Anda di halaman 1dari 8

PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI PERIKANAN

DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA

Umar Tangke
Staf Pengajar FAPERTA UMMU-Ternate, e-mail: khakafart@yahoo.com

ABSTRAK

Tantangan dalam pengembangan usaha perikanan di Indonesia adalah lemahnya


sistem data dan informasi perikanan yang berpengaruh terhadap akurasinya dan
ketepatan waktunya. Kelemahan ini dapat mengakibatkan salah perencanaan yang
pada akhirnya bermuara pada kegagalan usaha. Sebagai negara kepulauan,
Indoensia sudah seharusnya mempunyai Sistem Informasi Perikanan. Sistem
informasi ini akan memberikan manfaat yang besar terutama didalam
pemanfaatan sumberdaya perikanan secara berkelanjutan. Sistem informasi
memiliki tiga elemen utama, yaitu data yang menyediakan informasi, prosedur
yang memberitahu pengguna bagaimana mengoperasikan sistem informasi, dan
orang-orang yang membuat produk, menyelesaikan masalah, membuat keputusan,
dan menggunakan sistem informasi tersebut. Keterpaduan dari berbagai elemen
sistem informasi perikanan secara sinergis akan memberikan atau menciptakan
kondisi yang kondusif dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan secara arif dan
bijaksana dengan berpedoman pada aspek konservasi.

Kata Kunci: Sistem Informasi Perikanan, Pengelaan Sumberdaya

I. Pendahuluan belum ditempatkan dalam suatu sistem basis data


Indonesia merupakan negara kepulauan yang terpadu sehingga menyulitkan dalam
terbesar di dunia. Berdasarkan Konvensi PBB pencahariannya.
tentang Hukum Laut (UNCLOS) 1982, luas Sumberdaya dapat pulih terdiri dari
wilayah nasional 5,0 juta km2; terdiri dari 3,1 sumberdaya perikanan tangkap dan sumberdaya
juta km2 perairan nasional dan luas daratan 1,9 perikanan budidaya (pantai/tambak dan laut).
juta km2, dan Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) 3,0 Berdasarkan hasil kajian KOMNAS KAJIS
juta km2. Dalam luasan tersebut terdapat panjang KANLAUT (1998) bahwa potensi lestari
garis pantai lebih kurang 81.000 km dan jumlah sumberdaya perikanan Indonesia sebesar 6,26
pulau-pulau kurang lebih 17.000. Dengan juta ton per tahun, terdiri dari ikan pelagis besar
perkataan lain 62% adalah perairan nasional (975,05 ribu ton), ikan pelagis kecil (3,235,50
sedangkan 38% adalah daratan. ribu ton), ikan demersal (1.786,35 ribu ton), ikan
Di dalam laut yang begitu luas tersimpan karang konsumsi (63,99 ribu ton), udang peneid
sumberdaya kelautan yang dapat dibagi atas (74,00 ribu ton), lobster (4,80 ribu ton), dan
empat kelompok, (1) sumberdaya dapat pulih cumi-cumi (28,25 ribu ton). Dari potensi tersebut
(renewable resources), (2) sumberdaya tidak sampai pada tahun 1998 baru dimanfaatkan
dapat pulih (non-renewable resources), (3) energi sekitar 58,5 persen. Bila tingkat pemanfaatan
kelautan, dan (4) jasa-jasa lingkungan kelautan maksimum dimungkinkan sampai 90%, berarti
(environmental services). Sumberdaya tak dapat masih tersedia peluang pengembangan sebesar
pulih meliputi mineral, bahan tambang/galian, 31,20 % dari potensi sumberdaya atau sebesar
minyak bumi dan gas. Sumber energi terdiri dari 1,95 juta ton per tahun.
OTEC (ocean thermal energy convertion), pasang Selain potensi perikanan tangkap, potensi
surut, gelombang dan sebagainya. Sedangkan lain yang dapat dioptimalkan adalah perikanan
yang termasuk jasa-jasa lingkungan kelautan budidaya, baik budidaya pantai (tambak) maupun
adalah pariwisata dan perhubungan laut. Potensi budidaya laut. Dengan kondisi pantai yang
sumberdaya kelautan ini belum banyak yang landai, kawasan pesisir Indonesia memiliki
digarap secara optimal karena informasinya potensi sumberdaya pantai (tambak) sekitar
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 4 Edisi 2 (Oktober 2011)

830.200 ha yang tersebar di seluruh wilayah terdapat di perairan secara kuantitatif dan
tanah air dan baru dimanfaatkan untuk budidaya kualitatif. Informasi sumberdaya dalam bentuk
(ikan banden dan udang windu) sekitar 356.308 kuantitatif sangat ditentukan oleh ada-tidaknya
ha (Dahuri, et al., 1996). Sementara itu, potensi data dasar seperti data hasil tangkapan, upaya
pengembangan budidaya laut untuk berbagai tangkap, musim penangkapan dan penyebaran
jenis ikan (kerapu, kakap, beronang, dan lain- dari setiap sumberdaya perikanan.
lain), kerang-kerangan dan rumput laut, yaitu
masing-masing 3,1 juta ha, 971.000 ha, dan II. Tinjauan Aksiologi Sistem Informasi
26.700 ha. Sedangkan potensi produksi budidaya Perikanan
ikan , kerang-kerangan dan rumput laut adalah Sebuah sistem informasi yang terintegrasi,
46.000 ton per tahun dan 482.400 ton per tahun. sebagai realisasi akan adanya kebutuhan suatu
Secara keseluruhan potensi perikanan budidaya sistem pemantau, harus dibangun untuk
laut tersebut yang baru direalisasikan sekitar 35% memenuhi kebutuhan yang semakin meningkat.
(Dirjen Perikanan, 1997 dalam Dahuri, 2000). Sistem ini yang dinamakan Sistem Informasi
Untuk memanfaatkan potensi perikanan budidaya Perikanan mempunyai kegunaan antara lain:
tersebut perlu diciptakan suatu sistem informasi a) Mendukung terciptanya suasana sinergis
perikanan sehingga pengguna dapat mengakses antara sistem-sistem informasi yang
dan memanfaatkannya secara lebih efisien dan berkaitan dengan perikanan baik yang
efektif. sudah ada, yang sedang dikembangkan,
Salah satu sifat sumberdaya ikan adalah maupun yang sedang direncanakan.
sangat dinamis yang dapat berubah dengan cepat b) Menekan pemborosan akibat adanya
sesuai dengan ruang dan waktu dan dengan duplikasi data yang berkaitan dengan
kondisi lautan yang sangat luas, maka untuk perikanan, sekaligus menjadi saling
pengelolaan sumberdaya ikan diperlukan melengkapinya.
informasi yang lebih spesifik baik secara c) Menciptakan suatu sistem pendataan
temporal maupun secara spasial. Masih banyak yang efisien dan sederhana hingga mudah
informasi mengenai sumberdaya perikanan yang dimengerti oleh berbagai pihak.
belum tersedia misalnya dimana ikan berada, d) Mengsyaratkan data-data yang berkaitan
kapan, jenis apa saja, berapa banyak, daerah dengan perikanan sehingga mudah
mana yang belum dimanfaatkan, bagaimana dijangkau oleh seluruh lapisan
pengaruh kondisi oseanografi terhadap masyarakat maupun instansi yang
sumberdaya dan sebagainya. memerlukan.
Melihat potensi perikanan yang begitu e) Menyediakan data-data yang berkaitan
besar maka diperlukan adanya upaya pengelolaan dengan perikanan secara cepat.
dalam kegiatan pemanfaatan sumberdaya f) Mendidik masyarakat untuk dapat
perikanan. Upaya tersebut diharapkan dapat mengerti karakteristik perikanan
membantu nelayan dan pengguna lain Indonesia.
(stakeholder) untuk meningkatkan hasil g) Menciptakan rasa kepemilikan yang
tangkapan dan produksi budidaya dengan tidak bertanggung jawab terhadap perikanan
mengganggu potensi kelestarian sumberdaya di Indonesia pada masyarakat Indonesia
perairan serta menghindari terjadinya kerusakan secara umum.
stok sumberdaya perikanan seperti penangkapan h) Menyediakan informasi yang dibutuhkan
berlebihan (overfishing) dan mencegah sedini secara lebih valid dan lengkap untuk
mungkin penangkapan ikan dengan menjadikan kebijakan lebih efektif.
menggunakan alat dan bahan yang bersifat Keuntungan yang diperoleh dari
merusak, seperti penangkapan ikan karang ketersediaan sistem informasi perikanan dapat
dengan alat muroami dan penggunaan potasium dilihat dari 3 (tiga) sisi yaitu sebagai pemberi
dalam penangkapan ikan-ikan karang, karena data, sebagai pengambil keputusan, dan sebagai
cara penangkapan yang demikian dapat pengguna informasi. Dari sisi pemberi data
berdampak terhadap kerusakan lingkungan. keuntungan diperoleh dengan adanya
Pengelolaan sumberdaya perikanan secara pemanfaatan data yang lebih optimal dan peluang
bertanggung jawab dapat dilakukan melalui suatu menjual informasi dengan dimensi lebih luas.
sistem informasi. Informasi tersebut akan Sisi pengambil keputusan memperoleh manfaat
menjadi bahan dasar dalam usaha memperoleh di dalam peningkatan pelayanan, pengambilan
gambaran tentang kondisi sumberdaya yang keputusan yang lebih cepat dan tepat, maupun

53
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 4 Edisi 2 (Oktober 2011)

kebijakan-kebijakan yang akan lebih efektif dan komputer dan digunakan perangkat lunak untuk
efisien. Sedangkan dari sisi pengguna informasi memanipulasinya. Data perlu disimpan di dalam
nilai tambah ada pada berkurangnya risiko atas basis data untuk keperluan penyediaan informasi
tindakan yang tidak tepat, meningkatnya daya lebih lanjut. Dengan ditambahkannya
saing, dan meningkatnya keuntungan. penyimpanan data, fungsi pengolahan infomasi
bukan lagi mengubah data menjadi informasi
III. Sistem Informasi Perikanan tetapi juga menyimpan data untuk penggunaan
3.1. Pengertian Sistem Informasi lanjutan (Jogiyanto, 1999).
Sistem adalah kumpulan elemen yang
berintegrasi untuk mencapai tujuan tertentu, 3.2. Pengertian Perikanan
sedangkan informasi adalah data yang telah Perikanan didefinisikan sebagai suatu
diolah menjadi bentuk yang lebih berarti bagi kegiatan ekonomi dalam bidang penangkapan
penerimanya dan bermanfaat dalam mengambil atau budidaya hewan atau tanaman air yang
keputusan saat ini atau mendatang (Davis, 1999). hidup bebas di laut atau perairan umum. Secara
Informasi dapat menggambarkan kejadian nyata umum, perikanan dibagi atas perikanan tangkap
yang digunakan untuk pengambilan keputusan. dan perikanan budidaya. Perikanan tangkap
Sumber dari informasi adalah data yang dapat adalah kegiatan ekonomi yang mencakup
berbentuk huruf, simbol, alfabet dan lain penangkapan atau pengumpulan hewan dan
sebagainya. tanaman air yang hidup di laut atau perairan
Sistem informasi memiliki tiga elemen umum secara bebas sedangkan perikanan
utama, yaitu data yang menyediakan informasi, budidaya adalah kegiatan ekonomi yang
prosedur yang memberitahu pengguna bagaimana mencakup pembudidayaan hewan dan tanaman
mengoperasikan sistem informasi, dan orang- air yang hidup di laut atau perairan umum.
orang yang membuat produk, menyelesaikan
masalah, membuat keputusan, dan menggunakan IV. Pemanfaatan Sistem Informasi Dalam
sistem informasi tersebut. Orang-orang dalam Pengelolaan Perikanan
sistem informasi membuat prosedur untuk 4.1 Tantangan dan Permasalahan
mengolah dan memanipulasi data sehingga Dengan terbuka peluang permintaan
menghasilkan informasi dan menyebarkan terhadap produksi perikanan Indonesia, maka
informasi tersebut ke lingkungan. tuntutan untuk meningkatkan produksi perikanan
Model dasar sistem adalah masukan, juga akan semakin meningkat. Sayangnya dalam
pengolahan, dan pengeluaran. Fungsi pengolahan berbagai hal, terdapat permasalahan yang
informasi sering membutuhkan data yang telah dihadapi khususnya dalam menerapkan
dikumpulkan dan diolah dalam waktu periode pemanfaatan sumberdaya perikanan secara
sebelumnya. Oleh karena itu pada model sistem berkelanjutan. Oleh karena itu untuk memenuhi
informasi ditambahkan pula media penyimpan permintaan tersebut maka tantangan utama yang
data (data base) maka fungsi pengolahan dihadapi oleh bangsa Indonesia dalam
informasi bukan lagi mengubah data menjadi pembangunan perikanan adalah: (1) Peningkatan
informasi tetapi juga menyimpan data untuk kualitas SDM perikanan dan penguasaan IPTEK
penggunaan lanjutan. untuk mendukung peningkatan produksi; (2)
Model dasar ini berguna dalam memahami Pengembangan teknologi perikanan yang
bukan saja keseluruhan sistem pengolahan berwawasan lingkungan sebagai upaya untuk
informasi, tetapi juga untuk penerapan menjaga kualitas produksi dan kualitas
pengolahan informasi secara tersendiri. Setiap lingkungan; dan (3) Menjaga dan mengamankan
penerapan dapat dianalisis menjadi masukan, keberlanjutan sumberdaya perikanan baik dari
penyimpanan, pengolahan dan keluaran. ancaman pencurian maupun over-eksploitasi
Keberhasilan suatu sistem informasi sangat sumberdaya yang berlebihan.
bergantung pada sistem basis data. Semakin Tantangan dalam pengembangan usaha
lengkap, akurat dan mudah dalam menampilkan perikanan di Indonesia adalah lemahnya sistem
kembali data yang ada dalam sistem basis data data dan informasi perikanan yang berpengaruh
maka akan semakin tinggi kualitas sistem terhadap akurasinya dan ketepatan waktunya.
informasi tersebut. Kelemahan ini dapat mengakibatkan salah
Basis data (database) merupakan perencanaan yang pada akhirnya bermuara pada
kumpulan dari data yang saling berhubungan satu kegagalan usaha, sehingga dimata para bankers
dengan lainnya, tersimpan di perangkat keras usaha perikanan dianggap berisiko pada masa

54
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 4 Edisi 2 (Oktober 2011)

lalu padahal sumberdaya perikanan masih belum elektronik, akan tetapi masih banyak pula yang
banyak yang digali. Namun pada masa sekarang semi-elektronik dan bahkan non-elektronik,
dimana sumberdaya tersebut telah dimanfaatkan sehingga hal ini benar-benar akan menimbulkan
dan keadaan lingkungan yang semakin kesulitan di dalam pengintegrasiannya nanti. Jika
memburuk ketepatan data dan timingnya menjadi semua peralatan harus diubah menjadi elektronik
sangat menentukan. secara keseluruhan sesuai dengan tuntutan jaman
Tantangan lain adalah kualitas informasi, maka salah satu kendala yang utama
sumberdaya manusia. Untuk membangun suatu adalah mahalnya harga peralatan elektronik
sistem informasi dibutuhkan sumberdaya tersebut yang rata-rata memang masih merupakan
manusia yang berkualitas yang mampu barang impor. Hal ini mendorong kemadirian
menguasai teknologi sistem informasi dan didalam peralatan-peralatan ini sudah mutlak
mengoperasikannya dirasakan sangat rendah / diperlukan.
sedikit bahkan mungkin tidak ada samasekali di
daerah-daerah tertentu yang potensi perikanan- 4.2 Data dan Informasi Yang Diperlukan
nya melimpah. Hingga saat ini informasi tentang
Salah satu permasalahan pembangunan perikanan Indonesia diperoleh dari berbagai
perikanan Indonesia adalah keterbatasan data dan sumber informasi baik merupakan instansi
informasi yang dapat dijadikan rujukan pemerintah, swasta dan masyarakat. Instansi
perencanaan dan pengelolaan sumberdaya pemerintah yang dapat memberikan informasi
perikanan. Ketersediaan data dan informasi tentang perikanan adalah departemen dan non-
perikanan yang akurat hingga saat ini masih departemen. Departemen yang langsung
dipandang sebagai hal yang tidak begitu penting berhubungan dengan perikanan adalah
dan mendesak dalam pembangunan perikanan Departemen Kelautan dan Perikanan dan Dinas-
nasional. Hingga saat ini, belum ada lembaga dinas Perikanan di daerah, sementara departemen
yang menangani penyediaan data dan informasi lain yang secara tidak langsung berhubungan
secara menyeluruh, melainkan masih dilakukan dengan informasi perikanan adalah Departemen
oleh masing-masing instansi sesuai dengan Perindustrian dan Perdagangan, Departemen
kebutuhan. Akibatnya sering terjadi perbedaan Perhubungan, Departemen Tenaga Kerja,
data dan informasi perikanan. Sebagai contoh Departemen Keuangan, Departemen Luar Negeri,
dalam perhitungan potensi lestari perikanan Departemen Pertahanan dan Keamanan/Polri dan
nasional hingga saat ini masih terdapat Departemen Hukum dan Perundang-Undangan.
perbedaan. Padahal ketersediaan data dan Sedangkan instansi non-departemen yang secara
informasi perikanan yang akurat merupakan tidak langsung juga berhubungan dengan
faktor penting dalam penyususnan perencanaan perikanan adalah lembaga-lembaga penelitian
dan pengelolaan sumberdaya perikanan, dan pengkajian seperti BPPT, LIPI,
khususnya dalam merencanakan pembangunan BAKOSURTANAL, dan LAPAN, serta
perikanan yang optimal dan berkelanjutan, serta Universitas-Universitas.
menghindari terjadinya over-eksploitasi Dari pihak swasta, informasi perikanan
sumberdaya perikanan. dapat diperoleh dari perusahaan-perusahaan atau
Suatu sistem informasi yang bersifat lintas industri-industri yang bergerak dalam bidang
sektor mempunyai suatu beban yang berat yaitu perikanan. Di Indonesia perusahaan-perusahaan
bagaimana menyelaraskan seluruh instansi agar atau industri-indutri ini sangat banyak dan
tidak ada yang merasa dirugikan, bahkan bervariasi serta tersebar di seluruh wilayah
seluruhnya diharapkan mempunyai inisiatif untuk Indonesia. Mereka mempunyai kantor-kantor
bergabung demi tercapainya sistem informasi perwakilan di daerah-daerah.
menyeluruh yang handal. Dari pihak masyarakat, informasi
Kendala dalam pengimplementasian perikanan dapat diperoleh dari koperasi-koperasi
sistem informasi yang terintegrasi adalah unit desa (KUD) yang berusaha dalam bidang
keberagamannya macam sistem yang telah ada perikanan. Mereka ini berada dalam jumlah yang
sejak lama yang tersebar di berbagai instansi baik banyak dan tersebar di daerah-daerah yang
pemerintah maupun swasta, baik sipil maupun mempunyai potensi perikanan. Disamping itu
militer, baik di daerah maupun di pusat. terdapat juga lembaga-lembaga sosial masyarakat
Keberagaman ini bertambah parah dikarenakan (LSM) yang berusaha di bidang Perikanan.
pada kenyataannya tidak seluruh peralatan Bila dilihat dari jalur infomasi perikanan
penunjang pengumpul data bekerja penuh secara dari daerah sampai ke pusat, secara fungsional

55
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 4 Edisi 2 (Oktober 2011)

sistim informasi perikanan Indonesia dibagi produksi, selain aspek lain yang menyangkut
menjadi 3 (tiga) bagian. Di tingkat pusat, nutrisi, hama dan penyekit, genetika,
Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) pertumbuhan, dan interaksi ekologis biota yang
hanya berfungsi sebagai koordinasi, sedangkan di dibudidayakan serta kualitas air, juga konversi
tingkat provinsi dapat bersifat melakukan pakan yang ditambahkan menjadi limbah yang
monitor, dan di tingkat kabupaten/kota dan terbuang ke perairan umum.
kecamatan bersifat aktif. Di tingkat kecamatan Dalam upaya mendapat sistem informasi
atau kota/kabupaten pembangunan Tempat perikanan yang terpadu, sistem informasi
Pelelangan Ikan (TPI) dengan fasilitasnya perikanan dikembangkan dengan konsep sebagai
dibangun. Di tingkat pusat sendiri, DKP juga berikut:
merupakan salah satu bagian dari jaringan 1) Sistem informasi perikanan
informasi perikanan yang nantinya diharapkan dikembangkan secara bertahap dan
dapat bersifat koordinatif terhadap sistem-sistem berkelanjutan.
lain yang ada pada jaringan tersebut. Seperti pada 2) Mendayagunakan sistem-sistem yang
perguruan-perguruan tinggi, pusat-pusat sudah ada - baik sistem informasi
penelitian, lembaga-lembaga pemerintah non- maupun sistem komunikasi secara
departemen, LSM-LSM, dan lain-lain. maksimal.
Pembentukan sistem informsi perikanan 3) Dalam langkah pendayagunaan tersebut,
memerlukan informasi perikanan. Informasi maka usaha intervensi dan atau
perikanan yang diperlukan dikelompokkan dalam modifikasi sistem informasi yang telah
informasi perikanan tangkap dan informasi ada ditekan seminimal mungkin.
perikanan budidaya. Informasi perikanan tangkap 4) Pemanfaatan teknologi-teknologi
yang diperlukan meliputi: (1) distribusi spasial mutakhir, yang cocok dengan spesifikasi
dan temporal jenis-jenis sumberdaya perikanan, di atas.
(2) potensi lestari setiap jenis sumberdaya Sistem informasi perikanan pada dasarnya
perikanan, (3) persyaratan ekologis bagi berfungsi sebagai sebuah infrastruktur informasi
kehidupan dan pertumbuhan setiap jenis yang dapat digunakan untuk memecahkan
sumberdaya perikanan, (4) trophodynamics berbagai permasalahan yang ada dan
(transfer energi dan materi antar trophic level) mengakomodir semua tujuan yang diharapkan.
dalam suatu ekosistem perairan dimana Sistem ini diharapkan dapat memberikan
sumberdaya perikanan yang dikelola hidup, (5) informasi yang berbasis multimedia kepada
dinamika populasi sumberdaya perikanan, (6) penggunanya. Sebagai contoh dapat dilihat
sejarah hidup dari sumberdaya perikanan, (7) pada Gambar 1 tentang bagan alir sistem
kualitas perairan dimana sumberdaya hidup, dan informasi manajemen perikanan tangkap.
(8) tingkat penangkapan/pemanfaatan terhadap Pada Gambar 1. dapat dilihat bahwa suatu
sumberdaya perikanan, dalam bentuk upaya sumberdaya perikanan tangkap pada kabupaten
tangkap secara berkala. (9) Jumlah armada dapat dikelola dengan baik jika melewati
penangkapan ikan dari berbagai ukuran baik yang beberapa tahap dimana untuk data awal dalam
artisanal maupun modern secara spasial dan pengelolaan dibutuhkan data citra dan tambahan
temporal serta jumlah nelayan yang memang yang berasal dari LAPAN, DKP, TNI-AL,
benar-benar melakukan kegiatan sebagai nelayan. Universitas, dan lain-lain dimana data tersebut
Sementara kegiatan perikanan budidaya dapat berupa peta digital, data potensi, data
merupakan kegiatan pemanfaatan dan perikanan tangkap serta data lainnya, yang
pengelolaan lingkungan perairan untuk kemudian data ini diolah pada DKP kabupaten
membesarkan biota air (hewan maupun nabati) melalui suatu proses dengan memanfaatkan
secara optimal. Agar kegiatan perikanan softwere yang dapat dipercaya kehandalannya,
budidaya dapat berkelanjutan maka pemilihan pada proses ini dengan menggunakan analisis-
lokasi harus dilakukan secara benar dan analisis terhadap semua variable diantaranya
kegiatan/proses produksi hendaknya dilakukan citra, factor oseanograi, potensi SDI, dan lainnya.
menurut kaidah-kaidah ekologis dan ekonomis. Hasil analisis selanjutnya dimanfaatkan oleh user
Secara garis besar informasi utama yang yaitu nelayan dan perusahaan penangkapan,
diperlukan pada saat pemilihan lokasi adalah dimana output data ini dapat berupa peta DPI,
tentang kondisi biofisik (dari mulai kuantitas dan citra satelit dan laporan. Output selanjutnya akan
kualitas air, topografi, jenis tanah), pemilihan dievaluasi untuk melihat kesalahan-kesalahan
benih dan kondisi iklim. Sementara pada proses

56
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 4 Edisi 2 (Oktober 2011)

yang terjadi dimana jika terjadi kesalahan pada V. Penutup


analisis, maka akan dilakukan proses pengolahan Potensi sumberdaya perikanan, merupakan
pada DKP kabupaten dan jika terjadi kesalahan salah satu komoditas unggulan yang harus
pada proses awal maka dilakukan evaluasi ulang dikelola secara baik dan arif. Oleh karena
terhadap data awal sebagai dasar sumber diperlukan perencanaan Sistim Informasi
informasinya. Selanjutnya dari hasil evaluasi manajemen pengelolaan dan pembangunan
maka dilakukan pengembangan untuk perbaikan Sistim informasi manajemen pengelolaan untuk
di masa yang akan dating sehingga proses ini pemanfaatan berkelanjutan sehingga sumberdaya
akan berjalan untuk optimalisasi pemanfaatan perikanan dapat terjaga kelestariannya.
sumberdaya perikanan tangkap. Salah satu contoh penggunaan perangkat
Sesuai dengan tujuannya, prinsip lunak dalam sistem informasi manajemen yaitu
pengembangan sistem informasi perikanan Sistem Informasi Geografi (SIG) dimana sistem
adalah (1) mengembangkan dan menyatukan informasi ini dirancang untuk bekerja dengan
sistem informasi tentang perikanan yang sudah data yang bereferensi spasial atau berkoordinat
ada menjadi sebuah sistem “network” perikanan, geografi atau dengan kata lain suatu SIG adalah
(2) mendisain dan membangun sistem informasi suatu sistem basis data dengan kemampuan
yang belum tersedia kemudian khusus untuk menangani data yang bereferensi
menyambungkannya dalam sistem network keruangan (spasial) bersamaan dengan
perikanan, (3) mendisain dan membangun pusat- seperangkat operasi kerja (Barus dan
pusat pelayanan data informasi, dan (4) Wiradisastra, 2000). Aplikasi SIG dapat
merekayasa sebuah “protokol” bagi sistem digunakan untuk berbagai kepentingan selama
“network” perikanan. data yang diolah memiliki referensi geografi,
maksudnya data tersebut terdiri dari fenomena
atau objek yang dapat disajikan dalam bentuk
fisik serta memiliki lokasi keruangan.

Gambar 1. Contoh Bagan Alir SIM Perikanan Tangkap ( Sumber : dimodifikasi dari Yahyah, 2007)

Sebagai negara kepulauan, Indoensia sinergis akan memberikan atau menciptakan


sudah seharusnya mempunyai Sistem Informasi kondisi yang kondusif dalam pemanfaatan
Perikanan. Sistem informasi ini akan sumberdaya perikanan secara arif dan bijaksana
memberikan manfaat yang besar terutama dengan berpedoman pada aspek konservasi.
didalam pemanfaatan sumberdaya perikanan
secara berkelanjutan. Keterpaduan dari berbagai
elemen sistem informasi perikanan secara

57
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 4 Edisi 2 (Oktober 2011)

Di era otonomisasi, sistem informasi seperti aspek lingkungan, sosial dan ekonomi.
perikanan akan memberikan dampak yang positf Sehubungan dengan sifat yang dinamis dan
bagi pembangunan daerah. Sistim informasi kompleksitas dari sumberdaya perikanan, maka
perikanan daerah akan disempurnakan dengan ketersediaan data yang akurat dan terpecaya
berbagai informasi dari sumber lain yang menjadi penting.
sehingga daerah dapat melakukan perencanaan Dalam mengembangkan sistem informasi
dan pengelolaan potensi sumberdaya perikanan perikanan, maka beberapa kegiatan yang dapat
secara terpadu dan berkelanjutan. Oleh karena itu dilaksanakan adalah (1) penyempurnaan metode
kerjasama antara pemerintah, masyarakat dan dan kerangka survei statistik perikanan, (2)
akademisi baik ditingkat pusat maupun di daerah penyempurnaan buku pedoman survei statistik
perlu ditumbuhkembangkan. Kondisi ini akan perikanan, (3) pengembangan sistem data
memicu tumbuhnya rasa kepedulian terhadap statistik, (4) pelatihan enumerator dan supervisor
perikanan. pengumpulan data serta pengolah data, (5) uji
Pengembangan data dan informasi sebagai coba pedoman survei statistik perikanan dan (6)
bahan perencanaan pembangunan perikanan sosialisasi sistem data statistik.
haruslah mengintegrasikan data-data lainnya

DAFTAR PUSTAKA

Barus, Baba., dan U.S. Wiradisastra., 2000. Sistem Informasi Geografi; Sarana Manajemen
Sumberdaya. Laboraturium Pengindraan Jauh dan Kartografi Jurusan Tanah Fakultas
Pertanian IPB. Bogor.
Burch, J.G., F.R.Strater, and G.Grundnitski. 1979. Information Systems: Theory And Practice. Wiley
& Sons. News York, USA.
Cholik, F. 2000. Kondisi Perikanan Peluang dan Tantangan. Makalah disajikan pada Seminar
Nasional dan Talk Show Marine Techno and Fisheries 2000, Jakarta. 8 – 9 Agustus.
Dahuri, R., J.Rais, S.P. Ginting, dan M.J. Sitepu. 2001. Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan
Secara Terpadu. Pradnya Paramita. Jakarta.
Damardjati, D.S., I.G. Ismail dan T. Alihamsyah, 2000. Pengembangan pertanian berkelanjutan di
lahan rawa untuk mendukung ketahanan pangan dan pengembangan agribisnis : konsepsi
dan strategi pengembangannya. Dalam Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan
Pengembangan Pertanian di Lahan Rawa. Cipayung, 25-27 Juli 2000.
DKP., 2008. Urgensi RUU Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Artikel on-line Dinas
Kelautan dan Perikanan.
Dahuri, R. 2000. Pengembangan IPTEK Kelautan Untuk Pengelolaan Sumberdaya Kelautan. Dalam
Prosiding Seminar Kelautan 2000 Peranan Ilmu Ilmiah Dalam Eksplorasi, Eksploitasi, dan
Pelestarian Sumber Daya Laut. Pusat Studi Kelautan FMIPA Universitas Indonesia
bekerjasama dengan Puslitbang Oseanologi LIPI. Jakarta, Indonesia. hal 33 – 48.
Davis, G.B. 1999. Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen Bagian I Pengantar. Pustaka
Binaman Pressindo. Jakarta, Indonesia.
Jogiyanto, H.M. 1992. Analisis dan Desain Sistem Informasi: Pendekatan Tersruktur Teori dan
Praktek Aplikasi Bisnis. Andi Yogyakarta. 887 hal.
KOMNAS KAJIS KANLAUT (Komisi Nasional Pengkajian Sumber Daya Perikanan Laut). 1998.
Potensi, Pemanfaatan dan Peluang Pengembangan Sumber Daya Ikan Laut di Perairan
Indonesia. Puslitbang Oseanologi LIPI. Jakarta, Indonesia. 251 hal.
NOAA., 2002. Environmental Sensitivity Index Guidelines, Version 3.0. NOAA Technical
Memorandum NOS OR&R 11. Office of Response and Restoration, National Oceanic and
Atmospheric Administration.
Pasaribu, B.P. 2000. Pengembangan Riset dan Teknologi Pada Sektor Kelautan dan Perikanan.
Makalah disajikan pada Seminar Nasional dan Talk Show Marine Techno and Fisheries
2000, Jakarta. 8 – 9 Agustus.
Pharmasetiawan, B., R.Mastra, B.P.Resosudarmo, S.Hakim Ad Dairi dan Y.Budiyanto. 2000. Sistim
Informasi Kelautan Terpadu, Sebuah Sumbangan Konsep Untuk Pembangunan Pusat Data
Kelautan di Indonesia. Makalah disajikan pada Seminar Nasional dan Talk Show Marine
Techno and Fisheries 2000, Jakarta. 8 – 9 Agustus.

58
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 4 Edisi 2 (Oktober 2011)

Sari, T.E.Y. 2000. Pengembangan Sistem Informasi Perikanan di Perairan Bengkalis Propinsi Riau.
M.Si Thesis Teknologi Kelautan. Institut Pertanian Bogor, Bogor, Indonesia.
Supriharyono, M.S. 2000. Pelestarian dan Penelolaan Sumberdaya Alam di Wilayah Pesisir Tropis.
PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Susana, T. et al., 2004. Laporan Akhir Penelitian Perairan untuk Mendukung Pemanfaatan dan
Pengendalian Sumberdaya Perairan Banteng. Proyek Penelitian IPTEK Kelautan Puslit
Oseanografi-LIPI, Jakarta.
Tahir, A. 2000. Kebutuhan Data dan Informasi Bagi Perencanaan Pembangunan Perikanan. Warta
Pesisir dan Lautan II (04): 8-10. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Institut
Pertanian Bogor, Bogor, Indonesia.
Yahya., 2007. Disain Sistem Perencanaan dan Pengembangan Perikanan Tangkap di Kabupaten
Kupan Nusa Tenggara Timur. Thesis S2 (tidak di Publikasikan). Institut Pertanian Bogor
(IPB). Bogor.

59

Anda mungkin juga menyukai