Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada revolusi industry 4.0 saat ini, pendidikan bukanlah suatu hal yang naif lagi bagi
masyarakat dunia (world society). Sebuah zaman yang telah penuh dengan tekhnologi-
tekhnologi super canggih, menjadikan segala informasi yang penting menjadi mudah didapat.
Manusia tidak perlu lama menunggu informasi atau berita tertentu yang diinginkannya.
Hanya memerlukan beberapa menit bahkan detik sekalipun. Hadirnya tekhnologi tersebut
juga menciptakan sebuah kondisi tanpa batas didunia ini, karena manusia bisa berinteraksi,
mengetahui dan merasakan apa yang terjadi pada orang atau saudaranya yang berada di
Negara nun jauh seberang sana. Semakin praktis dan dinamisnya kehidupan masyarakat pada
saat ini, melatarbelakangi perkembangan pengetahuan yang berakibat pada kemajuan
tekhnologi yang terus menerus diperbaharukan oleh kalangan pelajar, peneliti, dan khalayak
umum. Salah satu media yang paling baik dalam mengakomodasi perkembangan
pengetahuan dan berpikir kritis adalah pendidikan. Sebagaimana dilandasi oleh statemen Siti
Murtiningsih bahwa “karena pendidikan masyarakat maju, begitupula pendidikan yang maju
hanya dapat ditemui dalam masyarakat yang maju”.1
Oleh karena itu, pendidikan sudah menjadi kebutuhan tersendiri bagi masyarakat dalam
merubah dunia dan meningkatkan kualitas dirinya. Sehingga pendidikan menurut plato
menjadi kewajiban tersendiri bagi Negara untuk menyelenggarakannya.2 Dengan tujuan
Negara tersebut bisa menjadi sebuah Negara yang maju, dengan memiliki masyarakat yang
makmur dan sejahtera dalam segala aspek kehidupannya. Sehingga terbentuklah tatanan
masyarakat yang intelek dan cerdas dalam membangun negaranya.
Dalam rangka membentuk manusia yang intelek dan cerdas, pendidikan harus mampu
mengembangkan kesadaran akan berpikrir kritis pada pribadi peserta didik. Kritis dalam
artian mampu melihat persoalan pokok dalam masyarakatnya dan kreatif dalam arti sanggup
1
Siti Murtiningsih, Pendidikan Sebagai Alat Perlawanan: Teori Pendidikan Radikal Paulo Freire, (Yogyakarta: Resist
Book, 2004). Hal. 11.
2
Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat dan Pendidikan, (Depok: Raja Grafindo Persada,
2016). Cet. Ke-V, hal. 72.
3
Siti Murtiningsih, Pendidikan Sebagai Alat Perlawanan: Teori Pendidikan Radikal Paulo Freire, (Yogyakarta: Resist
Book, 2004). Hal. 10.
4
Ibid, hal. 12.
5
Ki Hajar Dewantara, Bagian Pertama Pendidikan, (Yogyakarta: Yayasan Persatuan Taman Siswa, 2011) Cet. Ke-4,
hal. 14.
6
H.A.R. Tilaar, Pedagogik Teoritis Untuk Indonesia, (Jakarta: Kompas, 2015), hal. 15.
7
Ibid, hal 105.
8
Ki Hajar Dewantara, Bagian Pertama Pendidikan, (Yogyakarta: Yayasan Persatuan Taman Siswa, 2011) Cet. Ke-4,
hal. 14.
9
H.A.R. Tilaar, Pedagogik Teoritis Untuk Indonesia, (Jakarta: Kompas, 2015), hal. 10.
10
Moh. Nawafil, Cornerstone Of Education: Landasan-Landasan Pendidikan, (Yogyakarta: Absolut Media, 2018).
hal. 9-10.
A. Pengertian Disabilities
Disabilities berasal dari kata bahasa inggris yang berarti disability. Kata ini juga bisa
disebut juga sebagai kata serapan yang direduksi kedalam bahasa indonesia. Secara khusus
kata disability mempunyai pengertian 1. Cacat, 2. Ketidakmampuan.11 Cacat dapat
dikategorikan sebagai cacat physical maupun cacat psychological. Sama halnya dengan
cacat, ketidakmampuan juga dikategorikan secara physical ataupun psychological. Cacat dan
ketidakmampuan menunjukkan adanya keterbatasan manusia yang menyandang disabilitas
dalam melakukan suatu tindakan atau pekerjaannya dan partisipasinya. Adapun kata
disabilities adalah bentuk jamak dari kata disability.12 Kedudukan disability adalah sebagai
noun (kata benda)13, bukan verb (kata kerja). Artinya yang cacat atau ketidakmampuannya
itu bukan pada suatu pekerjaan, melainkan pada anggota physic ataupun psycis nya.
Sedangkan keterbatasan dalam melakukan suatu aktivitas itu merupakan implikasi dari
kecacatan physic maupun psycis yang diderita oleh penyandang disabilities.
Tidak jauh berbeda dengan arti kata dasarnya, dalam kamus ilmiah kata disabilitas
memiliki arti 1. Ketidakmampuan, 2. Kecacatan, 3. Ketidakcakapan. 14 Sedangkan dalam
KBBI kata disabilitas memiliki arti 1. Keadaan (seperti sakit atau cidera) yang merusak atau
membatasi kemampuan mental dan fisik seseorang. 2. Keadaan tidak mampu melakukan hal-
hal dengan cara yang biasa. Kedudukan kata disabilitas yang ada di KBBI ini mempunyai
kesamaan dengan yang ada di an English-Indonesian Dictionary, yaitu sama-sama sebagai
noun. Jadi, tidak ada perbedaan yang esensial mengenai interpretasi yang telah diuraikan
diatas.
Dalam Wikipedia, Difabel atau disabilitas adalah istilah yang meliputi gangguan,
keterbatasan aktivitas dan keterbatasan partisipasi. Gangguan adalah sebuah masalah pada
fungsi tubuh atau strukturnya; suatu pembatasan atau keterbatasan aktivitas adalah kesulitan
11
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia : An English-Indonesian Dictionary, (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2005), Cet. Ke-XXVI, hal. 184.
12
Ibid, hal. 184.
13
Ibid, hal. 184.
14
Pius Partanto dan M. Dahlan Albarry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 2001) hal. 113.
15
Wikipedia, Pengertian Disabiitas, (https://id.m.wikipedia.org>wiki>difabel.) Diakses pada 24 September 2018,
21.42 WIB.
16
Dina Dwinita, Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Anak Berkebutuhan Khusus, dalam Jurnal Ilmiah Pendidikan
Khusus Vol. 1 No.3 Sept. 2018. (Padang: UNP, 2012) hal. 142.
17
Wardati dan Mohammad Johar, Implementasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Prestasi Pustakarya,
2011), hal. 54.
18
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Asdi Mahasatya, 2003) Cet. Ke-III,
hal. 144.
19
Kandiri Masyrif, Psikologi Perkembangan, (Situbondo, Ibrahimy Press, 2016). Cet. Ke-II, hal. 74.
20
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Asdi Mahasatya, 2003) Cet. Ke-III,
hal. 143.
21
Ibid, hal. 143.
22
Raymond J. Wlodkowski dan Judith H Jaynes, Eager To Learn, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004). Hal 40.
23
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Asdi Mahasatya, 2003) Cet. Ke-III,
hal, hal. 144.
24
Ibid, hal. 160.
25
Pius Partanto dan M. Dahlan Albarry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 2001) hal. 589.
26
Dina Dwinita, Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Anak Berkebutuhan Khusus, dalam Jurnal Ilmiah Pendidikan
Khusus Vol. 1 No.3 Sept. 2018. (Padang: UNP, 2012) hal. 142.
27
E. Woolfolk dan Lorrance McCune, Educational Psychology for Teacher : Terj. Mendidik Anak-Anak Bermasalah,
(Depok: Inisias, 2004). hal. 607.
28
Ibid, hal. 609.
29
Pius Partanto dan M. Dahlan Albarry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 2001) hal. 744.
30
Dina Dwinita, Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Anak Berkebutuhan Khusus, dalam Jurnal Ilmiah Pendidikan
Khusus Vol. 1 No.3 Sept. 2018. (Padang: UNP, 2012) hal. 146.
31
H.A.R. Tilaar, Pedagogik Teoritis Untuk Indonesia, (Jakarta: Kompas, 2015), hal. 30.
32
Moh. Nawafil, Cornerstone Of Education: Landasan-Landasan Pendidikan, (Yogyakarta: Absolut Media, 2018).
hal. 56.
33
Abdul Kadir dkk, Dasar-Dasar Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2012). Hal. 61.
34
Kandiri Masyrif, Psikologi Belajar Pendidikan Agama Islam, (Situbondo: Ibrahimy Press, 2018). hal. 1.
35
Kandiri Masyrif, Bimbingan Penyuluhan di Sekolah, (Situbondo: Ibrahimy Press, 2018). hal. 1.
36
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia : An English-Indonesian Dictionary, (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2005), Cet. Ke-XXVI, hal. 283.
37
Ibid, hal. 283.
38
Ibid, hal 150.
39
Ibid, hal 150.
40
Moh. Kusnadi, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Cahaya Agency, tth). hal. 92.
41
Kandiri Masyrif, Bimbingan Penyuluhan di Sekolah, (Situbondo: Ibrahimy Press, 2018). hal. 1-2.
42
Dewa Ketut Sukardi dan Desak P.E Nila Kesuma Wati, Proses Bimbingan dan Konseling Disekolah, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2008). Hal. 6.
43
Ibid, hal. 5-6.
44
Wardati dan Mohammad Johar, Implementasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Prestasi Pustakarya,
2011), hal. 53.
45
Moh. Kusnadi, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Cahaya Agency, tth). hal. 363.
46
Hasan Basri, Kapita Selekta Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2012). hal. 86
47
Abdul Kadir dkk, Dasar-Dasar Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2012). Hal. 61.
48
H.A.R. Tilaar, Pedagogik Teoritis Untuk Indonesia, (Jakarta: Kompas, 2015), hal. 30.
49
Ibid, hal. 91.
50
Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat dan Pendidikan, (Depok: Raja Grafindo
Persada, 2016). Cet. Ke-V, hal. 72.
51
Ibid, hal 1.
52
Kandiri Masyrif, Bimbingan Penyuluhan di Sekolah, (Situbondo: Ibrahimy Press, 2018). Hal. 25.
53
Moh. Nawafil, Cornerstone Of Education: Landasan-Landasan Pendidikan, (Yogyakarta: Absolut Media, 2018).
hal. 93.
54
Kandiri Masyrif, Bimbingan Penyuluhan di Sekolah, (Situbondo: Ibrahimy Press, 2018). Hal. 8.
55
Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010). Hal. 13.
56
Tohirin, Bimbingan dan Konseling Disekolah Madrasah: Berbasis Integrasi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009). Hal.
170.
57
Saring Marsudi, Layanan Bimbingan Konseling Disekolah, (Surakarta: UMP Press, 2010). Hal 110.
58
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Asdi Mahasatya, 2003) Cet. Ke-III,
hal, hal. 2.
59
Kandiri Masyrif, Psikologi Perkembangan, (Situbondo, Ibrahimy Press, 2016). Cet. Ke-II, hal. 155.
60
Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling: Studi dan Karir, (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2010). Hal. 201.
A. Kesimpulan
Dalam menguraikan dan menjelaskan kesimpulan dari beberapa materi sebelumnya,
penulis berusaha dapat mengurai sesingkat mungkin. Agar pembaca dapat lebih mudah
memahami isi materi yang disajikan.
Difabel atau disabilitas adalah istilah yang meliputi gangguan, keterbatasan aktivitas
dan keterbatasan partisipasi. Arti sederhananya adalah mengalam kecacatan baik itu berupa
fisik ataupun psikis.
CSN memiliki beberapa klasifikasi diantaranya ada yang permanen dan yang temporer.
Yang permanen berupa Tunagrahita, Tunanetra, Tunawicara, Tunalaras, Tunaganda dan
Autis. Sedangkan yang temporer berupa Kesulitan Belajar, Anak Berbakat, Hiperaktif,
Indigo dan masalah lain dalam diri individu.
Bimbingan konseling terhadap disabilitas atau anak berkebutuhan khusus (Children
Special Needs) adalah upaya yang berupa petunjuk dari seseorang ahli atau yang membantu
(counselor) terhadap seseorang yang dibantu (counselee) dalam memahami kondisi dirinya
dengan tujuan dapat menghadapi masalah dengan baik.
Dasar bimbingan terhadap anak berkebutuhan ksusus atau bagi penyandang disabilitas
adalah pancasila dan falsafi. Pancasila digunakan sebagai dasar dari apa yang harusnya
selaras dengan prinsip-prinsip negara. Sedangkan falsafi atau filosofi digunakan dalam
memikirkan secara mendalam segala hal yang berkenaan dengan kebutuhan dan
perkembangan CSN.
Tujuan bimbingan dan konseling terhadap disabilitas adalah membantu keluar dari
persoalan dalam lingkup pemahman diri, kemampuan belajar, perencanaan karir, beradaptasi
di masyarakat dan mengatasi berbagai hambatan dalam dinamika kehidupannya secara
mandiri.
Layanan bimbingan dan konseling terhadap disabiltas atau anak berkebutuhan khusus
(CSN) diataranya adalah layanan individu, layanan bimbingan dan konseling kelompok,
bimbingan belajar dan bimbingan karir.
Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: Asdi
Mahasatya.
Basri, Hasan. 2012. Kapita Selekta Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia.
Dewa Ketut Sukardi dan Desak P.E Nila Kesuma Wati. 2008. Proses Bimbingan dan Konseling
Disekolah, Jakarta: Rineka Cipta.
Dewantara, Ki Hajar. 2011. Bagian Pertama Pendidikan, Yogyakarta: Yayasan Persatuan Taman
Siswa.
Dwinita, Dina. 2012. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Anak Berkebutuhan Khusus, dalam
Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus Vol. 1 No.3 Sept. 2018, Padang: UNP.
E. Woolfolk dan Lorrance McCune, 2004. Educational Psychology for Teacher : Terj. Mendidik
Anak-Anak Bermasalah, Depok: Inisias.
Jalaluddin dan Abdullah Idi. 2016. Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat dan Pendidikan,
Depok: Raja Grafindo Persada.
John M. Echols dan Hassan Shadily. 2005. Kamus Inggris Indonesia : An English-Indonesian
Dictionary, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kadir, Abdul. 2012. Dasar-Dasar Pendidikan, Jakarta: Kencana.
Kusnadi, Moh. Tth. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Cahaya Agency.
Marsudi, Saring. 2010. Layanan Bimbingan Konseling Disekolah, Surakarta: UMP Press.
Masyrif, Kandiri. 2018. Bimbingan Penyuluhan di Sekolah, Situbondo: Ibrahimy Press.
Masyrif, Kandiri. 2018. Psikologi Belajar Pendidikan Agama Islam, Situbondo: Ibrahimy Press.
Masyrif, Kandiri. 2016. Psikologi Perkembangan, Situbondo, Ibrahimy Press.
Murtiningsih, Siti. 2004. Pendidikan Sebagai Alat Perlawanan: Teori Pendidikan Radikal Paulo
Freire, Yogyakarta: Resist Book.
Nawafil, Moh. 2018. Cornerstone Of Education: Landasan-Landasan Pendidikan, Yogyakarta:
Absolut .
Nurihsan, Juntika. 2010. Landasan Bimbingan dan Konseling, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Pius Partanto dan M. Dahlan Albarry. 2001. Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola.