Diagnosa Keperawatan Trauma Tulang
Diagnosa Keperawatan Trauma Tulang
a. Ketidak efektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan kelemahan /paralisis otot-otot
abdomen dan intertiostal dan ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi.
b. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan fungsi motorik dan sesorik.
c. Resiko terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan penurunan immobilitas,
penurunan sensorik.
d. Retensi urine yang berhubungan dengan ketidakmampuan untuk berkemih secara spontan.
e. Konstipasi berhubungan dengan adanya atoni usus sebagai akibat gangguan autonomik.
f. Nyeri yang berhubungan dengan pengobatan immobilitas lama, Trauma psikis dan alt traksi
Tujuan perencanaan dan implementasi dapat mencakup perbaikan pola pernapasan, perbaikan
mobilitas, pemeliharaan integritas kulit, menghilangkan retensi urine, perbaikan fungsi usus,
peningkatan rasa nyaman, dan tidak terdapatnya komplikasi.
D. Intervensi.
Kriteria hasil : Batuk efektif, pasien mampu mengeluarkan seket, bunyi napas normal, jalan
napas bersih, respirasi normal, irama dan jumlah pernapasan, pasien, mampu melakukan reposisi,
nilai AGD : PaO2 > 80 mmHg, PaCO2 = 35-45 mmHg, PH = 7,35 – 7,45
E. Rencana Tindakan 1.
R/ Mengencerkan sekret
Kriteria Hasil : Mempertahankan posisi fungsi dibuktikan oleh tak adanya kontraktur, footdrop,
meningkatkan kekuatan bagian tubuh yang sakit /kompensasi, mendemonstrasikan teknik
/perilaku yang memungkinkan melakukan kembali aktifitas.
F. Rencana Tindakan 2.
2). Ganti posisi pasien setiap 2 jam dengan memperhatikan kestabilan tubuh dan kenyamanan
pasien.
5). Lakukan ROM Pasif setelah 48-72 setelah Trauma 4-5 kali /hari
7). Konsultasikan kepada fisiotrepi untuk latihan dan penggunaan otot seperti splints
Kriteria Hasil : Keadaan kulit pasien utuh, bebas dari kemerahan, bebas dari infeksi pada lokasi
yang tertekan.
G. Rencana Tindakan 3.
R/ Daerah yang tertekan akan menimbulkan hipoksia, perubahan posisi meningkatkan sirkulasi
darah.
5). Pertahankan kebersihan dan kekeringan tempat tidur dan tubuh pasien.
6). Lakukan pemijatan khusus / lembut diatas daerah tulang yang menonjol setiap 2 jam dengan
gerakan memutar.
R/ Meningkatkan sirkulasi darah
7). Kaji status nutrisi pasien dan berikan makanan dengan tinggi protein
8). Lakukan perawatan kulit pada daerah yang lecet / rusak setiap hari
Kriteria Hasil : Pasien dpat mempertahankan pengosongan blodder tanpa residu dan distensi,
keadaan urine jernih, kultur urine negatif, intake dan output cairan seimbang
H. Rencana tindakan 4.
R/ Efek dari tidak efektifnya bladder adalah adanya infeksi saluran kemih
R/ Efek trauma medulla spinalis adlah adanya gangguan refleks berkemih sehingga perlu
bantuan dalam pengeluaran urine
I. Rencana tindakan 5.
3). Berikan minum 1800 – 2000 ml/hari jika tidak ada kontraindikasi
R/ Mencegah konstipasi
Kriteria hasil : Melaporkan penurunan rasa nyeri /ketidak nyaman, mengidentifikasikan cara-cara
untuk mengatasi nyeri, mendemonstrasikan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktifitas
hiburan sesuai kebutuhan individu.
J. Rencana tindakan 6.
1). Kaji terhadap adanya nyeri, bantu pasien mengidentifikasi dan menghitung nyeri, misalnya
lokasi, tipe nyeri, intensitas pada skala 0 – 1-
R/ Pasien biasanya melaporkan nyeri diatas tingkat Trauma misalnya dada / punggung atau
kemungkinan sakit kepala dari alat stabilizer
2). Berikan tindakan kenyamanan, misalnya, perubahan posisi, masase, kompres hangat / dingin
sesuai indikasi.
3). Dorong penggunaan teknik relaksasi, misalnya, pedoman imajinasi visualisasi, latihan nafas
dalam.
4). Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi, relaksasi otot, misalnya dontren (dantrium);
analgetik; antiansietis.misalnya diazepam (valium)
R/ Dibutuhkan untuk menghilangkan spasme /nyeri otot atau untuk menghilangkan-ansietas dan
meningkatkan istrirahat.