Anda di halaman 1dari 53

NEUROLOGI

1. Stroke ischemic, TIA, stroke hemoragik


Keluhan utama: Kelemahan / penurunan kesadaran / pelo/ bibir mencong / pusing / vertigo/ ga
seimbang/ diploplia
Onset : Mendadak
Kegiatan : beraktivitas / istirahat
Keluhan tambahan: singkirin kenaikan TIK
1. Kelemahan sisi …, kebas/kesemutan, pelo, bibir mencong, diplopia, pusing, pingsan
2. Mual muntah, sulit menelan/makan, suara sengau,
3. Sakit kepala, sakitnya seberapa parah 1-10, seluruh kepala atau 1 bagian terlokalisir
sendiri, semakin sakit kepalanya atau tetap.
4. Trauma kepala
Progresivitas: makin lemas/pusing/sakit kepala ga atau sama aja, ada keluhan yang baru sejak
onset pertama
Severity: sakit kepala kalo ada skala berapa (thunder clap headache itu SAH) . nyeri kepala
paling berat seumur hiedup
OXFORD (ISCHEMIC)

Arteri Gejala
Karotis komunis Asimtomatis
Karotis interna Buta ipsilateral ( amarousis fugaks)
Hemiparesis hemihipestesia kontralateral
Hemianopia
Afasia / denial/ hemineglect
serebri media Hemiparesis hemihipestesi hemianopia
Afasia / denial dan hemineglect
serebri anterior Hemiparesis dan gangguan sensorik ( deficit
tungkai > lengan)
Abulia / akinetic mutism
Serebri posterior Kortikal unilateral : hemianopia homonym,
aleksia, anomia warna
Kortikal bilateral: buta kortikal dengan atau
tanpa macular sparing
Thalamus: gangguan sensorik murni, kadang
disertai nyeri sentral
Nucleus subtalamikus : hemibalismus
Lobus temporal inferior bilateral: amnesia
Mesensefalon: gangguan gerakan bola mata

RPD:
1. Stroke / TIA (klo ada, ditanya kapan, sumbatan/perdarahan, sisi mana, trus ada
keluhannya apa aja, terakir kondisinya gimana? Masih bisa jalan dll)
2. Jantung (AF? elevated troponin)
3. Carotid stenting/endarterectomy
4. HT (terkontrol ga, rata” berapa, biasa minum obat apa, kontrol ke dokter rutin)
5. DM, HT
6. Dyslipidemia
7. Trauma kepala, kejang
8. Kelainan darah dan penyakit hati (koagulopati)
RPK
1. IDEM SEMUA JANGAN LUPA NANYA, terutama stroke perdarahan (siapa tau
aneurisma/AVM) dikeluarga ada yg gini ga (FR), ada cancer, tumor, riw.stroke
RP Kebiasaan
1. Rokok (sehari berapa bungkus, udah berapa lama)
2. Alkohol (sehari berapa gelas, jenis minumannya biasa apa, berapa lama)
3. Makanan, suplemen diet
4. Pekerjaan (sering angkat berat ga, pekerjaan stress berat) LBP, TTH, CTS, Cluster, migraine
5. Olahraga
Riwayat Alergi obat
Riwayat Obat (pengencer darah, simpatomimetik, stimulan)

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum (ringan sedang berat)
Kesadaran umum (kualitatif, somnolen dll)
TTV
Status generalisata (head to toe)
1. Kepala: normosefali, deformitas, tanda basis cranii bila ada trauma kepala
2. Mata: CA, SI. (trauma kepala : raccoon eye, battle sign, otorea)
3. THT: otorea/rinorea
4. Leher: deformitas, massa, bruit ica, jvp meningkat?
5. Paru: SN vesicular, rhonki, wheezing, retraksi dada, gerakan otot-otot pernasafan
tambahan
6. Jantung: S1 S2 iregular/regular (cari tanda AF), murmur – gallop –
7. Abdomen: supel BU, NT
8. Punggung: deformitas, massa
9. Ekstremitas: akral, CRT, edema
Status neurologis (di file tambahan osce neuro) : kesadaran, nervus kranialis, meningeal sign,
motoric, refleks, sensorik, dan mmse
Meningeal +  curiga SAH

SARAN PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. CT scan brain non contrast (gold standard)
2. MRI brain non contrast (kalau CT ga ada tapi curiga iskemik akut bisa minta DWI)
3. EKG (cek AF, LVH)
4. Xray thorax (kardiomegali)
5. Lab (CBC, pt apt, elektrolit, GDS, lipid profile(kolesterol, TG, HDL,LDL), Ur Cr,
SGPT/SGOT, asam urat,), ABG, elektrolit
6. Curiga ada lesi struktural seperti malformasi vascular / tumor  CT angiografi, CT
dengan kontras / MRI dengan kontras, MRA

DIAGNOSIS:
1. Klinis: hemiparese d/s, parese CN VII d/s sentral/perifer, parese CN XII dll, penurunan
kesadaran, tekanan darah tinggi, disfagia, disfoni, ataksia, hipestesi/hiperestesi,
hipo/hiperefleks, disartria
2. Topis: hemisfer serebri kanan/kiri, serebeli, batang otak, internal capsule
3. Etiologi: vascular
4. Patologi: infark/hemoragik
Siriraj skor:
No Gejala/Tanda Penilaian Indeks Skor
1 Kesadaran 0 : compos X 2,5 0
mentis
1 : somnolen
2: semi
koma/koma
2 Muntah 0 : tidak X2 0
1: ya
3 Nyeri Kepala 0 : tidak X2 0
1 : ya
4 Tekanan Darah Diastolik X 10% +9
5 Ateroma 0 : tidak X (-3) -3
1 : ya

6 Konstanta -12 0
Rumus: (2,5 x derajat kesadaran) + (2 x muntah) + (2 x nyeri kepala dalam 2 jam) + (0,1 x
diastolik) – (3 x pertanda ateroma) - 12
Interpretasi:
 Skor >1 : Perdarahan
 Skor <1 : Infark serebri
 Skor -1 s/d 1 : Meragukan
Diagnosis kerja
STROKE iskemik/hemoragik (BUKAN CVD)

Diagnosis banding
STROKE iskemik/ hemoragik
Ensefalopati toksis/ metabolic
Lesi struktural intrakranial ( hematoma subdural, tumor otak, AVM)
Ensefalitis, abses otak
Trauma kepala
Ensefalopati hipertensif

PROGNOSIS

DERAJAT SAH hunt n hess HAFALIN


Derajat:
0. No symptom, unrupture aneurysm
1. Mild headache
2. Severe headache dengan atau tanpa meningeal sign, + deficit neuro focal
3. Penurunan kesadara dan deficit neuro
4. Stupor, hemiparesis sedang-berat, awal deserebrasi ICU 3-5
5. Koma dalam deserebrasi
SARAN TERAPI
1. Umum
a. Airway: gudel?
b. Breathing : O2 3lpm jika saturasi oksigen < 95%. Intubasi jika hipoksia, syok
dan risiko aspirasi
c. Circulation : IV Line NaCl 0,9% 500ml/12 jam, target tensi sistol 140 mmhG.
Target kebutuhan cairan 30ml/kgBB/hari, DC
d. NGT  penurunan kesadaran dan gangguan menelan. Kebutuhan kalori 25-30
kkal/kgbb/hari
e. Posisikan elevasi kepala 300 untuk penanganan peningkatan tekanan
intrakranial
f. HT/DM/dislipdemia/jantung/tiroid dll: tatalaksana awal trus konsul
IPD/jantung.
g. Cek gula darah  Target GDS 140-180: >200 kasi insulin sliding scale, cek per
jam. (Insulin subkutan)
i. 150-200: 2 U
ii. 201-250: 4 U
iii. 251-300: 6 U
iv. 301-350: 8 U
v. >350: 10 U
h. Hipoglikemia
i. GDS <60 mg/dl  bolus 50 % dekstrosa 25 ml perlahanlahan / infus
glukosa 10-20 % sampai kadar gula 80-110 mg/dL
i. analgetik, antiemetic, antagonis h2
j. Kejang  diazepam 5-20 mg bolus lambat IV  diikuti fenitoin 15-20 mg/kg
bolus dengan kecepatan maks 50 mg/ menit
k. konsul :
i. konsul SpS
ii. Ada indikasi pembedahan  bedah saraf
iii. Konsul SpPD kalau ada gangguan metabolik dan rehab medik untuk
fisioterapi
l. MONITOR TTV (suhu), saturasi oksigen, status neurologis dan tanda
peningkatan tekanan intrakranial (demam: PCT/tramadol)
i. Manitol (bila ada penurunan kesadaran dan TTIK): 0,25-0,5 gr/kgBB
selama >20 menit, diulang tiap 4-6 jam. Monitor dehidrasi dari urine
2. Iskemik
a. Hipertensi: Tensi >220/120mmHg turunin pake nikardipin sampe 20% tensi,
nikardipin kecepatan 5mg/jam, titrasi 2,5 mg/jam setiap 5-15 menit, maks
15mg/jam, cek TD per 15 menit
Atau labetalol 10-20 mg IV selama 1-2 menit, boleh diulang 1x
Target BP 15% dalam 24 jam pertama setelah onset stroke
Untuk pasien rencana rTPA: Turunkan BP <185/110mmHg sebelum menerima
rTPA & jaga BP <180/105mmHg dalam 24 jam pertama setelah rTPA
Monitor BP pada pemberian rTPA
Jika BP tidak dapat dikontrol atau DBP > 140mmHg → sodium nitroprusside
b. Trombolisis : Cek rTPA kandidat: konsul SpS
i. 0,9mg/kg BB maks 90 mg, 10% pertama bolus, sisanya infuse selama 1
jam
ii. Indikasi:
- >18 yo
- Onset <3 jam-4,5 jam
- CT tidak ada perdarahan
iii. Kontraindikasi:
- Trauma kepala atau riwayat stroke 3 bulan terakhir
- SAH
- Pungsi arteri pada lokasi noncompressible dalam 7 hari terakhir
- Riwayat ICH
- Neoplasma intracranial, AVM, aneurisma
- Operasi intracranial atau intraspinal baru
- BP >185/110mmHg
- Perdarahan internal aktif
- Platelet <100.000
- Konsumsi heparin dalam 48 jam terakhir→↑aPTT
- Penggunaan anticoagulant dengan INR>1,7 atau PT>15s
- Penggunaan direct thrombin inhibitor atau direct factor Xa
inhibitor dengan elevasi lab tes
- Kadar glukosa <50mg/dl
- CT : multilobar infarc (>1/3 hemisfer serebri)
- Usia >80tahun
- Severe stroke (NIHSS>25)
- Konsumsi oral antikoagulan tanpa melihat INR
- Riwayat DM+iskemik stroke
c. Aspilet (< 2 hari: 1x320mg, >2 hari = 1x80mg) (kapita: aspirin dosis awal 325
mg 24-48 jam setelah onset stroke. Alergi aspirin / uda konsumsi aspirin teratur
 CPG 75 mg/hari)
d. IV Citicolin 2 x 500mg IV ( kapita: 2x1000mg IV 3 hari  2x1000 mg PO 3
minggu)
e. Manitol (bila ada peningkatan ICP) 0,25-0,5g/kg dalam 20 menit diulang 4-6
𝐺𝐷𝑆 𝑈𝑟
jam berikutnya, MONITOR DEHIDRASI 2[𝑁𝑎 + 𝐾] + +
18 64
3. Hemoragik
a. Tensi >180/105mmHg, target 140-160mmHg
b. Nikardipin 5mg/jam cek tiap 15 menit dinaikkan 2,5 mg tiap 15 menit sampai
dosis maksimal 15mg/jam. (Target systole : 20 %)
c. ICH
i. Manitol (bila ada penurunan kesadaran dan TTIK): 0,25-0,5 gr/kgBB
selama >20 menit, diulang tiap 4-6 jam. Monitor dehidrasi dari urine
d. SAH
i. Nimodipine 4 x 60 mg po selama 21 hari
ii. Nyeri kepala hebat: kodein 3 x 30 mg
iii. Clipping/coiling aneurysm
e. Mencegah TTIK: glycerin extra
Indikasi operasi pada pendarahan intraserebral:
- Volume darah >30cc/ diameter >3cm pada fossa posterior
- Letak lobar dan kortikal + tanda TTIK akut dan ancaman
herniasi otak
- Pendarahan serebelum
- Hidrosefalus
- GCS < 7

EDUKASI
1. Penyebab
2. Hindari Faktor resiko
3. Fase akut
4. Terapi (reperfusi (rTPA), save penumbra, prevent next stroke, pembedahan bila ada
indikasi)
5. Edukasi pasien dan keluarga untuk mencegah stroke hemorhagik berulang
a. Harus menjaga makanan seperti stop makanan asin ( kurangi garam, kurangi
makanan fast food )
b. Harus rutin kontrol ke dokter ( 1 bulan sekali ).
c. Rutin minum obat yang diberikan.
d. SMALL FREQUENT FEEDING
2. Cluster Headache, Migraine, tension type headache
ANAMNESIS
Tension Cluster Migraine
Epidemiologi Peremuan, usia >20 thn Laki-laki , 20-40 thn Perempuan, usia muda,
faktor genetic
Nyeri kepala bilateral unilateral Unilateral/ bilateral
karakteristik Terasa berat seperti Nyeri kepala konstan, 4 fase:
diikat, ditekan, tegang seperti tertusuk-tusuk -fase prodromal (lelah,
seperti dibebani Setidaknya disertai satu nyeri otot di leher dan
Insomnia, sulit dari berikut: kepala, gx kognitif,
konsentrasi, mengeluh -injeksi konjungtiva/ ansietas, iritabilitas)
saat keadaan stress akut lakrimasi ipsilateral muncul 48 jam sebelum
-kongesti nasal/ nyeri kepala
lakrimasi ipsilateral -fase aura (gangguan
-edem palpebral ipsi visual homonym,
-dahi dan wajah paresthesia,unilateral,
berkeringat ipsi kesemutan,kelemahan,
-miosis / ptosis ipsi afasia, disphasia) +- 1 jam
-gelisah/ agitasi -fase sakit kepala
(berdenyut, unilateral)
*sindrom horner biasa 6-24 jam sampai 72
unilateral (miosis,ptosis jam
parsial dan anhidrosis) -fase resolusi (deep sleep)

bisa tanpa aura

Daerah Frontal dan tengkuk Orbita, supraorbital, Frontotemporal,


temporal terkadang dalam orbita
Intensitas Ringan sampai sedang Berat hingga dapat Sedang-berat
membangunkan pasien
tidur
Durasi 30 menit – 7 hari 15-180 menit 4-72 jam (jam-hari)
Faktor memperparah Tidak diperberat oleh Lebih berat pada malam
aktivitas rutin seperti hari dan saat aktivitas
berjalan / naik tangga fisik
Fotofobia (-) Fotofobia /fonobia
Fonofobia (-) Mual/muntah
Nausea (-) Iritabilitas, lemas
vomitus (-)

Trigger factor Psychological stress Cahaya, konsumsi Specific food : cheese,


Environmental factors alkohol, nyeri mereda hormonal, stress, alcohol,
Depresi, khawatir, bunyi, jika jalan santai aktivitas fisik/ diluar
kelaparan, kurang tidur kebiasaan rutin
Gejala postdromal :
perubahan nafsu makan,
mood, gejala otonomik,
agitasi/ retardasi
psikomotor

Kelainan neurologis (-) Hemiplegic migraine


PF TTV dan neuro normal. Takikardi/bradikardi
Nyeri dirasakan di Hipertensi/hipotensi
servikal saat di palpasi Injeksi konjungtiva
Reaksi pupil kurang baik
terhadap cahaya
Deficit hemisensorik atau
hemiparetik
PEMERIKSAAN FISIS

PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Laboratorium : darah rutin, elektrolit, GDS, dll (a/i penyebab sekunder)
- Radiologi (a/i penyebab sekunder), CT scan / MRI
DIAGNOSIS BANDING
TENSION CLUSTER MIGRAINE
1. Nyeri kepala penyakit lain :
1. Migren 
 5. Nyeri kepala penyakit lain :
THT, gigi mulut, mata, hipertensi,
infeksi, toksik, gangguan THT, gigi mulut, mata,
metabolik / elektrolit, anemia, 2. Nyeri kepala klaster hipertensi, infeksi, toksik,
gagal ginjal, gagal hati. 

2.nyeri kepala servikogenik simptomatik : gangguan metabolik /
3. psikosomatis meningioma paraseler, elektrolit, anemia, gagal
adenoma kelenjar ginjal, gagal hati. 

pituitari, aneurisma

arteri karotis, kanker 6. SOL (space-occupying lesion)
nasofaring. 
 misal : subdural
hematom, neoplasma, dll
3. Neuralgia trigeminus 


4. Temporal arteritis 
 7. Temporal arteritis 


8. Medication-related headache 


9. Trigeminal neuralgia 

TERAPI
TENSION CLUSTER MIGRAINE
Non farmako: Terapi serangan akut: 
non medikamentosa:

- kontrol diet 1. Inhalasi 02 100% - hindari faktor pencetus nyeri


- Hindari faktor (masker muka) 7 -15 seperti perubahan pola tidur,
p l/menit selama 15-20 makanan, stress, rutinitas
e menit 
 sehari, cahaya terang, kelap-
n2. Dihydroergotamin kelip, perubahan cuaca,
c (DHE) 0,5-1,5 mg IV 
 berada di tempat tinggi (
e3. Sumatriptan inj. SC 6 gunung/ pesawat)
t mg. dapat diulang
u setelah 24 jam. 
dosis terapi abortif non spesifik:
s maksimal 2x6 mg SC
- Hindari pakai harian 4. Zolmitriptan 5-10 mg -asam asetilsalisilat 500-
obat analgetik, per-oral (awal kerja 1000mg
sedative dan lebih lambat) 
/ per
ergotamin -ibuprofen 400-2400 mg/
nasal 5-10 mg
- Behavior treatment serangan, dapat diulang 400-
5. Anestesi lokal: 1 ml
800 mg dalam 1-2 jam. Maks
Lidokain intranasal 4%
Serangan akut ( gk 3200 mg/hari

boleh > 2 hari / minggu)
6. Indometasict (rektal
-aspirin 900-1000 mg PO,
- Analgetik : aspirin suppositoria) 

diulang dosis sama setelah 1-2
1000 mg/ hari, 7. Opioids 

jam jika perlu
asetaminofen 1000 8. Ergotamin aerosol 0,36-
mg/hari, ibuprofen 1,08 mg (1-3 inhalasi) -kalium diklofenak 50-100
800 mg/hari efektif 80% 
 mg/hari dosis tunggal
- Caffeine 65 mg 9. Gabapentin atau (powder)
topiramat
(analgetik ajuvan) 10. Methoxyflurane (rapid - pct 1000 mg
acting analgesic): 10-
- Kombinasi : 325 mg 15 tetes saputangan dan terapi spesifik: ( gk boleh
aspirin atau inhale selama untuk riwayat HT dan jantung
asetaminofen + 40 mg 
beberapa detik. 
 karena vasokonstriktor poten)
kafein
profilaksis: -sumatriptan 6 mg subkutan
Akut dan kronik:
dosis tunggal atau 200 mg /
-Verapamil 3-4 x 80 mg PO. hari
- Antidepressan :
Bisa naikkin 40 mg/3 hari.
amitriptilin 25-
100mg/hari sebelum Kontraindikasi : AV blok, - ergotamine 1-2 mg PO ,
tidur. Maks 150 subkutan / per rektal tapi bisa
mg/hari bradikardi absolut, BBB ATAU bikin mual muntah jadi
- Antiansietas : gol. dianjurkan kasi
Benzodiazepin -prednison 100 mg /hari dibagi
(diazepam 5-30 2 dosis selama 2-5 hari, tap off antiemetic:
mg/hari, alprazolam 10 mg tiap 4 hari sampai dosis
0,25-0,5 mg 3x/hari individual biasa 10-20 mg/hari -domperidon 10-30 mg IM/IV
perlahan

-metoklorpramid: 10-20mg
PO/IM

preventif:

(untuk pasien >3 serangan


migren / bulan)

propranolol 10-160 mg
2x/hari

atau amitriptilin 10-175 mg


malam hari)

¤ H
¤ i
n
d
a
r
i
EDUKASI
3. BPPV
Tambahan
ANAMNESIS
Sering pada wanita, usia tua, pasca trauma
Pusing berputar, muncul mendadak dan sangat singkat (10-20 detik), dipicu gerakan kepala
dan posisi tubuh, disertai mual dan muntah , tanpa gangguan pendengaran, tanpa nystagmus
spontan

- Pusing seakan dunia berputar? Muncul tiba’’? pada saat ketika berbaring? bangun dr tempat
tidur? Berbalik di tempat tidur?Melihat ke atas / berdiri tegak setelah membungkuk? Posisi
yang paling pusing? Gangguan keseimbangan? Pendengaran? Suara berdenging? Penglihatan
terganggu? Baal? Kelemahan anggota gerak? Kesemutan?
- Mual? Muntah? Berkeringat?
- Riwayat pemakaian obat vestibulotoksis : gol aminoglikosida ( kanamisin, neomisin,
amikasin, streptomisin, gentamisin), diuretic (furosemit,. Bumetanide), anti neoplastic (
sisplatin), kuinin
- RPD : trauma kepala? Meniere disease? Neuritis vestibularis? Operasi telinga? Herpes zoster
oticus? Migren? HT? DM? stroke? Kolesterol? Riwayat gangguan keseimbangan?
- Rpk : penyakit Meniere (pusing berputar, tuli sensorineural, tinnitus)
Perifer Sentral
Onset Sudden Sudden / slow
Pattern Paroxysmal, intermittent constant
Mual muntah Berat Bervariasi (tidak seberat
perifer)
Deficit neurologis ( Jarang Sering
diplopia, dysarthria,
bilateral visual
abnormalities)
Gejala pendengaran Sering Jarang
(tinnitus, hearing loss)
Nystagmus Horizontal / rotatoar Vertical
Jatuh Ke sisi berlawanan Jatuh ke sisi lesi
nystagmus
Fiksasi visual atau Keluhan vertigo dan Tidak ada perubahan /
menutup mata nystagmus membaik penambahan gejala
Merasa lemas Ya Tidak ada

PEMERIKSAAN FISIK
- Kepala, leher, tht dan neurologis kyk diatas
- Dix-hallpike maneuver  liat nystagmus torsional upbeating pada sisi yang terkena
Cara: memindahkan secara cepat kepala dari posisi tegak ke posisi kepala yang tergantung
dengan satu telinga 45o ke samping
Manuver supine head roll  posisi pasien duduk dan kepala menengok ke satu sisi, pasien
telentang dengan wajah di atas dan kepala kemudian pasien menengok ke sisi lain
PEMERIKSAAN FISIS
A. BPPV Kanalis Posterior
Pada pasien dengan BPPV yang melibatkan kanalis semisirkularis posterior, nistagmus
secara umum dipicu dengan dilakukannya manuver Dix-Hallpike. Ketika terdapat
pergerakan dari debris otolitik (canalolithiasis) pada kanalis semisirkularis posterior yang
menjauh dari kupula, endolimf mengalir menjauhi kupula, yang menstimulasi kanalis
posterior. Nistagmus yang dihasilkan adalah nistagmus vertikal dengan komponen cepat
ke atas dan torsional. Nistagmus yang ditemukan saat dilakukan pemeriksaan tes Dix-
Hallpike biasanya menunjukkan dua karakteristik penting. Pertama, terdapat periode laten
antara akhir dari masa percobaan dan saat terjadi serangan dari nistagmus. Periode laten
tersebut terjadi selama 5 sampai 20 detik, tetapi dapat juga terjadi hingga 1 menit dalam
kasus yang jarang terjadi. Kedua, hal yang memperberat vertigo dan nistagmusnya sendiri
meningkat, dan hilang dalam periode waktu tertentu dalam 60 detik dari waktu serangan
nistagmus. Sebelum melakukan pemeriksaan, pemeriksa harus memberitahu pasien tentang
gerakan-gerakan yang akan dilakukan dan mengingatkan pasien bahwa pasien akan
merasakan serangan vertigo secara tiba-tiba, yang mungkin saja disertai dengan rasa mual,
yang akan hilang dalam 60 detik. 6,7

Gambar 2. Manuever Dix-Hallpike


B. BPPV Kanalis Semisirkularis Horizontal
BPPV yang melibatkan kanalis semisirkularis horizontal umumnya didiagnosis dengan
menggunakan pemeriksaan head-roll test, di mana kepala diputar kurang lebih 90
derajat ke arah kiri dan kemudian ke kanan dengan posisi pasien saat itu berbaring
terlentang. Nistagmus horizontal terjadi ketika kepala pasien diputar ke arah manapun
(kanan atau kiri), dan nistagmus yang terjadi dapat memiliki komponen cepat yang
mengarah ke mata yang letaknya lebih dekat dengan lantai (geotropic nistagmus) atau
ke arah mata yang lebih dekat dengan atap (apogeotropic nistagmus).

Gambar 3. Head Roll Test


C. BPPV Kanalis Semisirkularis Anterior (Superior)
BPPV yang melibatkan kanalis semisirkularis anterior sangat jarang terjadi dan
patofisiologinya juga masih belum diketahui dengan jelas hingga saat ini. Ciri khas dari
gangguan ini adalah nistagmus dengan komponen cepat ke bawah dengan nistagmus
torsional di mana bagian atas mata bergerak ke arah telinga yang dilibatkan.

Pemeriksaan lebih lanjut untuk BPPV tidak diindikasikan pada BPPV kanalis
semisirkularis posterior. Namun apabila terdapat kecurigaan penyakit vestibular
sebelumnya yang didapat melalui anamnesis atau pemeriksaan, maka dapat dilakukan
pemeriksaan electronystagmography dan pemeriksaan pencitraan lainnya.

DD
o Penyakit Meniere

Pada penyakit meniere, ditandai dengan trias vertigo, tinnitus dan tuli sensorineural. Vertigo
yang terjadi ≥ 2 episode dengan minimal durasi selama 20 menit, tuli yang terekam dengan
audiometri minimal 1 kali dan tinnitus/ rasa penuh ditelinga. Tuli yang terjadi tuli sensorineural
terutama nada rendah, unilateral dan progresif.
o Vestibular neuritis
Pada vestibular neuritis, didapatkan vertigo berat dan mendadak (bertambah saat kepala
digerakkan), mual/muntah, tidak ada penurunan pendengaran dan defisit neurologis, instablitas
postural namun masih dapat berjalan tanpa terjatuh, tanpa nyeri kepala dan didahului oleh
infeksi saluran napas atas beberapa hari sebelumnya.

TATATALAKSANA
Nonfarmakologi
A. BPPV kanalis semisirkularis posterior
Terdapat beberapa manuver yang dapat dilakukan untuk menangani BPPV posterior
yang terdiri dari:
1. Manuver Epley
Manuver Epley didesain untuk membuat debris kalsium yang berada bebas dalam
kanalis semisirkularis kembali ke dalam vestibul di mana debris ini dapat diresorpsi
kembali. Manuver ini dilakukan secara bertahap dengan setiap tahapnya dipertahankan
hingga nistagmus menghilang (namun umumnya dipertahankan selama 30 detik).
Manuver dihentikan pada saat nistagmus sudah tidak teramati. Namun pemeriksaan
ulang sangat disarankan untuk dilakukan. Umumnya pemeriksaan ini dilakukan setelah
interval satu minggu.

Gambar 4. Manuver Epley pada BPPV posterior kanan, dimulai dengan manuver Dix-Hallpike (panel A, B, C),
kepala kemudian diputar 90 derajat ke arah berlawanan (gambar D), kemudian diputar lagi 90 derajat (gambar
E), sebelum akhirnya pasien dikembalikan ke posisi duduk (gambar F).
2. Manuver Semont
Manuver Semont juga dapat digunakan untuk menangani BPPV posterior. Untuk
melakukan manuver ini, kepala pasien diputar 180 derajat dengan kecepatan tinggi dari
berbaring di sisi yang terlibat menjadi berbaring di sisi yang tidak terlibat. Sama dengan
pada manuver Epley, nistagmus yang mengarah ke sisi terlibat pada posisi kedua dapat
menjadi prediktor keberhasilan terapi.
Gambar 5. Manuver Semont pada BPPV posterior kanan. Pasien awalnya diminta duduk tegak (gambar
A), kemudian berbaring ke arah telinga yang terlibat dengan kepala sedikit menoleh ke arah sebaliknya
(gambar B), kemudian dengan segera pasien diubah ke posisi berbaring sebaliknya (180 derajat)
dengan kepala masih menghadap ke sisi yang sehat (gambar C), sebelum akhirnya dikembalikan ke
posisi normal (Gambar D). Setiap posisi dipertahankan umumnya selama 2 menit.

Selama kedua manuver ini dilakukan, pasien dapat mengalami gejala mual muntah dan
vertigo. Komplikasi lain yang mungkin dapat terjadi adalah konversi dari BPPV
posterior menjadi BPPV horizontal.

B. BPPV kanalis semisirkularis horizontal


Seperti yang telah dijelaskan di atas, BPPV horizontal muncul dengan nistagmus yang
bersifat horizontal dan rotatoar. Nistagmus ini dapat dipicu dengan menggunakan head
roll test. Telinga yang terlibat akan menghasilkan nistagmus yang lebih tinggi
intensitasnya.
Untuk penanganan BPPV horizontal dapat digunakan manuver barbeque. Pada
manuver ini, kepala pasien diputar 360 derajat dalam 4 tahap (setiap tahap, kepala
diputar 90 derajat) dengan setiap tahapnya berlangsung selama 1 menit. Setelah aplikasi
manuver, lakukan pemeriksaan head roll test kembali untuk memicu nistagmus apabila
gejala masih ada.
Gambar 6. Manuver barbeque pada BPPV horizontal kiri. Kepala pertama diposisikan menghadap ke arah
telinga yang terlibat, kemudian diputar searah setiap tahapnya 90 derajat dan dipertahankan selama 1 menit
di masing-masing posisi hingga 1 putaran penuh.

C. BPPV kanalis semisirkularis anterior (superior)


Untuk BPPV anterior, dapat dilakukan manuver Epley dengan telinga yang dicurigai
terlibat di atas (berbeda dengan manuver Epley pada BPPV posterior). Atau dapat juga
dilakukan manuver Li di mana pasien pertama diposisikan terlentang dengan kepala
menggantung, kemudian berubah ke posisi kepala menghadap ke bawah di ujung
tempat tidur.

Gambar 7. Manuver Li
Setelah manuver reposisi partikel (canalith repositioning manuver) ini dilakukan, pasien dapat
disarankan untuk menjalani restriksi postural seperti: menjaga agar posisi kepala tetap tegak,
menghindari pergerakan kepala secara mendadak, menggunakan cervical collar selama 48 jam,
tidur dengan posisi duduk selama 48 jam dan menghindari untuk berbaring pada sisi yang
terlibat selama 5 hari. Namun studi yang ada menunjukkan restriksi postural ini tidak
memberikan pengaruh terhadap tingkat rekurensi dan keberhasilan terapi10.

Farmakologi
 Antihistamin
o Beta-histine
 Beta-histine mesylate 3x6-12 mg/hari per oral
 Beta-histine di-HCl 3x8 mg PO
o Dimenhydrinate 4x 25-50 mg (dapat diberikan PO atau injeksi IV maupun
IM)
o Diphenhydramine 4x 25-50 mg (dapat diberikan PO atau injeksi IV)
 Antagonis kalsium
o Cinnarizine 3x15-30 mg atau 1x75mg
o Fenotiazine
 Promethazine 4x12,5-25 mg (dapat diberikan PO/ injeksi IV maupun
IM)
 Chlorpromazine 3-4 x 25-50 mg (dapat diberikan PO atau injeksi IV
maupun IM)

 Obat simpatomimetik
o Efedrin 4x10-25 mg
 Obat penenang minor
o Lorazepam 4x10-25 mg
o Diazepam 2-3 x 2-5 mg
Contoh kasus yang dikasi di siloam :
 IVFD RL 14 tpm
 Inj. Ondansetron 2x4mg (IV)
 Betahistine 3x2 tab
 Dramamin 3x1 tab
 Flunarizin 3x5 mg

Indikasi bedah: kasus berulang yang berat, gagal dengan maneuver dan tidak memiliki kelainan
intrakranial  transeksi saraf ampularis posterior yang sarafin kanalis posterior atau oklusi
kanalis semisirkularis posterior.
4. Kejang demam
IGD  ibu bawa anak < 5 th, kejang 1 menit, demam 39C.
ANAMNESIS
1. Selamat siang ibu, saya_____,. Jelasin tujuan, tenangin ibunya.
2. Identitas pasien + PB, BB, anak ke berapa
Chief complain: kejang
3. Kapan kejangnya?
4. Berapa lama?
5. Habis kejang itu berhenti ga? Atau lanjut lagi? Berapa kali kejang?
6. Kejangnya seperti apa? Seluruh badan, sebagian aja, tegang atau berkejut?
7. Kejangnya dimana? Dirumah? Waktu kejang lagi ngapain?
8. Yang bikin kejangnya muncul biasanya kalau lagi ngapain? Yang meredakan?
9. Kejangnya tiba2 atau perlahan tiba2 kejang?
10. Sebelum kejang anaknya ada bilang matanya kabur lihat cahaya atau gimana?
11. Waktu kejang sadar atau ga?
12. Waktu kejang itu ada diapain ga? Di kasih sendok atau gimana?
13. Ada keluar busa ga dari mulutya waktu kejang?
14. Setelah kejang langsung sadar atau pingsan lemes atau gimana?
15. Sebelumnya pernah begini juga ga? Kapan? Sama ga yang dulu kejangnya kaya yang
sekarang?
16. Seberapa sering anaknya kejang begini? Biasanya yang bikin dia kejang apa?
17. Udah pernah ke dokter sbelumnya?
18. Udah dikasih obat belum? Obat apa? Yang ditusuk dipantat atau gimana? Berapa
banyak?
Additional complain:
19. Ada keluhan lain ga? Disertai demam? Dari kapan? Berapa? Dimana? Pake apa
ukurnya?
20. Pilek batuk? Sesek? Napas nya cepet?
21. BAB/BAK? Napsu makan?
22. Penurunan berat badan?
Riwayat penyakit dahulu
23. Dulu pernah sakit apa aja bu anaknya? Riwayat demam tinggi banget?
24. Pernah opname? Operasi?
25. Ada pernah jatoh apa gimana? Luka dikepala?
Riwayat penyakit keluarga
26. Di keluarga ada penyakit turunan apa ga bu? Kencing manis? Darah tinggi? Kanker?
27. Dikeluarga ada yang suka kejang2 juga ga?
28. Dirumah sekarang sehat2 aja semua?
29. Dirumah ada yang ngerokok?
Riwayat Kelahiran & hamil
30. Waktu hamil rajin cek ke dokter? Ada minum obat atau sakit apa ga waktu hamil (DM,
HT)?
31. Dulu lahir cukup bulan? Normal atau cesar?
32. Waktu waktu lahir PB, BB berapa? Ada kelainan ga?
Imunisasi
33. Imunisasi nya lengkap? Udah apa aja?
34. Habis imunisasi ada sakit?
Tumbuh kembang
35. Selama ini pertumbuhannya baik ga bu?
36. Berat badan naik nya bagus?
37. Udah bisa jalan? Umur berapa? Ngomong umur berapa?
Lain Lain
38. Ada alergi ga?
Teori:
Bangkitan kejang terjadi SAAT DEMAM (rektal di atas 38 derajat)  penyebab itu
-
proses ekstrakranium
- Biasa di 6 bulan – 5 tahun. (kalo < 1 bulan kejang dan ada demam itu bukan kejang
demam. kalo < 6 bulan ato > 5 thn demam terus kejang  curiga infeksi SSP / epilepsy
yang kebetulan terjadi bersama demam
Kejang demam sederhana :
- singkat, < 15 menit dan umumnya berhenti sendiri.
- Bentuk kejang : umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal
- Tidak berulang dalam 24 jam
- Paling sering ( 80% diantara seluruh kejang demam)
Kejang demam kompleks :
- Kejang lama > 15 menit
- kejang fokal / partial satu sisi ATAU kejang umum didahului kejang parsial
- berulang ATAU > 1x/24 jam

Penjelasan :
- kejang lama : > 15 menit ATAU kejang >2x dan diantara bangkitan kejang anak gk
sadar
- kejang berulang : kejang dua kali ato lebih / hari , di antara 2 bangkitan kejang ANAK
SADAR
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan seperti PF penurunan kesadaran
PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Laboratorium : gk rutin dilakukan. Biasa dilakukan untuk cari tau sumber infeksi
demam, ato ada gastroenteritis dehidrasi disertai demam. Cek lab : darah perifer,
elektrolit dan gula darah
- pungsi lumbal :
(1)Terdapat tanda dan gejala rangsang meningeal(2) Terdapat kecurigaan adanya
infeksi SSP berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis (3) Dipertimbangkan pada
anak dengan kejang disertai demam yang sebelumnya telah mendapat antibiotik dan
pemberian antibiotik tersebut dapat mengaburkan tanda dan gejala meningitis. 


o Dianjurkan kalo : Bayi < 12 bulan sangat dianjurkan


o antara 12-18 bln di anjurkan
o > 18 bulan tdk rutin
o kalo uda yakin meningitis secara klinis gk usa LP
- EEG : tidak direkomendasi karena gk bisa prediksi kejang berulang / perkirain
terjadinya epilepsy pada pasien kejang demam . Dilakukan kalo demam gk khas contoh
kyk pasien umur > 6 thn ada kejang demam kompleks, atau kejang demam fokal.
- Pencitraan : Xray, CT-scan ato MRI jarang dan gk rutin kecuali ada indikasi seperti :
o Kelainan neurologic fokal menetap ( hemiparesis)
o Paresis N.VI
o Papilledema
DIAGNOSIS
Kejang demam sederhana/ kompleks

TATALAKSANA
- Kalo saat datang kejang  diazepam IV 0,3-0,5 mg/kg perlahan’’ kecepatan 1-2 mg/
menit / dalam 3-5 menit dose maksimal 20 mg.
- Kalo yang bisa diberikan org tua / dirumah : diazepam rektal 0,5-0,75 mg/kg
o ATAU diazepam rektal 5 mg < 10 kg dan 10 mg untuk > 10 kg
o Atau diazepam rektal 5 mg < 3 tahun dan 7,5 mg untuk >3 tahun
- Uda dikasi DZP rektal gk berhenti  ulang dengan cara dan dosis yang sama dengan
interval waktu 5 menit  kalo gk berhenti lagi  RS  dikasi DZP 0,3-0,5 mg/kg IV
 fenitoin IV 10-20 mg/kg/kali dengan kecepatan 1 mg/kg/menit atau <50 mg/ menit
 gk berhenti kejangnya  ke ruang intensif.. KALO KEJANG berhenti  fenitoin
4-8 mg/kg/hari
- Kejang sudah berhenti , kasi obat sesuai jenis kejang, kejang sederhana/ kompleks dan
risk faktor
Pemberian obat saat demam
- Antipiretik : PCT 10- 15 mg/kg/ kali tiap 4-6 jam. ibuprofen 5-10 mg/kg/kali selama 3-
4x hari. Jgn pake asam asetilsalisilat bisa reye sindrom pada anak < 18 bulan
- Antikonvulsan : DZP oral 0,3 mg/kg / 8 jam PADA SAAT DEMAM. Begitu pula DZP
rektal dosis 0,5 mg/kg/8 jam saat suhu >38,5. Bisa turunin risiko kejang berulang pada
30-60 % kasus. Kasih Fenobarbital, fenitoin dan karbamazepin saat demam gk efek
untuk cegah kejang demam.
Pemberian obat anti konvulsanrumatan
Indikasi :
- kejang lama > 15 menit
- ada kelainan neurologis sebelum/ sesudah kejang ( retardasi mental, hidrosefalus,
cerebral palsy, paresis todd, hemiparesis)
o kalo cmn terlambat perkembangan ringan gk indikasi pengobatan rumat
- kejang fokal atau fokal jadi umum ( nunjukkin ada focus organic)
- dipertimbangkan kalo :
o kejang berulang 2x/ lebih dalam 24 jam
o kejang demam < 12 bulan
o kejang demam >= 4x/ tahun
jenis antikonvulsan buat pengobatan rumat :
- fenobarbital / asam valproate setiap hari. Tapi ada penelitian pake fenobarbital setiap
hari bisa gangguan perilaku dan kesulitan belajar ( 40-50% kasus)
- OBAT PILIHAN : asam valproate. Sebagian kecil bisa < 2 thn= ganggu fungsi hati.
- DOSIS :
o Asam valproate : 15-40 mg/kg/hari dalam 2 dosis
o fenobarbital 3-4 mg/kg/ hari dalam 1-2 dosis
- DIKASI SAMPAI 1 TAHUN BEBAS KEJANG. Berhenti secara bertahap selama 1-2
bulan
Edukasi :
- Yakinin kejang demam prognosisnya baik
- Cara penanganan kejang
- Informasi bisa kejang kembali
- Kasi obat untuk cegah rekurensi tapi harus tau ada efek samping
- Prognosis :Gk bikin cacat/ kelainan neurologis pada pasien yang sebelumnya normal.
Namun bisa terjadi kelainan neurologis pada sebagian kecil kasus pada kasus kejang
lama/ kejang berulang baik umum / fokal. Gk perna ada yang laporkan bikin mati.

Kemungkinan berulangnya kejang demam

Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko berulangnya kejang
demam adalah:

- Riwayat kejang demam atau epilepsi dalam keluarga 


- Usia kurang dari 12 bulan 


- Suhu tubuh kurang dari 39 derajat Celsius saat kejang 


- Interval waktu yang singkat antara awitan demam dengan terjadinya kejang. 


- Apabila kejang demam pertama merupakan kejang demam kompleks. 


Bila seluruh faktor tersebut di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam adalah 80%,
sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut kemungkinan berulangnya kejang demam hanya
10-15%. Kemungkinan berulangnya kejang demam paling besar pada tahun pertama.

Faktor risiko terjadinya epilepsi


Faktor risiko menjadi epilepsi di kemudian hari adalah:

- Terdapat kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demam
pertama 


- Kejang demam kompleks 


- Riwayat epilepsi pada orangtua atau saudara kandung 


- Kejang demam sederhana yang berulang 4 episode atau lebih dalam satu tahun. 


Masing-masing faktor risiko meningkatkan kemungkinan kejadian 
epilepsi sampai 4-6%,


kombinasi dari faktor risiko tersebut akan meningkatkan kemungkinan epilepsi menjadi
10-49%. Kemungkinan menjadi epilepsi tidak dapat dicegah dengan pemberian obat
rumatan pada kejang demam.

Kalo kejang kembali :


- Tetap tenang dan gk panik
- Kendorkan pakaian yang ketat terutama dileher
- Gk sadar, posisikan anak telentang dan kepala miring. Bersihin muntahan/ lendir
dimulut/ hidung.
- Walaupun lidah bisa tergigit, jgn masukkin apapun ke dalam mulut
- Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang
- Tetap bersama pasien saat kejang
- Kasi DZP rektal dan jangan kasi lagi kalo kejang telah berhenti
- Bawa ke dokter / rs kalo kejang lebih atau = 5 menit, suhu > 40derajat, kejang tidak
berhenti setelah dikasi DZP rektal, kejang fokal, setelah kejang anak menjadi tidak
sadar / terdapat kelumpuhan
Vaksinasi
- Jarang vaksinasi bikin kejang. Tapi ada beberapa kasus setelh vaksinasi DPT atau
MMR.
- Dianjurkan kasi DZP oral / rektal kalo demam terutama setelah vaksin DPT / MMR
- Bbrp dokter rekomen PCT dikasi saat vaksin hingga 3 hari kemudian.
5. Status epilepticus
Soal: status epilepticus ec tumor serebri
Bangkitan yang berlangsung lebih dari 30 menit atau dua atau lebih bangkitan, dimana
diantara dua bangkitan tidak terdapat pemulihan kesadaran. Penanganan kejang harus dimulai
dalam 10 menit setelah awitan suatu kejang.

TATALAKSANA
Anak

Dewasa

Indikasi operasi :
- Fokal epilesi yang intraktabel terhadap obat obatan 


- Sindroma Epilepsi fokal dan simptomatik 


Kontraindikasi: Kontraindikasi absolut

- Penyakit neurologik yang progresif (baik metabolic maupun degeneratif) 


- Sindroma epilepsi yang benigna, dimana diharapkan terjadi remisi dikemudian hari 


Kontraindikasi relatif:

- Ketidak patuhan terhadap pengobatan 


- Psikosis interiktal 


- Mental retardasi 


6. Epilepsy (teori)
Definisi: (1) minimal 2 episode kejang tanpa provokasi atau refleks dengan jarak antara kejang
> 24 jam (2) satu episode kejang tanpa provokasi dengan risiko berulang
Lebih sering pada laki” dan < 2 tahun

PP:
- Laboratorium kalo curiga :
o Kelainan metabolic (GDS, elektrolit, Ca, Mg)
o Curiga infeksi SSP akut  LP
- CT scan/ MRI, EEG. Anak < 2 tahun lebi saran MRI karena dapat liat struktur anatomi
dan proses patologis seperti temporal sclerosis, malformasi vascular, tumor kecil.

DD:
- Anak: kejang demam, sinkop, gangguan metabolic, migren, TIA, stroke, penyakit
psikiatrik
- Dewasa:
o Bangkitan Psychogenik 

o Gerak lnvolunter (Tics, headnodding, paroxysmalchoreoathethosisl dystonia,
benign sleep 
myoclonus, paroxysmal torticolis, startle response, jitterness,
dll.) 

o Hilangnya tonus atau kesadaran (sinkop, drop attacks, TIA, TGA, narkolepsi,
attention 
deficit) 

o Gangguan respirasi (apnea, breath holding, hiperventilasi) 

o Gangguan perilaku (night terrors, sleepwalking, nightmares, confusion,
sindroma psikotik 
akut) 

o Gangguan persepsi (vertigo, nyeri kepala, nyeri abdomen) 

o Keadaan episbdik dari penyakit tertentu (tetralogy speels, hydrocephalic spells,
cardiac 
arrhythmia, hipoglikemi, hipokalsemi, periodic paralysis, migren, dll)
TATALAKSANA
OBAT OAE Diberikan pada:
- kejang fokal
- min 2 kejang dalam 6-12 bulan
- pemeriksaan neurologi abnormal
- keterlambatan perkembangan
- kejang saat tidur
- riwayat kejang di keluarga
- EEG : gelombang epileptiform

- Tidak diberikan pada kejang epileptik pertama karena 50% kejang epileptik tidak berulang

- Monoterapi, Dosis terendah Efek samping minimal

- Minimal 2 tahun bebas kejang, Whining perlahan dalam 4-6 bln  rekurensi dalam 6 bulan
pertama

Dewasa :
- Antikonvulsan Utama: (SPM)
- Fenobarbital : dosis 2-4 mg/kgBB/hari 

- Phenitoin : 5-8 mg/kgBB/hari
- Karbamasepin : 20 mg/kgBB/hari 

- Valproate : 30-80 mg/kgBB/hari 


Anak:

Dosis inisial 10-15mg/kgBB/hari  naikkan dosis 5-10mg/kgBB/mgg  max 40-


60mg/kgBB/hari. (Asam valproat sirup 250mg/5ml )
Keputusan pemberian pengobatan setelah bangkitan pertama dibagi dalam 3 kategori:

- Definitely treat (pengobatan perlu dilakukan segera) 


Bila terdapat lesi struktural, seperti :
a. Tumor otak
b. AVM
c. Infeksi : seperti abses,
ensefalitis herpes

Tanpa lesi struktural : 
a. Terdapatnya riwayat epilepsi pada saudara sekandung (bukan
orang tua) b. EEG dengan gambaran epileptik yang jelas
c. Riwayat bangkitan
simpomatik
d. Riwayat trauma kepala, stroke, infeksi SSP 
e. Status epileptikus pada
awitan kejang 


- Possibly treat (kemungkinan harus dilakukan pengobatan) 


Pada bangkitan yang tidak dicetuskan (diprovokasi) atau tanpa disertai faktor resiko
diatas 


- Probably not treat (walaupun pengobatan jangka pendek mungkin diperlukan)

o Kecanduan alkohol 


o Ketergantungan obat obatan 


o Bangkitan dengan penyakit akut (demam tinggi, dehidrasi, hipoglikemia) 


o Bangkitan segera setelah benturan di kepala 


o Sindroma epilepsi spesifik yang ringan, seperti kejang demam, BECT 


o Bangkitan yang diprovokasi oleh kurang tidur 


PEMILIHAN OAE BERDASARKAN TIPE BANGKITAN EPILEPSI

Penghentian OAE: dilakukan secara bertahap setelah 2-5 tahun pasien bebas kejang, tergantung
dari bentuk bangkitan dan sindroma epilepsi yang diderita pasien (Dam,1997). Penghentian
OAE dilakukan secara perlahan dalam beberapa bulan.

7. Meningitis TB

Lakilaki, 25, ER  unconscious, kejang seluruh badan 30 menit.


Siapin alat  palu reflex, tongue spatel, pen light, kapas
ANAMNESIS: (ALLO)
Keluhan utama: penurunan kesadaran sejak … SMRS saat ….

Trias: nyeri kepala, kaku kuduk, demam


Perburukan klinis cepat  meningitis bacterial.. kalo subakut / kronik  meningitis TB
Anak : sering didahului demam batuk pilek diare muntah
RPS:
1. Sejak kapan? Kejadiaan pada saat pasien ngapain?
2. Assoc symptoms: demam? nyeri kepala? Mual? Muntah? Batuk ?pilek? Proyektil?
Kejang? Liat cahaya nyeri? Diare kronik (malabsorpsi glukosa/hipokalemi
(+muntah))? Pendengaran berkurang? Gangguan perilaku?
Penurunan nafsu makan? Keringat malam? Penurunan BB drastic?
RPD:
1. Riwayat penurunan kesadaran sebelumnya
2. Stroke
3. Semua penyakit metabolic (HT, DM, tiroid, jantung, ginjal, hati, hormone, uremik)
a. DM pake obatnya apa aja, terakhir minum kapan trus waktu itu makan ga (cek
pake insulin sama obat hipoglikemik oral ga), tanyain juga terkontrol atau sering
rendah/tinggi, pernah kayak gini ga (KAD/HHS/hipoglikemik)
4. Kejang / epilepsi
5. TB/HIV/kanker
6. Trauma kepala / kecelakaan
7. Depresi dang g kejiwaan
8. Infeksi (sepsis)
9. Imunisasi BCG
RPO & RPAlergi

RPKebiasaan (alkohol, rokok, NAPZA, makanan, kepercayaan, pekerjaan, sikap akir2 ini,
kegiatan akir2 ini, olahraga)
RPkeluarga
Menderita seperti ini? Riwayat HT, DM,jantung, alergi, TB di sekitar rumah?
PEMERIKSAAN FISIK
PF: Meningeal sign + (kaku kuduk, lasegue, kernig), kelumpuhan saraf otak
Tanda TTIK:
- Trias chusing (bradikardi, HT dan ganggu pola pernapasan)
- Dilatasi pupil
- Parese N. VI unilateral / bilateral
- Papiledem
- Muntah proyektil, deserebrasi
ABC
A: airway, ada muntah/darah miringin, klo ada gasping atau stidor ga, jaw thrust (pasang
goodle klo perlu). Klo ada gigi palsu atau beda keluarin
B: breathing liat SpO2 nomal >95%, liat pola nafas, kesadaran dan frekuensi. Klo ga sadar
NRM 15 lpm atau SpO2 turun kasi NC
Cheyne-Stokes: hemisfer bilateral
Hiperventilasi neurogenic sentral: CO2 turun respiratori alkalosis letaknya midbrain
dan pons
Apneustik: pons RR 1-1,5x/menit
Ataxic: MO
C: TD systole n>90mmHg, kurang dari itu NaCl 0,9%/RL drip, bisa kasi vasopressor /
inotropic
D:
KU, Kes Umum, GCS
TTV (pola nafas, pola HR, demam/hipotermia, hipo/hipertensi, tanda sepsis)
Generalisata (seperti biasa semua dimasukin yang stroke, hematoma, status epileptikus,
meningitis)

Status neuro:
1. Kenalin diri, bilang mau periksa. Apa dia bisa denger?
2. Cek kesadaran
 LOC  compos mentis/stupor/somonolence
 GCS (EVM)  laporin hasilnya
E  kalo matanya kebuka = 4  suruh buka baru buka = 3  colok cotton bud buka = 2
V  Tanya nama, tempat, waktu  bener semua = 5. salah 1 = 4. ngaco = 3. aeo = 2
M  minta pasien keluarin lidah/genggam jari tangan = 6  kalo ga bisa rangsang nyeri

2. Tipe pernapasan  regular/kussmaul/cheyen-stokes/apnea


3. Cek mata
 kebuka/ketutup  kalo ketutup buka pake tangan
 lihat bola mata  lateralisasi/ga, gerak sendiri/nystagmus
 lihat pupil (n. 2,3) reflex cahaya langsung, tidak langsung (reactive/ga, size, equal)
3. Refleks brainstem (sebutin aja)
- corneal reflex(n.5,7)  kapas/cotton bud/tissue  colok kornea (edge of iris)
- doll’s eye (n.3,4,6)  buka mata sambil pegang jidat, gelengin kepala kiri kanan
pasien sadar: mata ikutin gerak kepala
pasien koma: kepala duluan mata nyusul kalo brainstem intak
- caloric water test (n.8)  pake air dingin masukin kuping kalo intak suka dingin
- gag reflex (n. 9,10)  tongue spatel  colok pangkal tenggorokan (not intubated)
intubated pts  dorong maju mundur tube nya. (false – kalo udah lama)
4. Motorik
- atrophy  thenar, hipothenar, biceps, betis
- rangsang nyeri  sternum
- tonus  gerakin pasif  goyang2in tangan atas-bawah, kiri-kanan
- lateralisasi
5. Refleks fisiologis
- upper limb  biceps/triceps
- lower limb  patella/achilles
6. Refleks patologis  Babinski/Hoffman
- Babinski  dari heel lateral naik – belok ke medial ke jempol
(+) = jempol naik, sisanya turun.
- Hoffman  pencet jari tengah  (+) = jempol, telunjuk fleksi
7. Meningeal signs  pasien tidur, rata 0 derajat, pastikan kaki exposed dan fully extended
- neck stiffness : pake dua tangan, jari2 di occiput
: gerakin pasif kiri kanan  kalo ga bisa/ada tahanan = stiff  jangan di
kaku kuduk
: tekuk sampai dagu nempel ke dada
: minta pasien tahan 10 detik
: kalo lutut nya naik  brudzinski 1 (+)
- Kernig’s sign : fleksi hip + lutut 90o (tangan  kiri: medial hamstring; kanan: betis)
: naikin lutut nya sampe 135o
: kalo ga bisa  ada tahanan di hamstring  (+)
- Lasegue : fleksi hip, lutut lurus (tangan  kanan tahan lutut, kiri naikin dari ankle)
: kalo belom sampe 70 udah sakit = (+)
8. Kesimpulan:
- kesadaran: apa, GCS berapa, meningeal signs: (+)
- kemungkinan meningitis  pemeriksaan selanjutnya (cek LCS, CT Scan)

SARAN PEMERIKSAAN PENUNJANG

Lab (CBC, AGD , elektrolit, pt/apt, liver fx, kidney fx, lipid profile, GDS)
EKG
Radiologi:
- CT Brain contrast untuk meningitis
(CT Brain non contrast untuk stroke, + bone window untuk trauma)
- MRI klo masih ga jelas
- Xray thorax
LP (tidak ada tanda TTIK)  gold standard
Kultur darah
Pemeriksaan sputum BTA
EEG bila perlu  perlambatan gelombang irama dasar
LP
Meningitis TB: Pelikel (+) / Cobweb Appearance (+) 
 Pleiositosis 50-500/mm3, dominan
set mononuklear, protein meningkat 100-200 mg%, 
glukosa menurun < 50% - 60% dari
GDS, kadar laktat, kadar asam amino, bakteriologis Ziehl 
Nielsen (+), kultur BTA (+ )

ATAU protein >1gr, glukosa CSF/serum <50%, leukositosis 10-500 (serosa) dominasi MN,
warna xantochromic,

Anak:

Meningitis bacterial: cairan keruh / opalescen, nonne (-)/(+) pandy (+)/(++), jumlah sel
tinggi, predominan PMN, protein 200-500 mg/dl, glukosa < 40.

Meningitis TB:

DIAGNOSIS
Klinis: penurunan kesadaran (yang lain tambahin sendiri)
Topis: ARAS/neurotransmitter
Etiologi: bisa infeksi/vascular/trauma/metabolic/drug intoxication/drug withdrawal/idiopatik/
cryptogenic/symptomatic
Patologi: ngikutin etiologi

DIAGNOSIS KERJA/BANDING
- Meningoensefalitis karena virus
- Meningitis bakterial yang pengobatannya tidak sempurna
- Meningitis oleh karena infeksi jamur/parasit (Cryptococcus neoformans atau
Toxoplasma 
gondii), Sarkoid meningitis.
- Tekanan selaput yang difus oleh sel ganas, termasuk karsinoma, limfoma, leukemia,
glioma, 
melanoma, dan meduloblastoma. 


SARAN TERAPI:
Elevasi 30 kecuali trauma jadi imobilisasi cervical (goodle klo perlu, stidor ngorok dll)
NRM 15 lpm
IV line 500 ml/12 jam
NGT & DC
Dexamethason 10 mg bolus IV lanjut 4x5mg IV 2 minggu tap off
Ceftriaxone 1 x 2gr IV drip
OAT 2RHZS-1RHS-6-9RH (kalo fix tb)
Konsul spBS

DEWASA:
Meningitis TB:
- 2 bulan: INH 300 mg/hari, Rifampisin 600 mg/hari, pirazinamid 30 mg/kgBB/hari,
Etambutol 15-25 mg/kgBB/hari  lanjutkan 6-9 bln INH dan rifampisin.
- Dexamethasone 0,15 mg/kgBB bersama antibiotik, setiap 6 jam selama 2-4 hari 
kurangi inflamasi dan turunin mortalitas
Meningitis Bakterial:
- Ceftriaxone 2x2 grIV + vancomycin 30-45 mg/kgBB tiap 8-12 jam
- Dexamethasone 0,15 mg/kgBB bersama antibiotic, setiap 6 jam selama 2-4 hari

ANAK :
Meningitis bakterial

Meningitis TB:
2 RHZE/ 10 RH untuk meningitis TB

kortikosteroid:

Indikasi pembedahan:
Epiema subdural, abses otak/ hidrosefalus
Komplikasi:
- Tuberculose arachnoiditis: CN VI palsy
- Hidrosefalus
- Vaskulitis: deficit neuro (iskemik)
- Kejang

8. CTS
ANAMNESIS
- Usia pertengahan, wanita, unilateral tapi bisa bilateral
- kesemutan, baal, nyeri di tangan  tekan saraf medianus di dalam terowongan karpal
- R. trauma? Infeksi? DM? kelainan tiroid?
- Awalnya kesemutan dan nyeri? Seperti terkena aliran listrik pada ibu jari, telunjuk, jari
tengah dan setengah sisi radial jari manis. Lebih terasa pada malam hari?
Membangunkan tidur? Nyeri Menjalar sampai lengan atas? Kebas pada pergelangan
tangan sampai tangan?
- Nyeri berkurang ketika tangan di kebas, posisi lebih tinggi? Istirahat?
- Lama-lama terjadi kelemahan otot thenar/ otot lain, atrofi otot, kesulitan muter tutup
botol, jari’’ kurang terampil pada saat menyulam, mungut benda kecil,
PEMERIKSAAN FISIS
- Tinel’s sign: paresthesia / nyeri di distribusi nervus medianus saat di perkusi pada
terowongan karpal dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi
- Phalen’s test: timbul gejala seperti CTS jika tangan difleksikan secara maksimal selama
60 detik
- Tes wormser (reverse phalen) (+)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Pemeriksaan laboratorium: CBC, TSH, FT4, ESR, GDS, rheumatoid factor, asam urat
- Radiologi: xray wrist  takut terdapat faktur, arthritis,osteofit
- EMG  fibrilasi, polifasik, gelombang positif dan berkurang jumlah motor unit pada
otot thenar
- Kecepatan hantar saraf (KHS): kHS menurun dan distal latency memanjang 
gangguan konduksi saraf di pergelangan tangan
DIAGNOSIS BANDING
Radikulopati servikal
Rematik non artrikuler
TATALAKSANA
Medikamentosa:
- Antiinflamasi (prednisone 4x5 mg)
- Analgetik
- Injeksi kortikosteroid
Non medikamentosa:
- Splinting / bracing  fiksasi pergelangan tangan  bisa night splint pada malam hari
dipasang
- Fisioterapi dan terapi okupasi (stretching, massage, ultrasound)
Terapi bedah:
- Jika terapi medis tidak menghilangkan gejala setelah 2-7 minggu
EDUKASI: hindari trauma berupa gerakan berulang pergelangan tangan imobilisasi, splint
9. HNP
Anamnesis
Sering di diskus L4-L5, L5-S1, 10 % di servikal C5-C6, sering pada usia > 20 thn
Servikal:
nyeri menjalar di area lengan pada distribusi radiks, diperburuk dengan ekstensi leher, rotasi
ipsilateral dan fleksi lateral, kelemahan motoric / hipestesi sesuai dermatom
Lumbar:
nyeri punggung bawah menjalar hingga tungkai bawah / kaki, sering disertai kelemahan otot
dan kesemutan. Nyeri tungkai bawah > drpd di punggung. Gerakan punggung terbatas.
Makin berat ketika batuk, bersin/ ngejan. Mereda jika fleksi lutut / paha

R. trauma? R. pekerjaan? Suka mengangkat barang berat dalam posisi punggung fleksi?
PF :
Punggung: deformitas? Massa? Nyeri tekan di vertebra/ para vertebra?
 Jika nyeri di vertebrae  kelainan tulang. Nyeri di paravertebrae
nyeri facet/ sacroiliac joint. Keganasan tulang  nyeri di vertebrae dan
kalo multiple curiga metastasis
Lemah anggota gerak sesuai dengan radiks saraf / segmen medulla spinalis yang terkena,
bahkan bisa sampai atrofi atas
leg straight raise/ lasegue sign (+), bragard sign (+) pada HNP L5-S1, Lhermitte’s sign (+)
pada HNP servikal.
Femoral stretch test (+)  kena radiks L2-L4
Motoric menurun
Refleks fisiologis menurun
Sensorik menurun sesuai dermatom dan bisa sampai gangguan otonom seperti retensi urin
PP:
Foto polos vertebra
MRI (tegakin diagnosis)  kalo kontraindikasi  CT mielografi
Susp neoplasma/ metastasis  MRI contrast
Liat kompresi radiks  liat denervasi radiks  SSEP (somatosensory-evoked potentials)
dan ENMG(elektroneuromiografi )
DD:
- Neoplasma(neofibroma, schwanoma)
- Kista synovial
- Abses
- Hypertrophic bone
- Spondylitis TB
Tatalaksana
- tirah baring
- analgesic (PCT, NSAID(ibuprofen, acetaminophen), steroid)
- relaksan otot
- back exercise
- fisioterapi, program olahraga
- collar neck/ korset lumbal selama 2 minggu
- edukasi dan modifikasi gaya hidup yang baik untuk tulang punggung ( kurangi duduk
lama terus menerus, membungkuk dan mengangkat barang)
- bedah jika kasus berat (open discectomy dan microdiskectomy). Indikasi : nyeri
menetap setelah terapi konservatif >6 minggu dan ada deficit neurologis. Kalo gk ada
deficit neurologis injeksi steroid di ruang epidural + ablasi radiofrekunsi pada radiks.
10. Bell’s palsy
Anamnesis
Sering di usia 40 thn
Penyakit LMN kena N.VII perifer unilateral. Idiopatik, mendadak, puncak dalam bbrp hari
Terasa lumpuh pada wajah atas dan bawah satu sisi (dahi dan pipi tidak bisa digerakkan) dan
muncul akut (dlm 48 jam)
Sering disertai nyeri aurikuler posterior, penurunan sekresi air mata, gangguan rasa kecap,
hiperakusi(sensitive nyeri terhadap suara keras) lesi di saraf yang ke muskulus stapedius

Lesi di foramen stylomastoid : paralisis semua otot ekspresi wajah. Kedua mata rotasi ke atas
(bell’s phenomenon) saatu nutup kelopak mata. Mata berair

Lesi di kanalis fasialis: sama kyk lesi di foramen stylo + pengecapan menghilang pada 2/3
anterior lidah ipsilateral

Lesi di ganglion genikulatum: lakrimasi dan kurang saliva, kena N.8

RPD: HT? DM?MS? Sedang menderita herpes? Atau pernah terkena HSV?

RPK dengan keluhan yang sama?

Bedain paralisis fasialis ec tipe sentral  paralisis fasialis + kontralateral hemiplegia, gk


ganggu sistem saliva dan sekresi lakrima , gk ganggu indera peras
PF
Lagoftalmus, bibir tertarik ke sisi yang sehat
Parese N.VII perifer unilateral: dahi rata tanpa kerutan, lipatan nasolabial mendatar pada sisi
yang kena, disuru angkat alis dan wajah , dahi tetap rata
Mata: bell’s phenomenon (Kedua mata rotasi ke atas saat nutup kelopak mata., refelks air mata
(-)
Telinga: kalo ada hiperakusis
Mulut; indera perasa/ sistem salivasi
St, neurologis lengkap

PP
 EMG, Bila curiga parese N. VII simtomatik seperti :
 Darah Tepi : jumlah lekosit, Kadar gula darah
 Foto mastoid
 MRI kepala
 LP

DD
Parese N.VII perifer simtomatik
DM, HIV, penyakit Lyme, ramsay hunt syndrome (kelumppuhan saraf fasial perifer + zoster
otikus), sarcoidosis, sjorgen syndrome, tumor nervus parotis, leprosy, poliarteritis nodosa dan
amyloidosis.

Terapi
Terapi Farmaka: Prednison 1 mg / kgBB (5 hari), diturunkan 2 tab / hari sampai 10 hari
(stadium akut)
Mecobalamin 3 dd 500 ug
Analgetik bila nyeri

Buku putih : prednisolone 60 mg/hari selama 5 hari (tapered off 10 mg/hari selama 5 hari) atau
1 mg/kgBB selama 6 hari dan diikuti penurunan dosis utk total 10 hari

Airmata buatan dan salep matacegah komplikasi okular

Antivirus kalo curigai nfeksi virus dan tandanya jelas  acyclovir 5x400 mg

Terapi-Non Farmakologi: Fisioterapi setelah hari ke 4 awitan, senam wajah, neuromuscular


retaining, akupuntur, nerve decompression

11. Trigeminal neuralgia


Anamnesis
Usia > 50 tahun pada perempuan
Serangan nyeri paroksismal secara spontan, Tiba-tiba. Nyeri seperti rasa tajam dan ditusuk
tusuk,Tersetrum, Terbakar dan Superficial pada daerah wajah / frontal. ( daerah cabang nervus
trigeminus) seringnya di dahi, pipi, rahang atas/ bawah, lidah
Biasa unilateral
Durasi : bbrp detik sampai < 2 menit. Sering berulang, hilang timbul. Terbatas pada >1 cabang
N. trigeminus. Nyeri banget ( intensitas berat).
Trigger : daerah plika nasolabialis dan pipi, aktivitas sehari’’ seperti bicara, basuh muka, cukur
jenggot, gosok gigi, menelan mengunyah
Klasifikasi : (1) idiopatik (2) simtomatik ( lesi primer neken N.V : tumor, MS)
PF
Deficit neurologis (-)
PP
MRI jika curiga TN simtomatik, MRA
DD
Nyeri wajah atipikal
Terapi
Terapi Farmakologik :

Antikonvulsan : karbamasepin, okskarbamasepin, fenitoin, gabapentin, asam valproat,


baklofen.


Karbamazepin 200-1200 mg/hari dan okskarbazepin (600-1800 mg/hari)  first line

2nd line = baclofen gabapentin dan lamotrigin

Terapi Non-farmakologik : TENS
bila terapi farmaka adekwat gagal / timbul efek samping

Dengan cara blok ganglion gaseri dengan radiofrekuensi, gamma knife dan dekompresi
mikrovaskuler

Bedah : terapi farmaka adekwat gagal

Terapi Kausal : pada TN simtomatik

Catatan :
terapi simtomatik sama pada neuralgia yang lain

Konsul SpBS kalo curiga TN simtomatik

12. Myasthenia Gravis


KU: kelemahan lumpuh layu yang fluktuatif
S: ocular, bulbar, limb, respiratory muscles
O: bebas
C: kelemahan flasid, fluktuatif, memberat dengan aktivitas membaik dengan istirahat, jadi
biasany klo bangun tidur pagi masih enak, bisa buka mata, berdiri kerja dll. Tpi klo udah mulai
sore atau capek kelemhan mulai muncul
A: diplopia, disfagia, disartria, disfonia, muka ga berekspresi, susah pasang make up,
hyperplasia timus, timoma, gangguan pernafasan
TRIGGER: infeksi (ISPA), stress, hamil, obat, penyakit sistemik
RF: autoimun, perempuan 20-30 tahun atau laki-laki 40-50 th
PEMERIKSAAN FISIK
Cranial nerve 12, motoric melemah LMN, mana aja bisa, RF turun, SENSORIC PRESERVED

DIAGNOSIS
1. Anamnesis
2. PF
3. Special test (Ice pack test, dll buku putih)

Tatalaksana:
1. Krisis:
a. Intubasi & Ventilator
b. IVIg 0,4 g/kg selama 5 hari, atau Plasmapheresis 50ml/kg/kali, 5x selama 2
minggu
2. Neostigmine 7,5-40mg setiap 2-6 jam/ piridostigmin 30-90mg setiap 6 jam
DD: poliomyelitis, Lambert-eaton myasthenic syndrome, ALS, GBS, muscular dystrophy
Klinis:
Topis: NMJ
Etiologi: autoimun
Patologi: destruksi reseptor Ach

13) GBS

Definisi : sindrom poliradikuloneuropati inflamasi akut ditandai dengan kelemahan anggota


gerak glasid simetris dengan progresivitas umumnya <4 minggu

Anamnesis :

Biasa dimulai dengan paraparese inferior yang progresif, Kelemahan aggota gerak? Atas atau
bawah? Ascending atau descending? Progresivitas?
Biasa didahului infeksi, Sebelumnya ada demam, diare, ispa?
Gejala lain : gejala sensorik? Otonom (gangguan irama jantung)? Sesak napas?

DD :
metabolik: intake berkurang? Gangguan ginjal?
Mielitis : kelemahan atau kesemutan hanya pada level tertentu. Poliomyelitis : riwayat
vaksinasi polio?
Botulism : suntik botulism
MG : dari kecil sering begini? Gejala ringan pada pagi hari dan semakin hari semakin berat?

Subtipe

AIDP (Acue inflamatory demyelinating polyneuropathy) : paling sering (80-90%) , biasa


karena if. C.jejuni, gejala sensorik an motorik dan diikuti remielinisasi <3 bulan

AMAN : Murni motorik, biasa pada anak

AMSAN : motorik dan sensorik yang berlangsung cepat dan berat


Miller fischer : 5%, triad : opthalmoplegia, ataxia, areflexia, perbaikan dalam 1-3 bulan

Acute panautonomic neuropathy : paling jarang, gejala otonom : hipotensi postural berat,
retensi urin, anhidrosis, berkurangnya salivasi dan lakrimasi serta kelainan pupil, peneybab
mortalitas paling sering adalah aritmia

CIDP : kelemahan motorik dan sensorik progresif yang bersifat kronik >3bulan. Sering disebut
chronic relapsing polyneuropathy

Pemeriksaan fisik:

Paraparesis inferior atau tetraparesis tergantung onset tipe flasid


Hipoestesia
Areflexia
Sesak napas

Pemeriksaan penunjang
CBC : exclude metabolik causes

EMG : sindroma biasanya muncul dengan aksi


potensial yang kecil, pemanjangan latensi motorik bagian distal,
penundaan atau hilangnya gelombang F . Perlambatan dari konduksi
saraf terjadi pada 80 persen kasus dari pasien dengan GBS.

LP : disosiasi sitoalbumin : kenaikan protein pada cairan serebrospinal,


>0.55g/L dengan hitung jumlah sel darah putih yang normal (kurang dari
10 sel per mm3 di cairan serebrospinal

Evaluasi fungsi paru : biasanya dilakukan di tempat perawatan dengan menggunakan monitor
respirasi untuk menilai akan kebutuhan dari bantuan nafas dengan ventilator

Diagnosis
Klinis : Paraparese inferior tipe flasid / LMN
Topis : poliradikulopati
Etiologis : autoimun e.c susp GBS
Diagnosis banding : Paraparese tipe LMN ec Poliradikulopati ec Poliomielitis dd metabolik dd
botulism

Tatalaksana :
Rawat inap
Monitor fungsi paru(kapasitas vital, frekuensi napas) dan gangguan otonom (TD, nadi, pupil,
ileus, ekg) berkala  apabila sesak atau penurunan kesadaran  intubasi dengan ventilator
Gangguan menelan  NGT
Pencegahan komplikasi : emboli : pake compresion stocking, kalo rawat lama beri
antikoagulan
Antinyeri bila perlu

Tatalaksana definitif
Plasma exchange : efektif bila diberikan <2 minggu onset : 5 kali plasma exchange dalam 2
minggu dengan dosis 50 ml plasma / kg bb / kali
Ivig : efektif pada onset < 2 minggu. Dosis 2 gram per kg BB selama 5 hari
JANGAN diberi steroid : beberapa studi bilang malah memperlambat recovery mielin
14) Trauma medulla spinalis
Definisi : cedera pada medulla spinalis di mana gejala dan tanda bergantung pada tingkat
vertebralis yang terkena dan beratnya cedera

Karena emergency
Primary survey dulu
Airway & C-spine control :
pastikan airway clear , curiga trauma servikal bila ada (defisit neurologis, cedera
supraklavikluar atau penurunan kesadaran), pasang collar neck, intubasi bila penurunan
kesadaran
Pasang NGT : Resiko aspirasi karena bisa terjadi ileus dan kerusakan gastroesophagial
sphincter tone

Breathing & Ventilation :


apabila sesak atau tidak bisa batuk, curiga cedera di atas level T1 (terjadi kerusakan
n.intercostalis)  intubasi
Periksa RR, saturasi, baringkan pasien karena posisi baring meringankan beban kerja
diafragma karena tidak ada tahanan dari abdomen

Circulation & bleeding control :


Cek TD, HR. resiko shock neurogenik karena pengeluaran katekolamine berlebih saat
trauma  parasimpatis aktif, vasodilatation, hypotension
Pasang kateter urine (terutama bila tidak bisa BAK)  menghindari bladder distention
 risiko vagal reflex  bradycardia

Disability : GCS, pupil refleks, lateralisasi


Exposure : bukab baju, logroll lihat luka2 lain

Pemeriksaan fisik
GCS
JANGAN DIPERIKSA KAKU KUDUK sampai terbukti tidak ada trauma cervical
Cek tanda meningeal lainnya
Motorik , Sensorik (nyeri, raba, suhu, getar, posisi sendi) diperiksa per level
Isi ASIA scale

Asia impairment scale :


Pemeriksaan penunjang

Pada trauma harus diperiksa :


Ct scan brain non contrast (exclude kemungkinan cedera kepala)
MRI spine, kalo ga ada xray posisi lateral dan AP
Xray femur (exclude pendarahan femur )

Terapi :
Sesuai rekomendasi guidelines NASCIS II : Methylprednisolone dosis tinggi pada onset <= 8
jam, bolus 30 mg/lg BB dalam 15 menit  5,4 mg/Kg BB selama 23 jam dimulai 45 menit
setelah bolus awal
Analgetik (sesuai stepladder WHO pain relief)
Antimual
PPI : IV Omeprazole 2 x 40 mg untuk mencegah stress ulcer, dan juga mencegah efek samping
pemebrian steroid dosis tinggi

Anda mungkin juga menyukai