Erni Murniarti
erni.murniarti@uki.ac.id
ABSTRACT
In 1994, it has been set Salamanca Statement and Framework for Action on Special Needs
Education which contains about the importance of Education for all including education for
children with special needs. In the development time, it was then born the idea of inclusive
education is friendly public education for all children without exception. In Indonesia, 10
years ago, the Indonesian government has shown the attitude to education for children with
special needs to enact legislation governing the national education system and also
specifically on inclusive education in Indonesia. But along the way, there are still many
schools that still not understand the concept, implementation, and strategies on the
implementation of the inclusive education. The purpose of this paper is to explain the
concept, how the implementation and strategies that can be done in the implementation of
inclusive education.
ABSTRAK
Pada tahun 1994, telah ditetapkan Salamanca Statement and Framework for Action on
Special Needs Education yang berisikan tentang pentingnya “Pendidikan Untuk
Semua” (Education for All) termasuk di dalamnya pendidikan untuk anak berkebutuhan
khusus. Pada perkembangannya kemudian lahirlah pemikiran pendidikan
inklusif yaitu pendidikan umum yang ramah untuk semua anak tanpa terkecuali. Di Indonesia
sendiri, sejak lebih dari 10 tahun yang lalu, pemerintah Indonesia telah menunjukkan sikap
terhadap pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus dengan menetapkan undang-undang
yang mengatur sistem pendidikan nasional dan juga khususnya tentang pendidikan inklusif di
Indonesia. Namun dalam perjalanannya, masih banyak sekolah-sekolah yang masih belum
memahami konsep, implementasi, dan strategi tentang penyelenggaraan pendidikan inklusif
ini. Tujuan dari makalah ini adalah untuk memaparkan konsep, bagaimana implementasi dan
strategi yang dapat dilakukan dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif.
9
J D P, Volume 9, Nomor 1, April 2016: 9 – 18
dengan Gangguan Spektrum Autisme di Indonesia, yang ramah untuk semua anak dan merupakan
diasumsikan dengan prevalensi autisme 1,68 per praktek pendidikan yang saling memberikan manfaat
1000 untuk anak di bawah 15 tahun dimana jumlah dan keuntungan kepada setiap anak.
anak usia 5-19 tahun di Indonesia mencapai
66.000.805 jiwa berdasarkan data BPS tahun 2010 Pembahasan dalam makalah ini akan membahas 3 hal
maka diperkirakan terdapat lebih dari 112.000 anak utama, yaitu:
penyandang autisme pada rentang usia 5-19 tahun. 1. Konsep Pendidikan Inklusif yang di dalamnya juga
Seperti telah disinggung diatas, pada 10 mencakup pengertian pendidikan inklusif,
tahun belakangan ini, anak-anak berkebutuhan khusus pemahaman tentang landasan yuridis, prinsip-
dengan spectrum yang lebih beragam (PDD NOS, prinsip penyelenggaraan pendidikan inklusif,
Speech Delay, Learning Difficulties, ADD, ADHD) keunggulan dan alasan pendidikan inklusif perlu
makin sering di jumpai di Indonesia. Memang belum untuk dilakukan.
ada data yang akurat tentang jumlah individu dengan 2. Implementasi penyelenggaraan pendidikan
spektrum autisme dan gangguan lainnya, namun inklusif. Dalam bagian ini akan dijelaskan
penjelasan dr Melly Budhiman SpKJ, seorang ahli mengenai assesment, kurikulum, penilaian hasil
kejiwaan, dapat dijadikan acuan. Menurut beliau, belajar, laporan hasil belajar, sistem kenaikan
beberapa tahun yang lalu jumlah pasien anak dengan kelas, dan sistem kelulusan yang dapat
gangguan spektrum autisme yang datang untuk diimplementasikan dalam penyelenggaraan
berkonsultasi dengannya hanya bejumlah 2-3 orang pendidikan inklusif.
pertahun, namun saat ini bisa terdapat 2-3 pasien 3. Strategi dalam pelaksanaan pendidikan inklusif.
dengan gangguan spektrum autisme dalam sehari. Dalam bagian ini akan dipaparkan beberapa
Maka dapat di lihat bahwa keberadaan penyandang strategi akomodasi dan modifikasi yang dapat
autis jumlahnya berlipat ganda dari hanya dalam dilakukan di sekolah agar pendidikan inklusif
hitungan tahun. dapat berjalan sesuai kebutuhan peserta didik.
Menanggapi kondisi yang telah dipaparkan di
atas, lahirlah pemikiran untuk melakukan perubahan PEMBAHASAN
demi mendukung penyelenggaraan pendidikan
khususnya bagi anak berkebutuhan khusus (ABK). Konsep Pendidikan Inklusif
Pada awalnya, ABK belajar secara terpisah dalam Pendidikan Inklusif adalah suatu sistem
sekolah-sekolah khusus. Belakangan ini pemikiran dan pendidikan yang diciptakan untuk mewujudkan
gagasan untuk menyatukan ABK dalam sistem konsep pendidikan untuk semua dengan cara
pendidikan umum (penyelenggaraan pendidikan menggabungkan anak-anak berkebutuhan khusus
inklusif) mulai digaungkan. Kondisi ini, terjadi di dalam lingkungan belajar bersama anak-anak normal.
negara-negara di seluruh negara di dunia, dan Dalam Permendiknas No. 70 tahun 2009 pendidikan
Indonesia termasuk negara yang ikut berpartisipasi inklusif didefinisikan sebagai suatu sistem
dan mendukung sistem pendidikan inklusif ini. penyelenggaraan pendidikan yang memberikan
kesempatan kepada semua peserta didik yang
Sejak sekitar 20 tahun yang lalu, mulailah memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan
dicanangkan “Pendidikan Untuk Semua” yang di dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan
dalamnya dikembangkan juga konsep pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik lainnya. 1
inklusif. Pendidikan inklusif adalah pendidikan umum
10
Murniarti & Anastasia, Pendidikan Inklusif di Tingkat Sekolah Dasar: Konsep, Implementasi, dan Strategi
Jadi, melihat definisi tersebut di atas, pendidikan adalah bukan hanya mengejar nilai atau
pendidikan inklusif bertujuan untuk memberikan angka belaka, termasuk ketika menjalankan konsep
kesempatan bagi seluruh peserta didik yang memiliki pendidikan inklusif. Ketika anak berkebutuhan khusus
kebutuhan khusus atau yang berbakat seluas- (ABK) belajar di kelas reguler penting bagi ABK untuk
luasnyauntuk mendapatkan kesempatan pendidikan berpartisipasi secara bermakna dalam melakukan
yang berkualitas dan bermakna sekaligus juga proses pembelajaran di kelas reguler, seperti dijelaskan
mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang oleh Bateman & Bateman (2001) berikut ini:
menghargai keanekaragaman dan tidak diskriminatif.
Konsep penyelenggaraan pendidikan inklusif “An inclusive setting is defined as the meaningful
ini tidak hanya bermanfaat bagi peserta didik participation of students with disabilities in the
berkebutuhan khusus, namun juga memberikan general education classroom”
kontribusi positif bagi pengembangan karakter peserta
didik yang tidak memiliki kebutuhan khusus (reguler).
Mereka bisa belajar berempati dan bertoleransi
sekaligus menghargai adanya perbedaan yang ada di
dunia ini.
Ada beberapa hal penting yang perlu diingat
dalam penerapan pendidikan inklusif di sekolah, yaitu:
a. Pada dasarnya setiap anak berbeda (memiliki
perbedaan kemampuan, minat, bakat, latar
belakang etnik, dsb)
b. Pada dasarnya setiap anak memiliki kemampuan
untuk belajar
c. Sistem penyelenggaraan pendidikan di sekolah
perlu diubah agar dapat mengakomodir
kebutuhan semua anak (termasuk di dalamnya
anak berkebutuhan khusus).
11
J D P, Volume 9, Nomor 1, April 2016: 9 – 18
12
Murniarti & Anastasia, Pendidikan Inklusif di Tingkat Sekolah Dasar: Konsep, Implementasi, dan Strategi
mengembangkan potensinya seoptimal mungkin b) ABK perlu kelas reguler untuk belajar
di dalam lingkungan yang aman dan terbuka. menggeneralisasikan ketrampilan yang telah
Selain itu, “ramah” juga berarti guru dipelajari dan dikuasainya dalam setting yang
menunjukkan sikap positif dan mendukung pada lebih nyata.
peserta didik tanpa terkecuali dan tidak c) ABK perlu belajar di kelas reguler secara
mengganggap ABK sebagai beban. langsung untuk dapat mempelajari suatu
2. Pengembangan seoptimal mungkin. Pada ketrampilan tertentu.
dasarnya, setiap anak memiliki kemampuan dan d) Dilihat dari jumlah sekolah yang ada, jumlah
kebutuhan yang berbeda-beda. Oleh karena itu sekolah khusus (SLB) relatif jauh lebih sedikit jika
pendidikan harus diusahakan untuk dibandingkan dengan sekolah reguler.
menyesuaikan dengan kondisi anak. e) Dilihat dari tenaga kerja, guru kelas
3. Kerja sama. Penyelenggaraan pendidikan inklusif reguler/bidang studi lebih menguasai ilmu yang
harus melibatkan seluruh komponen pendidikan ingin disampaikan. Sedangkan guru Pendidikan
terkait. Luar Biasa (PLB) atau guru pendamping khusus
4. Perubahan Sistem. Sekolah harus berani fleksibel lebih mendalami tata laksana penerapan disiplin
dalam implementasi penyelenggaraan atau perlakuan yang harus dijalani. Jadi jelas
pendidikan. Perlu diperhatikan setting kelas yang butuh kolaborasi antara guru reguler dengan guru
cocok, kemungkinan perlunya modifikasi dengan latar belakan pendidikan luar biasa.
program belajar, dan sistem penilaian yang sesuai
bagi masing-masing ABK. Landasan Yuridis Pendidikan Inklusif
Menelaah semua penjelasan di atas, maka dalam Penerapan pendidikan inklusif di indonesia
pelaksanaannya, sekolah penyelenggara berdasarkan beberapa landasan yuridis berikut di
pendidikan inklusif adalah sekolah yang bawah ini:
menggabungkan layanan pendidikan khusus dan - UUD 45 pasal 31, ayat (1) : “Setiap warga negara
reguler dalam satu sistem persekoahan untuk berhak mendapat pendidikan”
mengakomodasi kebutuhan khusus dari setiap - UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
peserta didik.2 Pendidikan Nasional Pasal 5
Ayat 1: Setiap warga negara mempunyai
Alasan Pendidikan Inklusif Perlu Dilakukan hak yang sama untuk memperoleh
Ada beberapa alasan mengapa kita perlu pendidikan yang bermutu
menjalankan sistem pendidikan inklusif. Beberapa Ayat 2: Warga negara yang mempunyai hak
diantarannya adalah: yang sama untuk memperoleh pendidikan
a) Tidak semua ABK cocok atau harus belajar di yang bermutu
sekolah khusus (Sekolah Luar Biasa). Bagi ABK Ayat 3: Warga negara di daerah terpencil
dengan gangguan tidak terlalu berat atau atau terbelakang serta masyarakat adat yang
memiliki potensi akademik (IQ) yang (cukup) terpencil berhak memporelh endidikan
baik/rata-rata ke atas, situasi dan tuntutan belajar layanan khusus
di sekolah khusus tidak dapat menjawab Ayat 4: Warga negara yang memiliki potensi
kebutuhan ABK tersebut. kecerdasan dan bakat istimewa berhak
memperoleh pendidikan khusus.
13
J D P, Volume 9, Nomor 1, April 2016: 9 – 18
- UUD No. 4 tahun 1997 tentang Penyandang Sebagai catatan tambahan, perlu diingat
Cacat (pasal 5): Setiap penyandang cacat bahwa pembedaan bantuan atau intervensi yang
mempunyai hak dan kesempatan yang sama diberikan (misal siswa perlu belajar di kelas
dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan. khusus) perlu dilihat sebagai suatu upaya
- Permendiknas No. 70 tahun 2009 tentang penyediaan layanaan pendidikan yang diberikan
Pendidikan Inklusif bagi peserta didik yang dan bukan dilihat sebagai suatu usaha untuk
memiliki kelainan dan memiliki potensi memisahkan peserta didik yang berkebutuhan
kecerdasan dan/atau bakat istimewa khusus dengan peserta didik yang tidak memiliki
- Surat Edaran Dirjen DikDasmen Depdiknas No. kebutuhan khusus.
380/C/C6/MN/2003 20 Januari 2003: “Setiap
kabupaten/kota diwajibkan menyelenggarakan Assessment
dan mengembangkan pendidikan inklusif Assessment merupakan proses
disekurang-kurangnya 4 (empat) sekolah yang pengumpulan informasi tentang peserta didik
terdiri dari SD, SMP, SMA, SMK. berkebutuha khusus (ABK) yang perlu dilakukan
- Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus sebleum menentukan program pembelajaran yang
Ibukota Jakarta No. 116 tahun 2007 sesuai. Assessment ini dimaksudkan untuk memahami
- Deklarasi Bandung : ”Indonesia Menuju keunggulan dan hambatan belajar siswa, sehingga
Pendidikan Inklusif” tanggal 8 Agustus 2004 diharapkan program yang disusun benar-benar sesuai
- Deklarasi Bukittinggi tahun 2005 dengan kebutuhan belajarnya.5
- Salamanca Statement and Framework for Action Adapun fungsi assessment adalah:
on Special Needs Education (1994), article 2 & - Untuk mendapatkan profil siswa
article 33 - Untuk mengetahui kebutuhan peserta didik
- Menentukan jenis layanan yang dibutuhkan
Implentasi Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif - Sebagai acuan dalam pembuatan program yang
Dalam mengimplementasikan pendidikan inklusif sesuai
perlu diperhatikan hal-hal berikut ini: - Menentukan strategi pembelajaran yang cocok
Alternatif Layanan Pendidikan Khusus - Mengevaluasi dan memantau perkembangan
Ada banyak alternatif layanan pendidikan inklusif siswa
yang mungkin diterapkan, yaitu: - Merujuk peserta didik ke tenaga profesional jika
a. ABK belajar di kelas biasa secara penuh dibutuhkan.
tanpa bimbingan guru pendamping khusus Tahap assessment ini sangat penting karena jika
b. ABK belajar di kelas biasa dengan tambahan assessmentnya tidak benar maka bisa dipastikan
bimbingan di dalam kelas program yang dibuatpun tidak akan sesuai dengan
c. ABK belajar di kelas biasa dengan tambahan kebutuhan siswa.
bimbingan di luar kelas
d. ABK belajar di kelas khusus dengan Kurikulum
kesempatan bergabung di kelas biasa Banyak guru dan sekolah masih kebingungan
e. ABK belajar di kelas khusus secara penuh4 dengan penyelenggaran pendidikan inklusif yang
3Modul Pelatihan Pendidikan Inklusif. Kementrian Pendidikan dan 5Modul Pelatihan Pendidikan Inklusif. Kementrian Pendidikan &
Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar. Direktorat Kebudayaan. Dikrektorat Jendral Pendidikan Dasar. Direktorat
Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Pendidikan Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Pendidikan
Dasar. 2012. Dasar. 2012. Hal. 19
4 www.pklk-dikdas.com/p/pendidikaninklusif.html
14
Murniarti & Anastasia, Pendidikan Inklusif di Tingkat Sekolah Dasar: Konsep, Implementasi, dan Strategi
dapat mengakomodir kebutuhan peserta didik yang Penyesuaian kurikulum yang mungkin diberikan
memiliki kebutuhan khusus mengingat ada standar bagi peserta didik dengan kebutuhan khusus adalah
kurikulum pendidikan nasional yang harus dipenuhi sebagai berikut:
dan juga terutama dikaitkan dengan Kriteria 1. Kurikulum Duplikasi, adalah model kurikulum
Ketuntasan Minimal (KKM) yang harus dicapai oleh tingkat satuan pendidikan yang sesuaistandar
setiap siswa. nasional. Diberlakukan bagi ABK yang tidak
Undang-undang No 20 Tahun 2003, pasal 12 memiliki hambatan kognitif.
ayat 1, menyatakan ’Setiap peserta didik pada setiap 2. Kurikulum modifikasi. Ada 4 hal yang mungkin
satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan dilakukan, yaitu:
pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan a. Menambah materi (addisi)
kemampuannya. Pengejawantahan undang-undang b. Mengganti beberapa materi (duplikasi)
tersebut, pemerintah mengeluarkan kebijakan- c. Menyederhanakan materi (simplifikasi)
kebijakan yang mengatur dan memberikan keleluasaan d. Menghilangkan beberapa bagian sulit atau
kepada sekolah sekolah reguler penyelenggara keseluruhan dari kurikulum umum (omisi)
pendidikan inklusif supaya menyediakan kondisi kelas
yang hangat, ramah, menerima keanekaragaman dan Penilaian Hasil Belajar
menghargai perbedaan,melakukan pengelolaan kelas
yang heterogen dengan menerapkan kurikulum dan Terkait dengan mata pelajaran, evaluasi
pembelajaran yang bersifat individual, menerapkan merupakan proses menentukan tingkat pencapaian
pembelajaran yang interaktif dan memberikan suatu pelajaran setelah pembelajaran selesai dalam
keleluasaan bagi para guru pada sekolah suatu periode tertentu. Menurut Permendikbud No 66
penyelenggara pendidikan inklusif untuk melakukan Tahun 2013, Penilaian pendidikan sebagai proses
kolaborasi dengan profesi atau sumberdaya lain, pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
termasuk dengan pihak orangtua dalam membuat mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran. Dalam melakukan pengumpulan dan pengolahan
Kebijakan-kebijakan tersebut dalam prakteknya informasi untuk mengukur pencapai hasil belajar
menuntut beberapa penyesuaian. Salah satunya peserta didik penilaian pembelajaran yang dilakukan
adalah dalam hal adaptasi pembelajaran. Adaptasi juga perlu diadaptasi sesuai dengan kondisi dan
pembelajaran dimaksud dalam tulisan ini adalah kemampuan siswa.
perubahan-perubahan berbagai komponen Adaptasi penilaian adalah proses
pendidikan seperti konsep isi kurikulum, metode pengumpulan informasi yang dilakukan secara
pembelajaran, cara penilaian sampai pada pelaporan fleksibel untuk mengukur pencapaian hasil belajar
hasil belajar siswa melalui perubahan materi dan peserta didik berkebutuhan khusus. Penilaian terhadap
program pembelajaran. (Rusyani, 2013) Adaptasi siswa berkebutuhan khusus, dilakukan melalui
pembelajaran tidak terbatas pada penyesuaian pengamatan yang dilaksanakan secara terus menerus
pembelajaran atau materi pembelajaran, tetapi juga dan harus bersifat fleksibel. Semua proses pengalaman
meliputi berbagai komponen pendidikan dilakukan belajar dan hasil belajar siswa diamati, sehingga guru
penyesuaian agar setiap peserta didik dapat memperoleh gambaran yang utuh mengenai kondisi
mengembangkan kemampuannya secara optimal hasil belajar siswa dari awal sampai akhir. Sistem
sesuai dengan bakat dan minatnya.6 penilaian yang diharapkan dalam setting pendidikan
inklusif adalah sistem penilaian yang fleksibel.
15
J D P, Volume 9, Nomor 1, April 2016: 9 – 18
Penilaian fleksibel adalah penilaian yang disesuaikan - Siswa ABK yang menggunakan kurikulum yang
dengan kompetensi semua siswa, dan mengacu dimodifikasi/PPI: SISTEM KENAIKAN KELAS
kepada kemampuan dan kebutuhan siswa. 7 BERDASARKAN USIA KRONOLOGIS
Sistem Kelulusan
• ABK mengikuti proses belajar mengajar dengan
waktu yang ditentukan menggunakan kurikulum
reguler dengan kompetensi standar nasional
pendidikan: mengikuti Ujian Nasional
dinyatakan lulus mendapat ijasah
• ABK mengikuti proses belajar mengajar dengan
Gambar 3. Gambar ini mengilustrasikan kenapa kita waktu yang ditentukan menggunakan kurikulum
perlu melakukan diferensiasi dalam mengevaluasi hasil modifikasi atau PPI yang dikembangkan dengan
belajar yang sudah dilakukan. Kondisi dan menggunakan kompetensi di bawah standar
kemampuan ABK yang berbeda satu dengan lainnya, nasional pendidikan: mengikuti Ujian Sekolah
maka bentuk dan cara menilai potensi masing-masing (materi soal disesuaikan dengan kemampuan tiap
ABK perlu dideferensiasi sesuai potensi dan siswa) mendapat STTB
kemampuannya.
16
Murniarti & Anastasia, Pendidikan Inklusif di Tingkat Sekolah Dasar: Konsep, Implementasi, dan Strategi
Contoh Akomodasi (Untuk Siswa) Bateman, D. & Bateman, C. F. (2001). What does
inclusion mean and what does a principal
• Lebih sedikit masalah pada halaman, cetak besar
need to know about it? In A principal's guide
atau cetak gelap to special education. Available from the
• Membaca soal/informasi kepada siswa dan Council for Exceptional Children, Arlington,
memberikan tes lisan VA. Order Number P5356, 888.232.7733.
• Menggunakan tape recorder (mencatat dan http://www.pk-plk.com/p/pendidikan-inklusif.html
memberikan laporan)
Modul Pelatihan Pendidikan Inkluisif. ( 2012)
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
17
J D P, Volume 9, Nomor 1, April 2016: 9 – 18
18