ID Pengaruh Terapi Kognitif Perilaku Untuk PDF
ID Pengaruh Terapi Kognitif Perilaku Untuk PDF
Nurhaerani Haeba
Universitas Muhammadiyah Kendari
E-mail: rasmuddin@yahoo.co.id
ABSTRACT
This research was aimed to examine the effect of cognitive behavior therapy in reducing depression
level among cybersex addicts. The subjects are man and woman in Senior High School Kendari and
criterias are based on Cybersex Addict qyestuibbaure and Beck Depression Inventory test. Research
design is in experiment one with experimental group and control group. The result of this intervention
was analyzed by qualitative approach. Data was collected by questioner of Cybersex Addict, Beck
Depression Inventory test, evaluation paper of observation and interview. The conclusion was
cognitive behavior therapy be used as one of the form of therapy to decrease the level of depression
among cybersex addicts.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek terapi kognitif perilakuan dalam mengurangi tingkat
depresi yang dialami pecandu cybersex sehingga berdampak pula terhadap menurunnya tingkat
kecanduan pelaku cybersex. Kriteria utama yang dipakai sebagai subjek dalam penelitian ini adalah
laki-laki maupun perempuan, tingkat pendidikan minimal SMU yang berdomisili di kota Kendari yang
berdasarkan hasil skrining angket kecanduan cybersex dan tes Beck Depression Inventory mengalami
kecanduan cybersex yang penyebab utamanya adalah mengalami gangguan depresi. Penelitian
dirancang dalam bentuk eksperimen, subjek penelitian dirandom ke dalam kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol. Hasil intervensi dianalisis dengan pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan
data dilakukan dengan menggunakan angket kecanduan cybersex dan tes Beck Depression Inventory
yang dilaksanakan saat pretes, pascates dan dua minggu setelah pelaksanaan, pemberian tes psikologi,
lembar evaluasi observasi dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terapi kognitif
perilaku dapat menurunkan tingkat depresi pada pecantu cybersex.
Salah satu media yang dewasa ini banyak memiliki potensi kejahatan seksual.
dinikmati masyarakat sebagai sumber Cybersex merupakan sarana perangsang
informasi adalah internet, yaitu media seksual secara aman tanpa resiko
komunikasi yang mampu memberikan emosional dan fisik dalam bertemu
pijakan baru dalam jangkauan pergaulan dengan orang lain secara online (Widjaja,
yang meluas. Internet memuat beragam 1999).
bentuk informasi yang kita butuhkan, Berdasarkan survei yang dilakukan
mulai dari informasi tentang inovasi oleh Majalah Kosmopolitan (2000)
terbaru, kajian ilmu pengetahuan dan mengenai pendapat responden terhadap
teknologi, sosial budaya sampai materi cybersex diperoleh hasil bahwa
pornografi dan hal-hal yang berbau kebanyakan pria (58%) dan wanita
seksualitas. (64%) menganggap cybersex sebagai
Salah satu fenomena umum yang perselingkuhan karena merupakan
muncul adalah perilaku cybersex. perzinaan virtual.
Cybersex, menurut Cooper dan Griffin- Depresi yang dialami individu
Shelley (2002). merupakan aktivitas soliter ternyata memberikan pengarh terhadap
ataupun aktivitas interaktif yang tujuannya perilaku cybersex. Leiblum (1997)
untuk memperoleh gratifikasi seksual. Ada menjelaskan bahwa depresi ditemukan
dua bentuk perilaku cybersex terdiri atas sebagai faktor yang berperan sangat besar
dua bentuk, yaitu mengakses situs-situs dalam mengembangkan penggunaan
pornografi (non-interaktif) seperti gambar cybersex secara patologis. Pengguna
ataupun video dan terlibat percakapan cybersex berlebihan berhubungan dengan
porno secara online (interaktif). adanya hambatan psikologis yang diderita
Cybersex menduduki peringkat sebagai akibat dari isolasi sosial.
pertama sebagai saluran dan situs yang Untuk membantu mengatasi depresi
terpopuler dan merupakan sarana serta membuat prediksi agar lebih akurat
terfavorit bagi penggunanya. Cybersex tersebut, tampaknya terapi kognitif
merupakan tempat yang nyaman dengan perilaku dapat dimanfaatkan sebagai
jumlah komunitas yang sangat besar salah satu jalan keluar. Terapi kognitif
dan ragam bentuk yang ditawarkan perilaku (coginitive behavior therapy)
berupa percakapan seputar seks hingga adalah terapi yang menggabungkan
menampilkan gambar-gambar porno di terapi perilaku dan terapi kognitif yang
sela-sela percakapan. Kecenderungan dikembangkan oleh Meichenbaum
melakukan seks secara online berpeluang dan Mahoney (Martin & Pear, 1996;
besar menghasilkan gangguan psikologis Sue, Sue, & Sue, 1986; Prout & Brown,
baru, yaitu kecanduan cybersex yang 1985). Pendekatan kognitif dalam terapi
perilaku ini sebenarnya merupakan salah pikiran dan perasaannya ini diharapkan
satu pengembangan terbaru bidang ini, tingkah lakunya akan dapat diubah, dari
di mana pendekatan ini memanfaatkan negatif menjadi positif. Prinsip ketiga
hukum-hukum dalam learning theory menekankan bahwa dalam pelayanan
untuk membantu mengatasi masalah- terapi, terapi kognitif perilaku ini lebih
masalah psikologis. menekankan kepada masa kini dari
pada masa lalu, namun bukan berarti
Tujuan dari terapi ini adalah untuk
mengabaikan masa lalu. Prinsip keempat,
mengubah proses berfikir individu
kebanyakan perilaku abnormal atau
agar menjadi lebih rasional dengan
undesirable dan perilaku normal atau
menggunakan prinsip dan hukum perilaku
desirable merupakan hasil dari belajar.
pada umumnya. Di samping itu agar
Jadi, dengan menggunakan prinsip
individu yang depresif juga mempunyai belajar ini pula, maka perilaku yang
kemampuan untuk mengenali dan negatif dan maladaptive akan dikurangi
kemudian mengevaluasi atau mengubah atau diubah menjadi positif dan adaptive
cara berfikir, keyakinan dan perasaanya (Oemarjoedi, 2004).
(mengenai diri sendiri dan lingkungan)
Terapi kognitif perilaku ini akan
yang salah sehingga mereka dapat
menekankan pada melatih subjek untuk
mengubah perilaku yang maladaptive
memiliki kemampuan mengatasi (coping)
dengan cara mempelajari ketrampilan
masalah dan mengubah cara berfikirnya
pengendalian diri dan strategi pemecahan
agar menjadi lebih adaptive, dilatih
masalah yang efektif (Okun, 1990). untuk mengatur suasana negatif dalam
Konsep dasar pemberian terapi mengurangi depresi, mengenali dan
kognitif perilaku ini didasarkan pada mengatasi berbagai stimulan depresi.
empat prinsip berikut: pertama, proses Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
kognitif akan menjadi faktor penentu mengetahui efek terapi kognitif perilaku
dalam menjelaskan bagaimana manusia dalam mengurangi depresi pecandu
berfikir, merasa dan bertindak, kognisi cybersex sehingga berdampak pada
akan memengaruhi emosi dan perilaku turunnya tingkat kecanduan perilaku
manusia. Prinsip kedua adalah adanya cybersex.
keyakinan bahwa manusia mempunyai Pendekatan kognitif perilaku lebih
potensi untuk berfikir rasional dan memfokuskan pada proses berfikir dan
irasional. Pemikiran yang irasional dapat bagaimana itu mempunyai kontribusi
menimbulkan gangguan emosi dan terhadap perilaku dan emosi maladaptive
tingkah laku, maka terapi ini diarahkan (Prout & Brown, 1985). Perilaku cybersex
untuk memodifikasi fungsi fikir, merasa adalah salah satu bentuk perilaku
dan bertindak. Dengan mengubah status dan emosi yang maladaptife. Dengan
Tabel 2. Skor Perubahan BDI Subjek Tingkat Kecanduan Cybersex Per Hari
tingkah laku, sehingga dapat secara total adanya gangguan depresi tingkat
menghilangkan perilaku cybersex. Hal sedang dan berdasar angket perilaku
tersebut menunjukkan bahwa subjek cybersex dengan skor 5 menunjukkan
mampu mengidentifikasi pikiran positif bahwa subjek mengalami perilaku seks
dan negatif. menyimpang. Subjek A melakukannya
Melalui lembar kerja rencana kerja dengan menonton, mendiskusikan
ketiga subjek mampu membuat daftar dengan temannya dan bahkan melakukan
situasi yang menyebabkan depresi masturbasi dan setiap hari dilakukan 5
dan akhirnya menyebabkan frekuensi kali dan ini dibandingkan dengan hasil
perilaku cybersex selalu dilakukan setiap tes BDI pascates menjadi 4 menunjukkan
hari, menjadi bersikap lebih asertif dalam hasil tidak adanya gangguan atau
merespon situasi tersebut. Ketiga subjek menunjukkan tidak adanya gejala depresi
mampu menentukan permasalahan yang menurut acuan pada tabel derajat depresi
harus dipecahkan dengan orang lain. dan tingkat keluhan depresi dan dapat
Berdasarkan prediksi waktu yang telah menurunkan frekuensi perilaku cybersex
ditetapkan, subjek mampu menyelesaikan menjadi 3 poin. Begitu juga setelah dua
masalah dengan keterampilan asertif. Hal minggu pasca pemberian perilakuan
tersebut menunjukkan bahwa subjek memperoleh skor 2 menujukkan
mampu bersikap asertif dan meningkatkan tidak adanya gejala depresi dan dapat
hubungan sosial dengan orang lain. menurunkan tingkat frekuensi perilaku
menjadi 0, artinya sama sekali subjek
Berdasarkan uraian di atas, dapat
dapat menghentikan perilaku cybersex.
disimpulkan bahwa terapi kognitif
Hal ini berarti pengaruh pemberian
perilaku mampu menurunkan tingkat
perilakuan dapat bertahan.
depresi dan dapat menurunkan frekuensi
perilaku cybersex, terjadi perubahan Pada subjek R saat prates dengan
pikiran negatif menjadi pikiran positif, skor 17 menunjukkan adanya gangguan
mampu menciptakan aktivitas yang depresi tingkat sedang dan berdasar
menyenangkan, mampu mengidentifikasi angket perilaku cybersex dengan skor 8
pikiran positif dan negatif serta mampu menunjukkan bahwa subjek mengalami
bersikap asertif dan meningkatkan kualitas perilaku seks menyimpang dengan cara
hubungan sosial. online. Subjek R bahkan sering menggoda
anak-anak kecil dan masturbasi setiap hari
dilakukan 8 kali dan ini dibandingkan
PEMBAHASAN
dengan hasil BDI saat pascates menjadi
Hasil analisis data pengukuran Beck 2 menunjukkan hasil tidak adanya
Depression Inventory (BDI) pada subjek A gangguan atau menunjukkan tidak adanya
saat prates dengan skor 21 menunjukkan gejala depresi menurut acuan pada tabel
Beck, AT. (1985). Depression: Causes and Pruot. H. T., & Brown, D. T. (1985).
Treatment. Philadelphia: University Counseling and Psychotherapy with
of Pennsylvania. Children and Adolescents: Theory
and Practice For School ang Clinical
Cooper, A., & Griffin-Shelley, E. (2002).
Settings. Brandon, Vermont: Clinical
Introduction The Internet: The next
Psychology Publishing Co, Inc.
Sexual Revolution. In A. Cooper
(Ed.), Sex and the Internet: A Guide- Widjaja, A. (1999). Kekuatan Sex
Book for Clinicians. New York, NY: dalam Penyembuhan. Jakarta. PT.
Brunner-Routledge. Interaksara.