa hidupnya dan hanya diselingi oleh beberapa masa remisi yang
singkat (jenis polisiklik). Sebagian kecil lainnya akan menderita artritis
reumatoid yang progresif yang disertai dengan penurunan kapasitas fungsional
yang menetap pada setiap eksaserbasi.
Seperti telah disebutkan sebelumnya, bahwasannya penyakit ini
bersifat sistemik. Maka seluruh organ dapat diserang, baik mata, paru-paru,
jantung, ginjal, kulit, jaringan ikat, dan sebagainya. Bintik-bintik kecil yang
berupa benjolan atau noduli dan tersebar di seluruh organ di badan penderita.
Pada paru-paru dapat menimbulkan lung fibrosis, pada jantung dapat
menimbulkan pericarditis, myocarditis dan seterusnya. Bahkan di kulit,
nodulus rheumaticus ini bentuknya lebih besar dan terdapat pada daerah
insertio dan otot-otot atau pada daerah extensor. Bila RA nodule ini kita sayat
secara melintang maka kita akan dapati gambaran: nekrosis sentralis yang
dikelilingi dengan sebukan sel-sel radang mendadak dan menahun yang
berjajar seperti jeruji roda sepeda (radier) dan membentuk palisade. Di
sekitarnya dikelilingi oleh deposit-deposit fibrin dan di pinggirnya ditumbuhi
dengan fibroblast. Benjolan rematik ini jarang dijumpai pada penderita-
penderita RA jenis ringan. Disamping hal-hal yang disebutkan di atas
gambaran anemia pada penderita RA bukan disebabkan oleh karena
kurangnya zat besi pada makanan atau tubuh penderita. Hal ini timbul akibat
pengaruh imunologik, yang menyebabkan zat-zat besi terkumpul pada
jaringan limpa dan sistema retikulo endotelial, sehingga jumlahnya di daerah
menjadi kurang. Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah
gratitis dan ulkus peptik yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat
antiinflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit
(desease modifying antiremathoid drugs, DMARD) yang menjadi faktor
penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada artritis reumatoid. Komplikasi
saraf yang terjadi tidak memberikan gambaran jelas, sehingga sukar dibedakan
antara akibat lesi artikular dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan
dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati
iskemik akibat vaskulitis.

K. DASAR DATA PENGKAJIAN PASIEN


1. AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Gejala:Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stress
pada sendi : kekakuan pada pagi hari. Keletihan.
Tanda: malaise, keterbatasan rentang gerak ; atrofi otot, kulit : kontraktur
atau kelainan pada sendi dan otot
2. KARDIOVASKULER
Gejala : Jantung cepat, tekanan darah menurun.
3. INTEGRITAS EGO
Gejala: Faktor-faktor stress akut atau kronis : Misalnya finansial,
pekerjaan, ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan, keputusasaan dan
ketidak berdayakan, ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas
pribadi misalnya ketergantungan pada orang lain
4. MAKANAN ATAU CAIRAN
Gejala: Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/
cairan adekuat : mual, anoreksia, Kesulitan untuk mengunyah.
Tanda: Penurunan berat badan, kekeringan pada membran mukosa.
5. HIGIENE
Gejala: Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas pribadi,
ketergantungan pada orang lain.
6. NEUROSENSORI
Gejala: kebas/kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada
jari tangan
Tanda: Pembengkakan sendi
7. NYERI / KENYAMANAN
Gejala: fase akut dari nyeri, terasa nyeri kronis dan kekakuan
8. KEAMANAN
Gejala: Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga,
kekeringan pada mata dan membran mukosa
9. INTERAKSI SOSIAL
Gejala: kerusakan interaksi dan keluarga/orang lain : perubahan peran:
isolasi

L. ASUHAN KEPERAWATAN
1. DIAGNOSA 1: Nyeri b/d proses inflamasi.
Kriteria hasil: nyeri hilang atau tekontrol

INTERVENSI RASIONAL
Mandiri

- kaji keluhan nyeri, catat lokasi - membantu dalam menentukan


dan intensitas (skala 0 – 10). Catat kebutuhan managemen nyeri dan
faktor-faktor yang mempercepat keefektifan program
dan tanda-tanda rasa sakit non
verbal

- berikan matras atau kasur keras, - matras yang keras, bantal yang
bantal kecil. Tinggikan linen kecil akan melihara kesejajaran
tempat tidur sesuai kebutuhan tubuh yang tepat, menempatkan
setres pada sendi yang sakit.
Peninggian linen tempat tidur
menurunkan tekanan pada sendi
yang terinflamasi / nyeri

- biarkan pasien mengambil posisi - pada penyakit berat, tirah baring


yang nyaman pada waktu tidur mungkin diperlukan untuk
atau duduk di kursi. Tingkatkan membatasi nyeri atau cedera
istirahat di tempat tidur sesuai sendi.
indikasi

- dorong untuk sering mengubah - Mencegah terjadinya kelelahan


posisi. Bantu pasien untuk umum dan kekakuan sendi.
bergerak di tempat tidur, sokong Menstabilkan sendi, mengurangi
sendi yang sakit di atas dan di gerakan/rasa sakit pada sendi
bawah, hindari gerakan yang
menyentak

- anjurkan pasien untuk mandi air - Panas meningkatkan relaksasi


hangat atau mandi pancuran otot dan mobilitas, menurunkan
pada waktu bangun. Sediakan rasa sakit dan melepaskan
waslap hangat untuk kekakuan di pagi hari. Sensitifitas
mengompres sendi-sendi yang pada panas dapat dihilangkan dan
sakit beberapa kali sehari. Pantau luka dermal dapat disembuhkan
suhu air kompres, air mandi

- berikan masase yang lembut - Meningkatkan


relaksasi/mengurangi tegangan
otot

Kolaborasi
beri obat sebelum aktivitas atau Meningkatkan relaksasi, mengurangi
latihan yang direncanakan sesuai ketegangan otot, memudahkan ikut
petunjuk seperti asetil salisilat serta dalam terapi.
(aspirin)
2. DIAGNOSA 2 : Intoleran aktivitas b/d perubahan otot.
Kriteria Hasil : Klien mampu berpartisipasi pada aktivitas yang
diinginkan.
INTERVENSI RASIONAL
- Pertahankan istirahat tirah - Untuk mencegah kelelahan dan
baring/duduk jika diperlukan. mempertahankan kekuatan.

- Bantu bergerak dengan bantuan - Meningkatkan fungsi sendi,


seminimal mungkin. kekuatan otot dan stamina umum.

- Dorong klien mempertahankan - Memaksimalkan fungsi sendi dan


postur tegak, duduk tinggi, berdiri mempertahankan mobilitas.
dan berjalan.

- Berikan lingkungan yang aman dan - Menghindari cedera akibat


menganjurkan untuk menggunakan kecelakaan seperti jatuh.
alat bantu.

- Berikan obat-obatan - Untuk menekan inflamasi sistemik


akut

3. DIAGNOSA 3 : Resiko tinggi cedera b/d penurunan fungsi tulang.


Kriteria Hasil : klien dapat mempertahankan keselamatan fisik.
INTERVENSI RASIONAL
- Kendalikan lingkungan dengan : - Lingkungan yang bebas bahaya akan
Menyingkirkan bahaya yang tampak mengurangi resiko cedera dan
jelas, mengurangi potensial cedera membebaskan keluaraga.
akibat jatuh ketika tidur misalnya
menggunakan penyanggah tempat
tidur, usahakan posisi tempat tidur
rendah, gunakan pencahayaan
malam siapkan lampu panggil.

- Memantau regimen medikasi - Hal ini akan memberikan pasien


Izinkan kemandirian dan kebebasan merasa otonomi, restrain dapat
maksimum dengan memberikan meningkatkan agitasi, mengegetkan
kebebasan dalam lingkungan yang pasien
aman, hindari penggunaan restrain,
ketika pasien melamun alihkan
perhatiannya

4. DIAGNOSA 4 : Perubahan pola tidur b/d nyeri.


Kriteria Hasil : klien dapat memenuhi kebutuhan istirahat atau tidur.
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
- Tentukan kebiasaan tidur biasanya - Mengkaji perlunya dan
yang terjadi. mengidentifikasi intervensi yang
tepat.
- Berikan tempat tidur yang nyaman.
- Meningkatkan kenyamanan tidur
serta dukungan fisiologis/psikologis
- Buat rutinitas tidur yang baru yang
dimasukkan dalam pola lama dan - Bila rutinitas baru mengandung
lingkungan baru. aspek sebanyak kebiasaan lama,
stress dan ansietas yang
berhubungan dapat berkurang.
Membantu menginduksi tidur.
- Instruksikan tindakan relaksasi
- Tingkatkan regimen kenyamanan - Meningkatkan efek relaksasi
waktu tidur, misalnya mandi hangat
dan massage.

- Gunakan pagar tempat tidur sesuai


indikasi: rendahkan tempat tidur - Dapat merasakan takut jatuh
bila mungkin. karena perubahan ukuran tinggi
tempat tidur, pagar tempat tidur
memberikan keamanan untuk
membantu mengubah posisi.
- Berikan sedative, hipnotik sesuai
indikasi - Mungkin diberikan untuk
membantu pasien tidur atau
istirahat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Reumatoid artritis (RA) adalah penyakit inflamasi sistemik kronis yang tidak
diketahui penyebabnya. Karakteristik RA adalah terjadinya kerusakan dan
proliferasi pada membran sinovial, yang menyebabkan kerusakan pada tulang
sendi, ankilosis, dan deformitas. Mekanisme imunologis tampak berperan
penting dalam memulai dan timbulnya penyakit ini. Pendapat lain mengatakan,
artritis reumatoid adalah gangguan kronik yang menyerang berbagai sistem
organ. Penyakit ini adalah salah satu dari sekelompok penyakit jaringan
penyambung difus yang diperantarai oleh imunitas (Lukman Nurna Ningsih,
20012).

B. Saran

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini


masih jauh dari kata sempurna, sehingga penulis membuka diri bagi siapa saja
yang akan memberikan masukan kritik dan pendapat kepada para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Lukman, Ningsi Nurna. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta:Penerbit Salemba Medika.

LeMone, Priscilla et.al. 2016. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Edisi 5 vol
4. Jakarta EGC.

Dalimartha, Setiawan. 2007. 96 Resep Tumbuhan Obat untuk Reumatik. Jakarta:


PENEBAR SWADAYA..

Utomo, Prayogo. 2005. APRESIASI PENYAKIT PENGOBATAN SECARA


TRADISIONAL DAN MODERN. Jakarta: Penerbit RINEKA CIPTA.

Anda mungkin juga menyukai