Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tak ada seorang yang hidup dimuka bumi ini, yang tak pernah mengenyam
pendidikan. karena sejatinya pendidikan pasti dibutuhkan dalam proses kehidupan
manusia. Karena pendidikan bukan hanya proses pembelajaran yang terjadi didalam kelas
saja, secara kaku dan terkekang. Dari banyaknya pengertian pendidikan, maka perlu ada
spesifikasi yang jelas dan tepat terkait dengan definisi pendidikan. Secara istilah
pendidikan berasal dari bahasa yunani “paedagogie”, berakar dari kata “pais” yang berarti
anak, dan “again” yang artinya membimbing. Jadi paedagogie adalah suatu bimbingan
yang diberikan kepada anak.1 Dalam literasi-literasi yang lain banyak dijumpai arti
pendidikan dalam bahasa yunani adalah seorang anak yang pergi dan pulang sekolah
diantar oleh seorang pelayan. Pelayan yang mengantar dan menjemput disebut sebagai
paedagogos. Dalam bahasa romawi pendidikan diistilahkan dengan kata “educate” yang
bermakna mengeluarkan sesuatu dari dalam. Sedangkan dalam bahasa inggris, pendidikan
berasal dari kata “to educate”, jika diterjemahkan memiliki arti memperbaiki moral dan
melatih intelektual.2 Lain hanya dengan Ki Hajar Dewantara, beliau Ki Hajar memiliki
makna yang lebih luas lagi, yaitu memerdekakan manusia sebagai anggota dari persatuan
(rakyat).3
Akan tetapi untuk memediasi dan memfasilitasi dalam proses pembelejaran agar
lebih efektif dan efisien, maka didirikanlah lembaga pendidikan atau yang sering disebut
dengan sekolah. Ditinjau dari segi bahasa, sekolah mempunyai arti bangunan atau
lembaga untuk belajar atau memberi pelajaran atau usaha menuntut ilmu pengetahuan,
kepandaian, dan pelajaran.4 Tentu dalam menjalankan program-program yang telah
dicanangkan sekolah, tidak pas berjalan dengan mudah. Melainkan dengan rencana-
rencana yang real dan matang. Sehingga dibutuhkannya manajemen pendidikan di sebuah
lembaga pendidikan. hadirnya manajemen disekolah bertujuan untuk mencapai segala
program-program yang telah menjadi tujuan dasar secara efektif, produktif, dan efisien.
Dari hal tersebut diatas, maka perlunya kita mengetahui dan memahami secara
kompleks apa itu manajemen, dalam cakupan pengertian, manfaat, tujuan, dan lain
1
Syafril dan Zelhendri Zen, Dasar-dasar ilmu pendidikan, (Depok: KENCANA, 2017), Cet. Ke-1, hlm 26.
2
Abdul Kadir, Dasar-Dasar Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2012), Cet, ke-1, hlm. 59.
3
Ki Hajar Dewantara, Bagian Kedua Kebudayaan, (Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa, 2011),
Cet. Ke-4, hlm. 3.
4
W.J.S. Perwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1982), hlm. 458.

Manajemen Lembaga Pendidikan | 1


sebagainya. Mengingat pentingnya sebuah kehadiran manajemen pendidikan dalam
lingkup institusi pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian manajemen lembaga pendidikan islam ?
2. Apakah Tujuan manajemen lembaga pendidikan islam ?
3. Apakah manfaat manajemen lembaga pendidikan islam ?
4. Bagaimanakah isu-isu seputar pendidikan islam ?
5. Seperti apakah permasalahan dalam pendidikan ?
C. Tujuan Pembahasan
1. Memberikan penjelasan terhadap pengertian manajemen lembaga pendidikan islam.
2. Memberikan penjelasan tentang tujuan manajemen lembaga pendidikan islam.
3. Memberikan penjelasan tentang manfaat manajemen lembaga pendidikan islam .
4. Memberikan gambaran tentang isu-isu seputar pendidikan islam.
5. Memberikan paparan terkait dengan permasalahan dalam pendidikan islam.

Manajemen Lembaga Pendidikan | 2


BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manjemen Lembaga Pendidikan Islam

Dalam kehidupan sehari-hari mungkin sudah terbiasa bagi kita semua untuk
merencanakan segala kebutuhan yang akan direalisasikan. Supaya apa yang
dibutuhkannya sesuai dengan sasaran dan tepat sebagaimana yang telah diinginkan dari
awal. Jika segala kebutuhan diatur, basar kemungkinan tidak akan terjadi ha-hal yang
bertendensi negatif sehingga segala kebutuhan dapat direalisasikan secara efektif dan
efisien. Oleh karena itu, kebanyakan orang merencanakan segala kebutuhan atau apa yang
akan dikerjakannya dikemudian hari. Dengan kebutuhan manusia yang bervariatif maka
segala kebutuhan harus diklasifikasi terlebih dahulu, sehingga ada kebetuhan yang
diprioritaskan atau kebutuhan primer, kebutuhan sekunder dan kebutuhan tersier.
Disamping itu, biasanya kita selalu menemukan tata pengelolaan disebuah
organisasi-organisasi tertentu. Baik organisasi formal (dibawah naungan pemerintah)
ataupun organisasi ormas (swasta). Tata pengelolaan tersebut dimaksudkan untuk
membangun sinergitas antara pengurus organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang
telah ditetapkan secara efktif dan efisien. Jika ditinjau dari segi bahasa, organisasi
memiliki makna kesatuan (susunan dan sebagainya) yang terdiri atas bagian-bagian
(orang dan sebagainya) dalam perkumpulan untuk tujuan tertentu.5 Satu kesatuan tersebut
adalah suatu perkumpulan dari beberapa orang yang telah terikat secara hukum ataupun
keinginan sendiri. Tentunya, dalam satu kesatuan tersebut terdapat bagian-bagian jabatan,
tugas, dan lain-lain untuk mencapai tujuan. Dan sebagaimana yang telah kita pahami
bersama bahwa yang paling fundamental dalam organisasi adalah tercapainya suatu
tujuan organisasi. Sehingga dalam proses pencapaian tujuan organisasi tersebut perlu
adanya seseorang yang memimpin, merumuskan dan bertanggung jawab, yakni ketua
organisasi. Ketua organisasi atau pimpinan perusahaan juga bertanggung jawab atas
jalannya organisasi atau perusahaan, hal itu disebut dengan manajemen.6
Dari deskripsi diatas tersebut, sudah mewakili tentang pengerian manajemen secara
universal. Akan tetapi masih perlu dispesifikasi guna mendapatkan arti yang sesuai dan
pas. Secara epistimologi manajemen adalah penggunaan sumberdaya secara efektif untuk

5
Ibid. hlm. 338.
6
Ibid. hlm 316.

Manajemen Lembaga Pendidikan | 3


mencapai sasaran, pimpinan yang bertanggung jawab atas jalannya organisasi. 7 Dalam
bahasa inggris management memiliki arti ketatalaksanaan, tatapimpinan, dan
pengelolaan.8 Berasal dari kata dasar manage yang berarti mengurus, mengatur,
melaksanakan, dan mengelola.9 Dalam istilah manajemen terdapat tiga pandangan yang
berbeda, pertama; mengartikan administrasi lebih luas daripada manajemen (manajemen
merupakan intisari dari administrasi), kedua; mengartikan manajamen lebih luas daripada
administrasi, ketiga; merupakan pandangan yang mengatakan bahwa manajemen itu
sering identik dengan administrasi.10
Setelah mengetahui manajemen secara epistimologis, maka perlu juga mengetahui
manajemen secara terminologis. Adapun manajemen secara terminologis adalah proses
pemanfaatan semua sumber daya melalui bantuan orang lain dan bekerjasama dengannya
agar tujuan bersama dapat dicapai secara efektif, efisien dan produktif.11 Manajemen juga
bisa diartikan sebagai proses bekerja sama antara individu dan kelompok serta sumber
daya lainnya dalam mencapai tujuan, organisasi adalah sebagai aktivitas manajemen.
Dengan kata lain, aktivitas manajerial hanya ditemukan dalam wadah sebuah organisasi,
baik organisasi bisnis, sekolah dan juga lainnya.12 Memang tidak ada kertentuan khusus
terkait dengan batasan-batasan pengertian management, namun demikian pengertian
manajemen yang paling dominan digunakan dan dipakai oleh para ahli adalah suatu
proses tertentu yang menggunakan kemampuan atau keahlian untuk mencapai suatu
tujuan yang didalam pelaksanaannya dapat mengikuti alur keilmuan secara ilmiah dan
dapat pula menonjolkan kekhasan atau gaya manajer dalam mendayagunakan
kemampuan orang lain.13
Jika dicari arti manajemen yang paling simple adalah pengelolaan. Yakni Suatu
proses menata atau mengelola organisasi dalam mencapai tujuan yang diinginkan
dipahami sebagai manajemen.14 Dalam kegiatan manajemen biasanya sering melibatkan
alokasi dan pengawasan uang, sumberdaya manusia, dan fisik untuk mencapai tujuan
yang ditetapkan. Sebagai ilmu, manajemen memiliki pendekatan sistematik yang selalu

7
Ibid. hlm 316.
8
John M. Echols dan Hassan shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia dan Ithaca London :
Cornell University Press, 2003) cet. Ke-27, hlm 372.
9
Ibid. Hlm 372.
10
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rasindo, 2002), hlm 19.
11
Eriyanto, Diktat Mata Kuliah Manajemen Lembaga Pendidikan, (Universitas Ibrahimy, 2018), hlm 1.
12
Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Press, 2005), hlm 21.
13
Tim Dosen Administrasi Pendidikan UI, Manajemen Pendidikan, (Bandung: Al- Fabeta, 2009), hlm 86.
14
Syarifuddin dan Nurmawati, Pengelolaan Pendidikan Mengembangkan Keterampilan Manajemen Pendidikan
Menuju Sekolah Efektif, (Medan: Perdana Publishing, 2011), hlm 16.

Manajemen Lembaga Pendidikan | 4


digunakan dalam memecahkan masalah. Pendekatan manajemen bertujuan untuk
menganalisis proses, membangun kerangka konseptual kerja, mengidentifikasi prinsip-
prinsip yang mendasarinya dan membangun teori manajemen dengan menggunakan
pendekatan tersebut. Karena itu, manajemen adalah proses universal berkenaan dengan
adanya jenis lembaga, berbagai posisi dalam lembaga, atau pengalaman pada lingkungan
yang beragam luasnya antara berbagai persoalan kehidupan.15
Makna manajemen sering diartikan sebagai ilmu, kiat dan professional. Manajemen
diartikan sebagai ilmu karena merupakan suatu bidang ilmu pengetahuan yang
secara sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerja sama.
Untuk Manajemen diartikan sebagai kiat karena manajemen mencapai sasaran
melalui cara-cara dengan mengatur orang lain menjalankan tugasnya. Sedangkan
manajemen diartikan sebagai profesi karena manajemen dilandasi oleh keahlian
khusus untuk mencapai suatu prestasi manajer, dan para professional dituntut oleh suatu
kode etik.16
Diantara sekian banyak definisi manajemen diatas, baik dari segi epistimologis
dan terminologisnya, perlu juga memperhatikan dan menelaah arti manajemen yang
dilontarkan para tokoh-tokoh manajemen terkemuka. Supaya nantinya bisa
mematangkan pengetahuan peserta didik atau pihak-pihak yang berkepentingan
terhadap definisi manajemen. Thoha berpendapat bahwa manajemen adalah suatu
proses pencapaian tujuan organisasi melalui usaha orang lain. 17 Sedangkan Nawawi
menyatakan, manajemen adalah kegiatan yang memerlukan kerja sama orang lain untuk
mencapai tujuan”. 18 Jadi dapat kita simpulkan dari pendapat dua tokoh diatas
terkait dengan manajemen adalah proses kerjasama anatara dua orang atau lebih
untuk mencapai suatu tujuan.
Pengertian manajemen lebih lanjut dinyatakan oleh Martayo, ia menyatakan bahwa
manajemen adalah usaha untuk menentukan, menginterpretasikan dan mencapai tujuan-
tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian,
penyusunan personalia atau kepegawaian, pengarahan dan kepemimpinan serta
pengawasan.19 Selain itu menurut Terry, yang dikutip oleh Anoraga, menyatakan bahwa
manajemen merupakan proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan,
15
Ibid, hlm 16.
16
Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung; PT. Remaja Rosda Karya, 2004), Cet. Ke-II,
hlm 1.
17
Miftah Thoha, Kepemimpinan Dalam Manajemen, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995) Cet. Ke-II, hlm 8.
18
Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Jahi Masagung, 1993), Cet. Ke-V, hlm 13.
19
Susilo Martoyo, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: BPPFE, 1980), Cet. Ke- IV, hlm. 3.

Manajemen Lembaga Pendidikan | 5


pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan yang masing-masing bidang tersebut
digunakan baik ilmu pengetahuan maupun keahlian dan yang diikuti secara berurutan
dalam rangka usaha mencapai sasaran yang telah ditetapkan.20 Dalam menginterpretasi
manajemen terdapat tiga fokous yang harus diperhatikan. Pertama; manajemen sebagai
suatu kemampuan atau keahlian yang selanjutnya menjadi cikal bakal manajemen sebagai
suatu profesi. Manajemen sebagai suatu ilmu menekankan perhatian pada
keterampilan dan kemampuan manajerial yang diklasifikasikan menjadi
kemampuan, keterampilan dan sebagainya. Kedua; manajemen sebagai proses yaitu
dengan menentukan langkah yang sistematis dan terpadu sebagai aktivitas manajemen.
Ketiga; manajemen sebagai seni tercermin dari perbedaan gaya (style) seseorang dalam
mennggunakan atau memberdayakan orang lain untuk mencapai tujuan.21
Selain dari beberapa pengertian manajemen yang dilontarkan oleh para
tokoh manajemen Indonesia tersebut, terdapat juga pengertian manajemen
menurut tokoh-tokoh luar atau barat. Marry Parker Follet misalnya, ia
mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang
lain. Definisi tersebut bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan
mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Selain Follet,
terdapat Ricky W. Griffin yang juga mendefinisikan manajemen sebagai sebuah
proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan
sumber daya untuk mencapai sasaran (goal) secara efektif, produktif dan
efisien. 22
Produktivitas; adalah perbandingan terbaik antara hasil yang diperoleh (out put)
dengan jumlah sumber yang dipergunakan (input). Produktivitas dapat dinyatakan secara
kuantitas maupun kualitas. Kuantitas aut put berupa jumlah tamatan dan kuantitas in put
berupa jumlah tenaga kerja dan sumber daya selebihnya. Kualitas menunjukan kepada
suatu ukuran penilaian atau penghargaan yang diberikan atau dikenakan kepada
barang (products) dan jasa (services) tertentu berdasarkan timbangan objek atas bobot
serta kinerja.23 Efektivitas adalah ukuran keberhasilan tujuan organisasi. Etzioni
mengatakan bahwa “keefektifan adalah derajat dimana organisasi mencapai tujuan atau
menurut Sergiovani yaitu, “kesesuaian hasil yang dicapai organisasi dengan tujuan”.
Efektivitas institusi pendidikan terdiri dari dimensi manajemen dan kepemimpinan

20
Panji Anoraga, Manajemen Berbasis Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hlm 109.
21
Tim Dosen Administrasi Pendidikan UI, Manajemen Pendidikan, (Bandung: Al- Fabeta, 2009), hlm 86-87.
22
Eriyanto, Diktat Mata Kuliah Manajemen Lembaga Pendidikan, (Universitas Ibrahimy, 2018), hlm 1.
23
Tim Dosen Administrasi Pendidikan UI, Manajemen Pendidikan, (Bandung: Al- Fabeta, 2009), hlm 89.

Manajemen Lembaga Pendidikan | 6


sekolah, guru, tenaga kependidikan, dan personil lainnya, siswa, kurikulum, sarana
prasarana, pengelolaan kelas, hubungan sekolah dan masyarakat, pengelolaan bidang
khusus lainnya hasil nyatanya merujuk kepada hasil yang diharapkan bahkan
menunjukkan kedekatan atau kemiripan antara hasil nyata dengan hasil yang
diharapkan.24 Efisiensi berkaitan dengan cara yaitu membuat sesuatu dengan betul (doing
thing right) sementara efektivitas adalah menyangkut tujuan (doing the right thing) atau
efektivitas adalah perbandingan antara rencana dan tujuan yang akan dicapai, efesiensi
lebih ditekankan pada perbandingan antara in put sumber daya dengan out put. Suatu
kegiatan dikatakan efisien bila tujuan dapat dicapai secara optimal dengan
penggunaan atau pemakaian sumber daya yang minimal. Efisiensi pendidikan adalah
bagaimana tujuan itu dicapai dengan memiliki tingkat efisiensi waktu, biaya, tenaga dan
sarana.25
Diatas sudah dipaparkan secara gamblang pengertian manajemen mulai dari
pengertian secara bahasa, istilah dan para tokoh; baik indonesia maupun luar
negeri. Namun, berbeda halnya dengan pengertian lembaga. Secara bahasa
lembaga adalah pola perilaku manusia yang mapan, terdiri atas interaksi sosial
berstruktur dalam suatu kerangka nilai yang relevan. 26 Jadi, manajemen lembaga
pendidikan islam adalah proses tata kelola atau pengaturan yang terdiri atas
interaksi sosial berstruktur dalam suatu kerangka nilai yang relevan serta
berkaitan dengan mencapai tujuan pendidikan islam. Dimana tujuan pendidikan
yang diutarakan oleh M.J Langeveld sebagaimana yang dikutip oleh Nawafil
dalam bukunya Cornerstone Of Education; Landasan-Landasan Pendidikan
bahwa kedewasaan atau manusia yang dewasa, yaitu manusia yang menentukan
sendiri secara mandiri atas tanggung jawab sendiri. 27
Namun tujuan domain kognitif, afektif, dan psikomotorik, dalam
pelaksanaannya juga harus diprioritaskan, Sebagaimana yang telah
diklasifikasikan oleh Bloom. 28 Pendidikan islam yang dimaksud adalah
pendidikan Islam sebagai bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut
ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan

24
Ibid, hlm 89.
25
Ibid, hlm 90.
26
W.J.S. Perwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1982), hlm. 303.
27
Moh. Nawafil, Cornerstone Of Education; Landasan-Landasan Pendidikan, (Yogyakarta: CV. Absolute
Media, 2018), Cet. Ke-I, hlm 95.
28
Ibid, 97.

Manajemen Lembaga Pendidikan | 7


mengawasi berlakunya semua ajaran islam.29 Kesimpulannya manajemen pada suatu
organisasi atau lembaga pendidikan islam adalah suatu yang sangat penting, sebab
dilakukannya manajemen agar pelaksanaan suatu usaha terencana secara sistematis
dan dapat dievaluasi secara benar, akurat dan lengkap sehingga mencapai tujuan secara
produktif, berkualitas dan efisien.

B. Tujan Manajemen Lembaga Pendidikan Islam

Hakikatnya, tujuan merupakan standar usaha yang dapat ditentukan, serta


mengarahkan usaha yang akan dilalui dan merupakan titik pangkal untuk mencapai
tujuan-tujuan lain. Disamping itu, tujuan dapat membatasi ruang gerak usaha agar
kegiatan dapat terfokus pada apa yang dicita-citakan dan yang terpenting adalah dapat
memberi penilaian atau evaluasi terhadap usaha-usaha pendidikan.30
Tujuan manajemen sebaiknya ditetapkan secara realistis, rasional, logis serta ideal
yang berdasarkan kepada fakta data, potensi serta kemampuan yang dimiliki dan juga
tidak saling bertentangan dengan nilai sosial, moral, agama maupun peraturan pemerintah
yang ada supaya tujuan perusahaan yang ditetapkan bisa bermanfaat bagi masyarakat dan
cukup visible untuk bisa dicapai yang menguntungkan semua pihak yang ada.
Tujuan manajemen menurut GR Terry adalah tujuan yang diinginkan oleh pihak
yang berkepentingan yang melukiskan ruang atau skope yang jelas dan memberi arah
kepada seorang manajer. Definisi tersebut meliputi 4 hal pokok yaitu31;
1. Tujuan
2. Skope
3. Kepastian
4. Arah
Tujuan manajemen haruslah mencakup ke empat hal tersebut berikut dengan
perencancanaan tentang kebijakan, strategi, prosedur, metode, sistem, aturan, intruksi
dan yang lainya yang bisa dijalankan dalam mencapai tujuan tersebut.
Pada dasarnya, yang perlu diketahui adalah bahwa setiap tujuan adalah merupakan
rencana. Tujuan tujuan organisasi atau perusahaan bisa terlihat dari Anggaran Dasar
Anggaran Rumah Tangga (ADART) tiap tiap organisasi. Tujua manajemen bisa ditinjau
29
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bina Aksara, 1997), hlm 13.
30
Moh. Nawafil, Cornerstone Of Education; Landasan-Landasan Pendidikan, (Yogyakarta: CV. Absolute
Media, 2018), Cet. Ke-I, hlm 95.
31
Sofwan Manaf, Pola Manajemen Penyelenggaraan Pondok Pesantren, (Jakarta: Dirjen Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam RI, 2001), hlm 23.

Manajemen Lembaga Pendidikan | 8


dari berbagai sudut, semisal berdasarkan tipe, prioritas, jangka waktu, sifat, hierarki,
bidan ataupun menurut jiwanya.
a. Tujuan manajemen berdasarkan tipe tujuan terdiri atas;
1) Profit objectives, tujuan manajemen untuk memperoleh laba untuk pemiliknya.
2) Service objective, tujuan manajemen memberi pelayanan yang bagus untuk
konsumen, maksudnya bisa meninggikan nilai barang atau jasa yang ditawarkan
atau dijual kepada konsumen.
3) Social objectives, tujuan manajemen untuk lebih mementingkan nilai yang bisa
diciptakan oleh organisasi untuk kesejahteraan masyarakat.
4) Personal objectives, tujuan manajemen lebih menghendaki karyawan atau pekerja
secara individual memperoleh kepuasan dalam hal pekerjaan didalam organisasi
atau perusahaan.
b. Tujuan manajemen berdasarkan prioritas terdiri atas;
1) Sasaran primer
2) Sasaran sekunder
3) Sassaran individual
4) Sasaran sosial
c. Tujuan manajemen berdasarkan jangka waktu terdiri atas;
1) Jangka waktu panjang
2) Jangka waktu menengah
3) Jangka waktu pendek
d. Tujuan manajemen berdasarkan bidangnya, dapat dilihat sebagai berikut;
1) top level objective, tujuan secara umum, menyeluruh yang berkaitan dengan
berbagai bidang sekaligus.
2) Finance objective, tujuan manajemen yang berkaitan dengan modal
3) Production objective, tujuan manajemen yang berkaitan dengan produksi.
4) Marketing objective, tujuan yang berkaitan dengan bidang pemasaran.
5) Office objective, tujuan yang berkaitan dengan bidang ketatausahaan.
e. Tujuan Manajemen berdasarkan motifnya;
1) Public objective, tujuan manaujemen yang wajib diraih karena ada peraturan
perudang-undangan yang berlaku.
2) Organizational objectives, tujuan yang yang harus direalisasikan dikarenakan ada
ketentuan organisasi yang telah tercantim pada statuta, ADART yang bersifat

Manajemen Lembaga Pendidikan | 9


zakelijk dan impersonal yang artinya tidak boleh berdasarkan pada pertimbangan
selera pribadi didalam upaya cara pencapaiannya
3) Personal objective, tujuan individu atau tujuan pribadi yang walaupun mungkin
masih berkaitan dengan organisasi yang didalam upaya pencapaiannya sangat
terpengaruh oleh pandangan atau selera pribadi.
Dari berbagai tujuan diatas tersebut, pada esensinya sebuah manajemen lembaga
berproses mencapai tujuan pendidikan. karena tujuan pendidikan merupakan hal pertama
dan terpenting bila akan merancang, membuat program, serta mengevaluasi pendidikan.
dalam bahasa sederhana, mutu pendidikan akan segera terlihat dalam rumusan
pendidikan.32

C. MANFAAT MANAJEMEN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM

Dalam manajemen, tidak hanya ada manfaat saja. Akan tetapi juga ada yang
namanya fungsi manajemen. sebelum membahas manfaat manajemen Alangkah baiknya
lebih dahulu membahas apa itu fungsi manajemen. Dalam literasi lain, manajemen adalah
suatu perpaduan aktivitas.33 Aktivitas manajemen mencakup spektrum yang sangat luas,
sebab dimulai dari bagaimana menentukan arah organisasi di masa depan, sampai
mengawasi kegiatan untuk mencapai tujuan. Maka dalam rangka mencapai tujuan
organisasi secara efektif dan efisien manajemen harus difungsikan sepenuhnya pada
setiap organisasi.34
Fungsi manajemen yang paling dominan kita ketahui adalah perencanaan
(planning), pengorganisasian (organizing), dan pengarahan (directing). Akan tetapi
terdapat beberapa tokoh yang juga memberikan komentarnya terkait dengan fungsi-
fungsi manajemen. Salah satu tokoh yang paling terkenal adalah Henry Fayol, seorang
industrialis perancis pada awal abad ke-20, pada saat itu ia memberikan lima fungsi
manajemen diantaranya merancang, mengorganisir, memerintah, mengkoordinasi, dan
mengendalikan.35

32
Moh. Nawafil, Cornerstone Of Education; Landasan-Landasan Pendidikan, (Yogyakarta: CV. Absolute
Media, 2018), Cet. Ke-I, hlm 94.
33
Syarifuddin dan Nurmawati, Pengelolaan Pendidikan Mengembangkan Keterampilan Manajemen Pendidikan
Menuju Sekolah Efektif, (Medan: Perdana Publishing, 2011), hlm 19.
34
Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Press, 2005), hlm 60.
35
Eriyanto, Diktat Mata Kuliah Manajemen Lembaga Pendidikan, (Universitas Ibrahimy, 2018), hlm 1.

Manajemen Lembaga Pendidikan | 10


Jika diatas telah dipaparkan mengenai fungsi manajemen, maka selanjutnya akan
dipaparkan juga terkait dengan manfaat manajemen. Adapun manfaat manajemen yang
diutarakan oleh T. Hani Handoko diantaranya adalah sebagai berikut;
1. Manajemen dibutuhkan ntuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Baik
oleh pribadi maupun perusahaan
2. Manajemen membantu keseimbangan diantara tujuan-tujuan yang telah ditetapkan
3. Adanya manajemen akan beguna untuk mencapai efisiensi dan efektifitas
Jadi, kesimpulan sederhananya adalah manajemen bermanfaat dalam menacapai
tujuan, menyeimbangkan tujuan, dan mencapai efisiensi dan efektifitas.

D. ISU-ISU SEPUTAR PENDIDIKAN ISLAM

Isu-isu pendidikan dari dulu memang tak pernah ada hentinya. Karena disetiap lini
kehidupan manusia tak pernah lepas dari isu. Isu adalah kabar tidak jelas asal-usulnya dan
tidak terjamin kebenarannya atau sering disebut juga kabar angin dan desas-desus.36 Jadi
tak heran jika di berbagai kompleksitas kehidupan terjadi banyak desas-desus. Begitu
pula dalam dunia pendidikan, yang setiap tahunnya selalu laris dengan kehadiran peserta
didik. Hal itu sangat rentan terjadi desas-desus (kabar angin) terhadap proses pendidikan
yang sedang berlangsung.
Adapun isu yang tidak kunjung redah dan tetap aktual dari pra-kemerdekaan sampai
saat ini adalah intervemsi politik terhadap pendidikan. penulis akan memulai paparannya
dari intervensi politik pada zaman pra-kemerdekaan, dizaman ini mulanya belanda tidak
mau menyelenggarakan pendidikan untuk masyarakat pribumi. Mengapa demikian,
karena belanda tidak mau jika masyarakat pribumi nantinya pintar-pintar, sehingga
belanda susah menjajahnya, mengadu domba, dan lain sebagainya. Akan tetapi lambat
laun, pemerintah kolonial belanda mengalami tekanan dunia internasional untuk
menyelanggarakan pendidikan. pada akhirnya, belanda pun menyelenggarakan
pendidikan untuk penduduk pribumi secara terbatas. Namun tujuan dari pendidikan
pemerintah kolonial belanda tersebut adalah untuk menghasilkan tenaga kerja yang akan
dipekerjakan di pemerintahan belanda yang pada tahap selanjutnya akan memperkukuh
penjajahan belanda.37

36
W.J.S. Perwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1982), hlm. 50.
37
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan; Mengatasi Kelamahan Pendidikan Islam Di Indonesia, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2010), Cet. Ke-IV, hlm 11.

Manajemen Lembaga Pendidikan | 11


Kedua, intervensi politik pada masa orde lama. Pada masa ini, gesekan ideologis
sangat rentan terjadi, sehingga kekuatan politik dan kebijakan pemerintah sering kali
mempengaruhi kebijakan pemerintah. Pemerintah orde lama berada dalam tarikan tiga
kekuatan, yaitu nasionalis, sekularis-komunis, dan agamis. Tiga kekuatan ideologis ini
sering kali berbenturan dan mengalahkan.Akan tetapi , politik pendidikan islam lebih
pada masa orde lama ini terfokus dalam membendung paham komunis.38
Ketiga, pada masa orde baru. Terdapat lima karakteristik pemerintah orde baru yang
kurang kondusif bagi pengembangan pendidikan islam.39
1. Pemerintah orde baru adalah pemerintah kuat dan dominan. Sehingga kebijakannya
jika kurang pas dihati masyarakat tidak bisa ditentang atau diklarivikasi secara
terbuka.
2. Pemerintah orde baru adalah pemerintah yang dipimpin serta didukung oleh kekuatan
militer yang bekerjasama dengan para teknokrat dan birokrat sipil.40
3. Pemerintah orde baru melengkapi dirinya dengan aparat keamanan represif serta
aparat politik-ideolaogis untuk melestarikan dan mereproduksi kekuasaannya.
4. Pemerintah orde baru sejak awal kebangkitannya mendapatkan dukungan dari
kapitalisme internasional.
5. Jika pada saat pemerintah orde baru mengalami instabilitas, maka hal itu terjadi bukan
karena menguatnya posisi politik masyarakat, melainkan oleh faktor dalam tubuh
negara sendiri dan faktor dunia internasional.
Kebijakan pemerintah orde baru mengiring politik pendidikannya kepada sistem
yang bersifat sentralistis. Namun pada intinya, pendidikan yang diselenggarakan oleh
pemerintah orde baru mengarah pada satu tujuan untuk memperkuat hegemoni
pemerintah orde baru dimata masyarakat.41

E. PERMASALAHAN DALAM PENDIDIKAN ISLAM

1. Pemerataan Pendidikan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata pemerataan berasal dari
kata dasar rata, yang berarti: 1) meliputi seluruh bagian, 2) tersebar kesegala penjuru,

38
Ibid, hlm 13.
39
Ibid, hlm 13.
40
A.S. Hikam, Politik Kewarganegaraan Landasan Redemokratisasi Di Indonesia, (Jakarta: Erlangga, 1999),
hlm 3.
41
Ace Suryadi dan H.A.R Tilaar, Analisis Kebijakan Pendidikan; Suatu Pengantar,(Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1994), hlm 19.

Manajemen Lembaga Pendidikan | 12


dan 3) sama-sama memperoleh jumlah yang sama. Sedangkan kata pemerataan berarti
proses, cara, dan perbutan melakukan pemerataan.42 Jadi dapat disimpulkan bahwa
pemerataan pendidikan adalah suatu proses, cara dan perbuatan melakukan
pemerataan terhadap pelaksanaan pendidikan, sehingga seluruh lapisan masyarakat
dapat merasakan pelaksanaan pendidikan.
Pelaksanaan pendidikan yang merata adalah pelaksanaan program pendidikan
yang dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya bagi seluruh warga negara
Indonesia untuk dapat memperoleh pendidikan. Pemerataan dan perluasan pendidikan
atau biasa disebut perluasan kesempatan belajar merupakan salah satu sasaran dalam
pelaksanaan pembangunan nasional. Hal ini dimaksudkan agar setiap orang
mempunyai kesempatan yang sama unutk memperoleh pendidikan. Kesempatan
memperoleh pendidikan tersebut tidak dapat dibedakan menurut jenis kelamin, status
sosial, agama, amupun letak lokasi geografis.43
Dalam propernas tahun 2000-2004 yang mengacu kepada GBHN 1999-2004
mengenai kebijakan pembangunan pendidikan pada poin pertama menyebutkan:
“Mengupayakan perluasan dan pemeraatan memperoleh pendidikan yang
bermutu tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia menuju terciptanya Manusia Indonesia
berkualitas tinggi dengan peninggakatan anggaran pendidikan secara berarti“. Dan
pada salah satu tujuan pelaksanaan pendidikan Indonesia adalah untuk pemerataan
kesempatan mengikuti pendidikan bagi setiap warga negara.
Dari penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa Pemerataan Pendidikan merupakan
tujuan pokok yang akan diwujudkan. Jika tujuan tersebut tidak dapat dipenuhi, maka
pelaksanaan pendidikan belum dapat dikatakan berhasil. Hal inilah yang
menyebabkan masalah pemerataan pendidikan sebagai suatu masalah yang paling
rumit untuk ditanggulangi.
Permasalahan Pemerataan dapat terjadi karena belum adanya kemauan yang
sungguh-sungguh dari pemerintah.44 Selain itu, dari pemerintah kurang
tergorganisirnya koordinasi antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah,
bahkan hingga daerah terpencil sekalipun. Hal ini menyebabkan terputusnya
komunikasi antara pemerintah pusat dengan daerah. Selain itu masalah pemerataan

42
W.J.S. Perwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1982), hlm. 402.
43
Moh. Nawafil, Cornerstone Of Education; Landasan-Landasan Pendidikan, (Yogyakarta: CV. Absolute
Media, 2018), Cet. Ke-I, hlm 173.
44
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan; Mengatasi Kelamahan Pendidikan Islam Di Indonesia, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2010), Cet. Ke-IV, hlm 207.

Manajemen Lembaga Pendidikan | 13


pendidikan juga terjadi karena kurang berdayanya suatu lembaga pendidikan untuk
melakukan proses pendidikan, hal ini bisa saja terjadi jika kontrol pendidikan yang
dilakukan pemerintah pusat dan daerah tidak menjangkau daearh-daerah terpencil.
Jadi hal ini akan mengakibatkan mayoritas penduduk Indonesia yang dalam usia
sekolah, tidak dapat mengenyam pelaksanaan pendidikan sebagaimana yang
diharapkan.
Permasalahan pemerataan pendidikan dapat ditanggulangi dengan menyediakan
fasilitas dan sarana belajar bagi setiap lapisan masyarakat yang wajib mendapatkan
pendidikan. Pemberian sarana dan prasrana pendidikan yang dilakukan pemerintah
sebaiknya dikerjakan setransparan mungkin, sehingga tidak ada oknum yang dapat
mempermainkan program yang dijalankan ini.
Hal yang paling diharapkan masyarakat, khususnya masyarakat Indonesia
adalah pendidikan yang merata, yang semua anak-anak indonesia bisa mengenyamnya
tanpa pilah-pilih, dan memberikan kesempatan seluas-luasnya untuk memperoleh
pendidikan. namun, kenyataannya masih banyak warga negara terutama kalangan usia
sekolah yang sampai saat ini belum tertampung di institusi-institusi pendidikan yang
diselenggarakan oleh pemerintah. Masalahnya adalah bagaimana sistem pendidikan
dikelola sehingga dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya bagi seluruh
warga negara.oleh karena itu, pemerintah harus lebih berbenah dalam sistem
pendidikan. sehingga, pada akhirnya pendidikan di Indonesia bisa merata dan dapat
dinikmati oleh seluruh anak bangsa.
2. Mutu dan Relevansi Pendidikan
Mutu sama halnya dengan memiliki kualitas dan bobot. Jadi pendidikan yang
bermutu yaitu pelaksanaan pendidikan yang dapat menghsilkan tenaga profesional
sesuai dengan kebutuhan negara dan bangsa pada saat ini. Sedangkan relevan berarti
bersangkut paut, kait mangait, dan berguna secara langsung.
Sejalan dengan proses pemerataan pendidikan, peningkatan mutu untuk setiap
jenjang pendidikan melalui persekolahan juga dilaksanakan. Peningkatan mutu ini
diarahkan kepada peningkatan mutu masukan dan lulusan, proses, guru, sarana dan
prasarana, dan anggaran yang digunakan untuk menjalankan pendidikan. Ada lima
indikator isu strategis yang berkenaan dengan mutu pendidikan (1) mutu kurikulum,

Manajemen Lembaga Pendidikan | 14


(2) mutu lulusan (3) mutu pendidik (4) mutu raw input (5) mutu infrastruktur
pendukung.45
Rendahnya mutu dan relevansi pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Faktor terpenting yang mempengaruhi adalah mutu proses pembelajaran yang belum
mampu menciptakan proses pembelajaran yang berkualitas. Hasil-hasil pendidikan
juga belum didukung oleh sistem pengujian dan penilaian yang melembaga dan
independen, sehingga mutu pendidikan tidak dapat dimonitor secara ojektif dan
teratur.Uji banding antara mutu pendidikan suatu daerah dengan daerah lain belum
dapat dilakukan sesuai dengan yang diharapkan. Sehingga hasil-hasil penilaian
pendidikan belum berfungsi untuk penyempurnaan proses dan hasil pendidikan.
Selain itu, kurikulum sekolah yang terstruktur dan sarat dengan beban
menjadikan proses belajar menjadi kaku dan tidak menarik. Pelaksanaan pendidikan
seperti ini tidak mampu memupuk kreatifitas siswa unutk belajar secara efektif.
Sistem yang berlaku pada saat sekarang ini juga tidak mampu membawa guru dan
dosen untuk melakukan pembelajaran serta pengelolaan belajar menjadi lebih
inovatif. Lebih dari itu, juga dibutuhkannya kurikulum pendidikan yang islami
dengan dirancang berdasarkan konsep tauhid dalam hubungannya dengan
pengembangan ilmu pengetahuan.46
Akibat dari pelaksanaan pendidikan tersebut adalah menjadi sekolah cenderung
kurang fleksibel, dan tidak mudah berubah seiring dengan perubahan waktu dan
masyarakat. Pada pendidikan tinggi, pelaksanaan kurikulum ditetapkan pada
penentuan cakupan materi yang ditetapkan secara terpusat, sehingga perlu
dilaksanakan perubahan kearah kurikulum yang berbasis kompetensi, dan lebih peka
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Rendahnya mutu dan relevansi pendidikan juga disebabkan oleh rendahnya
kualitas tenaga pengajar. Penilaian dapat dilihat dari kualifikasi belajar yang dapat
dicapai oleh guru dan dosen tersebut. Dibanding negara berkembang lainnya, maka
kualitas tenaga pengajar pendidikan tinggi di Indonesia memiliki masalah yang sangat
mendasar.
Melihat permasalahan tersebut, maka dibutuhkanlah kerja sama antara lembaga
pendidikan dengan berbagai organisasi masyarakat. Pelaksanaan kerja sama ini dapat

45
Abd Halim Soebahar, Matriks Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Marwa, 2009), Cet. Ke-2, hlm 108.
46
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan; Mengatasi Kelamahan Pendidikan Islam Di Indonesia, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2010), Cet. Ke-IV, hlm 200.

Manajemen Lembaga Pendidikan | 15


meningkatkan mutu pendidikan. Dapat dilihat jika suatu lembaga tinggi melakukan
kerja sama dengan lembaga penelitian atau industri, maka kualitas dan mutu dari
peserta didik dapat ditingkatkan, khususnya dalam bidang akademik seperti
tekonologi industri.
Menurut survey Political And Economic Risk Consultant (PERC), bahwa
kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 urutan negara di
Asia. Posisi Indonesia berada dibawah vietnam. Data yang dilaporkan The World
Economic Forum Swedia (2000), indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu
hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di dunia. Dan masih
menurut survey dari lembaga yang sama, Indoneisa hanya berpredikat sebagai
follower, bukan sebagai pemimpin tekhnologi dari 53 negara di dunia.
Menurut Suyanto, survey diatas dimaksudkan untuk melihat profil kualitas
tenaga kerja di Asia Tenggara. Asumsinya adalah untuk mendapatkan tenaga kerja
yang berkualitas harus dilihat dari kualitas sistem pendidikan disuatu negara47. Tujuh
belas indikator yang terkait dengan sistem pendidikan yang digunakan PERC sebagai
berikut48:
1. Impresi keseluruhan tentang sistem pendidikan suatu negara.
2. Proporsi penduduk yang memiliki pendidikan dasar
3. Proporsi penduduk yang memiliki pendidikan menengah
4. Proporsi penduduk yang memiliki pendidikan perguruan tinggi
5. Jumlah biaya untuk mendidik tenaga kerja produktif
6. Ketersediaan tenaga kerja produktif berkualitas tinggi
7. Jumlah biaya untuk mendidik tenaga kerja
8. Ketersediaan tenaga kerja klerek
9. Jumlah biaya untuk mendidik staf manajemen
10. Ketersediaan staff manajemen
11. Tingkat keterampilan tenaga kerja
12. Semangat kerja (work ethick) tenaga kerja
13. Kemampuan bahasa inggris
14. Kemampuan berbahasa asing selain bahasa inggris
15. Kemampuan penggunaan tekhnologi
16. Tingkat keaktifan tenaga kerja (labor activism)

47
Suyanto, Dinamika Pendidikan Nasional, (Jakarta: PSAP Muhammadiyah, 2006), hlm. 65.
48
Abdul Kadir, Dasar-Dasar Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2012), Cet, ke-1, hlm. 249.

Manajemen Lembaga Pendidikan | 16


17. Frekuensi perpindahan atau pergantian tenaga kerja yang pensiun (labor turnover)
3. Efisiensi dan Efektivitas Pendidikan
Sesuai dengan pokok permasalahan pendidikan yang ada selain sasaran
pemerataan pendidikan dan peningkatan mutu pendidikan, maka ada satu masalah lain
yang dinggap penting dalam pelaksanaan pendidikan, yaitu efisiensi dan efektifitas
pendidikan. Permasalahan efisiensi pendidikan dipandang dari segi internal
pendidikan. Maksud efisiensi adalah apabila sasaran dalam bidang pendidikan dapat
dicapai secara efisien atau berdaya guna. Artinya pendidikan akan dapat memberikan
hasil yang baik dengan tidak menghamburkan sumberdaya yang ada, seperti uang,
waktu, tenaga dan sebagainya.
Pelaksanaan proses pendidikan yang efisien adalah apabila pendayagunaan
sumber daya seperti waktu, tenaga dan biaya tepat sasaran, dengan lulusan dan
produktifitas pendidikan yang optimal. Pada saat sekarng ini, pelaksanaan pendidikan
di Indonesia jauh dari efisien, dimana pemanfaatan segala sumberdaya yang ada tidak
menghasilkan lulusan yang diharapkan. Banyaknya pengangguran di Indonesia lebih
dikarenakan oleh kualitas pendidikan yang telah mereka peroleh. Pendidikan yang
mereka peroleh tidak menjamin mereka untuk mendapat pekerjaan sesuai dengan
jenjang pendidikan yang mereka jalani.49
Pendidikan yang efektif adalah pelaksanaan pendidikan dimana hasil yang
dicapai sesuai dengan rencana / program yang telah ditetapkan sebelumnya. Jika
rencana belajar yang telah dibuat oleh dosen dan guru tidak terlaksana dengan
sempurna, maka pelaksanaan pendidikan tersebut tidak efektif.50
Tujuan dari pelaksanaan pendidikan adalah untuk mengembangkan kualitas
SDM sedini mungkin, terarah, terpadu dan menyeluruh melalui berbagai upaya. Dari
tujuan tersebut, pelaksanaan pendidikan Indonesia menuntut untuk menghasilkan
peserta didik yang memeiliki kualitas SDM yang mantap. Ketidakefektifan
pelaksanaan pendidikan tidak akan mampu menghasilkan lulusan yang berkualitas.
Melainkan akan menghasilkan lulusan yang tidak diharapkan. Keadaan ini akan
menghasilkan masalah lain seperti pengangguran.
Penanggulangan masalah pendidikan ini dapat dilakukan dengan peningkatan
kulitas tenaga pengajar. Jika kualitas tenaga pengajar baik, bukan tidak mungkin akan

49
Moh. Nawafil, Cornerstone Of Education; Landasan-Landasan Pendidikan, (Yogyakarta: CV. Absolute
Media, 2018), Cet. Ke-I, hlm 179.
50
Ibid, hlm 179.

Manajemen Lembaga Pendidikan | 17


meghasilkan lulusan atau produk pendidikan yang siap untuk mengahdapi dunia kerja.
Selain itu, pemantauan penggunaan dana pendidikan dapat mendukung pelaksanaan
pendidikan yang efektif dan efisien. Kelebihan dana dalam pendidikan lebih
mengakibatkan tindak kriminal korupsi dikalangan pejabat pendidikan. Pelaksanaan
pendidikan yang lebih terorganisir dengan baik juga dapat meningkatkan efektifitas
dan efisiensi pendidikan. Pelaksanaan kegiatan pendidikan seperti ini akan lebih
bermanfaat dalam usaha penghematan waktu dan tenaga.

Manajemen Lembaga Pendidikan | 18


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Arti manajemen yang paling simple adalah pengelolaan. Yakni Suatu proses
menata atau mengelola organisasi dalam mencapai tujuan yang diinginkan disebut
sebagai manajemen. manajemen pada suatu organisasi atau lembaga pendidikan islam
adalah suatu yang sangat penting, sebab dilakukannya manajemen agar pelaksanaan
suatu usaha terencana secara sistematis dan dapat dievaluasi secara benar, akurat dan
lengkap sehingga mencapai tujuan secara produktif, berkualitas dan efisien.
Tujua manajemen bisa ditinjau dari berbagai sudut, semisal berdasarkan tipe,
prioritas, jangka waktu, sifat, hierarki, bidan ataupun menurut jiwanya. Adapun manfaat
manajemen menurut T. Hani Handoko sebagai berikut;
1. Manajemen dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Baik oleh pribadi maupun perusahaan
2. Manajemen membantu keseimbangan diantara tujuan-tujuan yang telah ditetapkan
3. Adanya manajemen akan beguna untuk mencapai efisiensi dan efektifitas
Isu-isu pendidikan yang masih kontekstual pada saat ini dan yang masih banyak
diperbincangkan oleh banyak kalangan masyarakat adalah intervensi politik dari
pemerintah. Dan intervensi politik terhhadap dunia pendidikan ini, bukan hanya terjadi
pada saat ini saja. Melainkan sudah ada semenjak zaman pra-kemerdekaan, orde lama,
orde baru, dan reformasi.
Lain halnya dengan permasalahan pendidikan. memang sudah lumrah di dunia
pendidikan klasik, modernis, post-modernis, agamis, yang menjadi permasalahannya
adalah pemerataan pendidikan, mutu dan relevansi pendidikan, serta efisiensi dan
efektifitas pendidikan.
B. Kritik dan Saran
Demikianlah makalah ini kami susun, kami menyadari dalam penulisan makalah
ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan
saran yang konstruktif sangat kami harapkan guna perbaikan makalah selanjutnya.
Kesempurnaan hanya milik Allah SWT dan Rasulnya SAW semata, tiada kelebihan ilmu
yang kami tuangkan dalam makalah ini. Semoga apa yang kami sampaikan dalam
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi kalangan Mahasiswa
Universitas Ibrahimy. Amin.

Manajemen Lembaga Pendidikan | 19


DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, Panji. Manajemen Berbasis Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997).
Arifin, Muzayyin. Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bina Aksara, 1997).
Dewantara, Ki Hajar. Bagian Kedua Kebudayaan, (Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan
Tamansiswa, 2011), Cet. Ke-4.
Dewantara, Ki Hajar. Bagian Pertama Pendidikan, (Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan
Tamansiswa, 2011), Cet. Ke-4.
Echols, John M. dan Hassan shadily. Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia dan
Ithaca London : Cornell University Press, 2003) cet. Ke-27.
Eriyanto, Diktat Mata Kuliah Manajemen Lembaga Pendidikan, (Universitas Ibrahimy,
2018).
Fattah, Nanang. Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung; PT. Remaja Rosda Karya,
2004), Cet. Ke-II.
Hikam, A.S. Politik kewarganegaraan landasan redemokratisasi di indonesia, (Jakarta:
Erlangga, 1999).
Kadir, Abdul. Dasar-Dasar Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2012), Cet,
ke-1.
Manaf, Sofwan. Pola Manajemen Penyelenggaraan Pondok Pesantren, (Jakarta: Dirjen
Pembinaan Kelembagaan Agama Islam RI, 2001).
Martoyo, Susilo. Manajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: BPPFE, 1980), Cet.
Ke- IV.
Mulyasa, E. Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rasindo, 2002).
Nata, Abuddin. Manajemen Pendidikan; Mengatasi Kelamahan Pendidikan Islam Di
Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), Cet. Ke-IV.
Nawafil, Moh. Cornerstone Of Education; Landasan-Landasan Pendidikan, (Yogyakarta:
CV. Absolute Media, 2018), Cet. Ke-I.
Nawawi, Hadari. Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Jahi Masagung, 1993), Cet. Ke-V.
Soebahar, Abd Halim. Matriks Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Marwa, 2009), Cet.
Ke-2.
Suryadi, Ace dan H.A.R Tilaar, Analisis Kebijakan Pendidikan; Suatu Pengantar, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 1994).
Suyanto, Dinamika Pendidikan Nasional, (Jakarta: PSAP Muhammadiyah, 2006).
Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Press, 2005).

Manajemen Lembaga Pendidikan | 20


Syafril dan Zelhendri Zen. Dasar-dasar ilmu pendidikan, (Depok: KENCANA, 2017), Cet.
Ke-1.
Syarifuddin dan Nurmawati, Pengelolaan Pendidikan Mengembangkan Keterampilan
Manajemen Pendidikan Menuju Sekolah Efektif, (Medan: Perdana Publishing, 2011).
Thoha, Miftah. Kepemimpinan Dalam Manajemen, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995)
Cet. Ke-II.
Tim Dosen Administrasi Pendidikan UI, Manajemen Pendidikan, (Bandung: Al- Fabeta,
2009).

Manajemen Lembaga Pendidikan | 21

Anda mungkin juga menyukai