Kanker Kolorektal
Kanker Kolorektal
PENDAHULUAN
1
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
1) Menyelesaikan tugas makalah Keperawatan Pencernaan II
2) Mengetahui asuhan keperawatan dengan masalah kanker kolorektal
1.2.2. Tujuan Khusus
1) Menjelaskan dan memahami definisi kanker kolorektal
2) Menjelaskan dan memahami etiologi kanker kolorektal
3) Menjelaskan dan memahami klasifikasi kanker kolorektal
4) Menjelaskan dan memahami patofisiologi kanker kolorektal
5) Menjelaskan dan memahami manifestasi kanker kolorektal
6) Menjelaskan dan memahami pemeriksaan diagnostik kanker
kolorektal
7) Menjelaskan dan memahami penatalaksanaan kanker kolorektal
8) Menjelaskan dan memahami komplikasi kanker kolorektal
9) Menjelaskan dan memahami Web of Caution kanker kolorektal
10) Menjelaskan dan memahami asuhan keperawatan pada kanker
kolorektal
1.3. Manfaat
Diharapkan makalah ini dapat menjadi salah satu sumber belajar pada
Keperawatan Pencernaan II dan dapat menjadi sumber ilmu pengetahuan
tentang konsep dan asuhan keperawatan pada klien dengan masalah kanker
kolorektal.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3
5) Riwayat keluarga atau diri sendiri dengan keturunan syndrom kanker
kolorektal non polip
6) Obesitas
7) Konsumsi daging merah
8) Penggunaan rokok
9) Konsumsi alkohol
4
2.4. Patofisiologi Kanker Kolorektal
Adenokarsinoma merupakan jenis yang paling umum dari kanker
kolorektal. Biasanya itu dimulai dengan adanya polip adenomatosa. Dalam
pertumbuhannya terjadi invasi kanker dan penetrasi mukosa muskular.
Akhirnya sel tumor mencapai awal terbentuknya nodus limfa dan sistem
vaskuler dan berkembang pada sisi yang jauh. Sejak darah vena
meninggalkan kolon dan rektum mengalir melalui vena portal dan vena
rektal inferior, hati menjadi sisi yang penting untuk metastasis. Kanker
menyebar dari hati ke sisi yang lain termasuk paru-paru, tulang dan otak.
Kanker juga menyebar secara langsung ke dalam struktur yang berdekatan.
Komplikasi termasuk obstruksi, perdarahan, perforasi, peritonitis dan
formasi fistula.
Kolorektal yaitu berhubungan dengan kolon dan rectum yang mana
menyusun usus besar. Kanker kolorektal adalah kanker kolon atau rektum
dan menjadi masalah kesehatan utama di dunia. Kebanyakan kanker
kolorektal adalah adenokarsinoma, yang mana merupakan tumor yang
timbul dari jaringan epitel glandular pada kolon. Perkembanganya sebagai
proses multi step, yang menghasilkan perubahan molekul seperti kehilangan
gen supresi tumor dan aktivasi onkogen tertentu yang mengubah pembagian
sel mukosa kolon. Peningkatan poliferasi pada mukosa kolon membentuk
polip yang dapat berubah menjadi tumor ganas. Kebanyakan kanker
kolorektal dipercaya timbul dari polip adenomatosa yang sekarang nampak
sebagai tonjolan keluar dari permukaan mukosa usus.
Tumor terjadi di beberapa area kolon dengan 2/3 terjadi dalam daerah
rektosigmoid. Kanker kolorektal dapat bermetastase dengan perluasan
secara langsung atau penyebaran melalui darah atau limfa. Tumor dapat
menyebar secara lokal menjadi 4 lapisan dari dinding usus dan organ yang
berdekatan. Itu dapat memperluas kedalam lumen dari usus atau menyebar
melalui limfatik atau sistem peredaran. Sistem peredaran dimasuki secara
langsung dari tumor primer melewati pembuluh darah di dalam usus atau
oleh sistem limfatik. Hati menjadi sisi tersering dari metastase yang
5
disebabkan penyebaran melalui sistem peredaran. Metastase paru-paru,
otak, tulang dan kelenjar adrenal mungkin juga dapat terjadi.
6
2.6. Pemeriksaan Diagnostik Kanker Kolorektal
Pendekatan diagnosis pada penderita kanker kolorektal tergantung pada
gejala klinik yang muncul. Sebagian kecil penderita yang datang dalam
kondisi gawat yang segera memerlukan tindakan pembedahan sehingga
diagnosis dapat segera dibuat, atau kadang-kadang diagnosis dapat dibuat
melalui pemeriksaan colok dubur.
Pada pemeriksaan colok dubur mungkin teraba adanya masa.
Pemeriksaan darah samar pada tinja dapat mengindikasikan adanya kanker.
Identifikasi dini polip dengan pemeriksaan colok dubur, prokto-
sigmoidoskopi/ kolonoskopi serta pengangkatan secara bedah seluruh polip
yang dapat mencegah pembentukan kanker. Pemeriksaan darah untuk
antigen-antigen spesifik berhubungan dengan Ca kolorektal terutama
antigen karsinoembrionik (CEA).
Adapun tes laboratorium yang dianjurkan sebagai berikut:
1) Jumlah sel-sel darah untuk evaluasi anemia. Anemia mikrositik,
ditandai dengan sel-sel darah merah yang kecil, tanpa terlihat penyebab
adalah indikasi umum untuk tes diagnostic selanjutnya untuk
menemukan kepastian kanker kolorektal.
2) Test Guaiac pada feses untuk mendeteksi bekuan darah di dalam feses,
karena semua kanker kolorektal mengalami perdarahan remitten.
3) CEA (carcino Embrioniogenic Antigen) adalah ditemukannya
glikoprotein di membran sel pada banyak jaringan, termasuk kanker
kolorektal. Antigen ini dapat dideteksi oleh Radioimmunoassay dari
serum atau cairan tubuh lainnya dan sekresi.
4) Pemeriksaan kimia darah alkaline phospatase dan kadar bilirubin dapat
meninggi, indikasi telah mengenai hepar. Tes laboratorium lainnya
hanya meliputi serum protein, kalsium, dan kreatinin.
5) Barium Enema sering digunakan untuk deteksi atau konfirmasi ada
tidaknya dan lokasi tumor.
6) X-ray dada untuk mendeteksi metastase tumor ke paru-paru.
7
7) CT (computed tomography)- Scan, Magnetic Resonance Imaging
(MRI) atau pemeriksaan ultrasonic dapat digunakan untuk mengkaji
apakah sudah ada metastase.
8) Endoskopi (sigmoidoscopy atau Colonoskophy) adalah test diagnostic
utama digunakan untuk mendeteksi dan melihat tumor. Sekalian
dilakukan biopsy jaringan.Pemeriksaan endoskopi dari kolonoskopi
direkomendasikan untuk mengetahui lokasi dan biopsy lesi pada klien
dengan perdarahan rectum.
9) Pengamatan saluran cerna dilakukan dengan pemeriksaan barium
enema atau kolonoskopi serat lentur. Pemeriksaan kolonoskopi
merupakan pilihan dan cara membuat diagnosis kanker kolorektal yang
akurat. Dengan pemeriksaan kolonoskopi dapat dilakukan biopsi untuk
memastikan ada tidaknya suatu kanker. Dapat pula dilakukan
polipektomi pada polipsinkronos jinak, karena sinkronos polip jinak.
10) Kolonoskopi Versus Barium Enema. Kemampuan kolonoskopi lebih
baik dibandingkan pemeriksaan barium enema kontras ganda.
Kemampuannya mendeteksi polip berukuran > 7 mm. Kemampuan
kombinasi pemeriksaan barium enema dan sigmoidoskopi pada kasus
perdarahan saluran cerna bawah lebih baik daripada pemeriksaan
kolonoskopi terutama untuk mendiagnosis kelainan jinak seperti
divertikel, tetapi kolonoskopi tetap lebih sensitif dan spesifik untuk
mendiagnosis neoplasma.
11) CT Scan. Klien kanker kolorektal tanpa komplikasi tidak memerlukan
pemeriksaan CT Scan rutin. Pemeriksaan CT Scan pada kanker rectum
lanjut sangat akurat untuk menilai adanya invasi ke jaringan sekitarnya.
Kemampuannya sangat terbatas untuk mendeteksi lesi primer kecil.
USG efektif untuk menampilkan lapisan dinding rectum dan
kemampuan untuk mengamati kelenjar limfe serta untuk menilai
metastase di hati.
12) Endosonografi. Stadium kanker kolorektal mencerminkan derajat
penyebaran penyakit. Pada dasarnya stadium penyakit terbagi atas tiga
komponen yaitu: invasi lokal, penyebaran ke kelenjar getah bening dan
8
metastasis ke lain organ. Metastase pada kelenjar getah bening dapat
juga dilihat dengan EUS. Namun EUS sulit untuk membedakan sebab
pembesaran kelenjar apakah disebabkan peradangan atau suatu proses
metastasis. EUS pada metastasis kelenjar getah bening tampak lebih
hipoechoik di daerah jaringan parirektal.
9
2.7.2 Penatalaksanaan Keperawatan
Perawatan klien dengan bedah usus :
1) Pra Operasi
Pastikan tanda-tanda valid untuk prosedur. Ini berguna bagi pasien
dan anggota keluarga untuk memahami prosedur dan kemungkinan
risiko dan keunggulan, sebaiknya altenatif untuk persiapan prosedur.
Penandatanganan Format persetujuan khususnya untuk
prosedur sebagai dokumentasi bahwa klien dan keluarga setuju.
Kaji pemahaman klien dan keluarga tentang prosedur, klarifikasi dan
interpretasikan sesuai kebutuhan. Beri instruksi apa yang diharapkan
selama periode post operatif, meliputi penanganan nyeri, pemasangan
selang NGT/IVFD, latihan pernafasan, reintroduksi intake oral
makanan dan cairan. Klien yang dipersiapkan dengan baik selama
praoperatif biasanya tidak cemas dan mampu lebih baik mendukung
perawatan pasca operatif. Persiapan adekuat juga mengurangi
kebutuhan narkotik untuk analgesic dan meningkatkan pemulihan
klien.
Pemasangan NGT. Meskipun sering dilakukan pemasangan di kamar
bedah hanya untuk pembedahan, NGT dapat dipasang preoperative
untuk membuang sekresi dan mengosongkan isi lambung.
Prosedur persiapan usus. Antibiotok oral dan parenteral sebaiknya
kathartik dan enema/ ditelan dapat diberikan preoperative untuk
membersihkan usus dan mengurangi risiko kontaminasi peritoneal
oleh isi usus selama pembedahan.
Tujuan Perawatan pre-operatif :
(1) Menghilangkan nyeri
(2) Meningkatkan toleransi Aktivitas
(3) Memberikan tindakan nutrisional
(4) Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
(5) Menurunkan Ansietas
(6) Mencegah Infeksi
(7) Pendidikan Klien Pra-operatif
10
2) Pasca Operasi
(1) Perawatan rutin untuk klien bedah. Monitor TTV dan intake
dan output, meliputi drainase lambung dan lainnya dari drain
luka. Kaji perdarahan dari insisi abdomen dan perineal,
kolostomi, atau anus. Evaluasi komplikasi luka yang lainya
dan pertahankan integritas psikologi.
(2) Monitor bising usus dan derajat distensi abdomen.
Manipulasi pembedahan dari usus manghentikan peristaltic,
menyebabkan ileus. Adanya bising usus dan pasase flatus
indikasi kembalinya peristaltic.
(3) Sediakan obat mengurangi nyeri dan pemeriksaan rasa
nyaman seperti perubahan posisi
(4) Kaji status pernafasan, sangga abdomen dengan selimut atau
bantal untuk membantu batuk
(5) Kaji posisi dan Patensi NGT, persambungan suction. Bila
selang terlipat, irigasi dengan salin steril secara hati-hati.
(6) Kaji warna, jumlah, dan bau drainase dan kolostomi (bila
ada) catat berbagai perubahan atau adanya bekuan atau
perdarahan berwarna merah terang.
(7) Hindari pemasangan temperature rectal, suppositoria atau
prosedur rectal lain sebab dapat merusak garis jahitan anal,
menyebabkan perdarahan, infeksi atau gangguan
penyembuhan.
(8) Pertahankan cairan intravena ketika masih dilakukan suction
naso gastric
(9) Pemberian antacid, antagonis histamine 2 reseptor dan terapi
antibiotic dianjurkan. Tergantung pada prosedur yang
dilakukan. Terapi antibiotic untuk mencegah infeksi akibat
kontaminasi rongga abdomen dengan isi usus.
(10) Anjurkan ambulasi untuk merangsang peristaltic
11
(11) Mulai pengajaran dan perencanaan pulang. Konsultasikan
dengan ahli gizi untuk instruksi diet dan menu, beri
penguatan pengajaran.
Tujuan Perawatan pasca-operatif:
(1) Perawatan luka
(2) Pendidikan klien dan pertimbangan perawatan di rumah
(3) Citra tubuh positif
(4) Pemantauan dan penatalaksanaan Komplikasi
12
2.9. WOC Cedera Medula Spinalis
Usia lanjut >50 tahun Riwayat penyakit Gaya dan pola hidup Mutasi DNA
kanker diri sendiri dan yang buruk
keluarga
MK: Takut
Terjadi perubahan eliminasi usus
besar Terjadi obstruksi parsial/lengkap di Stressor klien menjadi
kolon dan rektum meningkat
BAB tidak bisa lancar Feses tidak bisa keluar dengan Tidak ada kepercayaan untuk
baik sembuh
MK: Diare/konstipasi
MK: Koping tidak efektif
Terjadi tekanan di daerah kolon
dan rektum
Menimbulkan rangsangan nyeri dan fungsi
usus tidak bisa berfungsi dg baik
MK: Nyeri akut
Ketidakmampuan
mencerna makanan
14
(1) Diare atau konstipasi berhubungan dengan perubahan pola eliminasi
usus
(2) Nyeri akut berhubungan dengan kesulitan feces untuk keluar karena
obstruksi parsial atau lengkap dari tumor
(3) Takut berhubungan dengan diagnosis kanker kolorektal, intervensi
bedah atau terapi, dan kemungkinan penyakit terminal
(4) Koping tidak efektif berhubungan dengan diagnosis kanker dan efek
samping pengobatan
(5) Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna makanan ditandai dengan nyeri pada
abdomen
3) Perencanaan
Tujuan keseluruhan adalah bahwa pasien dengan kanker kolarektal akan
memiliki:
(1) Pola eliminasi usus yang normal
(2) Kualitas hidup yang tepat untuk perkembangan penyakit
(3) Menghilangkan nyeri
(4) Perasaan nyaman dan kesejahteraan
4) Implementasi keperawatan
(1) Promosi kesehatan
Perawat dapat mendorong semua pasien berusia lebih dari 50 untuk
melakukan skrining CRC biasa. Skrining untuk pasien berisiko tinggi
harus dimulai sebelum usia 50, biasanya diawali dengan kolonoskopi
dan berlanjut pada interval yang lebih sering yang bervariasi sesuai
dengan faktor risiko. Partisipasi dalam skrining kanker dini yang
efektif dapat menurunkan angka kematian, tetapi hambatan yang ada
adalah kurangnya informasi dan takut diagnosis.
Prosedur endoskopi dan CT colonography hanya dapat
mengungkapkan polip ketika usus telah disiapkan secara memadai
untuk menghilangkan kotoran. Memberikan edukasi tentang
pembersihan usus untuk prosedur diagnostik rawat jalan dan langsung
mengelola persiapan pembersihan untuk pasien rawat inap.
15
(2) Intervensi NIC
No Diagnosa NOC NIC
1 Diare atau Setelah dilakukan Bowel Management (0430)
konstipasi keperawatan, pola eliminasi 1. Catat terakhir pergerakan
berhubungan klien kembali normal, dengan usus
dengan kriteria hasil : 2. Monitor pergerakan usus
perubahan pola Domain II Kelas F termasuk frekuensi,
eliminasi usus Bowel Elimination (0501) konsistensi, bentuk, jumlah,
Pola eliminasi : 5 dan warna, jika perlu
Kontrol pergerakan usus : 5 3. Monitor bising usus
Suara usus : 5 4. Monitor tanda dan gejala
Konstipasi : 5 diare, konstipasi, dan
Diare : 5 impaksi
5. Evaluasi inkontinensia fekal
6. Ajarkan klien tentang
makanan spesifik untuk
membantu regulasi usus
7. Berikan supositoria rektal
2 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Pain management (1400)
berhubungan keperawatan nyeri pasien 1. Gunakan skala nyeri sebelum
dengan kesulitan berkurang, dengan kriteria nyeri bertambah parah
feces untuk hasil : 2. Melakukan penilaian yang
keluar karena 1. Domain 4 kelas V komprehensif dari rasa sakit
obstruksi parsial Pain level (2102) meliputi lokasi, karakteristik,
atau lengkap dari Melaporkan jika nyeri onset / durasi, frekuensi,
tumor berkurang : 5 kualitas, intensitas atau
Ekspresi wajah nyeri : 5 keparahan nyeri, dan
Lamanya episode nyeri : 5 mempercepat efektif
2. Domain 4 kelas Q 3. Berikan obat analgesik untuk
Pain Control (1605) mengurangi nyeri
Mengetahui timbulnya 4. Ajarkan teknik non-
nyeri : 5 farmakologi (seperti
16
Mengontrol laporan nyeri : hypnosis, relaksasi,
5 imaginasi terbimbing, terapi
music, terapi aktivitas,
distraksi, terapi bermain,
terapi aktivitas).
5. Mengontrol faktor
lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
6. Memonitor kepuasan pasien
dengan manajemen nyeri
pada selang waktu tertentu
3 Takut Setelah dilakukan keperawatan Calming Tehcnique (5880)
berhubungan ketakutan klien terhadap 1. Menjaga ketenangan
dengan penyakitnya berkurang, dengan 2. Mengurangi atau
diagnosis kanker kriteria hasil : menghilangkan rangsangan
kolorektal, Domain III Kelas M yang menciptakan ketakutan
intervensi bedah Fear Level (1210) atau kecemasan
atau terapi, dan Kurangnya kepercayaan diri : 5 3. Yakinkan pasien
kemungkinan Gelisah : 5 keselamatan atau keamanan
penyakit Kekhawatiran berlebihan pribadi
terminal tentang peristiwa kehidupan : 5 4. Mengidentifikasi orang lain
Penghindaran perilaku : 5 yang kehadirannya dapat
membantu pasien
5. Memberikan waktu dan
ruang untuk sendirian, yang
sesuai
6. Duduk dan berbicara dengan
pasien
4 Koping tidak Setelah dilakukan keperawatan Anger Control Assistance
17
efektif tingkat stresor klien berkurang, (4640)
berhubungan dengan kriteria hasil : 1. Membangun kepercayaan
dengan Domain III Kelas N dan hubungan dengan pasien
diagnosis kanker Coping (1302) 2. Gunakan pendekatan yang
dan efek Identifikasi pola koping efektif tenang dan meyakinkan
samping :5 Anxiety Reduction (5820)
pengobatan Laporan penurunan stres : 5 3. Evaluasi ekspektasi pasien
Modifikasi gaya hidup untuk 4. Dampingi pasien agar
mengurangi stres : 5 merasa aman dan ketakutan
Menggunakan strategi koping berkurang
yang efektif : 5 5. Identifikasi perubahan
Laporan peningkatan kecemasan
kenyamanan psikologis : 5 6. Bantu pasien
mengidentifikasi sumber
kecemasan
7. Intruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
5 Pemenuhan Setelah dilakukan tindakan Nutritional Conseling (5246)
nutrisi kurang keperawatan diharapkan nafsu 1. Tentukan asupan makanan
dari kebutuhan makan klien optimal dan pasien dan kebiasaan makan
berhubungan nutrisi dapat diserap untuk 2. Diskusikan kebutuhan gizi
dengan kebutuhan metabolik, dengan dan persepsi pasien terhadap
ketidakmampuan kriteria hasil : resep / diet yang dianjurkan
mencerna Domain II Kelas K 3. Diskusikan makanan yang
makanan Nutritional Status (1004) disuka / tidak disuka oleh
ditandai dengan Inake nutrisi : 5 pasien
nyeri pada Intake makanan : 5 Nutritional Management
abdomen Intake cairan : 5 (1100)
Energi : 5 4. Ajarkan pasien tentang
Berat badan : 5 kebutuhan nutrisi (yaitu,
Hidrasi : 5 mendiskusikan pedoman diet
18
dan gizi seimbang)
5. Mengatur pola makan, yang
diperlukan
6. Berikan obat sebelum makan
(misalnya, penghilang rasa
sakit, antiemetik), jika
diperlukan
19
selama beberapa jam pertama pasca operasi ketika drainase
mungkin paling berlimpah. Hati-hati menilai semua jumlah,
warna, dan konsistensi dari drainase. Memeriksa luka secara teratur
dan mencatat adanya perdarahan, drainase yang berlebihan, dan
bau yang tidak biasa. Selalu gunakan teknik aseptik di setiap
penggantian balutan.
Jika luka pasien adalah tertutup atau sebagian tertutup, menilai
sayatan untuk integritas jahitan dan tanda-tanda dan gejala
inflamasi luka dan infeksi. Periksa drainase untuk jumlah, warna,
dan karakteristik. Amati drain untuk tanda-tanda peradangan dan
menjaga daerah sekitar luka bersih dan kering. Memantau edema,
eritema, dan drainase di sekitar garis jahitan, serta demam dan
jumlah WBC. Sensasi pasien mau pengalaman phantom dubur
karena saraf simpatis yang bertanggung jawab untuk kontrol rektal
tidak terputus selama operasi. Jadilah cerdik dalam membedakan
sensasi phantom dari rasa sakit abses perineum.
Disfungsi seksual mungkin terjadi karena komplikasi dari reseksi
abdominoperineal. Meskipun kemungkinan disfungsi seksual
tergantung pada teknik bedah yang digunakan, ahli bedah harus
mendiskusikan kemungkinan dengan pasien. Anggota tim
kesehatan harus bisa untuk menjawab pertanyaan dan kekhawatiran
pasien. Pemasangan. ejakulasi, dan orgasme melibatkan jalur saraf
yang berbeda dan disfungsi dari satu tidak berarti disfungsi seksual
yang lengkap. ET perawat merupakan sumber informasi yang
penting tentang disfungsi seksual yang dihasilkan dari perut -
reseksi perineal.
(4) Rawat jalan dan Home Care
Dukungan psikologis bagi pasien dan pengasuh adalah penting.
Periode pemulihan yang panjang dan kanker bisa kembali. kanker
berulang menyakitkan, melemahkan, dan demoralisasi, dan pasien
membutuhkan dukungan emosional yang banyak. Pasien dan pengasuh
20
harus menyadari semua layanan masyarakat yang tersedia untuk
bantuan.
Pasien dengan kolostomi perlu tahu bagaimana untuk merawat mereka.
Bahkan ketika pasien tidak memiliki stoma, mereka mungkin
mengalami diare, sembelit, inkontinensia, atau kesulitan mengeluarkan
feces tergantung pada bagian usus besar dihapus dan prosedur bedah
dilakukan. Pasien perlu tahu tentang diet, produk inkontinensia, dan
strategi untuk mengelola kembung, diare, dan evakuasi usus. Mereka
mungkin perlu bereksperimen dengan diet mereka untuk menemukan
makanan yang memberikan konsistensi feces terbaik, dan akan perlu
untuk menemukan obat yang terbaik mampu mengendalikan diare dan
sembelit.
5) Evaluasi
Hasil yang diharapkan untuk pasien dengan kanker kolorektal adalah
bahwa pasien akan memiliki:
(1) Perubahan minimal dalam pola eliminasi usus
(2) Hilangnya nyeri
(3) Asupan gizi yang seimbang
(4) Kualitas hidup yang tepat untuk perkembangan penyakit
(5) Perasaan nyaman dan kesejahteraan
21
BAB 3
Tinjauan Asuhan Keperawatan Kasus
3.1. Kasus
Ny.A umur 35 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri pada
abdomen, kram perut, pola defekasi bermasalah, sering sembelit, feses
berwarna kehitaman dan kadang disertai darah merah segar, tidak nafsu
makan, penurunan berat badan, dan cepat letih. Klien mengatakan tidak
terlalu suka sayuran. TD : 120/80 mmHg, Nadi : 85x/menit, napas cepat RR
: 26x/menit, suhu : 37oC
3.2. Pengkajian
1) Anamnesa
(1) Identitas
a. Nama : Ny.A
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Umur : 35 tahun
d. Alamat : Sutorejo, Surabaya
(2) Keluhan Utama
Nyeri pada abdomen, kram perut, pola defekasi bermasalah.
(3) Riwayat Penyakit Sekarang
Klien sering sembelit, feses berwarna kehitaman dan kadang disertai
darah merah segar, tidak nafsu makan, penurunan berat badan, dan
cepat letih. Saat dilakukan pemeriksaan TD : 120/80 mmHg, nadi :
85x/menit, RR : 26x/menit, suhu : 37oC
(4) Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada
(5) Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada
2) Pemeriksaan Fisik
(1) B1 (Breath):
RR 26 x/menit, napas cepat
22
(2) B2 (Blood):
TD : 120/80 mmHg, Nadi : 85x/menit
(3) B3 (Brain): -
(4) B4 (Bladder): -
(5) B5 (Bowel):
Pola defekasi bermasalah, sering sembelit, feses berwarna kehitaman
dan kadang disertai darah merah segar, tidak nafsu makan,
penurunan berat badan.
(6) B6 (Bone): -
23
↓
Menimbulkan rangsangan
nyeri
3 DO : klien Terjadi obstruksi Pemenuhan nutrisi
mengatakan tidak parsial/lengkap di kolon kurang dari kebutuhan
nafsu makan, dan rektum
penurunan berat ↓
badan, dan cepat letih Usus tidak berfungsi
DS : klien nampak dengan baik
lemah, letih, lesu. ↓
Ketidakmampuan
mencerna makanan
3.4. Diagnosa
(1) Konstipasi berhubungan dengan perubahan pola defekasi
(2) Nyeri akut berhubungan dengan konstipasi karena obstruksi parsial atau
lengkap dari tumor
(3) Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna makanan ditandai dengan nyeri pada
abdomen
3.5. Intervensi
No NANDA NOC NIC
1 Konstipasi Setelah dilakukan tindakan Bowel Management
berhubungan keperawatan klien (0430)
dengan diharapkan frekuensi 1. Catat terakhir
perubahan pola buang air besar normal dan pergerakan usus
defekasi tidak disertai kesulitan, 2. Monitor pergerakan usus
dengan kriteria hasil : termasuk frekuensi,
Domain II Kelas F konsistensi, bentuk,
Bowel Elimination (0501) jumlah, dan warna, jika
Pola eliminasi : 5 perlu
24
Kontrol pergerakan usus : 3. Monitor bising usus
5 4. Evaluasi inkontinensia
Warna feses : 5 fekal
Darah pada feses : 5 5. Anjurkan pasien /
Konstipasi : 5 keluarga untuk
memerhatikan warna,
volume, frekuensi,
dan konsistensi feses
6. Anjurkan pasien untuk
mengonsumsi makanan
tinggi serat, yang sesuai
7. Berikan supositoria
rektal
2 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Pain management (1400)
berhubungan keperawatan nyeri pasien 1. Gunakan skala nyeri
dengan berkurang, dengan kriteria sebelum nyeri
konstipasi hasil : bertambah parah
karena obstruksi 1. Domain 4 kelas V 2. Melakukan penilaian
parsial atau Pain level (2102) yang komprehensif dari
lengkap dari Melaporkan jika nyeri rasa sakit meliputi
tumor berkurang : 5 lokasi, karakteristik,
Ekspresi wajah nyeri : 5 onset / durasi, frekuensi,
Lamanya episode nyeri : 5 kualitas, intensitas atau
2. Domain 4 kelas Q keparahan nyeri, dan
Pain Control (1605) mempercepat efektif
Mengetahui timbulnya 3. Berikan obat analgesik
nyeri : 5 untuk mengurangi nyeri
Mengontrol laporan nyeri : 4. Ajarkan teknik non-
5 farmakologi (seperti
hypnosis, relaksasi,
imaginasi terbimbing,
terapi music, terapi
25
aktivitas, distraksi,
terapi bermain, terapi
aktivitas).
5. Mengontrol faktor
lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon
pasien terhadap
ketidaknyamanan seperti
suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
6. Memonitor kepuasan
pasien dengan
manajemen nyeri pada
selang waktu tertentu
3 Pemenuhan Setelah dilakukan tindakan Nutritional Conseling
nutrisi kurang keperawatan diharapkan (5246)
dari kebutuhan nafsu makan klien optimal 1. Tentukan asupan
berhubungan dan nutrisi dapat diserap makanan pasien dan
dengan untuk kebutuhan kebiasaan makan
ketidakmampuan metabolik, dengan kriteria Memfasilitasi
mencerna hasil : identifikasi perilaku
makanan Domain II Kelas K makan harus diubah
ditandai dengan Nutritional Status (1004) 2. Diskusikan kebutuhan
nyeri pada Inake nutrisi : 5 gizi dan persepsi pasien
abdomen Intake makanan : 5 terhadap
Intake cairan : 5 resep / diet yang
Energi : 5 dianjurkan
Berat badan : 5 3. Diskusikan makanan
Hidrasi : 5 yang disuka / tidak
disuka oleh pasien
Nutritional Management
26
(1100)
4. Ajarkan pasien tentang
kebutuhan nutrisi (yaitu,
mendiskusikan
pedoman diet
dan gizi seimbang)
5. Mengatur pola makan,
yang diperlukan
6. Berikan obat sebelum
makan (misalnya,
penghilang rasa sakit,
antiemetik), jika
diperlukan
3.6. Evaluasi
(1) Pola defekasi optimal
(2) Tidak kesulitan untuk BAB
(3) Nyeri berkurang
(4) Kram abdomen berkurang
(5) Mencapai tingkat nutrisi optimal
(6) Makan diet tinggi serat, rendah protein, dan rendah kalori
27
BAB 4
Kesimpulan
28
Daftar Pustaka
Gloria, et. al. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC) 6th Edition. USA:
Mosby Elsevier
Harahap, I.A. (2004). "Perawatan pasien dengan kolostomi Pada penderita cancer
colorectal.” Diambil dari http://library.usu.ac.id/download/fk/
keperawatan-ikhsanuddin.pdf pada 28 Maret 2016 pukul 17.50
Herdman, T.H. and Kamitsuru, S. (Eds). 2014. NANDA International Nursing
Diagnoses: Definitions and Clasification, 2015-2017. Oxford: Wiley
Blackwell
Ignatavicius, & Workman, D. D. (2010). Medical Surgical Nursing Patient
Centered Collaborative Care. USA: Saunders Elsevier
Lewis, Sharon L. at al.(2011). Medical Surgical Nursing : Assessment and
Management of Clinical Problems 8th Edition. USA : Elsevier Mosby
Price, Sylvia A and Lorraine M Wilson.(2005). Patofisiologi: Konsep Klinis
Proses - Proses Penyakit Ed.6.Jakarta : EGC
Sue Moorhead, et. al. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) 5th Edition:
Measurement of Health Outcomes. USA: Elsevier
29