Anda di halaman 1dari 29

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tumor usus halus jarang terjadi, sebaliknya tumor usus besar atau
rektum relatif umum. Pada kenyataannya, kanker kolon dan rektum
sekarang adalah tipe paling umum kedua dari kanker internal di Amerika
Serikat. Ini adalah penyakit budaya barat. Diperkirakan bahwa 150.000
kasus baru kanker kolorektal di diagnosis di negara ini setiap tahunnya.
Kanker kolon menyerang individu dua kali lebih besar dibanding kan
kanker rektal. Insidensnya meningkat sesuai dengan usia (kebanyakan pada
pasien yang berusia lebih dari 55 tahun) dan makin tinggi pada individu
dengan riwayat keluarga mengalami kanker kolon, penyakit usus inflamasi
kronis atau polip.
Perubahan pada persentase distribusi telah terjadi pada tahun terakhir.
Insidens kanker pada sigmoid dan area rektal telah menurun, sedangkan
insidens pada kolon asendens dan desendens meningkat. Lebih dari 156.000
orang terdiagnosa setiap tahunnya, kira-kira setengah dari jumlah tersebut
meninggal setiap tahunnya, meskipun sekitar tiga dari empat pasien dapat
diselamatkan dengan diagnosis dini dan tindakan segera.
Kebanyakan orang asimtomatis dalam jangka waktu lama dan mencari
bantuan kesehatan hanya bila mereka menemukan perubahan pada
kebiasaan defekasi atau perdarahan rektal. Penyebab nyata dari kanker
kolon dan rektal tidak diketahui, tetapi faktor resiko telah teridentifikasi,
termasuk riwayat atau riwayat kanker kolon atau polip dalam keluarga,
riwayat penyakit usus inflamasi kronis dan diet tinggi lemak, rotein dan
daging serta rendah serat.
Berdasarkan kontrak pembelajaran Keperawatan Pencernaan II maka
disusunlah makalah Asuhan Keperawatan pada Pasien Dewasa dengan
Gangguan Sistem Pencernaan : Kanker Kolorektal. Diharapkan dengan
makalah ini mahasiswa dapat menambah ilmu dan memahami mengenai
masalah kanker kolorektal.

1
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
1) Menyelesaikan tugas makalah Keperawatan Pencernaan II
2) Mengetahui asuhan keperawatan dengan masalah kanker kolorektal
1.2.2. Tujuan Khusus
1) Menjelaskan dan memahami definisi kanker kolorektal
2) Menjelaskan dan memahami etiologi kanker kolorektal
3) Menjelaskan dan memahami klasifikasi kanker kolorektal
4) Menjelaskan dan memahami patofisiologi kanker kolorektal
5) Menjelaskan dan memahami manifestasi kanker kolorektal
6) Menjelaskan dan memahami pemeriksaan diagnostik kanker
kolorektal
7) Menjelaskan dan memahami penatalaksanaan kanker kolorektal
8) Menjelaskan dan memahami komplikasi kanker kolorektal
9) Menjelaskan dan memahami Web of Caution kanker kolorektal
10) Menjelaskan dan memahami asuhan keperawatan pada kanker
kolorektal
1.3. Manfaat
Diharapkan makalah ini dapat menjadi salah satu sumber belajar pada
Keperawatan Pencernaan II dan dapat menjadi sumber ilmu pengetahuan
tentang konsep dan asuhan keperawatan pada klien dengan masalah kanker
kolorektal.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Kanker Kolorektal


Kanker kolorektal adalah kanker yang menyerang usus besar dan
rektum. Kanker utama ketiga dan menjadi penyebab kedua kematian di
Amerika. Kanker kolorektal mempunyai serangan yang membahayakan dan
gejala-gejalanya tidak muncul sampai penyakit tersebut dalam fase lanjut.
Pemeriksaan secara menetap sangat dibutuhkan untuk mendeteksi adanya
lesi sebelum masa kanker. Sekitar 85% kanker kolorektal timbul dari polip
adenomatosa yang mana dapat dideteksi dan dilihat oleh sigmoidoskopi atau
kolonoskopi.

2.2. Etiologi Kanker Kolorektal


Kanker kolorektal lebih sering terjadi pada laki-laki dari pada
perempuan dan angka mortalitasnya paling tinggi diantara laki-laki dan
wanita afrika dan amerika. Faktor resiko utama yaitu kenaikan usia, riwayat
penyakit kanker diri sendiri dan keluarga, polip kolorektal dan IBD. Sekitar
90% dari kasus baru kanker kolorektal di deteksi pada orang-orang dengan
usia > 50 dan sekitar 3 terjadi pada keluarga dengan riwayat penyakit
keluarga penderita kanker kolorektal. Keturunan sekitar 5-10% dapat
menyebabkan kasus kolorektal. Faktor gaya hidup juga dapat
mempengaruhi kanker kolorektal. Obesitas, merokok,alkohol dan konsumsi
daging merah yang tinggi dapat meningkatkan resiko. Latihan fisik dan diet
buah-buahan, sayuran dan padi-padian dapat menurunkan resiko. NSAID
seperti aspirin dan terapi pengganti hormon pada wanita dapat juga
menurunkan resiko. Faktor resiko:
1) Riwayat keluarga dengan kanker kolorektal.
2) Riwayat IBD
3) Riwayat kanker diri sendiri
4) Riwayat keluarga atau diri sendiri dengan polip adematosa

3
5) Riwayat keluarga atau diri sendiri dengan keturunan syndrom kanker
kolorektal non polip
6) Obesitas
7) Konsumsi daging merah
8) Penggunaan rokok
9) Konsumsi alkohol

2.3. Klasifikasi Kanker Kolorektal


Klasifikasi kanker kolorektal menurut TNM
1) Tumor Primer (T)
(1) Tumor primer tidak dapat diakses karena informasi yang tidak
lengkap (Tx)
(2) Karsinoma in situ. kanker pada tahap awal dan belum tumbuh
melampaui lapisan mukosa (To)
(3) Tumor telah tumbuh melampaui mukosa ke submukosa (T1)
(4) Tumor telah berkembang melalui submukosa dan muskularis propria
(T2)
(5) Tumor telah berkembang melalui muskularis propria ke subserosa
tetapi tidak untuk organ atau jaringan tetangga (T3)
(6) Tumor telah menyebar sepenuhnya melalui usus besar atau rektum
dinding dan masuk ke jaringan di sekitarnya atau organ (T4)
2) Adanya Nodus Kelenjar Getah Bening (N)
(1) Kelenjar getah bening tidak dapat dinilai (Nx)
(2) Tidak ada keterlibatan kelenjar getah bening regional (No)
(3) Kanker ditemukan dalam satu sampai tiga kelenjar getah bening
terdekat (N1)
(4) Kanker ditemukan di empat atau lebih kelenjar getah bening terdekat
(N2)
3) Metastasis (M)
(1) Kehadiran metastasis jauh tidak dapat dinilai (Mx)
(2) Tidak ada metastasis jauh terlihat (Mo)
(3) Metastasis jarak jauh terlihat (M1)

4
2.4. Patofisiologi Kanker Kolorektal
Adenokarsinoma merupakan jenis yang paling umum dari kanker
kolorektal. Biasanya itu dimulai dengan adanya polip adenomatosa. Dalam
pertumbuhannya terjadi invasi kanker dan penetrasi mukosa muskular.
Akhirnya sel tumor mencapai awal terbentuknya nodus limfa dan sistem
vaskuler dan berkembang pada sisi yang jauh. Sejak darah vena
meninggalkan kolon dan rektum mengalir melalui vena portal dan vena
rektal inferior, hati menjadi sisi yang penting untuk metastasis. Kanker
menyebar dari hati ke sisi yang lain termasuk paru-paru, tulang dan otak.
Kanker juga menyebar secara langsung ke dalam struktur yang berdekatan.
Komplikasi termasuk obstruksi, perdarahan, perforasi, peritonitis dan
formasi fistula.
Kolorektal yaitu berhubungan dengan kolon dan rectum yang mana
menyusun usus besar. Kanker kolorektal adalah kanker kolon atau rektum
dan menjadi masalah kesehatan utama di dunia. Kebanyakan kanker
kolorektal adalah adenokarsinoma, yang mana merupakan tumor yang
timbul dari jaringan epitel glandular pada kolon. Perkembanganya sebagai
proses multi step, yang menghasilkan perubahan molekul seperti kehilangan
gen supresi tumor dan aktivasi onkogen tertentu yang mengubah pembagian
sel mukosa kolon. Peningkatan poliferasi pada mukosa kolon membentuk
polip yang dapat berubah menjadi tumor ganas. Kebanyakan kanker
kolorektal dipercaya timbul dari polip adenomatosa yang sekarang nampak
sebagai tonjolan keluar dari permukaan mukosa usus.
Tumor terjadi di beberapa area kolon dengan 2/3 terjadi dalam daerah
rektosigmoid. Kanker kolorektal dapat bermetastase dengan perluasan
secara langsung atau penyebaran melalui darah atau limfa. Tumor dapat
menyebar secara lokal menjadi 4 lapisan dari dinding usus dan organ yang
berdekatan. Itu dapat memperluas kedalam lumen dari usus atau menyebar
melalui limfatik atau sistem peredaran. Sistem peredaran dimasuki secara
langsung dari tumor primer melewati pembuluh darah di dalam usus atau
oleh sistem limfatik. Hati menjadi sisi tersering dari metastase yang

5
disebabkan penyebaran melalui sistem peredaran. Metastase paru-paru,
otak, tulang dan kelenjar adrenal mungkin juga dapat terjadi.

2.5. Manifestasi Kanker Kolorektal


Manifestasi klinis kanker kolorektal biasanya tidak spesifik atau tidak
muncul sampai penyakit dalam fase lanjut. Manifestasi klinis dari kanker
pada sisi kanan kolon berbeda dengan kanker pada sisi kiri kolon.
Perdarahan rektum merupakan gejala yang paling umum dari CRC , yang
paling sering terlihat dengan lesi sisi kiri. Manifestasi lain dari lesi sisi kiri
termasuk sembelit dan diare, perubahan tinja kaliber (sempit, seperti pita),
dan sensasi evakuasi tidak lengkap. Gejala obstruksi muncul sebelumnya
dengan lesi kiri sisi. Kanker sisi kanan kolon biasanya tanpa gejala. Perut
tidak nyaman, terasa kram, nyeri perut kolik. Anemia defisiensi besi dan
okultisme perdarahan menyebabkan kelemahan dan kelelahan.
Gambaran klinis sangat bervariasi dan tidak spesifik. Bisa dijumpai
tanpa keluhan sampai adanya keluhan berat dan tergantung pada lokasi /
besarnya tumor. Pada karsinoma kolon kanan, klien datang dengan keluhan
ada masa di abdomen kanan, obstruksi akan timbul bila tumor sudah besar.
Tumor kolon kiri lebih cepat terjadi obstipasi dan tanda-tanda obstruksi.
Pada penderita Ca kolorektal umumnya Asymptomatis atau relative
bergejala ringan pada saat penyakit ditemukan. Gejala yang muncul dapat
berkaitan dengan saluran cerna. Tanda dan gejala sangat ditentukan oleh
lokasi kanker, tahap penyakit dan fungsi segmen usus tempat kanker
berlokasi. Rasa tidak enak di perut atau Nyeri abdomen merupakan keluhan
paling sering disampaikan penderita. Namun keluhan ini berhubungan
dengan kanker kolon bukan dengan kanker rektum.
Perdarahan Peranal sebagai keluhan pertama penderita dengan gejala
berupa perdarahan segar bercampur atau tanpa disertai tinja. Perubahan pola
defekasi dapat berupa; diare/ konstipasi, bentuk tinja seperti pensil, serta
perut masih terasa penuh meskipun sudah buang air besar. Adapun gejala
lain yaitu: Anemia idiopatik, Nausea, malaisea, Haemoroid, Anoreksia, dan
Perubahan Berat badan (BB menurun) akibat iritasi dan respon refluks.

6
2.6. Pemeriksaan Diagnostik Kanker Kolorektal
Pendekatan diagnosis pada penderita kanker kolorektal tergantung pada
gejala klinik yang muncul. Sebagian kecil penderita yang datang dalam
kondisi gawat yang segera memerlukan tindakan pembedahan sehingga
diagnosis dapat segera dibuat, atau kadang-kadang diagnosis dapat dibuat
melalui pemeriksaan colok dubur.
Pada pemeriksaan colok dubur mungkin teraba adanya masa.
Pemeriksaan darah samar pada tinja dapat mengindikasikan adanya kanker.
Identifikasi dini polip dengan pemeriksaan colok dubur, prokto-
sigmoidoskopi/ kolonoskopi serta pengangkatan secara bedah seluruh polip
yang dapat mencegah pembentukan kanker. Pemeriksaan darah untuk
antigen-antigen spesifik berhubungan dengan Ca kolorektal terutama
antigen karsinoembrionik (CEA).
Adapun tes laboratorium yang dianjurkan sebagai berikut:
1) Jumlah sel-sel darah untuk evaluasi anemia. Anemia mikrositik,
ditandai dengan sel-sel darah merah yang kecil, tanpa terlihat penyebab
adalah indikasi umum untuk tes diagnostic selanjutnya untuk
menemukan kepastian kanker kolorektal.
2) Test Guaiac pada feses untuk mendeteksi bekuan darah di dalam feses,
karena semua kanker kolorektal mengalami perdarahan remitten.
3) CEA (carcino Embrioniogenic Antigen) adalah ditemukannya
glikoprotein di membran sel pada banyak jaringan, termasuk kanker
kolorektal. Antigen ini dapat dideteksi oleh Radioimmunoassay dari
serum atau cairan tubuh lainnya dan sekresi.
4) Pemeriksaan kimia darah alkaline phospatase dan kadar bilirubin dapat
meninggi, indikasi telah mengenai hepar. Tes laboratorium lainnya
hanya meliputi serum protein, kalsium, dan kreatinin.
5) Barium Enema sering digunakan untuk deteksi atau konfirmasi ada
tidaknya dan lokasi tumor.
6) X-ray dada untuk mendeteksi metastase tumor ke paru-paru.

7
7) CT (computed tomography)- Scan, Magnetic Resonance Imaging
(MRI) atau pemeriksaan ultrasonic dapat digunakan untuk mengkaji
apakah sudah ada metastase.
8) Endoskopi (sigmoidoscopy atau Colonoskophy) adalah test diagnostic
utama digunakan untuk mendeteksi dan melihat tumor. Sekalian
dilakukan biopsy jaringan.Pemeriksaan endoskopi dari kolonoskopi
direkomendasikan untuk mengetahui lokasi dan biopsy lesi pada klien
dengan perdarahan rectum.
9) Pengamatan saluran cerna dilakukan dengan pemeriksaan barium
enema atau kolonoskopi serat lentur. Pemeriksaan kolonoskopi
merupakan pilihan dan cara membuat diagnosis kanker kolorektal yang
akurat. Dengan pemeriksaan kolonoskopi dapat dilakukan biopsi untuk
memastikan ada tidaknya suatu kanker. Dapat pula dilakukan
polipektomi pada polipsinkronos jinak, karena sinkronos polip jinak.
10) Kolonoskopi Versus Barium Enema. Kemampuan kolonoskopi lebih
baik dibandingkan pemeriksaan barium enema kontras ganda.
Kemampuannya mendeteksi polip berukuran > 7 mm. Kemampuan
kombinasi pemeriksaan barium enema dan sigmoidoskopi pada kasus
perdarahan saluran cerna bawah lebih baik daripada pemeriksaan
kolonoskopi terutama untuk mendiagnosis kelainan jinak seperti
divertikel, tetapi kolonoskopi tetap lebih sensitif dan spesifik untuk
mendiagnosis neoplasma.
11) CT Scan. Klien kanker kolorektal tanpa komplikasi tidak memerlukan
pemeriksaan CT Scan rutin. Pemeriksaan CT Scan pada kanker rectum
lanjut sangat akurat untuk menilai adanya invasi ke jaringan sekitarnya.
Kemampuannya sangat terbatas untuk mendeteksi lesi primer kecil.
USG efektif untuk menampilkan lapisan dinding rectum dan
kemampuan untuk mengamati kelenjar limfe serta untuk menilai
metastase di hati.
12) Endosonografi. Stadium kanker kolorektal mencerminkan derajat
penyebaran penyakit. Pada dasarnya stadium penyakit terbagi atas tiga
komponen yaitu: invasi lokal, penyebaran ke kelenjar getah bening dan

8
metastasis ke lain organ. Metastase pada kelenjar getah bening dapat
juga dilihat dengan EUS. Namun EUS sulit untuk membedakan sebab
pembesaran kelenjar apakah disebabkan peradangan atau suatu proses
metastasis. EUS pada metastasis kelenjar getah bening tampak lebih
hipoechoik di daerah jaringan parirektal.

2.7. Penatalaksanaan Kanker Kolorektal


2.7.1 Penatalaksanaan Medik
Keberhasilan pengobatan kanker kolorektal ditentukan oleh stadium
saat diagnosis dibuat. Terdapat berbagai macam stadium penyakit kanker
kolorektal. Penentuan stadium sebelum tindakan operasi, khususnya pada
kanker rectum, berguna untuk menentukan strategi pengobatan seperti
pemberian khemoterapi ajuvan, pemilihan jenis operasi yang akan
dilakukan. Pemerikasaan Ro foto dada harus dikerjakan untuk memastikan
ada tidaknya proses metastasis di paru. Test fungsi hati tidaklah terlalu
diperlukan, Pemeriksaan CEA kadang-kadang diperlukan untuk menilai
keberhasilan pengobatan.
Dalam penatalaksanaan medik diberikan terapi adjuvant, mencakup
kemoterapi, terapi radiasi, dan ataupun imunoterapi. Terapi radiasi diberikan
pada periode praoperatif, intra operatif dan pascaoperatif. Untuk tumor yang
tidak di operasi atau di reseksi, radiasi digunakan untuk menghilangkan
gejala. Penatalaksanaan Medik berdasarkan stadium:
1) Pada stadium 0, Berupa polip di mukosa colon disebut juga dengan
precursor Ca. Penatalaksanaannya dengan pemotongan polip
(colonoskopi)
2) Pada stadium 1, Tumor tumbuh di mukosa usus. Penatalaksanaannya
dengan pembedahan.
3) Pada stadium 2, Tumor menyebar hingga lapisan muskularis mukosa (lap
Usus). Penatalaksanaanya: pembedahan.
4) Pada Stadium 3, Tumor menyebar ke kelenjar getah bening.
Penatalaksanaannya: pembedahan, kemoterapi, Radiasi terapi.
5) Pada Stadium 4, Tumor bermetastase. Penatalaksanaannya: kemoterapi.

9
2.7.2 Penatalaksanaan Keperawatan
Perawatan klien dengan bedah usus :
1) Pra Operasi
Pastikan tanda-tanda valid untuk prosedur. Ini berguna bagi pasien
dan anggota keluarga untuk memahami prosedur dan kemungkinan
risiko dan keunggulan, sebaiknya altenatif untuk persiapan prosedur.
Penandatanganan Format persetujuan khususnya untuk
prosedur sebagai dokumentasi bahwa klien dan keluarga setuju.
Kaji pemahaman klien dan keluarga tentang prosedur, klarifikasi dan
interpretasikan sesuai kebutuhan. Beri instruksi apa yang diharapkan
selama periode post operatif, meliputi penanganan nyeri, pemasangan
selang NGT/IVFD, latihan pernafasan, reintroduksi intake oral
makanan dan cairan. Klien yang dipersiapkan dengan baik selama
praoperatif biasanya tidak cemas dan mampu lebih baik mendukung
perawatan pasca operatif. Persiapan adekuat juga mengurangi
kebutuhan narkotik untuk analgesic dan meningkatkan pemulihan
klien.
Pemasangan NGT. Meskipun sering dilakukan pemasangan di kamar
bedah hanya untuk pembedahan, NGT dapat dipasang preoperative
untuk membuang sekresi dan mengosongkan isi lambung.
Prosedur persiapan usus. Antibiotok oral dan parenteral sebaiknya
kathartik dan enema/ ditelan dapat diberikan preoperative untuk
membersihkan usus dan mengurangi risiko kontaminasi peritoneal
oleh isi usus selama pembedahan.
Tujuan Perawatan pre-operatif :
(1) Menghilangkan nyeri
(2) Meningkatkan toleransi Aktivitas
(3) Memberikan tindakan nutrisional
(4) Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
(5) Menurunkan Ansietas
(6) Mencegah Infeksi
(7) Pendidikan Klien Pra-operatif

10
2) Pasca Operasi
(1) Perawatan rutin untuk klien bedah. Monitor TTV dan intake
dan output, meliputi drainase lambung dan lainnya dari drain
luka. Kaji perdarahan dari insisi abdomen dan perineal,
kolostomi, atau anus. Evaluasi komplikasi luka yang lainya
dan pertahankan integritas psikologi.
(2) Monitor bising usus dan derajat distensi abdomen.
Manipulasi pembedahan dari usus manghentikan peristaltic,
menyebabkan ileus. Adanya bising usus dan pasase flatus
indikasi kembalinya peristaltic.
(3) Sediakan obat mengurangi nyeri dan pemeriksaan rasa
nyaman seperti perubahan posisi
(4) Kaji status pernafasan, sangga abdomen dengan selimut atau
bantal untuk membantu batuk
(5) Kaji posisi dan Patensi NGT, persambungan suction. Bila
selang terlipat, irigasi dengan salin steril secara hati-hati.
(6) Kaji warna, jumlah, dan bau drainase dan kolostomi (bila
ada) catat berbagai perubahan atau adanya bekuan atau
perdarahan berwarna merah terang.
(7) Hindari pemasangan temperature rectal, suppositoria atau
prosedur rectal lain sebab dapat merusak garis jahitan anal,
menyebabkan perdarahan, infeksi atau gangguan
penyembuhan.
(8) Pertahankan cairan intravena ketika masih dilakukan suction
naso gastric
(9) Pemberian antacid, antagonis histamine 2 reseptor dan terapi
antibiotic dianjurkan. Tergantung pada prosedur yang
dilakukan. Terapi antibiotic untuk mencegah infeksi akibat
kontaminasi rongga abdomen dengan isi usus.
(10) Anjurkan ambulasi untuk merangsang peristaltic

11
(11) Mulai pengajaran dan perencanaan pulang. Konsultasikan
dengan ahli gizi untuk instruksi diet dan menu, beri
penguatan pengajaran.
Tujuan Perawatan pasca-operatif:
(1) Perawatan luka
(2) Pendidikan klien dan pertimbangan perawatan di rumah
(3) Citra tubuh positif
(4) Pemantauan dan penatalaksanaan Komplikasi

2.8. Komplikasi Kanker Kolorektal


1) Obstruksi usus parsial atau lengkap diikuti penyempitan lumen akibat
lesi.
2) Haemorrhagi/ perdarahan
3) Pembentukan Abses akibat Perforasi dinding usus oleh tumor diikuti
kontaminasi dari rongga peritoneal oleh isi usus.
4) Shock akibat peritonitis dan sepsis
5) Mestatase ke organ lain yang berdekatan. Terjadi fistel pada kantong
kemih, vagina / usus.

12
2.9. WOC Cedera Medula Spinalis
Usia lanjut >50 tahun Riwayat penyakit Gaya dan pola hidup Mutasi DNA
kanker diri sendiri dan yang buruk
keluarga

Terbentuk polip kolorektal/poliferasi sel di daerah kolon dan rektum

Umumnya menjadi polip adenomatosa

Adenokarsinoma/ Kanker kolorektal Tidak diobati/ditangani

Dilakukan pembedahan Terjadi metastase


Saluran/lumen di kolon
dan rektum berubah
menjadi sempit Informasi yang didapat klien Menjadi penyakit
belum memuaskan/kurang terminal/parah

MK: Takut
Terjadi perubahan eliminasi usus
besar Terjadi obstruksi parsial/lengkap di Stressor klien menjadi
kolon dan rektum meningkat

BAB tidak bisa lancar Feses tidak bisa keluar dengan Tidak ada kepercayaan untuk
baik sembuh

MK: Diare/konstipasi
MK: Koping tidak efektif
Terjadi tekanan di daerah kolon
dan rektum
Menimbulkan rangsangan nyeri dan fungsi
usus tidak bisa berfungsi dg baik
MK: Nyeri akut
Ketidakmampuan
mencerna makanan

MK: Pemenuhan nutrisi


kurang dari kebutuhan 13
2.10. Asuhan Keperawatan pada Pasien Kanker Kolorektal
1) Pengkajian Keperawatan
(1) Data Subjektif
a. Informasi Penting Kesehatan
a) Riwayat kesehatan masa lalu: Kanker payudara atau ovarium,
poliposis familial, adenoma vili, polip adenomatosa, penyakit
inflamasi usus
b) Medikasi: Penggunaan obat yang mempengaruhi fungsi usus
(obat pencahar, obat antidiare)
b. Pola Kesehatan Fungsional
a) Kesehatan manajemen persepsi-kesehatan: Riwayat keluarga
kanker kolorektal, payudara, atau ovarium; kelemahan,
kelelahan
b) Nutrisi-metabolik: Tinggi kalori, tinggi lemak, diet rendah serat;
anoreksia, penurunan berat badan; mual dan muntah
c) Eliminasi: Perubahan kebiasaan buang air besar; diare dan
konstipasi bergantian, buang air besar mendesak; perdarahan
rektum; tinja berlendir dan hitam; peningkatan flatus, penurunan
kaliber feses; perasaan evakuasi yang tidak lengkap
d) Kognitif-persepsi: Nyeri perut dan pinggang, tenesmus
(2) Data Objektif
a. Umum
Pucat, limfadenopati
b. Gastrointestinal
Teraba massa perut, distensi, ascites, dan hepatomegali
c. Temuan diagnostic
Anemia; guaiac positif bangku, teraba massa pada pemeriksaan
rektal digital; sigmoidoskopi dan kolonoskopi positif, barium
enema, atau CT scan, biopsi positif
2) Diagnosis keperawatan
Perawatan diagnosis untuk pasien dengan kanker kolorektal termasuk,
namun tidak terbatas pada, sebagai berikut:

14
(1) Diare atau konstipasi berhubungan dengan perubahan pola eliminasi
usus
(2) Nyeri akut berhubungan dengan kesulitan feces untuk keluar karena
obstruksi parsial atau lengkap dari tumor
(3) Takut berhubungan dengan diagnosis kanker kolorektal, intervensi
bedah atau terapi, dan kemungkinan penyakit terminal
(4) Koping tidak efektif berhubungan dengan diagnosis kanker dan efek
samping pengobatan
(5) Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna makanan ditandai dengan nyeri pada
abdomen
3) Perencanaan
Tujuan keseluruhan adalah bahwa pasien dengan kanker kolarektal akan
memiliki:
(1) Pola eliminasi usus yang normal
(2) Kualitas hidup yang tepat untuk perkembangan penyakit
(3) Menghilangkan nyeri
(4) Perasaan nyaman dan kesejahteraan
4) Implementasi keperawatan
(1) Promosi kesehatan
Perawat dapat mendorong semua pasien berusia lebih dari 50 untuk
melakukan skrining CRC biasa. Skrining untuk pasien berisiko tinggi
harus dimulai sebelum usia 50, biasanya diawali dengan kolonoskopi
dan berlanjut pada interval yang lebih sering yang bervariasi sesuai
dengan faktor risiko. Partisipasi dalam skrining kanker dini yang
efektif dapat menurunkan angka kematian, tetapi hambatan yang ada
adalah kurangnya informasi dan takut diagnosis.
Prosedur endoskopi dan CT colonography hanya dapat
mengungkapkan polip ketika usus telah disiapkan secara memadai
untuk menghilangkan kotoran. Memberikan edukasi tentang
pembersihan usus untuk prosedur diagnostik rawat jalan dan langsung
mengelola persiapan pembersihan untuk pasien rawat inap.

15
(2) Intervensi NIC
No Diagnosa NOC NIC
1 Diare atau Setelah dilakukan Bowel Management (0430)
konstipasi keperawatan, pola eliminasi 1. Catat terakhir pergerakan
berhubungan klien kembali normal, dengan usus
dengan kriteria hasil : 2. Monitor pergerakan usus
perubahan pola Domain II Kelas F termasuk frekuensi,
eliminasi usus Bowel Elimination (0501) konsistensi, bentuk, jumlah,
Pola eliminasi : 5 dan warna, jika perlu
Kontrol pergerakan usus : 5 3. Monitor bising usus
Suara usus : 5 4. Monitor tanda dan gejala
Konstipasi : 5 diare, konstipasi, dan
Diare : 5 impaksi
5. Evaluasi inkontinensia fekal
6. Ajarkan klien tentang
makanan spesifik untuk
membantu regulasi usus
7. Berikan supositoria rektal
2 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Pain management (1400)
berhubungan keperawatan nyeri pasien 1. Gunakan skala nyeri sebelum
dengan kesulitan berkurang, dengan kriteria nyeri bertambah parah
feces untuk hasil : 2. Melakukan penilaian yang
keluar karena 1. Domain 4 kelas V komprehensif dari rasa sakit
obstruksi parsial Pain level (2102) meliputi lokasi, karakteristik,
atau lengkap dari Melaporkan jika nyeri onset / durasi, frekuensi,
tumor berkurang : 5 kualitas, intensitas atau
Ekspresi wajah nyeri : 5 keparahan nyeri, dan
Lamanya episode nyeri : 5 mempercepat efektif
2. Domain 4 kelas Q 3. Berikan obat analgesik untuk
Pain Control (1605) mengurangi nyeri
Mengetahui timbulnya 4. Ajarkan teknik non-
nyeri : 5 farmakologi (seperti

16
Mengontrol laporan nyeri : hypnosis, relaksasi,
5 imaginasi terbimbing, terapi
music, terapi aktivitas,
distraksi, terapi bermain,
terapi aktivitas).
5. Mengontrol faktor
lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
6. Memonitor kepuasan pasien
dengan manajemen nyeri
pada selang waktu tertentu
3 Takut Setelah dilakukan keperawatan Calming Tehcnique (5880)
berhubungan ketakutan klien terhadap 1. Menjaga ketenangan
dengan penyakitnya berkurang, dengan 2. Mengurangi atau
diagnosis kanker kriteria hasil : menghilangkan rangsangan
kolorektal, Domain III Kelas M yang menciptakan ketakutan
intervensi bedah Fear Level (1210) atau kecemasan
atau terapi, dan Kurangnya kepercayaan diri : 5 3. Yakinkan pasien
kemungkinan Gelisah : 5 keselamatan atau keamanan
penyakit Kekhawatiran berlebihan pribadi
terminal tentang peristiwa kehidupan : 5 4. Mengidentifikasi orang lain
Penghindaran perilaku : 5 yang kehadirannya dapat
membantu pasien
5. Memberikan waktu dan
ruang untuk sendirian, yang
sesuai
6. Duduk dan berbicara dengan
pasien
4 Koping tidak Setelah dilakukan keperawatan Anger Control Assistance

17
efektif tingkat stresor klien berkurang, (4640)
berhubungan dengan kriteria hasil : 1. Membangun kepercayaan
dengan Domain III Kelas N dan hubungan dengan pasien
diagnosis kanker Coping (1302) 2. Gunakan pendekatan yang
dan efek Identifikasi pola koping efektif tenang dan meyakinkan
samping :5 Anxiety Reduction (5820)
pengobatan Laporan penurunan stres : 5 3. Evaluasi ekspektasi pasien
Modifikasi gaya hidup untuk 4. Dampingi pasien agar
mengurangi stres : 5 merasa aman dan ketakutan
Menggunakan strategi koping berkurang
yang efektif : 5 5. Identifikasi perubahan
Laporan peningkatan kecemasan
kenyamanan psikologis : 5 6. Bantu pasien
mengidentifikasi sumber
kecemasan
7. Intruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
5 Pemenuhan Setelah dilakukan tindakan Nutritional Conseling (5246)
nutrisi kurang keperawatan diharapkan nafsu 1. Tentukan asupan makanan
dari kebutuhan makan klien optimal dan pasien dan kebiasaan makan
berhubungan nutrisi dapat diserap untuk 2. Diskusikan kebutuhan gizi
dengan kebutuhan metabolik, dengan dan persepsi pasien terhadap
ketidakmampuan kriteria hasil : resep / diet yang dianjurkan
mencerna Domain II Kelas K 3. Diskusikan makanan yang
makanan Nutritional Status (1004) disuka / tidak disuka oleh
ditandai dengan Inake nutrisi : 5 pasien
nyeri pada Intake makanan : 5 Nutritional Management
abdomen Intake cairan : 5 (1100)
Energi : 5 4. Ajarkan pasien tentang
Berat badan : 5 kebutuhan nutrisi (yaitu,
Hidrasi : 5 mendiskusikan pedoman diet

18
dan gizi seimbang)
5. Mengatur pola makan, yang
diperlukan
6. Berikan obat sebelum makan
(misalnya, penghilang rasa
sakit, antiemetik), jika
diperlukan

(3) Intervensi akut


a. Perawatan Praoperatif
Asuhan keperawatan akut untuk pasien dengan reseksi usus mirip
dengan perawatan pada pasien yang memiliki laparotomi. Jika
kanker adalah reseksi dan ujung yang reanastomosis, fungsi usus
dipertahankan dan perawatan pasca operasi secara rutin sangat di
sarankan. Informasikan pada pasien tentang prognosis dan
screening masa depan. Berikan dukungan kepada pasien yang
berhubungan dengan diagnosis kanker. Pasien yang memiliki APR
akan memiliki ostomy permanen dan akibatnya akan membutuhkan
dukungan emosional yang kuat untuk mengatasi prognosis dan
perubahan radikal dalam penampilan tubuh dan fungsi.
b. Perawatan Pascaoperatif
Banyak pasien dengan kanker kolorektal akan memiliki
anastomosis langsung dari usus dan akan memerlukan perawatan
pasca operasi secara umum. Pasien dengan operasi yang lebih luas
mungkin memiliki luka terbuka dan saluran serta stoma permanen.
Perawatan pascaoperasi meliputi penggantian balutan dengan
prinsip steril. Perawatan saluran harus di ajarkan kepada pasien dan
pengasuh tentang stoma. Perawat perlu berkonsultasi dengan
perawat yang lain tentang perawatan luka ostomi dan stoma.
Seorang pasien yang memiliki luka terbuka dan luka yang telah di
balut membutuhkan perawatan pascaoperasi secara teliti.
Memperkuat dressing (balutan) dan sering mengganti balutan

19
selama beberapa jam pertama pasca operasi ketika drainase
mungkin paling berlimpah. Hati-hati menilai semua jumlah,
warna, dan konsistensi dari drainase. Memeriksa luka secara teratur
dan mencatat adanya perdarahan, drainase yang berlebihan, dan
bau yang tidak biasa. Selalu gunakan teknik aseptik di setiap
penggantian balutan.
Jika luka pasien adalah tertutup atau sebagian tertutup, menilai
sayatan untuk integritas jahitan dan tanda-tanda dan gejala
inflamasi luka dan infeksi. Periksa drainase untuk jumlah, warna,
dan karakteristik. Amati drain untuk tanda-tanda peradangan dan
menjaga daerah sekitar luka bersih dan kering. Memantau edema,
eritema, dan drainase di sekitar garis jahitan, serta demam dan
jumlah WBC. Sensasi pasien mau pengalaman phantom dubur
karena saraf simpatis yang bertanggung jawab untuk kontrol rektal
tidak terputus selama operasi. Jadilah cerdik dalam membedakan
sensasi phantom dari rasa sakit abses perineum.
Disfungsi seksual mungkin terjadi karena komplikasi dari reseksi
abdominoperineal. Meskipun kemungkinan disfungsi seksual
tergantung pada teknik bedah yang digunakan, ahli bedah harus
mendiskusikan kemungkinan dengan pasien. Anggota tim
kesehatan harus bisa untuk menjawab pertanyaan dan kekhawatiran
pasien. Pemasangan. ejakulasi, dan orgasme melibatkan jalur saraf
yang berbeda dan disfungsi dari satu tidak berarti disfungsi seksual
yang lengkap. ET perawat merupakan sumber informasi yang
penting tentang disfungsi seksual yang dihasilkan dari perut -
reseksi perineal.
(4) Rawat jalan dan Home Care
Dukungan psikologis bagi pasien dan pengasuh adalah penting.
Periode pemulihan yang panjang dan kanker bisa kembali. kanker
berulang menyakitkan, melemahkan, dan demoralisasi, dan pasien
membutuhkan dukungan emosional yang banyak. Pasien dan pengasuh

20
harus menyadari semua layanan masyarakat yang tersedia untuk
bantuan.
Pasien dengan kolostomi perlu tahu bagaimana untuk merawat mereka.
Bahkan ketika pasien tidak memiliki stoma, mereka mungkin
mengalami diare, sembelit, inkontinensia, atau kesulitan mengeluarkan
feces tergantung pada bagian usus besar dihapus dan prosedur bedah
dilakukan. Pasien perlu tahu tentang diet, produk inkontinensia, dan
strategi untuk mengelola kembung, diare, dan evakuasi usus. Mereka
mungkin perlu bereksperimen dengan diet mereka untuk menemukan
makanan yang memberikan konsistensi feces terbaik, dan akan perlu
untuk menemukan obat yang terbaik mampu mengendalikan diare dan
sembelit.
5) Evaluasi
Hasil yang diharapkan untuk pasien dengan kanker kolorektal adalah
bahwa pasien akan memiliki:
(1) Perubahan minimal dalam pola eliminasi usus
(2) Hilangnya nyeri
(3) Asupan gizi yang seimbang
(4) Kualitas hidup yang tepat untuk perkembangan penyakit
(5) Perasaan nyaman dan kesejahteraan

21
BAB 3
Tinjauan Asuhan Keperawatan Kasus

3.1. Kasus
Ny.A umur 35 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri pada
abdomen, kram perut, pola defekasi bermasalah, sering sembelit, feses
berwarna kehitaman dan kadang disertai darah merah segar, tidak nafsu
makan, penurunan berat badan, dan cepat letih. Klien mengatakan tidak
terlalu suka sayuran. TD : 120/80 mmHg, Nadi : 85x/menit, napas cepat RR
: 26x/menit, suhu : 37oC

3.2. Pengkajian
1) Anamnesa
(1) Identitas
a. Nama : Ny.A
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Umur : 35 tahun
d. Alamat : Sutorejo, Surabaya
(2) Keluhan Utama
Nyeri pada abdomen, kram perut, pola defekasi bermasalah.
(3) Riwayat Penyakit Sekarang
Klien sering sembelit, feses berwarna kehitaman dan kadang disertai
darah merah segar, tidak nafsu makan, penurunan berat badan, dan
cepat letih. Saat dilakukan pemeriksaan TD : 120/80 mmHg, nadi :
85x/menit, RR : 26x/menit, suhu : 37oC
(4) Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada
(5) Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada
2) Pemeriksaan Fisik
(1) B1 (Breath):
RR 26 x/menit, napas cepat

22
(2) B2 (Blood):
TD : 120/80 mmHg, Nadi : 85x/menit
(3) B3 (Brain): -
(4) B4 (Bladder): -
(5) B5 (Bowel):
Pola defekasi bermasalah, sering sembelit, feses berwarna kehitaman
dan kadang disertai darah merah segar, tidak nafsu makan,
penurunan berat badan.
(6) B6 (Bone): -

3.3. Analisa Data


No Tanda dan Gejala Etiologi Problem
1 DO : Klien Saluran/lumen di kolon Konstipasi
mengatakan pola dan rektum berubah
defekasi bermasalah, menjadi sempit
sering sembelit, feses ↓
berwarna kehitaman Terjadi perubahan
dan kadang disertai eliminasi usus besar
darah merah segar, ↓
tidak terlalu suka BAB tidak lancar
makan sayur.
DS : Perut klien
nampak begah, klien
nampak pucat dan
gelisah.
2 DO : Klien Saluran/lumen di kolon Nyeri
mengatakan nyeri dan rektum berubah
pada abdomen, kram menjadi sempit
perut ↓
DS : klien nampak Terjadi obstruksi
mengerang kesakitan, parsial/lengkap di kolon
pucat dan rektum

23

Menimbulkan rangsangan
nyeri
3 DO : klien Terjadi obstruksi Pemenuhan nutrisi
mengatakan tidak parsial/lengkap di kolon kurang dari kebutuhan
nafsu makan, dan rektum
penurunan berat ↓
badan, dan cepat letih Usus tidak berfungsi
DS : klien nampak dengan baik
lemah, letih, lesu. ↓
Ketidakmampuan
mencerna makanan

3.4. Diagnosa
(1) Konstipasi berhubungan dengan perubahan pola defekasi
(2) Nyeri akut berhubungan dengan konstipasi karena obstruksi parsial atau
lengkap dari tumor
(3) Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna makanan ditandai dengan nyeri pada
abdomen

3.5. Intervensi
No NANDA NOC NIC
1 Konstipasi Setelah dilakukan tindakan Bowel Management
berhubungan keperawatan klien (0430)
dengan diharapkan frekuensi 1. Catat terakhir
perubahan pola buang air besar normal dan pergerakan usus
defekasi tidak disertai kesulitan, 2. Monitor pergerakan usus
dengan kriteria hasil : termasuk frekuensi,
Domain II Kelas F konsistensi, bentuk,
Bowel Elimination (0501) jumlah, dan warna, jika
Pola eliminasi : 5 perlu

24
Kontrol pergerakan usus : 3. Monitor bising usus
5 4. Evaluasi inkontinensia
Warna feses : 5 fekal
Darah pada feses : 5 5. Anjurkan pasien /
Konstipasi : 5 keluarga untuk
memerhatikan warna,
volume, frekuensi,
dan konsistensi feses
6. Anjurkan pasien untuk
mengonsumsi makanan
tinggi serat, yang sesuai
7. Berikan supositoria
rektal
2 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Pain management (1400)
berhubungan keperawatan nyeri pasien 1. Gunakan skala nyeri
dengan berkurang, dengan kriteria sebelum nyeri
konstipasi hasil : bertambah parah
karena obstruksi 1. Domain 4 kelas V 2. Melakukan penilaian
parsial atau Pain level (2102) yang komprehensif dari
lengkap dari Melaporkan jika nyeri rasa sakit meliputi
tumor berkurang : 5 lokasi, karakteristik,
Ekspresi wajah nyeri : 5 onset / durasi, frekuensi,
Lamanya episode nyeri : 5 kualitas, intensitas atau
2. Domain 4 kelas Q keparahan nyeri, dan
Pain Control (1605) mempercepat efektif
Mengetahui timbulnya 3. Berikan obat analgesik
nyeri : 5 untuk mengurangi nyeri
Mengontrol laporan nyeri : 4. Ajarkan teknik non-
5 farmakologi (seperti
hypnosis, relaksasi,
imaginasi terbimbing,
terapi music, terapi

25
aktivitas, distraksi,
terapi bermain, terapi
aktivitas).
5. Mengontrol faktor
lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon
pasien terhadap
ketidaknyamanan seperti
suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
6. Memonitor kepuasan
pasien dengan
manajemen nyeri pada
selang waktu tertentu
3 Pemenuhan Setelah dilakukan tindakan Nutritional Conseling
nutrisi kurang keperawatan diharapkan (5246)
dari kebutuhan nafsu makan klien optimal 1. Tentukan asupan
berhubungan dan nutrisi dapat diserap makanan pasien dan
dengan untuk kebutuhan kebiasaan makan
ketidakmampuan metabolik, dengan kriteria Memfasilitasi
mencerna hasil : identifikasi perilaku
makanan Domain II Kelas K makan harus diubah
ditandai dengan Nutritional Status (1004) 2. Diskusikan kebutuhan
nyeri pada Inake nutrisi : 5 gizi dan persepsi pasien
abdomen Intake makanan : 5 terhadap
Intake cairan : 5 resep / diet yang
Energi : 5 dianjurkan
Berat badan : 5 3. Diskusikan makanan
Hidrasi : 5 yang disuka / tidak
disuka oleh pasien
Nutritional Management

26
(1100)
4. Ajarkan pasien tentang
kebutuhan nutrisi (yaitu,
mendiskusikan
pedoman diet
dan gizi seimbang)
5. Mengatur pola makan,
yang diperlukan
6. Berikan obat sebelum
makan (misalnya,
penghilang rasa sakit,
antiemetik), jika
diperlukan

3.6. Evaluasi
(1) Pola defekasi optimal
(2) Tidak kesulitan untuk BAB
(3) Nyeri berkurang
(4) Kram abdomen berkurang
(5) Mencapai tingkat nutrisi optimal
(6) Makan diet tinggi serat, rendah protein, dan rendah kalori

27
BAB 4
Kesimpulan

Kanker colorectal berasal dari jaringan kolon (bagian terpanjang di usus


besar) atau jaringan rektum (beberapa inci terakhir di usus besar sebelum anus).
Sebagian besar colorectal cancer adalah adenocarcinoma (kanker yang dimulai di
sel-sel yang membuat serta melepaskan lendir dan cairan lainnya). Etiologi dari
colorectal cancer yaitu terdiri atas faktor resiko dan faktor predisposisi. Faktor
risiko terdiri dari usia, riwayat kanker pribadi, riwayat kanker colorectal pada
keluarga, riwayat penyakit usus inflamasi kronis, riwayat penyakit polip di usus,
dan riwayat penyakit crohn. Sedangkan faktor predisposisinya terdiri dari
merokok, pola makan yang tidak sehat (tinggi lemak dan rendah serat), kontak
dengan zat-zat kimia, minuman beralkohol, obesitas, dan bekerja sambil duduk
seharian. Asuhan keperawatan yang tepat akan menentukan keberhasilan perawtan
klien dengan kanker kolorektal.

28
Daftar Pustaka

Gloria, et. al. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC) 6th Edition. USA:
Mosby Elsevier
Harahap, I.A. (2004). "Perawatan pasien dengan kolostomi Pada penderita cancer
colorectal.” Diambil dari http://library.usu.ac.id/download/fk/
keperawatan-ikhsanuddin.pdf pada 28 Maret 2016 pukul 17.50
Herdman, T.H. and Kamitsuru, S. (Eds). 2014. NANDA International Nursing
Diagnoses: Definitions and Clasification, 2015-2017. Oxford: Wiley
Blackwell
Ignatavicius, & Workman, D. D. (2010). Medical Surgical Nursing Patient
Centered Collaborative Care. USA: Saunders Elsevier
Lewis, Sharon L. at al.(2011). Medical Surgical Nursing : Assessment and
Management of Clinical Problems 8th Edition. USA : Elsevier Mosby
Price, Sylvia A and Lorraine M Wilson.(2005). Patofisiologi: Konsep Klinis
Proses - Proses Penyakit Ed.6.Jakarta : EGC
Sue Moorhead, et. al. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) 5th Edition:
Measurement of Health Outcomes. USA: Elsevier

29

Anda mungkin juga menyukai