Anda di halaman 1dari 5

Gangguan Kepribadian Antisosial

Diagnosis Banding
Gangguan kepribadian anti sosial lebih sulit dibedakan dengan penyalahgunaan
zat. Jika perilaku antisosial dan penyalahgunaan zat yang dimulai dari masa kanak-
kanak berlanjut sampai dewasa, kedua gangguan harus didiagnosis. Meskipun
demikian, jika perilaku antisosial secara jelas adalah akibat dari penyalahgunaan
alkohol atau zat lainnya, diagnosis perilaku antisosial tidak dibenarkan.
Dalam mendiagnosis gangguan kepribadian antisosial, klinisi harus
memperhatikan pengaruh dari status ekonomi, latar belakang budaya, dan jenis
kelamin. Lebih jauh lagi, diagnosis gangguan kepribadian antisosial tidak dibenarkan
jika retardasi mental, skizofrenia, atau mania dapat menjelaskan gejala-gejala
tersebut.

Tatalaksana
Psikoterapi
Jika pasien dengan gangguan kepribadian antisosial dibuat tidak dapat pergi
kemana-mana (misal: dirawat di rumah sakit), mereka menjadi setuju untuk mengikuti
psikoterapi. Jika pasien merasa berada diantara teman senasib, tidak adanya motivasi
untuk perubahan menghilang. Mungkin untuk alasan ini, kelompok menolong diri
sendiri lebih berguna daripada penjara di dalam menghilangkan gangguan ini.
Sebelum terapi dimulai, batasan yang tegas penting diberikan. Terapis harus
mencari cara untuk menghadapi perilaku merusak diri pada pasien. Dan untuk
mengatasi rasa takut pasien akan keintiman, terapis harus mencegah keinginan pasien
untuk lari dari kejujuran seseorang. Dalam melakukannya, terapis menghadapi
tantangan memisahkan kendali dari hukuman dan memisahkan pertolongan dan
konfrontasi dari retribusi dan isolasi sosial.

Farmakoterapi
Farmakoterapi digunakan untuk mengatasi gejala yang memberatkan seperti
ansietas, kemarahan, dan depresi. Tetapi karena pasien sering merupakan
penyalahguna zat, obat harus digunakan dengan bijaksana. Jika pasien menunjukkan
gangguan defisit atensi/ hiperaktivitas, psikostimulan seperti methylphenidate
(Ritalin) dapat berguna. Upaya telah digunakan untuk mengganti metabolisme
katekolamin dengan obat-obatan dan untuk mengendalikan perilaku impulsif dengan
obat-obt antiepileptik seperti carbamazepin, dan valproate terutama jika bentuk
gelombang abnormal ditemukan pada EEG. Beta-adrenergik telah digunakan untuk
mengurangi agresi.

Prognosis
Begitu timbul, gangguan kepribadian antisosial memiliki perjalanan tanpa remisi,
dengan puncak perilaku antisosial biasanya terjadi pada masa remaja akhir.
Prognosisnya beragam. Beberapa laporan menunjukkan bahwa gejalanya berkurang
seiring dengan bertambah tuanya usia pasien. Banyak pasien memiliki gangguan
somatisasi dan keluhan fisik yang multiple. Gangguan depresif, gangguan akibat
penggunaan alkohol dan zat lainnya lazim ditemukan.

Gangguan Kepribadian Ambang


Diagnosis Banding
Gangguan ini dibedakan dengan skizofrenia berdasarkan tidak adanya episode
psikotik yang lama, gangguan pikir, dan tanda klasik skizofrenik lainnya. Pasien
dengan gangguan kepribadian skizotipal menunjukkan keanehan berpikir yang nyata,
gagasan asing, serta ide referensi berulang. Penderita gangguan kepribadian paranoid
memiliki ciri kecurigaan yang ekstrem. Pasien dengan gangguan kepribadian ambang
umunya memiliki rasa kosong yang kronis serta episode psikotik yang berlangsung
singkat. Mereka bertindak impulsif dan menuntut hubungan yang luar biasa; mereka
dapat melakukan mutilasi diri mereka sendiri dan membuat percobaan bunuh diri
manipulatif.

Tatalaksana
Psikoterapi
Psikoterapi untuk pasien dengan gangguan kepribadian ambang sedang diteliti
secara intensif dan telah menjadi terapi pilihan. Untuk hasil terbaik, farmakoterapi
telah ditambhakan didalam regimen terapi.
Psikoterapi sama sulitnya bagi pasien maupun terapis. Pasien mudah mengalami
regresi, mengeluarkan impulsnya, dan menunjukkan transference positif atau negatif
terfiksasi atau labil, yang sulit dianalisis. Identifikasi proyektif juga dapat
menyebabkan masalah countertransference yaitu ketika terapis tidak menyadari
bahwa pasien secara tidak sadar mencoba memaksanya untuk melakukan perilaku
tertentu. Pemisahan sebagai mekanisme defensi membuat pasien berselang-seling
mencintai dan membenci terapis serta orang lain di dalam lingkungan tersebut.
pendekatan berorientasi realitas lebih efektif daripada interpertasi mendalam
mengenai ketidaksadaran.
Terapis menggunakan terapi perilaku untuk mengendalikan impuls dan ledakan
kemaraham pasien serta untuk mengurangi sensitivitas meraka terhadap kritik dan
penolakan. Pelatihan keterampilan sosial, terutama dengan memutar rekaman video
kilas balik, bermanfaat untuk memungkinkan pasien melihat bagaimana tindakan
mereka mempengaruhi orang lain, sehingga memperbaiki perilaku interpersonal
mereka.
Pasien dengan gangguan kepribaadian ambang sering membaik di dalam
lingkungan rumah sakit tempat mereka mendapatkan psikoterapi intensif baik secara
individual maupun kelompok. Di rumah sakit, mereka juga dapat berinteraksi dengan
petugas yang etrlatih dari berbagai disiplin dan dapat memperoleh terapi pekerjaan,
rekreasi, serta kejuruan. Program seperti ini terutama membantu jika lingkungan
rumah mengganggu rehabilitasi pasien, seperti adanya konflik di dalam keluarga atau
stres lain seperti penganiayaan oleh orangtua. Di dalam lingkungan rumah sakit yang
terlindung, pasien yang sangat impulsif, merusak diri, atau memutilasi diri dapat
diberikan batasan, dan tindakan mereka dapat diamati. Dalam keadaan ideal, pasien
tetap di rumah sakit sampai mereka menunjukkan perbaikan yang nyata, pada
beberapa kasus sampai satu tahun. Pasien kemudian dapat dipulangkan untuk
menjalani sistem dukungan khusus seperti rumah sakit seharian, rumah sakit malam
hari, dan rumah singgah. Suatu bentuk psikoterapi tertentu yang disebut dialectical
behavioral therapy (DHT) telah digunakan untuk pasien ambang, terutama mereka
yang memiliki perilaku parasuicide seperti sering memotong-motong.

Farmakoterapi
Farmakoterapi berguna untuk menghadapi ciri kepribadian khusus yang
mengganggu fungsi keseluruhan pasien. Antipsikotik telah digunakan untuk
mengendalikan kemarahan, permusuhan, dan episode psikotik singkat. Antidepresan
memperbaiki mood depresi yang lazim ada pada pasien dengan gangguan kepribadian
ambang. Inhibitor MAO efektif di dalam mengubah perilaku impulsif pada beberapa
pasien. Benzodiazepin, terutama alprazolam membantu mengatasi ansietas dan
depresi, tetapi pasien menunjukkan disinhibisi dengan golongan obat ini.
Antikonvulsan seperti carbamazepin dapat memperbaiki fungsi global untuk beberapa
pasien. Agen serotonergik seperti fluoxetin berguna pada sejumlah kasus.

Prognosis
Gangguan ini cukup stabil; pasien sedikit berubah dari waktu ke waktu. Studi
longitudinal menunjukkan tidak adanya peningkatan ke arah skizofrenia, tetapi pasien
memiliki insiden yang tinggi untuk episode gangguan depresif berat. Diagnosis ini
biasanya ditegakkan sebelum usia 40 tahun, ketika pasien mencoba membuat pilihan
pekerjaan, perkawinan, dan pilihan lain serta tidak mempu menghadapi tahap normal
siklus kehidupan.

Gangguan Kepribadian Narsistik


Diagnosis Banding
Gangguan kepribadian ambang, histrionik, dan antisosial sering menyertai
gangguan kepribadian narsistik, sehingga diagnosis bandingnya lebih sulit. Pasien
dengan gangguan kepribadian narsistik lebih sedikit memiliki ansietas dibandingkan
pasien dengan gangguan kepribadian ambang; kehidupan mereka cenderung kurang
kacau-balau, dan lebih kecil kemungkinannya melakukan percobaan bunuh diri.
Pasien dengan gangguan kepribadian antisosial memiliki riwayat perilaku impulsif,
sering disertai dengan penyalahgunaan alkohol atau zat lainnya, yang sering membuat
mereka bermasalah dengan hukum. Pasien dengan gangguan kepribadian histrionik
menunjukkan ciri eksibisionisme dan pemanfaatan interpersonal yang serupa dengan
pasien gangguan kepribadian narsistik.

Tatalaksana
Psikoterapi
Karena untuk memperoleh perbaikan pasien terus meninggalkan narsismenya,
terapi gangguan kepribadian narsistik menjadi lebih sulit. Beberapa psikiater telah
mengajukan penggunaan pendekatan psikoanalitik untuk mempengaruhi perubahan,
tetapi banyak riset diperlukan untuk mensahkan diagnosis dan untuk menentukan
terapi terbaik. Sejumlah klinisi mengajukan terapi kelompok untuk mereka yang
belajar mengenai cara berbagi dengan orang lain dan di bawah keadaan yang ideal
dapat mengembangkan respon empati bagi orang lain.

Farmakoterapi
Lithium telah digunakan pada pasien dengan gambaran klinisnya mencakup
mood swing. Karena pasien dengan gangguan kepribadian narsistik tidak dapat
menoleransi penolakan dan rentan terhadap depresi, antidepresan terutama obat
serotonergik, mungkin diperlukan juga.

Prognosis
Gangguan kepribadian narsistik bersifat kronis dan sulit diterapi. Pasien dengan
gangguan ini secara konstan harus mengahadapi pukulan dari perilaku narsismenya
akibat perilaku mereka sendiri atau dari pengalaman hidup. Proses penuaan dihadapi
dengan buruk; pasien menghargai kecantikan, kekuatan, dan perangkat kemudaan,
yang sangat mereka pegang erat dengan tidak tepat. Akibatnya mereka mungkin lebih
rentan terhadap krisis usia pertengahan daripada kelompok lainnya.

Gangguan Kepribadian Pasif Agresif


Diagnosis Banding
Gangguan kepribadian pasif agresif harus dibedakan dengan gangguan
kepribadian histrionik dan ambang. Meskipun demikian, pasien dengan gangguan
kepribadian pasif agresif tidak terlalu flamboyan, dramatik, afektif, dan agresif secara
terbuka daripada penderita gangguan kepribadian histrionik dan ambang.

Tatalaksana
Psikoterapi
Pasien dengan gangguan kepribadian pasif agresif yang mendapatkan psikoterapi
suportif memiliki hasil yang baik, tetapi psikoterapi untuk pasien ini memiliki banyak
tantangan. Memenuhi tuntutan mereka, sering menyokong patologinya, tetapi
menolak tuntutanyya, sering diartikan menolak mereka. Dengan demikian, sesi terapi
dapat menjadi medan pertempuran tempat pasien mengekspresikan perasaan marah
terhadap terapis, yaitu orang tempat pasien berharap mereka dapat bergantung. Pada
pasien ini, klinisi harus menerapi sikap bunuh diri sebagai ekspresi tertutup
kemarahan bukan sebagai objek kehilangan pada gangguan depresif berat. Terapis
harus menunjukkan akibat yang paling mungkin dari perilaku pasif agresif ketika
perilaku itu timbul. Kinfrontasi seperti itu dapat lebih membantu daripada interpretasi
yang benar dalam mengubah perilaku pasien.

Farmakoterapi
Antidepresan harus diresepkan hanya jika indikasi klinis depresi dan
kemungkinan bunuh diri ada. Bergantung pada gambaran klinis, beberapa pasien
memberikan respon terhadap benzodiazepin dan psikostimulan.
Prognosis
Di dalam satu studi pemantauan lanjutan selama rata-rata 11 tahun pada 100
orang pasien rawat inap dengan gangguan kepribadian pasif agresif, Ivor Small
menemukan bahwa gangguan ini disertai dengan penyalahgunaan alkohol dan depresi
pada kira-kira 50% pasien. Yang lainnya iritabel, cemas, dan memiliki keluhan
somatik. Tanpa terapi, prognosisnya terbatas.

Anda mungkin juga menyukai