Anda di halaman 1dari 34

BAB II

TINJAUAN TEORI

I. TINJAUAN TOERI MEDIS PERSALINAN

A. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah suatu proses membuka dan menipisnya servik

disertai dengan penurunan janin ke dalam jalan lahir, proses persalinan

normal berlangsung atau terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42

minggu) yang lahir spontan dengan presentasi belakang kepala dan

berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin.

Sedangkan proses kelahiran adalah suatu proses dimana janin dan kantong

ketuban didorong keluar melalui jalan lahir (Saifuddin, 2009). Menurut

(JNPK-KR, 2014) persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan

selaput ketuban keluar dari uterus ibu, persalinan dianggap normal jika

prosesnya terjadi pada usia cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai

adanya penyulit.

B. Tanda Gejala

1. Tanda persalinan sudah dekat

a. Terjadinya lightening

Yaitu kepala turun memasuki PAP terutama primigravida

menjelang minggu ke-36. Lightening menyebabkan :

1) Terasa ringan dibagian atas dan rasa sesaknya berkurang

2) Dibagian bawah terasa sesak

3) Terjadi kesulitan saat berjalan dan sering miksi


b. Terjadi his permulaan

Sifat his permulaan atau palsu

1) Rasa nyeri ringan dibagian bawah

2) Datangnya tidak teratur dan durasinya pendek

3) Tidak ada perubahan pada serviks dan tidak bertambah bila

beraktivitas

(Baety, 2012)

2. Tanda pasti persalinan

a. Terjadinya his persalinan

Menurut Sulistyawati (2013) karakter dari his persalinan :

1) Pinggang terasa sakit menjalar ke depan

2) Sifat his teratur, interval makin pendek, dan kekuatan makin

besar

3) Terjadi perubahan pada serviks

4) Jika pasien menambah aktivitasnya, misalnya dengan berjalan,

maka kekutannya bertambah

b. Keluarnya lendir bercampur darah pervaginam (show)

Lendir berasal dari pembukaan yang menyebabkan

lepasnya lendir berasal dari kanalis servikalis. Sedangkan

pengeluaran darah disebabkan robeknya pembuluh darah waktu

serviks membuka. (Marmi, 2012)


c. Pengeluaran cairan

Sebagian pasien mengeluarkan air ketuban akibat pecahnya

selaput ketuban. Jika ketuban sudah pecah, maka ditargetkan

persalinan dapat berlangsung dalam 24 jam. Namun jika ternyata

tidak tercapai, maka persalinan akhirnya diakhiri dengan tindakan

tertentu, misalnya ekstraksi vakum, atau section caesaria.

(Sulistyawati, 2013)

d. Dilatasi dan effacement

Dilatasi adalah terbukanya kanalis servikalis secara

berangsur-angsur akibat pengaruh his. Effacement adalah

pendataran atau pemendekan kanalis servikalis yang semula

panjang 1-2 cm menjadi hilang sama sekali, sehingga tinggal hanya

ostium tipis seperti kertas. (Marmi, 2012)

C. Tahapan Dalam Proses Persalinan

Tahapan persalinan dibagi menjadi 4 kala. Kala I dinamakan kala

pembukaan (serviks membuka sampai pembukaan 10 cm). Kala II kala

pengeluaran, (proses keluarnya janin sampai dengan lahir sebab kekuatan

his dan kekuatan ibu mengejan) . Dalam kala III atau kala uri plasenta

terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan. Kala IV mulai dari lahirnya

plasenta dan lamanya 1 jam (Saiffudin, 2010).


a. Kala I

Menurut Marmi (2012) kala I disebut juga dengan kala

pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai

pembukaan lengkap (10 cm).

Proses pembukaan serviks dibagi menjadi 2 fase, yaitu :

1) Fase laten

Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan perapisan

dan pembukaan serviks secara lengkap, pembukaan serviks <4 cm.

biasanya berlangsung kurang lebih 8 jam.

2) Fase aktif, dibagi dalam 3 fase lagi, yaitu :

(a) Fase akselerasi, dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi

menjadi 4 cm

(b) Fase dilatasi maksimal, dalam waktu 2 jam pembukaan

berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm

(c) Fase deselerasi, pembukaan menjadi lambat sekali. Dalam

waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.

Mekanisme membukanya serviks berbeda antara primigravida

dan multigravida. Pada primigravida ostium uteri internum akan

membuka lebih dahulu, sehingga serviks akan mendatar dan menipis,

baru kemudian ostium uteri eksternum membuka. Pada multigravida

ostium uteri internum dan eksternum sudah sedikit terbuka. Penipisan

dan pendataran serviks terjadi dalam saat yang sama pada pembukaan

(Saiffudin, 2010).
2) Kala Dua

Kala II disebut juga dengan kala pengeluaran, kala ini dimulai

dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini

berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida

(Sumarah, 2009 dalam Marmi, 2012).

3) Kala Tiga

Menurut Saiffudin (2010), setelah bayi lahir, uterus teraba keras

dengan fundus uteri sedikit di atas pusat. Beberapa menit kemudian

uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya.

Biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir dan

keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri.

4) Kala Empat

Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena

perdarahan postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama.

Observasi yang dilakukan adalah :

(a) Tingkat kesadaran penderita

(b) Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi dan petnafasan

(c) Kontraksi uterus

(d) Terjadi perdarahan

(Manuaba,1998 dalam Marmi, 2012)

D. Perubahan Fisiologis pada Persalinan

1. Perubahan Fisiologi Kala I

Perubahan fisiologis kala I menurut Marmi (2012) :


a. Perubahan pada serviks

1) Pendataran pada serviks/effacement

Pada akhir kehamilan otot yang mengelilingi ostium uteri

internum (OUI) ditarik oleh SAR yang menyebabkan serviks

menjadi pendek dan menjadi bagian dari SBR. Bentuk serviks

menghilang karena kanalis servikalis membesar dan atas

membentuk ostium uteri eksterna (OUE) sebagai ujung dan

bentuk yang sempit. Menurut Kemenkes RI (2015) Pendataran

serviks/Effacement adalah pemendekan kanalis servikalis dari 1-2

cm menjadi satu lubang saja dengan pinggir yang tipis.

2) Pembukaan serviks

Pembukaan serviks disebabkan karena membesarnya

ostium uretra externum (OUE) karena otot yang melingkar di

sekitar ostium meregangkan untuk dapat dilewati kepala.

Pembukaan uteri tidak saja karena penarikan SAR akan tetapi juga

karena tekanan isi uterus yaitu kepala dan kantong amnion.

b. Perubahan sistem kardio vaskuler

1) Tekanan darah

Tekanan darah meningkat selama kontraksi uterus dengan

kenaikan sistolik rata-rata 10-20 mmHg dan kenaikan diastolik

rata-rata 5-10 mmHg. Diantara kontraksi-kontraksi uterus,

tekanan darah akan turun seperti sebelum masuk persalinan dan

akan naik lagi jika terjadi kontraksi. Menurut Rukiyah (2014)


tekanan darah akan meningkat selama kontraksi disertai

peningkatan sistolik rata-rata 10-20 mmHg dan diastolik rata-rata

5-10 mmHg.

2) Denyut jantung

Pada setiap kontraksi, 400 ml darah dikeluarkan dari

uterus dan masuk ke dalam sistem vaskuler ibu. Hal ini akan

meningkatkan curah jantung sekitar 10% sampai 15% pada tahap

pertama persalinan dan sekitar 30% samapai 50% pada tahap

kedua persalinan. Frekuensi denyut nadi diantara kontraksi

sedikit lebih meningkat dibanding selama periode menjelang

persalinan (Rukiyah. 2014)

c. Perubahan metabolisme

Selama persalinan baik metabolisme karbohidrat aerob

maupun anaerob akan naik secara perlahan. Kenaikan ini sebagian

besar disebabkan karena kecemasan serta kegiatan otot kerangka

tubuh. Kegiatan metabolisme yang meningkat tercermin dari

kenaikan suhu badan, denyut nadi, pernapasan, kardiak output dan

kehilangan cairan.

d. Perubahan sistem respirasi

Pernafasan terjadi kenaikan sedikit dibanding dengan

sebelum persalinan. Kenaikan pernapasan ini dapat disebabkan

karena adanya rasa nyeri, kekhawatiran serta penggunaan teknik

pernafasan yang tidak benar. Menurut Kemenkes RI (2015) selama


kontraksi uterus yang kuat, frekuensi dan kedalaman pernafasan

meningkat sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan oksigen

akibat pertambahan laju metabolik.

e. Kontraksi uterus

Selama persalinan, uterus berubah bentuk menjadi dua bagian

yang berbeda. Segmen atas yang berkontraksi secara aktif menjadi

lebih tebal ketika persalinan berlangsung. Bagian bawah relative

pasif disbanding dengan segmen atas, dan bagian ini berkembang

menjadi jalan lahir yang berdinding jauh lebih tipis.

f. Pembentukan segmen atas rahim dan segmen bawah rahim

Segmen atas rahim (SAR) terbentuk dari uterus bagian atas

dengan sifat otot yang lebih tebal dan kontraktif, dan berkaitan

dengan kontraksi dan retraksi.

Segmen bawah rahim (SBR) terbentang di uterus bagian

bawah antar ishmus dari ishmus dan serviks, denan panjang sekitar

8-10 cm, dengan sifat otot yang tipis dan elastis, bagian ini

dipersiapkan untuk dilatasi dan distensi, pada bagian ini banyak otot

yang melingkar dan memanjang.

g. Perubahan hematologis

Hemoglobin meningkat rata-rata 1,2 gr/100ml selama

persalinan dan kembali ke kadar sebelum persalinan pada hari

pertama pasca partum jika tidak ada kehilangan darah yang

abnormal. Waktu koagulasi darah dan terdapat peningkatan


fibrinogen plasma lebih lanjut selama persalinan. Hitung sel darah

putih meningkat selama progresif meningkat selama kala satu

persalinan sebesar kurang lebih 5000 hingga jumlah rata-rata 15000

pada saat pembukaan lengkap, tidak ada peningkatan lebih lanjut

setelah ini. Gula darah menurun selama persalinan, menurun drastis

pada persalinan yang lama dan sulit, kemungkinan besar akibat

peningkatan aktivitas otot dan rangka.

h. Perubahan renal

Poliuri sering terjadi selama persalinan, hal ini disebabkan

oleh cardiac output yang meningkat serta disebabkann oleh filtrasi

glomerulus serta aliran plasma ke renal. Poliuri tidak begitu

kelihatan dalam posisi telentang, yang mempunyai efek mengurangi

urin selama kehamilan. Kandung kencing harus selalu dikontrol

(setiap 2 jam) yang bertujuan agar tidak menghambat penurunan

bagian terendah janin dan trauma pada kandung kemih serta

menghindari retensi urin setelah melahirkan. Sedangkan menurut

Varney (2008) poliuria sering terjadi selama persalinan, diakibatkan

karena peningkatan lebih lanjut curah jantung selama persalinan serta

peningkatan laju filtrasi glomelurus dan aliran plasma ginjal. Poliuria

menjadi kurang jelas pada posisi terlentang karena posisi ini

membuat aliran urine berkurang selama kehamilan. Sedikit

proteinuria (rek,1+) umum ditemukan pada sepertiga sampai


setengah jumlah wanita bersalin. Sehingga untuk protein urin yang

abnormal adalah proteinuria 2+ dan lebih.

i. Perubahan gastrointestinal

Motilitas dan absorbsi lambung terhadap makanan padat jauh

berkurang. Apabila kondisi ini diperburuk oleh penurunan lebih

lanjut sekresi asam lambung selama persalinan, maka saluran cerna

bekerja dengan lambat sehingga waktu pengosongan lambung

menjadi lebih lama. Ibu dianjurkan untuk tidak makan dalam porsi

besar atau minum berlebihan, tetapi makan dan minum ketika

keinginan timbul guna mempertahankan energi dan hidrasi.

j. Perubahan suhu badan

Suhu badan akan sedikit meningkat selama persalinan, suhu

mencapai tingkat tertinggi selama persalinan dan segera setelah

kelahiran. Kenaikan ini dianggap normal asal tidak melebihi 0,5-1ͦ C,

karena hal ini mencerminkan terjadinya peningkatan metabolisme.

k. Perubahan pada vagina dan dasar panggul

Pada kala satu persalinan selaput ketuban dan bagian

terbawah janin memainkan peran penting untuk membuka bagian

atas vagina. Namun, setelah ketuban pecah, perubahan-perubahan

dasar panggul seluruhnya dihasilkan oleh tekanan yang diberikan

oleh bagian terbawah janin. Perubahan yang paling nyata terdiri atas

peregangan serabut-serabut m. levatores ani dan penipisan bagian

tengah perineum, yang berubah bentuk dari massa jaringan


berbentuk baji setebal 5 cm menjadi (kalau tidak dilakukan

episiotomy) struktur membrane tipis yang hamper transparan dengan

tebal kurang dari 1 cm.

2. Perubahan Fisiologis Kala II

a. Kontraksi Uterus

Adapun kontraksi yang bersifat berkala dan yang harus

diperhatikan adalah lamanya kontraksi berlangsung 60-90 detik,

kekuatan kontraksi, kekuatan kontraksi secara klinis ditemukan

dengan mencoba apakah jari kita dapat menekan dinding rahim ke

dalam, interval antara kedua kontraksi pada kala pengeluaran sekali

dalam 2 menit.

b. Perubahan pada serviks

Ditandai dengan pembukaan lengkap, pada pemeriksaan

dalam tidak teraba lagi bibir portio, Segmen Bawah Rahim (SBR),

dan serviks.

c. Perubahan-perubahan uterus

Dalam persalinan perbedaan SAR dan SBR akan tampak

lebih jelas, dimana SAR dibentuk oleh korpus uteri dan bersifat

memegang peranan aktif (berkontraksi) dan dindingnya bertambah

tebal dengan majunya persalinan, dengan kata lain SAR mengadakan

suatu kontraksi menjadi tebal dan mendorong anak keluar.

(Marmi,2012)
3. Perubahan Fisiologis Kala III

Persalinan kala III dimulai sejak bayi lahir sampai lahirnya

plasenta. Kala III merupakan periode waktu dimana penyusutan volume

rongga uterus setelah kelahiran bayi, penyusutan ukuran ini

menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlengketan plasenta.

(Marmi,2012)

4. Perubahan Fisiologis Kala IV

a. Uterus

Setelah kelahiran plasenta, uterus dapat ditemukan di tengah-

tengah abdomen kurang lebih dua pertiga sampai tiga perempat

antara simpisis pubis dan umbilikus.

Segera setelah kelahiran serviks bersifat patulous, terkulai

dan tebal. Perineum yang menjadi kendur dan tonus vagina juga

tampil jaringan tersebut, dipengaruhi oleh peregangan yang terjadi

selama kala dua persalinan. Segera setelah bayi lahir tangan bisa

masuk, tetapi setelah dua jam introitus vagina hanya bisa dimasuki

dua atau tiga jari. (Marmi,2012)

E. Perubahan Psikologi pada Persalinan


Menurut Varney (2008) perubahan psikologis pada ibu bersalin mencakup:
1. Pengalaman sebelumnya
Fokus wanita adalah pada dirinya sendiri dan fokus pada dirinya
sendiri ini timbul ambivalensi mengenai kehamilan seiring usahanya
menghadapi pengalaman yang buruk yang pernah ia alami sebelumnya,
efek kehamilan terhadap kehidupannya kelak, tanggung jawab ,yang
baru atau tambahan yang akan di tanggungnya, kecemasan yang
berhubungan dengan kemampuannya untuk nenjadi seorang ibu.
2. Kesiapan emosi
Tingkat emosi pada ibu bersalin cenderung kurang bias terkendali
yang di akibatkan oleh perubahan – perubahan yang terjadi pada dirinya
sendiri serta pengaruh dari orang – orang terdekatnya, ibu bersalin
biasanya lebih sensitive terhadap semua hal. Untuk dapat lebih tenang
dan terkendali biasanya lebih sering bersosialisasi dengan sesama ibu –
ibu hamil lainnya untuk saling tukar pengalaman dan pendapat.
3. Persiapan menghadapi persalinan ( fisik, mental,materi dan sebagainya)
Biasanya ibu bersalin cenderung mengalami kekhawatiran
menghadapi persalinan, antara lain dari segi materi apakah sudah siap
untuk menghadapi kebutuhan dan penambahan tanggung jawab yang
baru dengan adanya calon bayi yang akan lahir. Dari segi fisik dan
mental yang berhubungan dengan risiko keselamatan ibu itu sendiri
maupun bayi yang dikandungnya.
4. Support system
Peran serta orang – orang terdekat dan dicintai sangat besar

pengaruhnya terhadap psikologi ibu bersalin.Biasanya akan sangat

membutuhkan dorongan dan kasih sayang yang lebih dari seseorang

yang dicintai untuk membantu kelancaran dan jiwa ibu itu sendiri.

Menurut Pieter, Herri Zan (2011) kondisi psikologis ibu yang

mungkin terjadi menjelang kelahiran adalah sebagai berikut :

1. Perasaan takut mati

Meskipun proses persalinan merupakan perubahan fisiologis

yang normal, tidak sedikit ibu yang takut akan terjadi kematian saat

proses persalinan. Ketakutan yang mendalam menjelang kelahiran bayi


atau ketakutan primer akan bertambah bila ibunya, suami, mertua dan

keluarganya bersimpatik atas kondisinya. Untuk ketakutan sekunder

akan datang bersama ketakutan primer, seperti kurangnya dukungan

suami atau kondisi ekonomi sulit.

2. Ketakutan konkret

Ketakutan konkret ditunjukkan dalam sikap ketakutan jika

bayinya lahir cacat atau keadaan patologis, bernasib buruk akibat dosa-

dosanya di masa lalu, beban hidup yang makin berat dengan kelahiran

anak, sikap penolakan, regresi, takut kehilangan bayi, traumatis

kelahiran sebelumnya, dan sebagainya.

3. Rasa bersalah

Perasaan bersalah berkaitan dengan kehidupan emosi dan cinta

kasih yang diterima ibu dari orang tuanya gterutama pada ibunya, atau

takut pada kematian. Kondisi ini biasanya mendorong ibu untuk

meminta bantuan kepada ibunya untuk selalu menemaninya sebelum,

selama, dan pasca persalinan.

4. Halusinasi hipnagogik

Halusinasi hipnagogik adalah gambaran-gambaran tanpa disertai

rangsang yang adekuat, berlangsung saat setengah tidur dan setengah

jaga. Selama interval relaksasi ini akan bermunculan berbagai konflik

batin, tendensi psikologis yang tidak terselesaikan yang masih terus

mengganggu ketenangannya hingga menjelang proses persalinan.


Menurut Varney (2008) kondisi psikologi wanita yang sedang

mengalami proses persalinan sangat bervariasi, yang dipengaruhi oleh

beberapa hal seperti:

1. Persiapan persalian dan bimbingan tentang persiapan persalinan

2. Dukungan yang diterima dari pasangannya

3. Dukungan orang terdekat seperti keluarga dan pemberi perawatan

4. Lingkungan tempat wanita tersebut berada

5. Apakah bayi yang dikandungnya merupakan bayi yang diinginkan

II. TINJAUAN TOERI MEDIS PERSALINAN

A. KALA I

1. Identitas Pasien

a. Nama

Menurut Ambarwati (2010) dan (Anggraini, 2010) nama

dikaji agar tidak keliru dalam memberikan suatu penanganan,

sehingga perlu ditulis nama jelas atau bahkan nama panggilan

sehari-hari.

b. Umur

Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya faktor risiko

yang menyebabkan suatu komplikasi seperti usia <20 tahun dan

usia yang >35 tahun (Anggraini, 2010). Menurut hasil penelitian

Prihandini, Pujiastuti, dan Hastuti (2016) di RST dr. Soedjono

Magelang yang menyatakan bahwa kehamilan pada usia yang


berisiko dapat menyebabkan abortus. Usia di bawah 16 tahun

meningkatkan insiden preeklamsi (Varney, 2008).

c. Agama

Menurut Anggraini (2010) dan Ambarwati (2010), agama

dikaji untuk mengetahui keyakinan klien untuk membimbing atau

mengarahkan pasien dalam berdoa.

d. Pendidikan

Pendidikan berpengaruh dalam tindakan kebidanan serta

untuk mengetahui tingkat intelektual klien, sehingga bidan dapat

memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya (Anggraini,

2010). Pada ibu hamil dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka

akan semakin baik pula pengetahuannya dan sebaliknya jika ibu

dengan tingkat pendidikan rendah terkadang ketika tidak mendapat

cukup informasi mengenai kesehatan maka ia tidak mengetahui

bagaimana cara melakukan perawatan kehamilan yang baik

(Romauli, 2011)

e. Pekerjaan

Pekerjaan dikaji guna untuk mengukur tingkat sosial

ekonomi, karena berpengaruh pada status gizi klien. (Anggraini,

2010). Menurut (Marmi, 2014) dan Sulistyawati (2009)

menyatakan bahwa pekerjaan dikaji untuk mengetahui adanya

risiko cedera dan pajanan yang dapat mengganggu tumbuh

kembang janin.
f. Suku Bangsa

Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari.

(Anggraini, 2010). Menurut Sulistyawati (2009) bahwa masih

dijumpainya adat istiadat yang merugikan kesehatan ibu hamil

sehingga tenaga kesehatan harus bisa menyikapi hal tersebut dengan

bijaksana.

g. Alamat

Alamat perlu ditanyakan untuk mempermudah kunjungan

rumah kepada penderita. (Anggraini, 2010). Alamat dikaji untuk

mendapatkan gambaran mengenai keadaan lingkungan, tingkat

keamanan, kecukupan pangan dan penyebaran penyakit. (Marmi,

2014)

2. Data Subjektif

a. Keluhan Utama

Menurut Sulistyawati, (2013) dalam kasus persalinan yang

harus didapat dari ibu adalah kapan mulai terasa kencang-kencang

di perut, bagaimana intensitas dan frekuensinya, apakah ada

pengeluaran cairan dari vagina yang berbeda dari air kemih, apakah

sudah ada pengeluaran lendir yang disertai darah, serta pergerakan

janin untuk memastikan kesejahteraannya.


b. Tanda-tanda Persalinan

1) Kontraksi/his

Menurut Fraser (2009; h. 432) dan Rohani (2011; h. 62)

bahwa pada persalinan kontraksi uterus berlangsung setiap 15-

20 menit selama 30 detik dan diakhir kala I setiap 2-3 menit

selama 50-60 detik intensitas yang sangat kuat. Menurut

Kemenkes RI (2015; h. 23) bahwa kala I persalinan atau sudah

inpartu dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus minimal

2x/10’ yang teratur dan meningkat hingga serviks mengalami

pembukaan lengkap

2) Lokasi Ketidaknyamanan

Menurut Varney (2008; h. 692), kontraksi persalinan

palsu biasanya dirasakan pada abdomen bagian bawah dan

lipat paha sedangkan kontraksi persalinan sejati rasa nyerinya

menyebar dari fundus ke punggung.

3) Frekuensi

Terdapat perbedaan frekuensi pada persalinan palsu dan

persalinan sejati yang berhubungan juga dengan durasi dan

intensitasnya. Pada persalinan palsu frekuensi, durasi, dan

intensitas kontraksi tidak meningkat, tidak teratur, dan

durasinya pendek. Sedangkan pada persalinan sejati awalnya

tidak teratur dan durasinya singkat, tetapi kemudian menjadi


teratur dan disertai peningkatan frekuensi, durasi dan intensitas

kontraksi. (Varney et al., 2008; h. 692)

Kemenkes RI (2015, h: 23) bahwa kala I persalinan atau

sudah inpartu dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus

minimal 2x/10’ yang teratur dan meningkat hingga serviks

mengalami pembukaan lengkap

4) PPV (Pengeluaran Pervaginam)

Sulistyawati (2013; h. 66) menyatakan pengeluaran

lendir mengindikasikan telah dimulainya proses persalinan.

Menurut Varney (2008; h. 693) jika pengeluaran pervaginam

berupa Bloody show meningkat berarti ibu akan segera

memasuki kala II persalinan.

c. Pola Pemenuhan Kebutuhan Terakhir

1) Pola nutrisi (makan/minum terakhir)

Menurut Sulistyawati, (2013; h. 223), untuk mengetahui

kecukupan asupan gizi selama hamil sampai dengan masa awal

persalinan dan mengetahui intake cairan untuk menentukan

terjadinya dehidrasi. Menurut Varney (2008; h. 692), kapan

terakhir kali makan bermanfaat untuk mengkaji cadangan energi

dan status cairan

2) Pola eliminasi (terakhir)

Selama proses persalinan ibu akan mengalami poliuri

sehingga penting untuk difasilitasi agar kebutuhan eliminasi


dapat terpenuhi (Sulistyawati, 2013; h. 46). Menurut Fraser

(2009; h. 452) selama persalinan ibu harus dianjurkan untuk

berkemih setiap 1-2 jam, karena urine dalam kandung kemih

dapat mengganggu penurunan bagian presentasi janin,

mengurangi kapasitas uterus untuk berkontraksi, meningkatkan

risiko perdarahan pascapartum, dan dapat menghambat

masuknya kepala janin ke dalam gelang panggul.

3) Pola hygiene (terakhir)

Dikaji untuk kenyamanan klien dalam menjalani proses

persalinannya, dimana perlu ditanyakan kapan terakhir mandi,

keramas, dan gosok gigi, ganti baju dan celana dalam

(Sulistyawati, 2013; h. 224)

4) Pola Istirahat (terakhir)

Istirahat sangat penting untuk klien karena akan membuat

rileks dan untuk mempersiapkan energi menghadapi proses

persalinan yang panjang. Perlu ditanyakan kapan terakhir tidur

dan berapa lama. (Sulistyawati, 2013; h. 224)

5) Pola aktivitas dan olahraga (terakhir)

Sulistyawati, (2013; h. 224), menjelaskan aktivitas yang

terlalu berat dikhawatirkan akan menyebabkan klien merasa

kelelahan sampai akhirnya dapat menimbulkan penyulit pada

masa bersalin.
d. Data Psikologis, Sosial dan Spiritual

Adanya respon dan dukungan dari suami serta keluarga akan

mempercepat proses adaptasi pasien dengan kondisinya, hal ini dapat

dapat dijadikan acuan dalam memberikan pola asuhan kepada klien.

Berhubungan dengan adat istiadat adakah kebiasaan klien yang

menganggu dan membahayakan klien. Akan tetapi tetap perlu

difasilitasi karena ada efek psikologis yang positif untuk klien dan

keluarganya (Sulistyawati, 2013; h. 225)

e. Data Pengetahuan

Menurut Sulistyawati, (2013; h. 225), dapat disimpulkan dari

pengalaman atau riwayat persalinannya mengenai sejauh mana

pasien mengetahui tentang persalinan.

2. Data Objektif

a. Pemeriksaan umum

1) Kesadaran

Untuk mendapatkan gambaran kesadaran klien, dapat

diperoleh dari pengkajian klien dengan keadaan komposmentis

(kesadaran maksimal) sampai dengan koma (pasien tidak

dalam keadaan sadar). (Sulistyawati, 20013; h. 226)

2) Tekanan Darah

Tekanan darah pada saat persalinan meningkat selama

kontraksi, rata-rata peningkatan sistolik 15 mmhg (10-20

mmHg) dan diastolik rata-rata 5-10 mmHg (Sulistyawati,

2013; h. 66, 67) dan Rohani ( 2011 ; h. 67)


3) Nadi

Frekuensi denyut jantung di antara kontraksi sedikit lebih

tinggi dibanding menjelang persalinan, hal ini disebabkan

karena peningkatan metabolisme yang terjadi selama

persalinan. (Sulistyawati, 2013; h. 67)

4) Suhu

Pada masa persalinan suhu tubuh akan meningkat, masih

dianggap normal jika peningkatan suhu 0,5˚C sampai 1˚C

karena mencerminkan peningkatan metabolisme selama

persalinan (Sulistyawati, 2013; h. 67)

5) Frekuensi Perrnafasan

Peningkatan frekuensi pernapasan selama persalinan

merupakan suatu hal yang normal karena hal ini merupakan

suatu cerminan adanya kenaikan metabolisme. (Rohani, 2011;

h. 68)

6) Status Obstetrik

a) Inspeksi

(1) Muka

Menurut Kemenkes RI (2013; h. 24). muka

dikaji apakah ada oedema atau terlihat pucat.

(2) Mammae

Mammae dikaji apakah terdapat benjolan, bekas

operasi di daerah areola, dan bagaimana kondisi puting

( Kemenkes RI , 2013; h. 24).


(3) Abdomen

Menurut Fraser (2009; h. 258) tanda-tanda

peregangan kulit akibat kehamilan tampak keperakan

pada kehamilan sebelumnya sedangkan tanda-tanda

yang baru akan terlihat merah muda. Linea nigra akan

terlihat sebagai garis berwarna gelap akibat pigmentasi

yang terletak memanjang di atas umbilikus.

(4) Vulva

Dalam JNPK-KR (2014; h. 43) menjelaskan

pemeriksaan genetalia perlu diperhatikan untuk

mengetahui adanya luka atau massa termasuk

kondilomata, varises vulva atau rektum, atau luka parut

di perineum.

b) Palpasi

JNPK-KR (2014) menyatakan pada persalinan,

palpasi abdomen dilakukan dengan Leopold I-IV dan

ditambah dengan :

(1) Memantau kontraksi uterus

Dilakukan dengan meletakkan tangan penolong di

atas uterus dan hitung jumlah kontraksi yang terjadi

dalam kurun waktu 10 menit.


(2) Menentukan penurunan bagian terbawah janin dengan

metode perlimaan.

Tabel 2.4 Penurunan Kepala Janin Menurut Sistem Perlimaan


Pemeriksaan
Pemeriksaan Luar Keterangan
Dalam
Kepala di atas PAP dan mudah
Teraba 5/5 bagian -
digerakkan
Bagian terbesar kepala belum masuk
Teraba 4/5 bagian Hodge I-II
panggul sehingga sulit digerakkan
Bagian terbesar kepala belum masuk
Teraba 3/5 bagian Hodge II-III
panggul
Bagian terbesar kepala sudah masuk
Teraba 2/5 bagian Hodge III (+)
panggul
Teraba 1/5 bagian Hodge III-IV Kepala di dasar panggul.
Teraba 0/5 bagian Hodge IV Kepala di perineum
Sumber : Saifuddin, 2010 ; h. N-9

c) Auskultasi

Sulistyawati (2013; h. 74) menyatakan bahwa

auskultasi denyut jantung janin pada persalinan normal

dilakukan setiap 1 jam pada fase laten dan setiap 30 menit

pada fase aktif dan agar hasil yang didapat valid dan

akurat, pemeriksaan DJJ harus dilakukan dalam 1 menit

penuh saat uterus tidak berkontraksi.

b. Pemeriksaan Dalam

1) Vulva vagina

Menurut JNPK-KR (2014; h. 46), dikaji luka atau massa,

kondilomata, varises vulva, atau luka parut di perineum.

2) Serviks

Menurut Sulistyawati (2013; h. 64-66) yang perlu dikaji:

a) Keadaan
Sebelum proses persalinan, serviks akan

mempersiapkan kelahiran dengan berubah menjadi

lembut.

b) Penipisan/effacement

Reeder (2014; h. 596) menyatakan bahwa penipisan

serviks adalah suatu proses penipisan dan pemendekan

saluran serviks dari strukturnya sepanjang 2 sampai 3 cm

dan tebal sekitar 1 cm menjadi struktur sebuah lubang

melingkar dengan tepi hampir setipis kertas

c) Pembukaan/dilatasi

Proses dilatasi dibagi menjadi 2 yaitu fase laten

yang berlangsung selama kurang lebih 8 jam, dimana

pembukaan berlangsung sangat lambat sampai diameter 3

cm dan fase aktif pembukaan dari 3 cm sampai

pembukaan lengkap yaitu 10 cm. Menurut Fraser (2009;

h. 454) pada persalinan normal, serviks primipara menipis

sebelum dilatasi, sedangkan pada wanita para dua

peristiwa ini seringkali terjadi secara bersamaan.

d) Kulit ketuban

Ketuban akan otomatis pecah dengan sendirinya

ketika pembukaan hampir atau sudah lengkap. Akan

tetapi tidak jarang ketuban harus dipecahkan ketika

pembukaan sudah lengkap (Sulistyawati & Nugraheny,

2013; h. 66).
Menurut Saifuddin (2010; h. N-12) kondisi ketuban

dinilai sebagai berikut: U (selaput ketuban Utuh), J

(selaput pecah, air ketuban Jernih), M (air ketuban

bercampur Mekonium), D (Air Ketuban bercampur

Darah), K (tidak ada cairan ketuban/Kering )

e) Presentasi dan Point of Direction (POD)

Menurut Sulistyawati (2013; h. 32, 33) presentasi

digunakan untuk menunjukan bagian janin yang terdapat

di bagian terbawah jalan lahir sedangkan posisi

menunjukan hubungan bagian janin tertentu dengan

bagian kiri, kanan, depan lintang (lateral) dan belakang

dari jalan lahir.

f) Moulding (Molase/moulage)

Molase adalah indikator penting tentang seberapa

jauh kepala janin dapat menyesuaikan diri terhadap

bagian keras (tulang) panggul (Sulistyawati &

Nugraheny, 2013; h. 78). Menurut JNPK-KR (2014; h.

61) menyatakan bahwa cara menulis molase adalah

menggunakan lambang yaitu 0 tulang kepala janin

terpisah, sutura dengan mudah dapat dipalpasi, 1 tulang

kepala janin saling bersentuhan, 2 tulang kepala janin

saling tumpang tindih tetapi masih dapat dipisahkan, 3

tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tidak dapat

dipisahkan.
g) Penurunan Bagian Terendah

Menurut Sulistyawati (2013; h. 22) penurunan

bagian terendah janin pada proses persalinan dapat dinilai

berdasarkan bidang hodge/bidang khayal. Menurut Baety

(2012; h. 33, 34) batas-batas bidang hodge terdiri dari :

(1) Hodge 1 : Sejajar PAP

(2) Hodge 2 : Sejajar PAP melalui tepi bawah simfisis.

(3) Hodge 3 : Sejajar dengan H1 dan H2 melalui spina

Iskiadika.

(4) Hodge 4 : Sejajar dengan H1, H2 dan H3 melalui

koksigis.

h) Bagian Lain

Menurut JNPK-KR (2014; h. 46), pastikan tali

pusat dan atau bagian kecil (tangan atau kaki) tidak teraba

pada saat pemeriksaan.

i) STLD (Sarung Tangan Lendir Darah)

Sulistyawati (2013; h. 66) menyatakan bahwa

pengeluaran lendir dan darah mengindikasikan telah

dimulainya proses persalinan.

3. Assessment

Ny X umur 20-35 tahun G ≤ 4 P ≤ 3 A0 usia kehamilan ≥36

minggu janin tunggal, hidup, intrauterine, puka/puki, presentasi kepala,

dalam persalinan Kala I fisiologis.


4. Penatalaksanaan

Berdasarkan JNPK-KR ( 2014; h. 52), persiapan asuhan

persalinan yaitu sebagai berikut :

a. Mempersiapkan ruangan persalinan, peralatan, perlengkapan, bahan

dan obat-obatan esensial yang diperlukan.

b. Memberikan dukungan emosional dengan menganjurkan suami atau

keluarga untuk mendampingi ibu selama persalinan. Dukungan

suami, orang tua, dan kerabat yang disukai ibu sangat diperlukan

dalam menjalani proses persalinan. Dalam hal ini, bidan bekerja

bersama anggota keluarga untuk:

1) Mengucapkan kata-kata yang membesarkan hati dan pujian pada

ibu.

2) Membantu ibu bernafas secara benar saat kontraksi serta

mengajari teknik relaksasi. Berdasarkan hasil penelitian

Priyono, Yunisa (2014) menyatakan bahwa teknik relaksasi

pernafasan dapat menurunkan tingkat nyeri pada klien inpartu

kala I fase laten.

3) Memijat punggung, kaki atau kepala ibu dan tindakan- tindakan

bermanfaat lainnya

4) Menyeka muka ibu secara lembut dengan menggunakan kain

yang dibasahi air hangat atau dingin.

5) Menciptakan suasana kekeluargaan dan rasa aman.

Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sri Sumarni

dan Sri Wahyuni pada tahun 2007 di Kota Semarang dengan hasil
penelitian yang menyatakan adanya dampingan saat persalinan akan

mempercepat proses persalinan pada kala I, II, dan III.

c. Mengatur posisi

Menganjurkan ibu mencoba posisi yang nyaman selama proses

persalinan. Posisi tegak seperti berjalan, berdiri atau jongkok dapat

membantu turunnya kepala bayi dan memperpendek waktu

persalinan. Serta memberitahukan ibu untuk tidak berbaring

telentang lebih dari 10 menit. Menurut penlitian Dewi dan Suwinah

(2012) posisi setengah duduk dalam proses bersalin memiliki

keuntungan mengurangi dan mencegar risiko ruptur perineum.

d. Pemberian cairan dan nutrisi.

Menganjurkan ibu untuk mendapatkan asupan (makanan

ringan dan minum air) selama persalinan dan proses kelahiran bayi.

e. Eliminasi

Menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih secara

rutin selama persalinan. Anjurkan ibu untuk BAB jika perlu,

pastikan bahwa apa yang dirasakan ibu bukan disebabkan oleh

tekanan bayi pada rektum.

f. Pencegahan Infeksi

Kepatuhan dalam menjalankan praktik-praktik pencegahan

infeksi yang baik akan melindungi penolong persalinan dan keluarga

ibu dari infeksi.

g. Melakukan pemantauan untuk melihat kemajuan persalinan.

1) Selama fase laten, semua asuhan harus dicatat.


2) Selama fase aktif pemantauan menggunakan partograf.

Menurut JNPK-KR (2014; h. 58) kondisi ibu dan bayi juga

harus dinilai dan dicatat dengan seksama, yaitu :

1) DJJ setiap ½ jam.

2) Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap ½ jam

3) Nadi setiap ½ jam

4) Pembukaan serviks setiap 4 jam, menurut Saifuddin (2010, h. N-

9) VT dilakukan setiap 4 jam dan jika ketuban pecah.

5) Penurunan bagian terbawah janin setiap 4 jam

6) Tekanan darah setiap 4 jam

7) Temperatur tubuh setiap 2 jam

8) Produksi urine, aseton, dan protein setiap 2 sampai 4 jam.

B. KALA II

Subyektif Menurut Sukarni dan Margareth (2013; h. 219) pada kala II ibu
merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi dan ibu
merasakan ada peningkatan tekanan pada rektum/vagina. Kepala janin
telah turun masuk panggul sehingga terjadi tekanan pada otot-otot dasar
panggul secara reflektoris menimbulkan rasa mengejan. Karena muncul
tekanan pada rectum, ibu merasa seperti mau buang air besar, dengan
tanda anus terbuka (Nurasiah, Rukmawati, & Badriah, 2014; h. 117)
Obyektif Tanda-tanda kala II menurut Sukarni dan Margareth (2013; h.
220) yaitu perineum menonjol, vulva vagina dan spinter ani membuka
serta meningkatnya pengeluaran lendir darah. Sedangkan menurut
Nurasiah, Rukmawati dan Badriah (2014; h. 117) pada saat his, kepala
janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum meregang.
Kontraksi selama kala II terjadi secara sering, kuat, dan sedikit lebih
lama sekitar dua menit, lamanya 60-90 detik. Pemeriksaan dilakukan
setiap 30 menit.
Analisa Ny. X umur 20-35 tahun, G ≤ 4 P ≤ 3 A0 usia kehamilan ≥ 36
minggu, janin tunggal, hidup, intrauterine, puka/puki, presentasi
belakang kepala, dalam persalinan Kala II fisiologis.
Penatalaksanaan Penatalaksana kala II menurut IBI (2016; h. 175-177) , adalah
sebagai berikut :
1. Memeriksa tanda dan gejala kala II seperti, Ibu mempunyai
keinginan untuk meneran, merasakan ada tekanan yang meningkat
pada rektum dan atau vagina, perineum tampak menonjol dan
menipis, vulva-vagina serta sfingterani membuka.
2. Menyiapkan pertolongan persalinan baik peralatan atapun penolong
persalinan.
3. Memastikan pembukaaan lengkap dan keadaan janin baik
4. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses bimbingan
meneran
a. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
baik.
b. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk
meneran.
1) Membantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan
dia merasa nyaman.
2) Menganjurkan ibu untuk cukup minum
5. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang
kuat untuk meneran. Perbaiki cara meneran apabila caranya tidak
sesuai. Nilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.
6. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil
posisi yang nyaman, jika ibu belum ada dorongan untuk meneran
dalam 60 menit.
7. Mempersiapkan pertolongan kelahiran bayi
a. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6
cm, meletakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk
mengeringkan bayi.
b. Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah
bokong ibu.
c. Membuka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan
alat dan bahan.
d. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
8. Membantu lahirnya kepala
a. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm,
melindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain
bersih dan kering, sementara tangan yang lain menahan kepala
bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya
kepala.
b. Menganjurkan ibu meneran sambil bernapas cepat dan
dangkal.
c. Memeriksa lilitan tali pusat dan lakukan tindakan yang sesuai
jika hal itu terjadi. Jika lilitan tali pusat di leher bayi masih
longgar, selipkan tali pusat lewat kepala bayi. Jika lilitan tali
pusat terlalu ketat, klem tali pusat di dua titik lalu gunting
diantaranya. Jangan lupa untuk tetap lindungi leher bayi.
d. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar
secara spontan.
9. Membantu lahirnya bahu
Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental.
Anjurkan ibu untuk meneran saat ada kontraksi. Dengan lembut
gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan
muncul di baw h arkus pubis. Gerakkan ke arah atas dan distal
untuk melahirkan bahu belakang.
10. Membantu lahirnya badan dan tungkai
a. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan yang berada di bawah
ke arah perineum ibu untuk menyangga kepala, lengan dan
siku sebelah bawah. Gunakan tangan yang berada di atas untuk
menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.
b. Setelah tubuh dan lengan bayi lahir, lanjutkan penelusuran
tangan yang berada di atas ke punggung, bokong, tungkai dan
kaki bayi Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara
kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan
jari-jari lainnya).
11. Penanganan Bayi Baru Lahir
Melakukan penilaian selintas
a. Mengeringkan dan posisikan tubuh bayi di atas perut ibu
b. Mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh
lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks
c. Mengganti handuk basah dengan handuk yang kering.
d. Memastikan bayi dalam kondisi mantap di atas dada atau perut
ibu.
e. Memeriksa kembali perut ibu untuk memastikan tidak ada bayi
lain dalam uterus (hamil tunggal).
C. KALA III

Subyektif Data subjektif kala III menurut Sulistyawati dan Nugraheny


(2013; h. 237) klien mengatakan bahwa bayinya telah lahir melalui
vagina, ari-arinya belum lahir, perut bagian bawahnya terasa
mulas.Sedangkan menurut Varney (2008 ; 826) menyatakan bahwa
pada kala III wanita merasa gembira, bangga pada dirinya, lega, dan
sangat lelah.
Obyektif Tanda pelepasan plasenta, uterus menjadi tampak bundar,
perdarahan sekonyong-konyong, tali pusat yang lahir memanjang,
fundus uteri naik (Sukarni & Margareth, 2013; h. 233)
Analisa Ny. X umur 20-35 tahun, G ≤ 4 P ≤ 3 A0 dalam persalinan
Kala III fisiologis.
PenatalaksanaanIBI (2016; h. 177-179) menjelaskan tentang manajemen aktif kala III
(MAK III) yaitu :
1. Memberitahu ibu bahwa penolong akan menyuntikkan oksitosin
untuk membantu uterus berkontraksi baik. Menurut Iusa (2008)
dalam Nurasiah, Rukmawati dan Badriah (2014; h. 159) tujuan
pemberian suntikan oksitosin dapat menyebabkan uterus
berkontraksi dengan kuat dan efektif sehingga dapat membantu
pelepasan plasenta dan mengurangi kehilangan darah.
2. Memberikan suntikan oksitosin 10 unit IM di sepertiga paha atas
bagian distal lateral dalam 1 menit setelah bayi lahir (lakukan
aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin).
3. Menjepit tali pusat pada sekitar 3 cm dari pusat (umbilikus) bayi 2
menit setelah bayi lahir menggunakan klem. Dari sisi luar klem
penjepit, dorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan lakukan
penjepitan kedua pada 2 cm distal dari klem pertama.
4. Memotong dan mengikat tali pusat
5. Mengangkat tali pusat yang telah dijepit dengan satu tangan,
kemudian menggunting tali pusat di antara 2 klem. Mengikat tali
pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi kemudian
lingkarkan kembali benang ke sisi berlawanan dan lakukan ikatan
kedua menggunakan simpul kunci. Melepaskan klem dan
memasukkan dalam larutan klorin 0,5%.
6. Menempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit
bayi. Meletakkan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu.
Meluruskan bahu bayi sehingga bayi menempel dengan baik di
dinding dada-perut ibu. Mengusahakan kepala bayi berada di
antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting
payudara ibu.
7. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan kering dan
pasang topi pada kepala bayi.
8. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari
vulva.
9. Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di
tepi atas simfisis dan menegangkan tali pusat dan klem dengan
tangan yang lain.
10. Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat ke arah
bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah dorso-
kranial secara hati-hati, untuk mencegah terjadinya inversio uteri.
11. Melakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga
plasenta terlepas, lalu meminta ibu meneran sambil menarik tali
pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas,
mengikuti poros jalan lahir dengan tetap melakukan tekanan
dorso-kranial. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem
hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta.
Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat
:
a. Memberi dosis ulangan oksitosin 10 unit IM
b. Melakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh
c. Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan
d. Mengulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
e. Segera merujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit
setelah bayi lahir
f. bila terjadi perdarahan, lakukan plasenta manual.
12. Saat plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran
plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Jika selaput ketuban
robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan
eksplorasi sisa selaput kemudian menggunakan jari-jari tangan
atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan baagian selaput
yang tertinggal.
13. Segera setelah plasenta daan selaput ketuban lahir, melakukan
masase uterus dengan meletakkan telapak tangan di fundus dan
lakukan masase dengan gerakan melingkar secara lembut hingga
uterus berkontraksi (fundus teraba keras). Melakukan tindakan
yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik
melakukan rangsangan taktil/ masase.
14. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu
maupun janin dan Memastikan bahwa selaputnya lengkap dan
utuh. Menurut Sulistyawati dan Nugraheny (2013; h. 163) bahwa
plasenta telah lahir lengkap dengan memeriksa jumlah
kotiledonnya (rata-rata 20 kotiledon).
15. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum serta
melakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan
aktif. Penyebab robekan perineum menurut Sofian (2012:h.83)
diantaranya partus presipitatus, kepala janin yang besar dan janin
besar, presentasi defleksi, primigravida, letak sungsang, pimpinan
persalinan yang salah. Jika ada laserasi jalan lahir melakukan
penjahitan dengan anastesi. Menurut JNPK-KR (2014; h.163-166)
penjahitan laserasi pada perineum bertujuan untuk menyatukan
kembali jaringan tubuh dan mencegah kehilangan darah yang
tidak perlu..
a. Membersikan vulva, vagina dan perineum dari darah/bekuan
darah sambil memeriksa kedalaman dan luas luka
b. Mengganti sarung tangan
c. Memberikan anastesi lokal
d. Memastikan anastesi sudah bereaksi
e. Menjahit luka laserasi secara jelujur
f. Menilai jahitan, dan memastikan anus tidak terjahit, serta
tidak ada kassa yang tertinggal.
D. KALA IV

Subyektif Pada kala IV klien mengatakan bahwa perutnya mulas, merasa


lelah tapi bahagia (Sulistyawati, 2013; h. 239).
Obyektif Menurut Sulistyawati (2013; h. 239) data obyektif pada kala IV,
Plasenta telah lahir spontan lengkap pada tanggal ... jam ... ,TFU
berapa jari di atas pusat dan kontraksi uterus baik/tidak.
Analisa Ny. X umur 20-35 tahun, P ≤ 4 A0 dalam persalinan Kala IV
fisiologis.
Penatalaksanaan Asuhan pascapersalinan menurut IBI (2016; h. 179-180) adalah
sebagai berikut:
1. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan
a. Setiap 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascasalin.
b. Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascasalin
c. Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascasalin
d. Melakukan asuhan yang sesuai untuk menataksana atonia uteri
jika uterus tidak berkontraksi dengan baik.
2. Memastikan kandung kemih kosong
3. Mengajari ibu/keluarga masase uterus
4. Mengevaluasi jumlah kehilangan darah
5. Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan kandung kemih ibu
setiap 15 menit selama 1 jam pertama pascasalin dan setiap 30
menit selama jam kedua pascasalin. Memeriksa temperatur ibu
sekali setiap jam selama 2 jam pertama pascasalin
6. Memantau keadaan bayi dan memastikan bayi dapat bernafas
dengan baik.
7. Melakukan dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin
0,5% setelah membereskan alat dan merapikan ibu.
8. Mencuci tangan 6 langkah dengan sabun.
9. Memakai sarung tangan DTT untuk melakukan pemeriksaan fisik
bayi
10. Memberikan salep mata pada 1 jam pertama, Vit. K1 1 mg IM di
paha kiri bawah lateral, pemeriksaan fisik BBL, pernafasan bayi
dan suhu bayi
11. Melengkapi partograf, periksa tanda vital dan asuhan kala IV
persalinan.

Anda mungkin juga menyukai