Skripsi 1 (Ada Saran) PDF
Skripsi 1 (Ada Saran) PDF
Skripsi
AAM AMELIA
NIM : 108102000061
LEMBAR PERNYATAAN
Aam Amelia
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah Azza wa Jalla, yang oleh karena pertolongan
dan kasih sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Makalah
skripsi yang berjudul ―Pengaruh Variasi Konsentrasi Enzim dan Substrat
Terhadap Sakarifikasi Limbah Pengolahan Kertas Menggunakan Enzim Selulase
dari Bacillus sp. BPPT CC RK2” dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Skripsi, salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
(1) Ofa Suzanti Betha Msi, Apt dan Dr. Siswa Setyahadi, M.Sc selaku dosen
pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran dalam
menuntun penulis dalam penyusunan skripsi ini.
(2) Zilhadia M.Si, Apt selaku dosen pembimbing akademik selama pendidikan.
(3) Drs. Umar Mansur M.Sc selaku kaprodi Farmasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
(4) Para dosen Farmasi UIN yang telah memberikan ilmu, pengalaman dan
wawasannya.
(5) Kak Ruby, Kak Wina, seluruh karyawan dan staf LAPTIAB BPPT
PUSPIPTEK Serpong yang telah memberikan bantuan, ilmu, dan pengalaman
selama penelitian kepada penulis. Juga teman satu leb Bioseparasi Oki dan
Sarah.
(6) Kementrian Agama dan CSS Mora yang telah memberikan dukungan moril
dan materil selama pendidikan. Ucapan beribu terimakasih, semoga ilmu
yang saya terima dapat bermanfaat.
(7) Orangtua, Uu, Aa, Atatan, Aenyang, Aujang, Ababang, Dede, Abi, teteh-
teteh, dan keluarga besar yang selalu memberi dukungan, semangat dan doa .
Love you all.
(8) Rekan penelitian Siti Mardiyanti Said yang telah bersama dalam suka dan
duka. Sahabat-sahabat Emak, Memyu, Zikri, Endah, yang telah memberikan
3
Saya menyadari bahwa dalam makalah skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang
membangun sehingga dapat menyempurnakan skripsi ini dan melaksanakan
perbaikan di masa yang akan datang. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca dan bagi dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan.
Aam Amelia
4
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................................... ix
ABSTRAK .......................................................................................................................... x
ABSTRACT ........................................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR
sakarifikasi ............................................................................................................................ 24
sakarifikasi ............................................................................................................................ 24
Gambar 20. Analit berwarna kecoklatan hasil uji aktivitas selulase dengan
Gambar 21. Analit berwarna biru hasil analisa kadar protein ............................................... 61
DAFTAR TABEL
lignoselulosa.......................................................................................................................... 7
keseluruhan ........................................................................................................................... 26
9
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 3. Pembuatan kurva standar glukosa dan kurva standar BSA .............................. 43
Lampiran 6. Metoda pengujian aktivitas enzim selulase dan kadar protein ......................... 46
Lampiran 11. Metoda perlakuan awal substrat limbah pengolahan kertas ........................... 52
tipis ........................................................................................................................................ 58
ABSTRAK
Judul : Pengaruh Variasi Konsentrasi Enzim dan Substrat Terhadap Sakarifikasi
Limbah Pengolahan Kertas Menggunakan Enzim Selulase dari Bacillus sp. BPPT
CC RK
Kata kunci:
Sakarifikasi, Selulase, Bacillus sp. BPPT CC RK2, KLT
11
ABSTRACT
Title : Effect of Concentration Enzymes and Substrates Variation for Paper Sludge
Saccharification Using Cellulase Enzyme From Bacillus sp. BPPT CC RK2
Keyword:
Saccharification, Cellulase, Bacillus sp. BPPT CC RK2, TLC
12
BAB I.
PENDAHULUAN
sekitar 200 x 109 ton per tahun. Sebanyak 8-20 x 109 ton dari biomassa tersebut
berpotensi untuk diolah lebih lanjut (Lin dan Tanaka, 2006). Indonesia merupakan
negara penghasil biomassa yang cukup melimpah, baik yang berasal dari bahan
70%, hemiselulosa 10-20 %, dan lignin 5-10% (Sun dan Cheng 2002). Dalam
penelitian ini material lignoselulosa yang digunakan adalah limbah kertas yang
terdiri dari tiga tipe polimer, yaitu selulosa, hemiselulosa dan lignin. Komponen
glukosa dari proses fermentasi, bahan kimia dan bahan bakar cair (Anindyawati,
2009).
tumbuhan dan merupakan target utama biokonversi ( D.J Mukesh Kumar et al,
Sakarifikasi (Karmakar dan Ray, 2011). Glukosa merupakan produk utama dari
proses pemecahan selulosa (Kristensen, 2009). Pada penelitian ini yang menjadi
Proses sakarifikasi dapat dilakukan dengan cara fisika, kimia dan biologi
(Laser et al, 1996 dalam Thakur dan Nakagoshi, 2011). Metoda fisika dilakukan
permukaan dan derajat polimerasi. Metoda kimia melibatkan reagen asam, basa,
amoniak, tekanan uap, dan hipoklorit untuk memisahkan lignin. Namun, kedua
metoda diatas menghasilkan kualitas produk yang rendah karena terjadi degradasi
yaitu menghasilkan produk dengan kualitas yang baik karena reaksi spesifik dari
Zacchi, 2002).
Bakteri Bacillus sp. diketahui merupakan salah satu mikroorganisme yang dapat
menghasilkan enzim selulase. Meskipun produksi enzim selulase oleh bakteri ini
tidak sebanyak produksi enzim selulase oleh jamur (con. Trichoderma reesei),
keuntungan, antara lain yaitu bakteri memiliki laju pertumbuhan yang lebih tinggi
dibandingkan jamur dan lebih mudah beradaptasi pada lingkungan yang ekstrim
(Maki, 2009), bakteri lebih mudah direkayasa genetika, enzim selulase yang
14
dihasilkan merupakan katalis yang lebih efektif dan kurang terinhibisi oleh
material yang telah terhidrolisis (Ariffin et al, 2006). Pada penelitian ini bakteri
yang digunakan adalah Bacillus sp. BPPT CC RK2 yang merupakan koleksi
BPPT. Enzim selulase yang dihasilkan oleh Bacillus sp. BPPT CC RK2 mencapai
kondisi optimum pada pH 7,0 dan temperatur 37° C dengan menggunakan media
produksi dedak padi 40 % dan air kelapa 20 % (Bakti, 2011; Marssada, 2011).
mempengaruhi hasil dan laju hidrolisis enzim yaitu konsentrasi substrat, aktivitas
selulase, dan kondisi reaksi seperti pH dan temperatur. Pada penelitian ini akan
fermentasi Bacillus sp. BPPT CC RK2 dalam mengkonversi selulosa dari limbah
Bacillus sp. BPPT CC RK2 dengan variasi konsentrasi enzim dan substrat.
proses sakarifikasi?
1.4 HIPOTESA
dihasilkan akan mencapai optimum pada jumlah enzim dan substrat tertentu.
sakarifikasi.
glukosa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Selulosa
berulang yang tersusun atas unit-unit glukosa-1,4 anhidrat yang dihubungkan oleh
intramolekul dan intermolekul; dan ikatan van der walls (O'Sullivan, 1997 dikutip
terdefinisi oleh bentuk kristal dan amorf. Bentuk kristal merupakan bentuk
beberapa jenis bakteri termasuk golongan sianobakteri, dan jamur ( Brown, 1996).
membentuk suatu ikatan kimia kompleks yang menjadi bahan dasar dinding sel
lignoselulosa.
17
dinding sel tanaman (Fengel dan Wegener, 1984 dalam Hermiati et al, 2010).
Lima gula netral, yaitu glukosa, mannosa, dan galaktosa (heksosan) serta xilosa
Wegener, 1984 dalam Hermiati et al, 2010). Berbeda dari selulosa yang
yang tinggi (10.000– 14.000 unit), rantai utama hemiselulosa dapat terdiri atas
hanya satu jenis monomer (homopolimer), seperti xilan, atau terdiri atas dua jenis
polisakarida karena terdiri atas sistem aromatik yang tersusun atas unit-unit fenil
Peran ketiga komponen kimia ini dalam dinding sel dapat dianalogkan
seperti bahan konstruksi yang terbuat dari reinforced concrete, di mana selulosa,
hemiselulosa,dan lignin berperan sebagai rangka besi, semen, dan bahan penguat
untuk produksi glukosa setelah hidrolisis selulosa dengan enzim selulase (Vynios
et al, 2009).
penelitian ini adalah limbah akhir sisa pembuangan pabrik kertas yang didapatkan
enzim itu sendiri tidak mengalami perubahan (Adhiyanto, 2006). Enzim selulase
aktif memecah daerah dengan sifat kekristalan yang rendah dan menciptakan
3.2.1.91) biasanya aktif pada bentuk kristal selulosa dan memecah bagian selulosa
Produksi enzim selulase dilaporkan berasal dari berbagai jenis bakteri dan
jamur. Enzim selulase yang dihasilkan oleh jamur seperti Aspergillus dan
selulase yang lebih tinggi dibandingkan jenis bakteri dan yeast (Mrudula dan
Murugamal, 2011). Pada saat ini, enzim selulase yang berasal dari bakteri mulai
jamur, bakteri lebih mudah direkayasa genetika , kurang terinhibisi oleh material
20
yang telah terhidrolisis dan dapat beradaptasi dalam lingkungan yang ekstrim
tekstil, bahan bakar, kimia, dan pengolahan limbah. Terlepas dari aplikasi umum
katalitiknya. Pada tahun 1961, komisi enzim menetapkan Unit Enzim (U), yang
dikenal dengan International Unit (IU), sebagai jumlah enzim yang digunakan
untuk mengubah 1mol substrat permenit dibawah kondisi ideal (Adhiyanto et al,
2006).
dan aktivitas total selulase (Zhang et al, 2006). Aktivitas endoglukanase atau
ujung akhir rantai yang direduksi berdasarkan pengujian gula reduksi. Aktivitas
menggunakan filter paper assay (FPA) menggunakan kertas saring whatman no.1
2.3 Bacillus sp
Klasifikasi bakteri Bacillus sp adalah sebagai berikut: (cohn, dikutip dari wikipedia.com)
Kingdom : Bacteria
Phylum : Firmicutes
Kelas : Bacilli
Ordo : Bacillales
Famili : Bacilaceae
Genus : Bacillus
(Oppenheimer dan Zobell, 1952 dalam Kalimutho et al, 2011). Namun dilaporkan
seperti padang pasir, kedalaman bawah laut dan mata air panas Arctic. Bakteri ini
22
Bacillus banyak ditemukan di alam seperti pada tanah, air, debu, beberapa
spesies bahkan ditemukan sebagai flora normal pada usus manusia. Ketika
ditumbuhkan pada media agar darah, Bacillus membentuk pola yang besar,
yaitu protease, amilase, xilanase, pullulase dan selulase (Schallmey et al, 2004).
Beberapa Bacillus yang telah diteliti menghasilkan enzim selulase adalah Bacillus
subtilis (Yin et al, 2010), Bacillus pumilus (Ariffin et al, 2006), Bacillus
limbah kertas.
2.4 Fermentasi
Istilah fermentasi berasal dari bahasa latin yaitu fervere yang berarti
penggelembungan atau pendidihan pada ekstrak buah karena adanya gas CO2 saat
khamir, dan kapang. Beberapa contoh perubahan kimia dari fermentasi meliputi
pengasaman susu, dekomposisi pati dan gula menjadi alkohol dan karbon
dioksida, dan oksidasi senyawa nitrogen organik (Hidayat dan Suhartini, 2010).
Fermentasi dalam arti luas adalah proses perubahan kimia dari senyawa-senyawa
organik (karbohidrat, protein, lemak dan bahan organik lain) melalui kerja enzim
(Chojnacka, 2004).
fermentasi substrat padat dan fermentasi substrat cair. Pada fermentasi substrat
padat, mikrooorganisme tumbuh pada media substrat yang sedikit atau sama
sekali bebas kandungan air , walaupun kapiler air tetap masih ada. Keuntungan
fermentasi substrat padat antara lain prosesnya sangat sederhana, tidak diperlukan
24
(Chisti, 1999).
atau tersuspensi dalam fase cair. Keuntungannya antara lain jumlah inokulum
2.5 Glukosa
2009). Pemerian glukosa yaitu tak berbau, rasanya manis, berbentuk kristal atau
permen dan bahan kimia. Dalam bidang farmasi, glukosa digunakan sebagai
pemanis, pengisi tablet dan kapsul, agen tonisitas, dan nutrisi dalam sediaan
kadar gula reduksi menggunakan metoda DNS (Miller, 1959) dan Nelson
kadar gula yang tidak memerlukan pengenceran sampel dan interfensi yang
rendah dari selulase karena tidak memerlukan adanya pemindahan protein (Zhang
et al, 2006). Metoda DNS sepuluh kali lebih sensitif dibanding metode Nelson
nm (Miller, 1959)
lapisan pemisah yaitu fase diam ditempatkan pada penyangga berupa pelat gelas,
logam, atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisahkan berupa larutan
ditotolkan berupa bercak atau pita. Setelah pelat atau lapisan ditaruh didalam
bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang yang cocok (fase gerak),
Fase diam yang biasa digunakan yaitu silika gel, alumunium oksida,
kieselgur, selulosa dan turunannya, poliamida dan lain-lain. Fase gerak adalah
medium pembawa dan terdiri dari satu atau beberapa pelarut. Fase gerak bergerak
yaitu deteksi dengan lampu UV; deteksi dengan pelarut semprot; dan deteksi
BAB III
KERANGKA KONSEP
Bacillus sp BPPT CC RK 2
Pembuatan media
Pembuatan stok kultur
Sakarifikasi
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.2 BAHAN
Limbah pengolahan kertas, Bacillus sp. BPPT CC RK2. Bahan kimia yang
digunakan antara lain : medium Luria Bertani (LB), dedak padi, air kelapa,
(Merck), NaOH (Merck), H2SO4 , metanol, butanol, asam asetat, glukosa (Sigma),
4.3 ALAT
Pipet mikro (Thermo), Mikrotube (Eppendorf), cawan petri, dan alat-alat gelas
(Pyrex).
4.4 METODA
Bacillus sp. BPPT CC RK2 ke dalam media LB steril (10% media produksi),
kemudian diinkubasi pada suhu 37oC , agitasi 150 rpm selama 6 jam. Produksi
produksi, dan diinkubasi pada suhu 37oC , agitasi 150 rpm selama 24 jam.
Setelah 24 jam, enzim dipanen dengan cara sentrifugasi dengan agitasi 6000 rpm
Waktu Inkubasi
a. Pretreatment substrat
larutan disaring menggunakan kain nilon dan dicuci dengan air yang mengalir
dalam oven suhu 80˚ C. Dari hasil perlakuan, diambil sebanyak 100 mg substrat
enzim dengan aktivitas 6,12,18 unit kemudian diinkubasi selama 24,48,72,96, dan
120 jam pada suhu 50˚ C. Kadar gula reduksi dihitung dengan menggunakan
metoda DNS (Miller, 1959) dan persen (%) sakarifikasi (Begum dan Alimon
2011).
jam dalam oven suhu 80˚C. Dari hasil perlakuan, diambil sebanyak 100 mg
enzim dengan aktivitas 6,12,18 unit kemudian diinkubasi selama 24,48,72,96, dan
120 jam pada suhu 50˚ C. Dihitung kadar gula reduksi dengan metoda DNS
(Miller, 1959) dan persen (%) sakarifikasi (Begum dan Alimon 2011).
Konsentrasi Enzim
ml larutan buffer phosfat 0,05 M pH 5,5 lalu ditambahkan enzim selulase kasar
diinkubasi selama 96 jam pada suhu 37˚ C. Kadar gula reduksi dihitung dengan
menggunakan metoda DNS (Miller, 1959) dan persen (%) sakarifikasi (Begum
Sakarifikasi dilakukan selama 96 jam, dan setiap 24 jam supernatan diambil untuk
b. Blangko
ditambah buffer sitrat pH 5,5 kemudian diinkubasi pada suhu 37°C. Kadar gula
reduksi dan persen (%) sakarifikasi diukur setiap 24 jam. Sebagai kontrol yaitu
lapis tipis dengan larutan pengembang butanol: asam asetat:air ( 3:3:1). Sampel
ditotolkan dalam pelat silika gel, dan dibiarkan hingga pelarut bergerak menuju
berbagai standar gula, yaitu glukosa, xylosa, arabinosa, galaktosa, sukrosa dan
BAB V
dan substrat limbah pengolahan kertas untuk mencapai hasil sakarifikasi optimum
dengan menggunakan enzim selulase dari Bacillus sp. BPPT CC RK2. Media
produksi enzim yang digunakan adalah media Luria Bertani ditambah dengan
dedak beras 40 % sebagai sumber karbon dan air kelapa 20 % sebagai sumber
dihasilkan dari proses sakarifikasi. Analisa produk ditinjau dari besarnya persen
diketahui kadar gula reduksi sampel. Pengukuran kadar gula reduksi dilakukan
dengan metoda DNS (Miller, 1959). 3,5- asam dinitrosalisilat (DNS) merupakan
senyawa aromatik yang bereaksi dengan gula reduksi sampel yang memiliki
gugus aldehid atau keton bebas membentuk kompleks warna 3-amino-5 dinitro
asam salisilat yang dapat dideteksi dengan spektrometer UV vis pada panjang
lignoselulosa baik dari segi struktur dan ukuran dengan memecah dan
selulosa serta meningkatkan porositas bahan (Sun dan Cheng, 2002). Rusaknya
Selain itu, hemiselulosa akan turut terurai menjadi senyawa gula sederhana:
glukosa, galaktosa, manosa, heksosa, pentosa, xilosa dan arabinosa (Mosier et al,
Tabel 2. Persen (%) sakarifikasi berbagai waktu inkubasi dan perlakuan awal substrat
Sample % Sakarifikasi
1,4
1,2 Untreatment
1 Pre treatment 6 jam
0,8
0,6 Pre treatment 12 jam
0,4 Pre treatment 24 jam
0,2
0 Pre treatment 36 jam
24 48 72 96 120
Waktu Inkubasi (jam)
Gambar 6 .
Kurva hubungan waktu inkubasi dan perlakuan awal substrat terhadap persen sakarifikasi
Dari hasil dapat terihat nilai persen (%) sakarifikasi lebih tinggi pada
menyebabkan pemutusan ikatan ester dan glikosidik dan pemecahan lignin dan
et al, 2011). Sehingga mempermudah reaksi antara enzim dan substrat yang
penurunan nilai persen sakarifikasi, hal ini disebabkan karena kemungkinan gula
yang dihasilkan bisa berubah menjadi produk lain dikarenakan enzim selulase
yang digunakan dalam proses sakarifikasi belum murni, sehingga dapat terjadi
reaksi lain yang tidak diketahui. Salah satu produk lanjutan yang bisa terbentuk
konsentrasi substrat sebesar 25, 50, 100, 150, dan 200 mg dan variasi konsentrasi
enzim dengan volume 2,4, dan 6 ml dengan inkubasi pada kondisi optimum yang
telah didapat dari tahapan uji pendahuluan yaitu menggunakan substrat hasil
sakarifikasi tertinggi sebesar 1,01 %. Dari hasil dapat terlihat bahwa persen
mencapai nilai tertinggi pada konsentrasi 100 mg. Setelah titik optimum, nilai
persen sakarifikasi mengalami penurunan. Hal ini karena jika konsentrasi substrat
konsentrasi substrat dapat terlihat penurunan pada grafik sakarifikasi, hal ini
karena jumlah enzim yang semakin terbatas (Ghose dan Ray, 2010).
0,8000
0,6000 0,5701
0,4000
0,2486 0,2660
0,2000
0,1392
0,0000
25 50 75 100 125 150 175 200
Substrat (mg)
Gambar 7.
Kurva hubungan antara variasi konsentrasi substrat terhadap persen sakarifikasi
2,0000
1,8097
sakarifikasi (%)
1,5000 1,5104
1,0000
0,7637
0,5000
0,0000
6 12 18
enzim (U)
Gambar 8.
Kurva hubungan antara variasi konsentrasi enzim terhadap persen sakarifikasi
36
ikut serta dalam reaksi tersebut. Laju reaksi enzim dipengaruh berbagai faktor
yang ada maka semakin banyak pula ikatan yang terjadi antara enzim dan substrat
Produk yang dihasilkan dari reaksi antara substrat dan enzim dipengaruhi
oleh kondisi dari konsentrasi enzim maupun substrat. Pada keadaan konsentrasi
molekul enzim lebih rendah dibandingkan jumlah molekul substrat yang akan
dikatalisis, maka produk yang dihasilkan akan sebanding dengan jumlah substrat
yang diubah oleh enzim menjadi produk. Bila jumlah enzim ditingkatkan makin
banyak substrat yang ada akan diubah menjadi produk hingga suatu ketika jumlah
enzim berlebih namun substrat habis. Akibatnya penambahan jumlah enzim tidak
2006).
menghasilkan kurva yang tidak linear, hal ini dikarenakan bisa jadi enzim tidak
komersial Primafast 200 dan blangko ( substrat limbah pengolahan kertas tanpa
hingga 5,5, dan temperatur 55 hingga 60° C. Proses sakarifikasi mengikuti kondisi
optimum dari enzim tersebut, yaitu pH 5,5 dan suhu 60° C. Substrat yang
selama 24 jam, dan konsentrasi enzim yang digunakan sebanyak 15,04 Unit/mg.
dengan NaOH selama 24 jam ditambah buffer sitrat pH 5,5 kemudian diinkubasi
Dari hasil terlihat bahwa kadar gula reduksi dan persen sakarifikasi
diproduksi dari Bacillus sp. BPPT CC RK2 jauh lebih tinggi dibandingkan enzim
BPPT CC RK2
Blangko 0 0
Nilai persen sakarifikasi nol pada blangko menunjukkan bahwa tanpa ada
bantuan hidrolisis dari enzim selulase maka proses sakarifikasi tidak terjadi.
38
identifikasi jenis gula menggunakan kromatografi lapis tipis dengan standar gula
Sukrosa dengan konsentrasi 5 mg/ml. Karena jenis gula dari proses sakarifikasi
awalnya tidak diketahui, maka ditotolkan berbagai standar gula pembanding untuk
berwarna. Pada penelitian ini, untuk menampakkan bercak maka lempeng KLT
disemprot dengan reagen campuran asam sulfat dan metanol lalu dipanaskan
untuk mengoksidasi solut-solut organik yang nampak sebagai bercak hitam atau
KLT dapat digunakan untuk uji identifikasi senyawa baku. Parameter pada
KLT yang digunakan untuk identifikasi adalah Rf. Dua senyawa dikatakan identik
jika mempunyai nilai Rf yang sama jika diukur pada kondisi KLT yang sama.
Penotolan nomor satu sampai enam pada lempeng kromatografi lapis tipis
menunjukkan jenis gula standar sebagai baku pembanding. Penotolan nomor tujuh
Dari perbandingan nilai Rf antara sampel dan baku pembanding gula yang
ditotolkan terlihat bahwa nilai Rf sampel adalah 0,32 cm, mendekati nilai Rf
39
maltosa yaitu 0,33 cm, sehingga berdasarkan analisa kromatografi lapis tipis,
Rf Xilosa 3,5/8
Jarak rambat
= 0,56 cm
pelarut 8 cm
Rf Arabinosa Rf Glukosa
3,9/8 = 0,48 cm 3,5/8 = 0,43 cm
Rf Galaktosa
3,5/8 = 0,43cm
Rf Sukrosa Rf Sampel
3,1/8 = 0,38 cm 2,6/8 = 0,32 cm
Rf Maltosa
2,7/8 = 0,33 cm
1 2 3 4 5 6 7 8
( Ket: 1= Sukrosa; 2= Arabinosa; 3= Galaktosa; 4= Xilosa; 5= Maltosa;
6=Glukosa; 7= Sampel; 8= Blangko {limbah pengolahan kertas + buffer, tanpa
enzim selulase} )
Gambar 9. Analisa produk akhir sakarifikasi dengan KLT
Namun, berdasarkan literatur, seharusnya jenis gula terbanyak yang
dengan ikatan 1,4 glikosidik. Hal ini menunjukkan bahwa proses sakarifikasi yang
belum sempurna.
40
Pada penotolan blangko dapat terlihat tidak ditemukan bercak, hal ini
selulase tidak terjadi proses sakarifikasi menjadi molekul gula dikarenakan tidak
BAB VI
6.1 Kesimpulan
adalah maltosa.
6.2 Saran
yang dihasilkan.
42
DAFTAR PUSTAKA
Abun. 2006. Bioproses Limbah Udang Windu Melalui Tahapan Deproteinasi Dan
Demineralisasi Terhadap Protein Dan Mineral Terlarut. Fakultas Peternakan
Universitas Padjajaran: Bandung
Ariffin, H., Abdullah, N., Kalsom, M.S., Shirai,Y and Hassan, M.A. 2006.
Production and Characterisation of Cellulase by Bacillus Pumilus Eb3.
International Journal of Engineering, 3(1), pp.47-53.
Bakti, C. P. 2011. Optimasi Produksi Enzim Selulase Dari Bacillus sp. BPPT CC RK2
dengan Variasi pH dan Suhu Menggunakan Response Surface Methodology.
Universitas Indonesia: Depok
Begum S.F., Savitha, C., Jaison, J.P. 2012. Utilization of Banana Waste for
Effective Production of Cellulase by Rhizopus Sp. Research Journal of
Pharmaceutical, Biological and Chemical Sciences. Volume 3 issue 1.p 674-
683
Brodeur, G., Yau, E., Badal, K., Collier, J., Ramachandran, K.B and
Ramakhrisnan, S. 2011. Chemical and Physicochemical Pretreatment of
Lignocellulosic Biomass: A Review. SAGE - Hindawi Access to Research
Enzyme Research. p 1-17
Brown, R.M. Jr. 1996. The biosynthesis of cellulose. J. Macromol. Sci. Pure Appl.
Chem. A33. P 1345-1373. In Saxena, I.M and Brown, R.M.Jr. 2008.
Biochemistry and Molecular Biology of Cellulose Biosynthesis in Plants:
Prospects for Genetic Engineering. Advances in Plant Biochemistry and
molecular Biology, Volume 1. Elsevier
Dashtban, M., Maki, M., Leung, Kam Tin., Mao, C., Qin, W.2010. Cellulase
Activities in Biomass Convertion: Measurement Methods and Comparison.
Critical Reviews in Biotechnology.Informa Health Care. P 1-8
Demers, A., Doane, R., Guzman, S., Pagano, R. 2009. Enzymatic Hydrolysis of
Cellulosic Biomass for the Production of Second Generation
Biofuels.Worcester Polytechnic Institute. P 1-29
Ghose, T.K. 1987. Measurement of Cellulase Activities. Pure & Appl. Chem.,
Vol. 59, No. 2, P. 257—268
Kondo T., Kasai, W., and Brown, R. M. Jr. 2004. Formation of Nematic Ordered
Cellulose and Chitin. Cellulose (11), P 463- 474 in Saxena, I.M and Brown,
R.M.Jr. 2008. Biochemistry and Molecular Biology of Cellulose Biosynthesis
in Plants: Prospects for Genetic Engineering. Advances in Plant
Biochemistry and molecular Biology, Volume 1. Elsevier
Kumar, P., Barret, D.M., Delwiche, M.J and Stroeve,P. 2009. Methods for
Pretreatment of Lignocellulosic Biomass for Efficient Hydrolysis and Biofuel
Production. Ind. Eng. Chem. Res., Vol. xxx, No. xx, XXXX
Laser, M., Schulman, D., Allen, S., Lichwa, J., Antal, M., and Lynd, L. 2002. A
Comparison of Liquid Hot Water and Steam Pretreatment of Sugarcane
Bagasse for Bioconversion to Ethanol. Bioresource Technology, 81. 33-44. In
Thakur, I,S. and Nakagoshi, N. 2011. Production of Biofuels from
Lignocellulosic Biomass in Pulp and Paper Mill Effluent for Low Carbon
Society. Journal of International Development and Cooperation, Vol 18,No.
I.P 1-12
Lo, Yun-Chung., Saratale, G.D., Chen, Wen-Ming., Bai, Ming-Der., Chang, Jo-
Shu. 2009. Isolation of cellulose-hydrolytic bacteria and applications of the
cellulolytic enzymes for cellulosic biohydrogen production. Enzyme and
Microbial Technology 44 (2009) 417–425
45
Marssada, Agung. 2011. Optimasi Produksi Selulase Dari Bacillus sp. Bppt CC RK 2
Menggunakan Metode Respon Permukaan dengan Variasi Rasio C/N Dan Waktu
Fermentasi. Universitas Indonesia.
Mosier, N., Wyman, C., Dale, B., Elander, R., Lee, Y.Y., Holtzapple and Ladisch,
M. 2005. Features of promising technologies for pretreatment of
lignocellulosic biomass. Bioresource Technology 96 (2005) P 673–686
Prasetyo, J., Kato, T., and Park Enoch.Y. 2010 Efficient Cellulase-Catalyzed
Saccharification of Untreated Paper Sludge Targeting for Biorefinery.
Biomass and Bioenergy 34 (2010). P 1906-1913
Schallmey, M., Singh, A., Ward.O,P. 2004. Development in the Use of Bacillus
spesies for Industrial Production. Can. J. Microbiol. Vol 50 p 1-17
Scopes, Robert. 2002. Enzyme Activity and Assays. Encyclopedia of Life Sciences
Vollhardt, P and Schore, N. 2009. Organic chemistry : structure and function ,6th
ed. W. H. Freeman and Company: USA. P 1117
Vynios, D.H., Papaioannon, D.A., Filos,G., Karigiannis, G., Tziala, T., Lagios, G.
2009. Enzymatic Production of Glucose From Waste Paper. Bioresources 4
(2) p 509-521
Zhang , P.Y.H., Himmel M.E., and Mielenz J.R. 2006. Outlook for cellulase
improvement: Screening and selection strategies. Biotechnology Advances
24 (2006) 452–481
LAMPIRAN
49
Lampiran 1
Cara pembuatan reagen
No. Nama Reagen dan buffer Cara pembuatan
1. Natrium Hidroksida 1 N Sebanyak 4 gram natrium hidroksida
dilarutkan dalam aquades hingga tepat 100 mL
2. Natrium Hidroksida 5 N Sebanyak 20 gram natrium hidroksida
dilarutkan dalam aquades hingga tepat 100
mL.
3. Buffer Phosfat 0,1 M pH 7 Larutan A= Sebanyak 2,78 gram NaHPO4
dilarutkan dalam aquades hingga tepat 100
mL.
Larutan B = Sebanyak 3,56 gram
Na2HPO4.2H2O dilarutkan dalam aquades
hingga tepat 100 mL.
Lampiran 2.
Pembuatan medium
Pembuatan Media
Media kultivasi yang digunakan adalah Luria Bertani (LB) cair dengan
komposisi per liter yaitu, 10g pepton, 5g ekstrak khamir, dan 5g NaCl. LB
media disterilisasi dalam autoklaf pada suhu 121oC dan tekanan 1,2 atm selama
15 menit.
dalam media LB agar dan diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam. Isolat ini
40% dedak beras sebagai sumber karbon dan air kelapa 20 % sebagai sumber
nitrogen. Media dilarutkan dengan volum tertentu akuades, diatur pH sampai 7,0.
Ditambahkan hingga volume akuades tepat 500 mL. Kemudian media disterilisasi
dalam autoklaf pada suhu 121°C dan tekanan 1,2 atm selama 15 menit
(Marsadda, 2011).
Pembuatan Starter
diinkubasi pada suhu 37oC selama 6 jam dengan agitasi 150 rpm.
ke dalam media produksi, dan diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam dengan
agitasi 150 rpm. Setelah 24 jam, enzim disentrifugasi pada agitasi 6000 rpm
selama 15 menit pada suhu 4oC. Kemudian diambil supernatannya sebagai fraksi
enzim selulase kasar. Enzim selulase kasar tersebut kemudian dianalisis kadar
Lampiran 3
konsentrasi standar glukosa sebagai berikut: 0; 0,04; 0,08; 0,12; 0,16; 0,20; 0,20;
konsentrasi standar BSA sebagai berikut : 0; 0,03; 0,06; 0,09; 0,12; 0,15; 0,18;
larutan yang dibuat diuji dengan metode Bradford. .Konsentrasi analit berfungsi
sebagai sumbu X pada grafik dan absorbansi sebagai sumbu Y, sehingga akan
Lampiran 4
C(mg/ml) Absorbansi
0 0
0,04 0,1465
0,08 0,297
0,12 0,4475
0,16 0,4965
0,2 0,6455
0,24 0,6775
0,28 0,808
0,32 0,951
1 y = 3,0178x
R² = 0,9782
0,8
absorbansi
0,6
0,4
0,2
0
0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3
konsentrasi (mg/ml)
54
Lampiran 5
C(mg/ml) Absorbansi
0 0
0,03 0,156
0,06 0,3185
0,09 0,37
0,12 0,5415
0,15 0,6505
0,18 0,728
0,21 0,8865
0,24 0,965
0,8
Absorbansi
0,6
0,4
0,2
0
0 0,05 0,1 0,15 0,2
Kadar protein (mg/ml)
55
Lampiran 6
melakukan pengujian terhadap endo β-1,4-glucanase (EC 3.2.1.4) atau yang biasa
yang dilakukan oleh Yin et al (2010), yaitu dengan mereaksikan sampel dalam
larutan 1 mL CMC 1%, buffer fosfat 0,05 M (pH 7.0) di mana volume sampel
enzim 100 μl, dan volume pelarut 900 μl. Reaksi berlangsung selama 30 menit
dan diinkubasi pada suhu 500C. Gula turunan yang dihasilkan dari reaksi tersebut
larutan DNS sebanyak 3 mL pada tabung reaksi. Tabung reaksi berisi larutan
dipanaskan didalam waterbath selama 5 menit agar terjadi reaksi antara glukosa
Sebagai kontrol yaitu 900 μl CMC 1%, buffer fosfat 0,05 M (pH 7.0) diinkubasi
pada suhu 500C selama 30 menit baru kemudian ditambahkan 100 μl enzim lalu
spektrofotometer UV Visible.
Harga absorbansi yang diperoleh dari sampel dan kontrol, diplotkan pada
gula reduksi diperoleh dari selisih plot absorbansi (sampel- kontrol) pada kurva
standar glukosa.
56
mg glukosa ×1000
Aktivitas ( U ml)=
Mr glukosa ×30 menit ×0.1 ml
Visible.
57
Lampiran 7
0,685 = 3,017 x
x = 0,2270 mg
0,136 = 2,9576 x
x = 0,0450 mg
mg glukosa ×1000
Aktivitas ( U ml) = x Fp
Mr glukosa ×30 menit ×0.1 ml
0,1821 ×1000
= x 10 = 0,337 x 10
180 ×30 menit ×0.1 ml
= 3,37 U/ml
58
Lampiran 8
Y = 4,185 x
0,941 = 4,185 x
X = 0,2248 mg/ml
59
Lampiran 9
2 6 Unit (pembulatan)
6 18 Unit (pembulatan)
Aktivitas Spesifik
Lampiran 10
kadar gula reduksi (dari kurva standar). Pengukuran kadar gula reduksi ditentukan
volume 5 ml) dari campuran 100 mg limbah pengolahan kertas ,12 U enzim
selulase (4 ml) dan 1 ml buffer sitrat 5,5 yang kemudian ditambahkan ke dalam 3
didinginkan pada suhu ruangan, Sebagai kontrol yaitu buffer sitrat pH 5,5
ditambah 12 U enzim selulase ( 4 ml) lalu ditambahkan 3ml DNS dan dipanaskan
dalam waktu yang bersamaan. Absorbansi diukur pada panjang gelombang 540
Harga absorbansi yang diperoleh dari sampel dan kontrol, diplotkan pada
gula reduksi diperoleh dari selisih plot absorbansi (sampel- kontrol) pada kurva
standar glukosa.
Substrat (mg/ml)
61
Lampiran 11
a. Pretreatment substrat
larutan disaring menggunakan kain nilon dan dicuci dengan air yang mengalir
jam dalam oven suhu 80˚ C. Dari hasil perlakuan, diambil sebanyak 100 mg
jam pada suhu 50˚ C. Kadar gula reduksi dihitung dengan menggunakan metoda
DNS (Miller, 1959) dan persen (%) sakarifikasi (Begum dan Alimon 2011).
jam dalam oven suhu 80˚C. Dari hasil perlakuan, diambil sebanyak 100 mg
enzim dengan aktivitas 6,12,18 unit kemudian diinkubasi selama 96 jam pada
suhu 50˚ C. Kadar gula reduksi dihitung dengan metoda DNS (Miller, 1959) dan
Lampiran 12
Hasil uji pendahuluan perlakuan awal subtrat (waktu inkubasi 96 jam, pH 7 suhu
50˚ C):
Lampiran 13
Tabel kadar gula reduksi dan persen (%) sakarifikasi pada uji variasi konsentrasi
substrat (waktu inkubasi 96 jam, pH 5,5 suhu 37˚ C dengan jumlah 4 ml enzim
25 0,0077 0,1392
50 0,0276 0,2486
100 0,2254 1,0143
150 0,1900 0,5701
200 0,1182 0,2660
64
1,0000 1,0143
% Sakarifikasi
0,8000
0,6000 0,5701
0,4000
0,2486 0,2660
0,2000
0,1392
0,0000
25 50 75 100 125 150 175 200
Substrat (mg)
Gambar .Kurva hubungan antara variasi konsentrasi substrat terhadap persen sakarifikasi
65
Lampiran 14
Perhitungan Uji Variasi Konsentrasi Enzim
Tabel kadar gula reduksi dan persen (%) sakarifikasi pada uji variasi konsentrasi
enzim dengan waktu inkubasi 96 jam, pH 5,5 suhu 37˚ C, substrat 100 mg
2 0,2828 0,7637
4 0,4022 1,8097
6 0,2398 1,5104
2,0000
1,8097
sakarifikasi (%)
1,5000 1,5104
1,0000
0,7637
0,5000
0,0000
6 12 18
enzim (U)
Gambar. Kurva hubungan antara variasi konsentrasi enzim terhadap persen sakarifikasi
66
Lampiran 15
Perhitungan :
Hasil :
Rf Galaktosa = 3,5/8
= 0,43
Rf Sukrosa = 3,1/8
= 0,38
Rf Arabinosa = 3,9/8
= 0,48
Rf Xilosa = 3,5/8
= 0,56
Rf Glukosa = 3,7/8
= 0,46
Rf Maltosa = 2,7/8
= 0,33
Rf Sampel = 2,6/8
= 0,32
67
Lampiran 16
Data Pembanding
1. Sakarifikasi Limbah Pengolahan Kertas dengan Enzim Komersial
Nama : Primafast 200
Aktivitas enzim : 6200 U/ml
Kondisi optimum : pH 4,5-5,5 Temperatur 55-60° C
0 0,0983 0,0973
24 0,2088 0,2067
48 0,0934 0,0924
72 0,0679 0,0673
96 0,0033 0,0033
68
GAMBAR
70
Gambar 16.
Gambar 17.
Substrat limbah pengolahan kertas awal
perendaman substrat dengan NaOH
Analit berwarna kecoklatan hasil uji Analit berwarna biru hasil analisa