Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Prinsip Percobaan
Zat uji dalam beberapa tingkat dosis diberikan pada beberapa kelompok
hewan uji, satu dosis perkelompok. Selanjutnya dilakukan pengamatan terhadap
adanya efek toksis dan kematian. Hewan yang mati selama percobaan dan yang
hidup sampai akhir percobaan diotopsi untuk dievaluasi.

1.2 Tujuan Percobaan


1. Dapat mendeteksi toksisitas intrinsic suatu zat, menentukan organ sasaran
dan kepekaan spesies, memperoleh informasi bahaya setelah pemaparan
suatu senyawa secara akut dan untuk memperoleh informasi awal yang
dapat digunakan untuk menetapkan tingkat dosis dan merancang uji
toksisitas selanjutnya.
2. Dapat digunakan untuk menetapkan harga LD50 suatu senyawa.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uji Toksisitas
Uji Toksisitas adalah suatu uji untuk mendeteksi efek toksik suatu zat pada
sistem biologi dan untuk memperoleh data pada dosis tanggapan yang khas dari zat
uji. Uji toksisitas dapat digolongkan menjadi 2 golongan, yaitu uji toksisitas tak
khas dan uji toksisitas khas. Uji toksisitas tak khas adalah uji toksisitas yang
dirancang untuk mengevaluasi keseluruhan efek toksik suatu senyawa pada aneka
ragam jenis hewan uji. Termasuk dalam golongan ini adalah uji toksisitas akut, uji
toksisitas subkronis, dan uji toksisitas kronis. Sedangkan yang dimaksud dengan uji
toksisitas khas adalah uji yang dirancang untuk mengevaluasi secara rinci efek khas
suatu senyawa pada aneka ragam hewan uji. Termasuk dalam golongan uji
potensiasi, uji kekarsinogenikan, uji kemutagenikan, uji keteratogenikan,
uji reproduksi, uji kulit, dan uji perilaku. (Donatus, 1990)
2.2 Uji Toksisitas Akut
Uji toksisitas akut merupakan uji toksisitas dengan pemberian suatu
senyawa pada hewan uji pada suatu saat. Maksud uji tersebut adalah untuk
menetukan gejala yang timbul sebagai akibat pemberian suatu senyawa dan untuk
menentukan tingkat letalitasnya (Loomis, 1978).
Uji toksisitas akut dilakukan untuk menentukan efek toksik suatu senyawa
dalam waktu singkat setelah pemejanan. Uji ketoksikan dikerjakan dengan
memberikan dosis tunggal senyawa uji pada hewan uji (sekurang-kurangnya 2 jenis
hewan uji roden dan miroden, jantan maupun betina). Takaran dosis yang
dianjurkan paling tidak 4 peringkat dosis dari dosis rendah yang tidak mematikan
hewan uji sampai dosis tertinggi yang mematikan seluruh hewan uji. Pengamatan
yang dilakukan meliputi gejala klinis, jumlah hewan yang mati dan histopatologi
organ (Donatus, 2001).
Tujuan dari uji ketoksikan adalah menggambarkan ketoksikan intrinsik dari suatu
zat kimia untuk memperkirakan resiko atau ketoksikan pada spesies target,
mengidentifikasikan organ target, menyediakan informasi tentang desain
dan pemilihan tingkat dosis, untuk penelitian dalam jangka waktu yang lebih
panjang. Yang terpenting ialah menyediakan infomasi untuk keperluan klinis dalam
memperkirakan, mendiagnosis dan meresepkan pengobatan zat kimia yang secara
akut beracun (Hayes, 2001).
Data yang diperoleh dari uji ketoksikan akut berupa data kuantitatif yang
berupa LD50, sedangkan data kualitatif berupa penampakan klinis dan morfologi
efek toksik senyawa uji. Data LD50 yang diperoleh digunakan untuk potensi
ketoksikan akut senyawa relatif terhadap senyawa lain dan untuk memperkirakan
takaran dosis uji toksikologi lainnya (Donatus, 2001).
LD50 didefinisikan sebagai dosis tunggal suatu zat yang secara statistik
diharapakan akan membunuh 50% hewan coba, juga dapat menunjukkan organ
sasaran yang mungkin dirusak dan efek toksik spesifiknya, serta memberikan
petunjuk dosis yang sebaiknya digunakan dalam pengujian yang lebih lama.
Evaluasi juga terhadap kelainan tingkah laku, stimulasi atau depresi SSP, aktivitas
motorik dan pernapasan untuk mendapat gambaran tentang sebab kematian
(Donatus, 2001 ).
2.3 Kekerabatan Dosis Respon
Konsep dasar dalam toksikologi bahwa tidak ada zat kimia yang benar-benar
aman, demikian juga bahwa tidak ada zat kimia yang tidak akan
menimbulkan efek jika jumlah yang berinteraksi dengan jaringan biologi belum
cukup untuk dapat menimbulkan efek, sehingga dapat dikatakan ada hubungan
antara kadar zat kimia dengan respon yang ditimbulkan atas mekanisme biologi
tertentu (Loomis, 1978).
Data respon yang dapat diamati dari suatu percobaan toksisitas dapat
digolongkan menjadi 2 tipe :
a. Data tipe sama sekali ada atau sama sekali tidak ada respon, biasa juga disebut
respon kuantal, yaitu respon yang mana efek yang diamati hanya ada dua
kemungkinan: ada atau tidak ada respon. Misalnya pada uji toksisitas data
respon berupa kematian atau tetap hidup.
b. Data tipe bertingkat atau respon gradual, yang mana respon yang diberikan
hewan uji akan bertingkat sesuai dengan intensitas pemejanan pada hewan uji.
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3. 1. 1 Alat
a. Timbangan mencit e. Sondel oral
b. Timbangan analitik f. Alat bedah
c. Platform g. Cawan petri
d. Alat gelantung/uji motoric

3. 1. 2 Bahan
a. Bahan obat kimia sintetik dalam beberapa dosis uji.
b. Biasanya digunakan 5-10 kelompok dosis dan 1 kelompok kontrol
sehingga diperoleh harga LD50.
c. Bila pada dosis 5000 mg/kg BB tidak dihasilkan efek toksik, dosis tidak
perlu dinaikkan lagi.

3. 1. 3 Hewan Percobaan
 Mencit sehat, dewasa dari dua jenis kelamin, berumur 5-6 minggu
dengan bobot badan tidak lebih dari 25 g.
 Masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor mencit untuk setiap jenis
kelamin.

3.2 Prosedur Percobaan


1. Mencit yang telah dipuasakan, pada hari pengujian ditimbang kembali.
2. Diberi tanda penomoran pada masing-masing ekor mencit.
3. Dilakukan pengujian gejala toksik terhadap semua hewan seperti yang
tertera dalam table pengamatan (t0).
4. Diberikan bahan uji sesuai dengan kelompoknya, sedangkan kelompok
kontrol hanya diberi zat pembawa.
5. Dilakukan pengujian gejala toksik untuk t30, t60,t120 dan t240.
6. Dilakukan pengamatan selama 14 hari, bobot tubuh mencit selalu ditimbang
setiap hari.
7. Pada akhir percobaan (bila ada hewan yang mati), semua hewan uji pada
masing-masing kelompok diotopsi, lalu dilakukan pengamatan
makropatologi pada setiap organ dan jaringan. Bila perlu dilakukan
pengamatan histopatologi dan penimbangan bobor organ.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Percobaan

4.2 Pembahasan
BAB 5
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa :
1. Muncul beberapa gejala toksik pada mencit setelah pemberian fenitoin pada
dosis tertentu dan mempengaruhi system saraf.
2. Terjadi pembengkakan pada beberapa organ mencit.
3. 50% kematian hewan uji mencit adalah pada dosis 26,46 g/kgBB fenitoin.
DAFTAR PUSTAKA
Donatus, I. A., 1990. Audiovisual Toksikologi Dasar Hal 36-53. Laboratorium
Farmakologi dan Toksikologi Jurusan Kimia Farmasi Fakultas Farmasi
UGM. Yogyakarta.
Donatus, I. A., 2001. Toksikologi Dasar 1 Hal 200-201. Laboratorium
Farmakologi dan Toksikologi Jurusan Kimia Farmasi Fakultas Farmasi
UGM. Yogyakarta.
Hayes, A, W., 2001. Principles and Methods of Toxicology Ed 4. Taylor & Francis,
United States of America.
Loomis, T. A., 1978. Toksikologi Dasar Edisi III. Diterjemahkan oleh : Imono Argo
Donatus. 20-23, 83-86, 206-208, 228-232, IKIP Semarang-Press, Semarang.

Anda mungkin juga menyukai