1. Hipovolemia
Kekurangan volume cairan terjadi saat air dan elektrolit yang hilang
berada di dalam proporsi isotonic, kadar elektrolit dalam serum tetap
tidak berubah, kecuali jika terjadi ketidakseimbangan lain pasien yang
beresiko kekurangan volume cairan ini adalah pasien yang mengalami
kekurangan cairan dan elektrolit melalui saluran gastrointestinal,
misalnya akibat muntah, pengisap lambung, diare, atau fistula.penyebab
lain dapat meliputi perdarahan, pemberian obat-obatan diuretic,
keringat yang banyak, demam, dan penurunan asupan per oral.
2. Hipervolemi
Kelebihan volume cairan terjadi saat air dan natrium dipertahankan
dalam proporsi isotonic sehingga menyebabkan hipervolemi tanpa
disertai perubahan kadar elektrolit serum.pasien yang berisiko
kelebihan volume cairan ini meliputi pasien yang menderita gagal
jantung kongestif, gagal ginjal, dan sirosis.
2. Ketidakseimbangan elektrolit
a) Hiponatremia
Penyakit ginjal insufisiensi adrenal kehilangan melalui gastrointestinal
pengeluaran diuretic.
b) Hipernatremia
Mengkonsumsi sejumlah besar larutan garam pekat, Pemberian larutan
salin hipertonik lewat IV secara iatrogenic.
c) Hipokalemiagastrointestial
Penggunaan diuretic yang dapat membuang kalium, diare, muntah atau
kehilangan cairan lain melalui saluran.
d) Hiperkalemia
Gagal ginjal, dehidrasi hipertonik, kerusakan selular yang parah seperti
akibat luka bakar dan trauma.
e) Hipokalsemia
Pemberian darah yang mengandung sitrat dengan cepat,
hipoalbuminemia, hopoparatiroidisme, difisiensi vitamin D, penyakit-
penyakit neoplastik, pancreatitis.
f) Hiperkalsemia
Metastase tumor tulang, penyakit paget, osteoporosis, imobilisasi yang
lama
c. Patofisiologi
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan
elektrolit dalam jumlah yang perposional. Kondisi seperti ini disebut
juga hipovolemia. Umumnya gangguan ini di awali dengan kehilangan
cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan perpindahan cairan intraseluler
menuju intraveskuler sehingga menyebabkan penurunan cairan
ekstraseluler. Secara umum, deficit volume cairan disebabkan oleh
beberapa hal, yaitu kehilangan cairan abnormal melalui kulit,
penurunan asupan cairan, pendarahan dan pergerakan cairan ke lokasi
ketiga
( lokasi tempat cairan berpindah dan tidak mudah untuk
mengembalikannya ke lokasi semula dalam kondisi cairan ekstraseluler
istirahat). Cairan dapat berpindah dari sisi intravaskuler menuju lokasi
potensial seperti pleura, peritoneum, pericardium, atau rongga sendi.
Selain itu, kondisi tertentu seperti terperangkapnya cairan dalam saluran
pencernaan, dapat terjadi akibat obstruksi saluran pencernaan ( Faqih,
2011).
d. Manifestasi Klinis
Gejala Klinis ( Burner& Suddarth.2002)
Tanda dan gejala klinis yang mungkin didapatkan pada
klien hipovolemia antara lain: pusing, kelelahan, keletihan, sinkope,
anoreksia, mual, haus, muntah, kekacauan mental, konstipasi.
Tergantung pada jenis kehilangan cairan hipovolemia dapat disertai
dengan ketidakseimbangan asam basa, osmolar atau elektrolit.
Penipisan (CES) berat dapat menimbulkan syok hipovolemik.
Mekanisme kompetensi tubuh pada kondisi hipolemia adalah dapat
berupa peningkatan rangsangan system syaraf simpatis ( peningkatan
frekuensi jantung, inotropik ( kontraksi jantung) dan tahanan vaskuler),
rasa haus, pelepasan hormone antideuritik (ADH) dan pelepasan
aldosteron. Kondisi hipovolemia yang lama dapat menimbulkan gagal
ginjal akut.
4. 6 tahun 20 1500-2000
6 14 tahun 45 2200-2700
1) Pengertian Elektrolit
Elektrolit adalah substansi yanag menyebabkan ion kation (+) dan anion (-)
Pengaturan elektrolit
1. Natrium (sodium)
a) Merupakan kation paling banyak yang terdapa pada Cairan Ekstrasel
(CES)
b) Na+ mempenagruhi keseimbangan air, hantaran implus araf dan
kontraksi otot.
c) Sodium diatur oleh intake garam aldosteron, dan pengeluaran urine.
Normalnya sekitar 135-148 mEq/lt.
2. Kalium (potassium)
a) Merupakan kation utama dalam CIS
b) Berfungsi sebagai excitability neuromuskuler dan kontraksi otot.
c) Diperlukan untuk pembentukan glikkogen, sintesa protein, pengaturan
keseibangan asam basa, karena ion K+ dapat diubah menjadi ion H+.
Nilai normalnya sekitar 3,5-5,5 mEq/lt.
3. Kalsium
a) Berguna untuk integritas kulit dan struktur sel, kondusi jantung,
pembekuan darah serta pembentukan tulang dan gigi.
b) Kalsium dalam cairan ekstrasel diatur oleh kelenjar paratiroid dan
tiroid.
c) Hormone paratiroid mengarbsobsi kalsium melalui gastrointestinal,
sekresi melalui ginjal.
d) Hormon thirocaltitonim menghambat penyerapan Ca+ tulang.
4. Magnesium
a) Merupakan kation terbanyak kedua pada cairan intrasel.
b) Sangat penting untuk aktivitas enzim, neurocemia, dn muscular
excibility. Nilai normalnya 1,5-2,5 mEq/lt.
5. Klorida
a) Terdapat pada CES dan CIS, normalnya 95-105 mEqlt.
6. Bikarbinat
a) HCO3 adalh buffer kimia utama dalam tubuh dan terdapat pada cairan
CES dan CIS.
b) Bikarbonat diatur oleh ginjal.
7. Fosfat
a) Merupakan anion buffer dalam CIS dan CES
b) Berfungsi untuk meningkatkan kegiatan neuromuskuler, metabolism
karbohidrat, dan pengaturan asam basa.
c) Pengaturan oleh hormone paratiroid
b. ETIOLOGI
a. Peningkatan ekskresi (atau kerugian) dari kalium dari tubuh Anda.
b. Beberapa obat dapat menyebabkan kehilangan kalium yang dapat
menyebabkan hipokalemia. Obat yang umum termasuk diuretik loop
(seperti Furosemide). Obat lain termasuk steroid, licorice, kadang-kadang
aspirin, dan antibiotik tertentu.
c. Ginjal (ginjal) disfungsi - ginjal tidak dapat bekerja dengan baik karena
suatu kondisi yang disebut Asidosis Tubular Ginjal (RTA). Ginjal akan
mengeluarkan terlalu banyak kalium. Obat yang menyebabkan RTA
termasuk Cisplatin dan Amfoterisin B.
d. Kehilangan cairan tubuh karena muntah yang berlebihan, diare, atau
berkeringat.
e. Endokrin atau hormonal masalah (seperti tingkat aldosteron meningkat)
- aldosteron adalah hormon yang mengatur kadar potasium. Penyakit
tertentu dari sistem endokrin, seperti aldosteronisme, atau sindrom
Cushing, dapat menyebabkan kehilangan kalium.
f. Miskin diet asupan kalium (Price & Wilson, 2006)
Adapun penyebab lain dari timbulnya penyakit hipokalemia : muntah
berulang-ulang, diare kronik, hilang melalui kemih (mineral kortikoid
berlebihan obat-obat diuretik). (Ilmu Faal, Segi Praktis, hal 209).
c. PATOFISIOLOGI
Kalium adalah kation utama cairan intrasel. Kenyataannya 98 % dari
simpanan tubuh (3000-4000 mEq) berada didalam sel dan 2 % sisanya
(kira-kira 70 mEq) terutama dalam pada kompetemen ECF. Kadar kalium
serum normal adalah 3,5-5,5 mEq/L dan sangat berlawanan dengan kadar
di dalam sel yang sekitar 160 mEq/L. Kalium merupakan bagian terbesar
dari zat terlarut intrasel, sehingga berperan penting dalam menahan cairan
di dalam sel dan mempertahankan volume sel. Kalium ECF, meskipun
hanya merupakan bagian kecil dari kalium total, tetapi sangat berpengaruh
dalam fungsi neuromuskular.
Perbedaan kadar kalium dalam kompartemen ICF dan ECF dipertahankan
oleh suatu pompa Na-K aktif yang terdapat dimembran sel. Rasio kadar
kalium ICF terhadap ECF adalah penentuan utama potensial membran sel
pada jaringan yang dapat tereksitasi, seperti otot jantung dan otot rangka.
Potensial membran istirahat mempersiapkan pembentukan potensial aksi
yang penting untuk fungsi saraf dan otot yang normal. Kadar kalium ECF
jauh lebih rendah dibandingkan kadar di dalam sel, sehingga sedikit
perubahan pada kompartemen ECF akan mengubah rasio kalium secara
bermakna. Sebaliknya, hanya perubahan kalium ICF dalam jumlah besar
yang dapat mengubah rasio ini secara bermakna.
d. PATHWAY
e. Manifestasi Klinis
1) CNS dan neuromuskular : Lelah, tidak enak badan, reflek tendon dalam
menghilang
2) Pernapasan : Otot-otot pernapasan lemah, napas dangkal (lanjut)
3) Saluran cerna : Menurunnya motilitas usus besar, anoreksia, mual
mmuntah.
4) Kardiovaskuler : Hipotensi postural, disritmia, perubahan pada EKG.
5) Ginjal : Poliuria,nokturia. (Price & Wilson, 2006, hal 344)
f. Pemeriksaan Diagnostik
1) Kalium serum : penurunan, kurang dari 3,5 mEq/L.
2) Klorida serum : sering turun, kurang dari 98 mEq/L.
3) Glukosa serum : agak tinggi.
4) Bikarbonat plasma : meningkat, lebih besar dari 29 mEq/L.
5) Osmolalitas urine : menurun.
6) GDA : pH dan bikarbonat meningkat (Alkalosit
metabolik). (Doenges 2002, hal 1049).
g. Pengobatan
1) Pemberian K melalui oral atau Intravena untuk penderita berat.
2) Pemberian kalium lebih disenangi dalam bentuk oral karena lebih
mudah.
3) Pemberian 40-60 mEq dapat menaikkan kadar kalium sebesar 1-1,5
mEq/L, sedangkan pemberian 135-160 mEq dapat menaikkan kadar
kalium sebesar 2,5-3,5 mEq/L. Bila ada intoksikasi digitalis, aritmia, atau
kadar K serum Bila kadar kalium dalam serum > 3 mEq/L, koreksi K
cukup per oral.
h. Komplikasi
a. Akibat kekurangan kalium dan cara pengobatan yang kurang hati-hati
dapat menimbulkan otot menjadi lemah, kalau tidak diatasi dapat
menimbulkan kelumpuhan.
b. Hiperkalemia yang lebih serius dari hipokalemia, jika dalam
pengobatan kekuarangan kalium tidak berhati-hati yang memungkinkan
terlalu banyaknya kalium masuk kedalam pembuluh darah.
(Ilmu Gizi, 1991, hal 99)
Selain itu juga adapun hal-hal yang dapat timbul pada hipokalemia yaitu :
1. Aritmia (ekstrasistol atrial atau ventrikel) dapat terjadi pada keadaan
hipokalemia terutama bila mendapat obat digitalis.
2. Ileus paralitik.
3. Kelemahan otot sampai kuadriplegia.
4. Hipotensi ortostatik.
5. Vakuolisasi sel epitel tubulus proksimal dan kadang-kadang tubulus
distal.
6. Fibrosis interstisial, atropi atau dilatasi tubulus.
7. pH urine kurang akibatnya ekskresi ion H+ akan berkurang.
8. Hipokalemia yang kronik bila ekskresi kurang dari 20 mEq/L.
(Ilmu penyakit Dalam, 2001, hal.308)
8. Pencegahan
Kekurangan kalium bisa dihindari dengan menjaga agar kadar kalium
dalam darah tetap pada kondisi normal. Ada beberapa makanan yang bisa
dikonsumsi untuk membuat kadar kalium tetap normal, di antaranya
adalah:
Alpukat, pisang, buah ara, kiwi, jeruk, bayam, tomat, susu, kacang-
kacangan, selai kacang, gandum.
2. Penyimpangan KDM
Lambung
Rangsangan dihantar ke
hipotalamus Kehilangan cairan tubuh
Merangsang medulla
karena muntah yang
vomiting centre
berlebihan
Rangsangan Nyeri
dipersepsikan
dihantar ke Anoreksia / Muntah
hipotalamus Kekurangan
Volume cairan dan
elektrolit
Defisit Nutrisi
3. Diagnosa Keperawatan