Anda di halaman 1dari 5

TUGAS KULIAH

MATA KULIAH EPIDEMI PENYAKIT TUMBUHAN


“Resume Penyakit Busuk Akar Pada Tanaman Sawo”

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Ir. Ika Rochdjatun Sastrahidayat

Oleh:
Nama : Indahyo Tumanggor
NIM : 155040207111141
Kelas :A

PROGAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
Resume Penyakit Busuk Akar Pada Tanaman Sawo.

Permasalahan yang dihadapi dalam meningkatkan produktivitas tanaman sawo di


Indonesia antara lain benih, kesuburan tanah, serta serangan hama dan penyakit. Salah satu
penyakit yang sering menyerang adalah penyakit busuk akar pada tanaman sawo yang
disebabkan oleh patogen Phytophthora ramorum yang diduga jamur. Tanaman yang tidak
terawat dengan baik menyebabkan pertanaman tersebut menjadi rentan terhadap infeksi P.
ramorum. Penyebaran patogen dari penyakit ini seperti pada gambar dapat terbawa oleh
aliran permukaan, gerakan kemotaksis zoospora, pertemuan akar sakit dengan akar sehat,
atau peralatan pertanian yang terkontaminasi. Tanaman yang rentan dan penularan patogen
yang memiliki banyak cara menjadi pendukung terjadinya epidemi penyakit busuk akar pada
tanaman sawo secara cepat.

Perkembangan dalam bidang epidemiologi telah memunculkan berbagai analisis dalam


model perkembangan penyakit sesuai dengan perubahan kondisi inang, patogen, dan
lingkungan (Berger, 1981). Epidemi penyakit tumbuhan di alam merupakan interaksi yang
kompleks dan dinamis dari tiga faktor utamanya yaitu patogen, inang, dan lingkungan
(Zadoks & Schein, 1979). Epidemi penyakit tumbuhan berkembang dalam skala ruang dan
waktu yang dinamis. Pemahaman yang kompleks dari faktor-faktor yang berpengaruh dalam
skala ruang dan waktu tersebut akan menjadi dasar pendugaan terhadap terjadinya epidemi
penyakit dalam mendukung keberhasilan pengelolaan penyakit. Variasi lingkungan
agroekosistem tanaman sawo diduga mempengaruhi terjadinya epidemi penyakit busuk
busuk akar sawo.Variasi lingkungan tersebut dapat berupa variasi jenis tanah dan penutupan
gulma yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi penularan P. Ramorum
di pertanaman sawo.
Phytophthora ramorum merupakan patogen tular tanah yang sulit terdeteksi
keberadaannya dan mudah tersebar melalui tanah yang terkontaminasi, terbawa aliran air,
atau bagian tanaman yang sakit. Gejala yang nampak di permukaan tanah berupa tanaman
layu, sebagai indikasi serangan yang telah lanjut yang terjadi di dalam tanah. Infeksi pada
akar serta batang menyebabkan terjadinya perubahan warna kulit menjadi hitam. Pada
keadaan lembap, gejala hitam tersebut tampak seperti berlendir berwarna agak kecoklatan.
Serangan pada akar menyebabkan tanaman layu dan daun-daun menjadi berwarna kuning.
Daun-daun yang layu sering tetap tergantung dan berubah warna menjadi cokelat sampai
hitam. Menurut Hadisutrisno (1989), semakin tinggi laju infeksi, maka semakin pendek
periode perkembangan penyakit sehingga epidemi semakin cepat terjadi. Penularan secara
aktif melalui pergerakan zoospora yang mampu berenang dalam air pada saluran drainase
atau saat hujan menuju akar tanaman (Hausbeck & Lamour, 2004; Wahyuno, 2009).

Pembuluh akar membusuk berwarna kecoklatan dan menjalar sampai ke ranting


tanaman sawo. Irisan melintang dahan sakit; jaringan pembuluhnya membusuk sehingga
memutus translokasi air dan nutrisi dari akar; tanaman layu. Pengendalian sanitasi yang sulit
untuk dilakukan. Pengendalian busuk akar pada tanaman sawo secara kimia merupakan
usaha pengendalian yang sudah dilakukan sejak lama. Beberapa senyawa kimia sintetik
telah dicoba dan diketahui efektif untuk menekan patogen jamur baik in vitro maupun di
lapangan. Fungisida dengan bahan aktif bersifat sistemik cenderung efektif dan banyak
digunakan oleh petani (Manohara et al., 2005). Namun demikian, Kajian Pengendalian
Penyakit Busuk Akar Sawo dengan penggunaan fungisida sintetik yang berlebihan dapat
berdampak buruk bagi lingkungan, terjadinya resistensi dan terbentuknya galur baru patogen
tanaman.

Menurut Hartati (2007), Sporangia, zoospora dan miselium P. ramorum akan mati pada
suhu tinggi dan kelembaban rendah karena hanya dapat bertahan pada tanah yang lembab.
Hal ini sejalan dengan pendapat Suwarto (2013), penularan penyakit Busuk Akar Sawo akan
lebih cepat pada kondisi kelembaban tanah tinggi. Bende et al. (2015) menyatakan bahwa
unsur cuaca yang secara langsung menyebabkan peningkatan intensitas penyakit busuk akar
seperti pada gambar diatas adalah curah hujan karena dapat meningkatkan kelembaban udara.
Penyakit Busuk Akar Sawo dapat menimbulkan kerugian yang besar, karena dapat merusak
tanaman mulai dari masa pembibitan, tanaman umur muda, sampai fase berbuah. Tanaman
yang terserang dapat layu dan mati jika terjadi pada akar atau pangkal batang (Manohara et
al., 2005; Semangun, 2000).
DAFTAR PUSTAKA

Bande, L.O.S., B. Hadisutrisno, S. Somowiyarjo, dan B. H. Sunarminto. 2015. Peran unsur


cuaca terhadap peningkatan penyakit busuk pangkal batang lada di sentra produksi
lada daerah Sulawesi Tenggara. J. Manusia Dan Lingkungan, vol. 22 (2): 187 – 193.
Berger RD. 1981. Comparasion of the Gompertz and Logistic equations to describe plant
disease progress. Phytopathology 71(7): 716–719.
Hadisutrisno B. 1989. Kajian epidemi penyakit hawar daun phoma pada tanaman serat-
seratan. Dalam: Dwidjaputra IGP, Westen N, & Oka IB (Eds.). Prosiding Kongres
Nasional X dan Seminar Ilmiah PFI: Meningkatkan Peranan Perhimpunan
Fitopatologi Indonesia Menuju Pertanian yang Maju, Efisien dan Tangguh. pp. 331–
334. Denpasar. 14-16 Desember 1989.
Hartati, S. 2007. Pengaruh beberapa faktor lingkungan terhadap kehidupan phytophthora di
dalam tanah. (http://www.scribd.com/doc/35285730/ pengaruh beberapa faktor
lingkungan (Diakses pada tanggal 1 Maret 2019).
Hausbeck MK & Lamour KH. 2004. Phytophthora capsici on vegetable crops: research
progress and management challenges. Plant Dis. 88(12): 1292–1303.
Manohara D, Wahyuno D, & Noveriza R. 2005. Penyakit busuk pangkal batang tanaman lada
dan strategi pengendaliannya. Perkembangan Teknologi Tanaman Rempah dan Obat
17: 41– 51.
Suwarto. 2013. Lada, produksi 2 ton/ha. Penebar Swadaya. 140 hal.
Zadoks JC & Schein RD. 1979. Epidemiology and Plant Disease Management. Oxford
University Press. New York.

Anda mungkin juga menyukai