Anda di halaman 1dari 25

9999999999999999999999999999999999999999999999999

9999999999999999999999999999999999999999999999999
99999999999999999999999999999999999999999999999992019
9999999999999999999999999999999999999999999999999
9999999999999999999999999999999999999999
SISTEM DAN SURVEY KADASTER
YANG ADA DI FINLANDIA

KELOMPOK 6 KELAS A

NISYA KARTIKA
DINI PANGESTUTI
BETHA PARDEDE
ALIEF GERY W.
M. RAYHANT FAHREZA
LAPORAN

SISTEM DAN SURVEY KADASTER YANG ADA DI


FINLANDIA

Nisya Kartika
Dini Pangestuti
Betha Pardede
Alief Gery
M. Rayhant Fahreza

Prodi Teknik Geomatika


Fakultas Infrastuktur dan Kewilayahan
Laporan Mata Kuliah GT-3204 Sistem Kadaster
Februari 2019

Dicetak: Prodi Teknik Geomatika Fakultas Infrastuktur dan Kewilayahan Institut


Teknologi Sumatera, JL. Terusan Ryacudu, Desa Way Hui, Kecamatan Jati Agung,
Lampung Selatan 35365.

Hak cipta ©2019 oleh kelompok 6 kelas A pada mata kuliah GT-3204 Sistem Kadaster.
Hak cipta dilindungi oleh undang-undang (All Right Reserved). Dilarang keras
menerjemahkan, memfotokopi atau memperbanyak sebagaian atau seluruh isi buku tanpa
izin tertulis dari penerbit.

Laporan ini merupakan hasil dari kerja kelompok 6 kelas A pada matakuliah GT-3204
Sistem Kadaster dengan menerapkan metode Student Centered Learnig dengan
pendekatan Problem Based Learning (PBL), melalui tahap problem define, peer teaching,
problem solve, sampai presentasi dan laporan
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ....................................................................................................... i


DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Tujuan .................................................................................................... 2
1.3 Personel ................................................................................................. 3
BAB II TEORI DASAR ..................................................................................... 4
2.2 Sistem Kadastral di Finlandia ................................................................. 5
2.3 Sistem Kadaster di Indonesia .................................................................. 5
2.4 Konsep Kadaster di Finlandia ................................................................. 6
2.5 Sistem Konsolidasi di Finlandia ............................................................. 6
2.6 Lembaga yang Mengawasi Sistem Kadaster di Finlandia ........................ 7
2.7 Tugas dari Badan Survey Pertanahan Nasional di Finlandia.................... 7
2.8 LIS di Finlandia ...................................................................................... 7
2.9 Sistem Pendukung Infrastruktur Kadaster ............................................... 8
2.10 Data yang Terkandung dalam Sistem Informasi Tanah di Finlandia ........ 8
BAB III METODELOGI ................................................................................. 10
3.1 Alat dan Bahan ..................................................................................... 10
3.2 Waktu dan Tempat ............................................................................... 10
3.3 Metode yang digunakan ....................................................................... 10
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... 12
4.1 Kesimpulan .......................................................................................... 12
4.2 Saran .................................................................................................... 12
LAMPIRAN ..................................................................................................... 13
A. Borang ................................................................................................. 13
B. Data dan Catatan Personal Kelompok ................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...19

i
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Mind Mapping .................................................................................. 11

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Nama Anggota Kelompok ...................................................................... 3

Tabel 2. Kegiatan Tiap Minggu .......................................................................... 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanah sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia sehari hari,
bahkan dapat dikatakan setiap saat manusia berhubungan dengan tanah. Tanah
merupakan bagian dari bumi yang disebut permukaan bumi. Permukaan bumi
yang disebut tanah yang dapat diberikan kepada dan dapat dipunyai oleh orang-
orang, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang-orang lain serta badan
hukum. Tanah dalam pengertian yuridis adalah permukaan bumi, sedangkan hak
atas tanah adalah hak atas sebagian tertentu permukaan bumi, yang berbatas,
berdimensi dua dengan ukuran panjang dan lebar.1
Kadaster adalah sistem informasi pertanahan berbasis persil yang berisi
informasi terkini tentang segala kepentingan yang terkait dengan tanah, seperti
hak atas tanah, batasan-batasan dan tanggung-jawab yang harus dipenuhi dalam
pemilikan dan pengelolaan tanah. Umumnya kadaster meliputi deskripsi
geometris bidang tanah atau persil yang dikaitkan dengan catatan lain mengenai
kepentingan yang terkait dengan bidang tanah tersebut, kepemilikan atau kontrol
terhadap kepentingan-kepentingan tersebut, selain itu sering pula berisi
informasi mengenai nilai bidang tanah dan pengembangan yang telah dilakukan
diatas bidang tanah tersebut. Catatan tersebut dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan fiskal seperti penilaian bidang tanah dan perpajakan, kepentingan
hukum seperti pencatatan akta jual beli, untuk mendukung pengelolaan lahan
dan tata guna lahan seperti perencanaan dan tujuan administratif lainnya serta
untuk mengarahkan pada pembangunan berkelanjutan dan pelestarian
lingkungan.2
Sistem kadaster terdiri dari peta, daftar kadaster dan sertifikat serta daftar
hipotek (daftar tanah). Peta menunjukkan batas-batas real estat dan lokasi paket.
Semua real estat dan segala perubahan di dalamnya terdaftar dalam daftar
kadaster. Judul dan daftar hipotek, yang didasarkan pada daftar kadaster,
termasuk daftar hak mengenai properti. Tujuan dari kadaster adalah untuk
menjaga agar sistem kadaster tetap mutakhir ketika divisi real estat diubah,
dikembangkan atau diklarifikasi. Berbagai jenis survei kadaster mencakup,

1
Marihot P. Siahaan, Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan, Teori dan Praktik, PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2005, hlm. 1.
2
.https://www.its.ac.id/tgeomatika/id/fasilitas/laboratorium/kkp/

1
misalnya, pembagian, pembagian, definisi properti, konsolidasi tanah, survei
jalan, dan penebusan.3
Untuk wilayah yang diatur oleh Negara, aplikasi survei kadaster diproses oleh
Survei Tanah Nasional Finlandia. Di wilayah yang dicakup oleh rencana
terperinci lokal, khususnya di kota-kota besar dan kota, survei dilakukan oleh
organisasi survei kota. Mengembangkan penggunaan real estat berbagai
kemungkinan menggunakan real estat ditingkatkan melalui penataan ulang
tanah. Penataan ulang tanah membantu meningkatkan efisiensi pertanian dan
kehutanan, meningkatkan keselamatan lalu lintas, mengurangi emisi iklim dan
mempromosikan pembentukan cagar alam. Konsolidasi lahan meningkatkan
efisiensi pertanian dan kehutanan dengan mengembangkan struktur real estat
dan dengan demikian mengurangi biaya produksi. 4
Informasi yang terkandung dalam daftar kadaster diproduksi oleh Survei
Tanah Nasional Finlandia dan, dalam hal area yang dicakup oleh rencana rinci
lokal, oleh kota. Daftar kadaster juga mencakup rincian peta indeks kadaster.
Daftar kadaster mencakup seluruh negara.Judul dan daftar hipotek mencakup
informasi tentang hak-hak dan pembatasan mengenai real estat untuk
memperkuat hak-hak pemegang hak dan untuk melindungi kepentingan pihak
ketiga. Hal-hal pendaftaran mengenai hak milik, hipotek dan pendaftaran hak
khusus ditangani oleh Survei Tanah Nasional Finlandia. 5

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari bahan ajar yang akan diajarkan
1. Mengetahui sejarah system kadaster di Finlandia.
2. Mengetahui system konsolidasi tanah di Finlandia.
3. Mahasiswa dapat membandingkan system kadaster di Indonesia dan
Finlandia.
4. Mengeti apa itu system LIS di Finlandia.
5. Mengetahui Lembaga yang mengawasi dan mengatur system kadaster di
Finlandia.
6. .Mengetahui konsep kadaster di Finlandia
7. Mengetahui tugas dari Badan Pertahanan di Finlandia

3
Boedi Harsono. 2007. Hukum Agraria Indonesia,Himpunan Peraturan-peraturan Hukum Tanah. Jakarta:
Djambatan.

4
https://www.academia.edu/32541662/Kadaster.
5
Samun Ismaya.2013. Hukum Adminitrasi Pertanahan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

2
1.3 Personel
Adapun anggota dari kelompok 6 kelas A pada mata kuliah GT-3204 Sistem
Kadaster terlampir pada tabel dibawah ini :

Tabel 1. Nama Anggota Kelompok

No. Nama NIM


1. Nisya Kartika 23116025
2. Dini Pangestuti 23116043
3. Betha Pardede 23116059
4. Alief Gery W. 23116061
5. M. Rayhant Fahreza 23117031

3
BAB II
TEORI DASAR

2.1 Garis Besar Sejarah Sistem Kadastral


Pendaftaran kepemilikan dimulai untuk tujuan perpajakan pada tahun 1539.
Raja telah memutuskan untuk membangun daftar petani dan pajak mereka.
Feodalisme tidak pernah diperkenalkan di Finlandia dan para petani selalu
mempertahankan kebebasan pribadi mereka. Kepemilikan dinomori desa demi
desa. Angka-angka ini bahkan membentuk basis untuk pengidentifikasi unit
properti dasar (seperti yang didefinisikan oleh UNECE / HBP / 135: Pedoman
Unit dan Pengidentifikasi Properti Real). Dari abad ke-17 buku-buku ini
diselesaikan dengan peta kadaster desa. Surveyor pertama ditugaskan ke
Finlandia pada tahun 1633 oleh raja.
Reformasi tanah yang luar biasa (konsolidasi tanah dasar) dimulai pada 1757
dan berlangsung selama hampir 200 tahun. Bentuk pertanian swasta ditingkatkan
dan petani baru menetap terutama di tanah mahkota bagian timur negara itu.
Pada awal abad ke-19 Finlandia menjadi bagian dari Kekaisaran Rusia dan
pemerintahan pusat didirikan. Badan Survei Tanah Nasional didirikan pada
tahun 1812. Tidak ada perubahan radikal dalam undang-undang kadaster yang
berasal dari pemerintahan Swedia. Daftar unit properti dasar diselesaikan pada
tahun 1904. Jumlah unit sekitar 120.000. Kota-kota menjadi bertanggung jawab
untuk menjaga kadaster real estat di daerah yang direncanakan kota.
Sertifikat tanah selalu dikonfirmasi oleh pengadilan setempat untuk
memberitahukan bahwa properti telah mengubah kepemilikan. Dokumen tertulis
tersedia sejak abad pertengahan. Buku tanah (daftar judul dan hipotek) didirikan
pada tahun 1931 dan 1951.
Pemetaan nasional berdasarkan satu sistem geodesi terpadu dimulai pada
abad ke-19. Ini pertama kali dilakukan oleh unit topografi tentara Rusia dan dari
tahun 1917 oleh Survei Tanah Nasional Finlandia dan tentara Finlandia. Batas-
batas kadaster juga dikumpulkan ke peta topografi yang dicetak dalam skala 1:
20.000 dari tahun 1947. Seluruh negara ditutupi dengan peta dasar yang seragam
ini pada tahun 1977 dan pada saat yang sama peta kadaster diproduksi. Mereka
diperbarui terus menerus dalam skala 1: 10.000 di daerah pedesaan dan dalam
skala yang lebih besar di daerah perkotaan.
Survei Tanah Nasional memulai digitalisasi kadaster di tahun 1970-an.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan efisiensi kegiatan dan untuk

4
mempromosikan penggunaan bersama register. Daftar tanah didigitalkan pada
1980-an oleh Kementerian Kehakiman.
Pada tahun 2003 Parlemen memutuskan bahwa Kadaster bersatu dibuat dan
diadministrasikan oleh Survei Tanah Nasional. Sistem ini diperkenalkan pada
Juni 2005 dan merupakan daftar primer dan legal untuk informasi kadaster.

2.2 Sistem Kadastral di Finlandia


Sistem Kadastral Finlandia saat ini benar-benar numerik. ini termasuk
pendaftaran tanah, kadaster dan peta kadaster. Kadaster Finlandia adalah
kadaster dasar. Tidak ada data penggunaan aktual lahan di kadaster. Kadaster
Finlandia tidak digunakan untuk perpajakan,tetapi nomor identifikasi real estat
digunakan untuk keperluan perpajakan TACS-Register (register area pertanian
di Uni Eropa) benar-benar terpisah dari data sistem kadaster. Kotamadya
memiliki register sendiri dan sistem mungkin berbeda. Beberapa kota emiliki
register bersama. Tidak ada tautan antara register kotamadya dan Sistem
Kadastral. Hanya beberapa data dari register kotamadya yang ada di Sistem
Kadastral juga.
Sistem Informasi Tanah Finlandia (KTJ) adalah salah satu sistem informasi
dasar masyarakat. Ini memberikan akses ke informasi yang terkandung dalam
register kadaster dan judul dan register hipotek. Survei Pertanahan Nasional
Finlandia, yang merupakan lembaga pusat di bawah Kementerian Pertanian dan
Kehutanan, bertanggung jawab untuk tugas-tugas yang berhubungan dengan
sistem administrasi tanah sebagaimana didefinisikan dalam undang-undang.
Dari tanggal 1 Juni 2015 simbol pertanahan di Finlandia adalah “One Unified
Cadastre for the Whole Country.” Tujuan Sistem Informasi Tanah (LIS) adalah
untuk mengamankan kepentingan hukum dalam tanah dan pengakuan. System
ini juga berfungsi untuk keperluan fiscal dimana otoritas pajak memiliki daftar.
System ini juga berfungsi sebagai sumber informasi tanah untuk perencanaan
dan lain-lain.

2.3 Sistem Kadaster di Indonesia


UUPA 24 september 1960 mengatur tentang hukum agraria di Indonesia,
dimana sebagai Negara, Organisasi kekuasaan Bangsa Indonesia pada tingkat
tertinggi mempunyai wewenang :
• Mengatur serta menyelenggarakan peruntukan, penggunaan persediaan
dan memelihara atas tanah-tanah di Indonesia.
• Menentukan dan Mengatur hak-hak yang dapat di miliki atas tanah-tanah
tersebut.
• Menentukan dan Mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-
orang dan perbuatan hukum atas tanah itu.
Dengan munculnnya UUPA tanggal 24 sept 1960 yaitu dualisme mengenai hak
tanah menjadi hilang. Dualisme yaitu Tanah barat + tanah Adat menjadi HM,
HGB, HGU, HP.
5
Pendaftaran tanah di indonesia bersifat “ Rechts-kadaster” yang bertujuan
menjamin kepastian hukum hak atas tanah, PP no.10 tahun 1961. Namun di
Indonesia sistem kadasternya ialah belum menggunakan GIS dan sistem
pendaftaran tanahnya masih negatif, maksudnya masih bisa diganggu gugat oleh
oranglain.

2.4 Konsep Kadaster di Finlandia


Di Finlandia semua tanah dibagi menjadi unit properti dasar yang merupakan
unit register di Cadastre. Unit-unit properti ini terdiri dari satu atau lebih bidang
dan mereka mungkin juga memiliki bagian di area umum. Semua unit properti
dasar disurvei dan terdaftar di Sistem Informasi Tanah nasional yang mencakup
juga peta indeks kadaster dan informasi tentang hak milik dan hipotek. Objek
yang secara permanen diperbaiki ke parsel (misalnya bangunan) adalah bagian
darinya. Apartemen di kondominium bukan properti tetap dan mereka terdaftar
oleh kondominium perusahaan perumahan kewajiban terbatas.

2.5 Sistem Konsolidasi di Finlandia


Saat ini, ada dua jenis utama konsolidasi tanah yang diterapkan di Finlandia,
konsolidasi tanah regional dan konsolidasi tanah berbasis proyek. Konsolidasi
tanah fokus pada fragmentasi kepemilikan tanpa mengubah kepemilikan tanah.
Konsolidasi tanah regional paling umum dan paling menyerupai konsolidasi
tanah komprehensif Eropa Barat tradisional. Konsolidasi tanah regional terutama
diterapkan untuk meningkatkan pembagian lahan yang terfragmentasi dari area
pertanian dengan sejumlah besar bidang kecil3 (MMM 2015; MML 2007). Jenis
lain konsolidasi tanah adalah konsolidasi tanah berbasis proyek, yang dapat
diimplementasikan bersamaan dengan proyek infrastruktur besar untuk
memodifikasi pembagian tanah yang ada untuk memudahkan pembangunan
jalan atau kereta api. Konsolidasi tanah berbasis proyek beroperasi dengan
prinsip-prinsip mirip dengan konsolidasi tanah regional, di mana pihak yang
melaksanakan proyek membiayai konsolidasi, tetapi tujuannya adalah untuk
mengurangi efek proyek untuk pembagian lahan yang meningkatkannya (MMM
2015; MML 2007; Uimonen 2004). Model konsolidasi tanah eksperimental
dilaksanakan (konsolidasi lahan berbasis pertanian) sebagai alternatif untuk
konsolidasi lahan regional. Konsolidasi lahan berbasis lahan lebih cepat untuk
menyelesaikan masalah fragmentasi lahan untuk lahan pertanian tanpa perbaikan
infrastruktur pertanian, mis., Jaringan jalan dan drainase, yang
diimplementasikan dalam model regional (Potka 2016a, hal. 80). Prosedur
konsolidasi tanah di Finlandia didasarkan pada Real Estate Formation Act
(REFA) dan menyajikan konsolidasi tanah sebagai alat untuk meningkatkan
pembagian tanah dan kegunaan real estat (REFA bagian 67.1). Prosedur ini
dilaksanakan melalui organisasi pemerintah, National Land Survey (NLS).
Prosedur, termasuk persiapan, implementasi dan rekonstruksi peningkatan
6
modal daerah (peningkatan infrastruktur pertanian), dilakukan oleh otoritas
kadaster. Proses konsolidasi tanah mencakup tiga fase utama: persiapan,
perencanaan dan implementasi.

2.6 Lembaga yang Mengawasi Sistem Kadaster di Finlandia


Survei Tanah Nasional Finlandia (Maanmittauslaitos) adalah otoritas
pemerintah yang bertanggung jawab atas administrasi kadaster dan
melaksanakan survei kadaster di daerah pedesaan. Kegiatan pendaftaran tanah
(pendaftaran hak) dipindahkan dari pengadilan lokal ke Survei Tanah Nasional
pada awal 2010.
Survei Tanah Nasional juga bertanggung jawab atas pemetaan topografi,
database topografi.75 kota mengurus survei kadaster dan pemetaan di daerah
perkotaan mereka.
Pada tahun 2014, Survei Tanah Nasional direorganisasi. Sejak itu tidak ada
lagi kantor survei Kabupaten, unit tingkat nasional bertanggung jawab untuk
produksi. Front awal Pusat Informasi 2015 Kementerian Pertanian dan
Kehutanan dan juga The Finnish Geodetic Institute (FGI) dikombinasikan
dengan The National Land Survey.
Pusat Daftar Penduduk bertanggung jawab atas Daftar Bangunan.Pusat
Registrasi Penduduk beroperasi di bawah Kementerian Dalam Negeri dan Survei
Tanah Nasional di bawah Kementerian Pertanian dan Kehutanan.

2.7 Tugas dari Badan Survey Pertanahan Nasional di Finlandia


Survei Pertanahan Nasional memiliki enam tugas utama:
1. Untuk melakukan survei kadaster.
2. Untuk mempertahankan sistem informasi pertanahan.
3. Untuk mempertahankan sistem data topografi nasional.
4. Untuk melakukan tugas pendaftaran yang berkaitan dengan sifat-sifat
(pendaftaran judul, hipotek dan hak-hak istimewa).
5. Untuk mempertahankan dan mengembangkan sistem TI baik untuk
kebutuhan sendiri dan untuk kebutuhan instansi dalam sektor administrasi
yang sama.
6. Untuk meneliti dan mengembangkan dalam sektor data spasial.

2.8 LIS (Land Information System) di Finlandia


Pada tanggal 1 Juni 2005, sebuah Land Information System (LIS) baru,
diluncurkan di Finlandia sebagai hasil kolaborasi antara 86 kota dan National
Land Survey of Finlandia (NLS). Untuk memberikan kerangka hukum bagi
pengembangan LIS, suatu UU telah disahkan sekitar dua tahun lebih awal
daripada LIS, yang direncanakan sebagai pendaftaran resmi pemukiman, yang
7
berarti bahwa itu akan menggantikan Kadaster Tanah 87 terpisah yang
digunakan pada saat itu. Dengan demikian, LIS baru menyimpan data spasial
pada semua pemukiman di Finlandia dan atributnya.
Sebelumnya data atribut dikelola oleh NLS, kotamadya disalin ke dalam dan
dipelihara dalam LIS yang lama, sedangkan data spasial secara eksklusif
disimpan dalam sistem yang terpisah dipelihara oleh NLS dan kotamadya.
Dalam LIS baru, kotamadya dapat mentrasfer data dari sistem mereka sendiri
untuk menjaga sebuah pendaftaran aplikasi melalui XML untuk digunakan
sebagai data awal. Sistem ini menyediakan layanan data dalam tiga cara yang
berbeda, yakni :
• Berbagai poin layanan pelanggan dan otoritas memiliki akses ke
aplikasi web dengan antaramuka peta
• Kota-kota yang dapat memperbaharui data dalam sistem mereka sendiri
melalui aplikasi layanan data, yang memasok mengubah data yang kadaster
• Data kadaster di LIS dapat diakses oleh sistem eksternal melalui
interface perangkat lunak.
Sistem baru ini bermanfaat dan membawa perbaikan diberbagai bidang.
Dampak baik dari sistem baru ini adalah data pemukiman dikelola oleh NLS
dan kotamadya yang lebih seragam, kualitas data telah membaik dan prosedur
yang diterapkan tidak lagi berbeda seperti sebagian besar, semua data (termasuk
data spasial terkait) sekarang disimpan dalam satuan database yang koheren dan
tersedia secara nasional melalui layanan informasi.

2.9 Sistem Pendukung Infrastruktur Kadaster


Sistem yang didukung oleh infrastruktur kadaster adalah:
1. Sistem Kepemilikan Tanah, untuk mengamankan hak hukum di tanah
seperti sertifikat, hipotek, dan hak guna.
2. Sistem Nilai Tanah, untuk menilai nilai tanah dan properti dan memungut
pajak tanah atas dasar itu .
3. Sistem Kontrol Penggunaan Lahan, untuk memungkinkan kontrol
perencanaan penggunaan lahan yang komprehensif dan terperinci
penggunaan lahan.
4. Sistem Pengembangan Lahan, untuk memungkinkan regulasi dan
implementasi dalam perubahan penggunaan lahan.

2.10 Data yang Terkandung dalam Sistem Informasi Tanah di Finlandia


Isi data Cadastre termasuk data sebagai berikut:
1. Kode identifikasi,
2. Mendaftarkan unit asal,
3. Daerah,
8
4. Minat di bidang umum,
5. Transfer bagian,
6. Hak dan pembatasan penggunaan lahan dan referensi ke dokumen.
Perlu disebutkan bahwa bangunan dan nilai perpajakan properti tidak termasuk
dalam isi data Cadastre. lsi data Daftar Tanah adalah sebagai berikut:
1. Aplikasi untuk judul, kemudahan, hipotek. atau keputusan lainnya.
2. Keputusan tentang gelar, kemudahan, hipotek. dan keputusan terkait
lainnya.
3. Pengingat pemulihan, bangkrut. pembatasan penggunaan.

9
BAB III
METODELOGI

3.1 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang diperlukan saat kegiatan PBL berlangsung :
Alat : - Seperangkat alat tulis
- Form Borang
Bahan : - Jurnal mengenai system pertanahan di Finlandia.

3.2 Waktu dan Tempat


Kegiatan PBL ini berlangsung pada :
Waktu : Selama empat pertemuan dan saat mata kuliah sistem
kadaster
Tempat : Di gedung GKU lantai 3 dengan ruangan GK313
Adapun pembagian kegiatan tiap minggunya bias dapat dilihat pada Tabel 2.
Kegiatan Tiap Minggu :
Tabel 2. Kegiatan Tiap Minggu
Kegiatan/Minggu ke 1 2 3 4

Mencari definisi masalah, issue dan bahan ajar terkait


materi yang diberikan.

Mengajari kepada teman mengenai bahan ajar yang telah


dicari

Membuat dan menyusun bahan ajar menggunakan


metoda mind mapping

Pelaporan dan presentasi

3.3 Metode yang digunakan


Metode yang digunakan untuk membantu menyusun materi adalah dengan
metode mind map. Manfaat dari metode mind mapping ini adalah untuk
mempermudah proses pngingatan, mempercepat proses pencatatan karena
metode ini hanya membutuhkan kata kunci, memudahkan untuk mengingat
suatu informasi utama karena tema utama sudah terdefinisi di tengah. Adapun
kata kunci dari semua bahan dapat dilihat pada Gambar 1. Mind Mapping

10
Gambar 1. Mind Mapping

Kata kunci dari Mind Mapping ini adalah system dan konsep kadaster di Finlandia,
system konsolidasi tanah di Finlandia, data yang ada dalam system informasi tanah di
Finlandia, LIS, lembaga yang yang mengawasi system kadaster di Finlandia, tugas dari
Badan Pertanahan Nasional Finlandia, alasan system kadaster belum diterapkan di
Indonesia

11
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan mengenai system kadaster di
Finlandia adalah system kadaster pertanahan di Finlandia hak atas tanah muncul
melalui akta yudisial, dengan keputusan administratif atau oleh hukum. Numerus
claus us-prinsip easement dan data registrasi tanah memungkinkan untuk
memiliki hak atas tanah yang tidak mungkin didaftarkan ke Sistem Kadastral.
Kadaster Finlandia adalah kadaster dasar. Tidak ada data penggunaan aktual
lahan di kadaster. Kadaster Finlandia tidak digunakan untuk perpajakan,tetapi
nomor identifikasi real estat digunakan untuk keperluan perpajakan
.

4.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan untuk metode ini adalah :
a) Dosen sebagai pembimbing seharusnya juga dapat membatu dalam
menenmukan solusi pada materi yang diajar.
b) Kurangnya waktu yang diberikan untuk berdiskusi di dalam kelas

12
LAMPIRAN

A. Borang
1. Borang Pemantauan Pendefinisian Masalah

13
2. Borang Pemantauan Diskusi Kelompok

14
B. Data dan Catatan Personal Kelompok
1. Nisya Kartika (23116025)
Periode ke dua, PBL ini mengacu pada tema Sistem kadaster di Negara
lain. Sistem Kadaster yang dibahas kelompok kami adalah Sistem Kadaster
dan Survey di negara Finlandia. Pendaftaran kepemilikan dimulai untuk
tujuan perpajakan pada tahun 1539. Raja telah memutuskan untuk
membangun daftar petani dan pajak mereka. Feodalisme tidak pernah
diperkenalkan di Finlandia dan para petani selalu mempertahankan kebebasan
pribadi mereka. Kepemilikan dinomori desa demi desa. Angka-angka ini
bahkan membentuk basis untuk pengidentifikasi unit properti dasar.
Reformasi tanah yang luar biasa (konsolidasi tanah dasar) dimulai pada 1757
dan berlangsung selama hampir 200 tahun. Daftar unit properti dasar
diselesaikan pada tahun 1904. Pemetaan nasional berdasarkan satu sistem
geodesi terpadu dimulai pada abad ke-19. Ini pertama kali dilakukan oleh unit
topografi tentara Rusia dan dari tahun 1917 oleh Survei Tanah Nasional
Finlandia dan tentara Finlandia. Batas-batas kadaster juga dikumpulkan ke
peta topografi yang dicetak dalam skala 1: 20.000 dari tahun 1947. Seluruh
negara ditutupi dengan peta dasar yang seragam ini pada tahun 1977 dan pada
saat yang sama peta kadaster diproduksi. Mereka diperbarui terus menerus
dalam skala 1: 10.000 di daerah pedesaan dan dalam skala yang lebih besar di
daerah perkotaan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan efisiensi kegiatan
dan untuk mempromosikan penggunaan bersama register. Daftar tanah
didigitalkan pada 1980-an oleh Kementerian Kehakiman. Pada tahun 2003
Parlemen memutuskan bahwa Kadaster bersatu dibuat dan diadministrasikan
oleh Survei Tanah Nasional. Sistem ini diperkenalkan pada Juni 2005 dan
merupakan daftar primer dan legal untuk informasi kadaster.
Sistem Kadastral Finlandia saat ini benar-benar numerik. ini termasuk
pendaftaran tanah, kadaster dan peta kadaster. Kadaster Finlandia adalah
kadaster dasar. Tidak ada data penggunaan aktual lahan di kadaster. Kadaster
Finlandia tidak digunakan untuk perpajakan,tetapi nomor identifikasi real
estat digunakan untuk keperluan perpajakan TACS-Register (register area
pertanian di Uni Eropa) benar-benar terpisah dari data sistem kadaster. Dari
tanggal 1 Juni 2015 simbol pertanahan di Finlandia adalah “One Unified
Cadastre for the Whole Country.” Tujuan Sistem Informasi Tanah (LIS)
adalah untuk mengamankan kepentingan hukum dalam tanah dan pengakuan.
System ini juga berfungsi untuk keperluan fiscal dimana otoritas pajak
memiliki daftar. System ini juga berfungsi sebagai sumber informasi tanah
untuk perencanaan dan lain-lain.
Di Finlandia semua tanah dibagi menjadi unit properti dasar yang
merupakan unit register di Cadastre. Unit-unit properti ini terdiri dari satu
atau lebih bidang dan mereka mungkin juga memiliki bagian di area umum.
15
Semua unit properti dasar disurvei dan terdaftar di Sistem Informasi Tanah
nasional yang mencakup juga peta indeks kadaster dan informasi tentang hak
milik dan hipotek. Objek yang secara permanen diperbaiki ke parsel
(misalnya bangunan) adalah bagian darinya. Apartemen di kondominium
bukan properti tetap dan mereka terdaftar oleh kondominium perusahaan
perumahan kewajiban terbatas.
Saat ini, ada dua jenis utama konsolidasi tanah yang diterapkan di
Finlandia, konsolidasi tanah regional dan konsolidasi tanah berbasis proyek.
Prosedur konsolidasi tanah di Finlandia didasarkan pada Real Estate
Formation Act (REFA) dan menyajikan konsolidasi tanah sebagai alat untuk
meningkatkan pembagian tanah dan kegunaan real estat (REFA bagian 67.1).
Negara Finlandia sendiri telah selesai dalam suvey kadasternya Untuk
system pertanahannya sendiri mereka membuat sebuah basis data yang dapat
menyimpan informasi berupa kode identifikasi, pendaftaran unit asal, daerah
(area), minat di bidang umum, transfer bagian, hak dan pembatasan
penggunaan lahan dan referensi ke dokumen.

16
2. Alief Gery (23116061)
Pada Mata kuliah ini proses dari belajar mengajar yang di gunakan adalah
dengan menggunakan metode Student Centered Learning dengan pendekatan
Problem Base Learning dimana pada metode ini dilakukan dengan mahasiswa
yang mencari pokok masalah dan bahasan yang ingin di kembangkan dari judul
acuan yang di berikan oleh dosen mata kuliah ini. Judul acuan yang digunakan
dalam memicu terjadi nya proses interaksi atau diskusi antara individu –
individu yang ada di kelompok – kelompok yang telah di bagi berdsarkan hasil
test yang di lakukan awal perkuliahan dengan metode yang di tentukan. Metode
ini di lakukan selama 4 minggu dimana pada setiap minggunya di lakukan
dengan kegiatan yang sudah di atur. Kegiatan kegiatan yang di lakukan dalam
metode ini adalah problem define, peer teaching, problem solve. Pembuatan
laporan dan power point untuk di persentasikan.
Pada tahap awal adalah problem define, pada tahap ini adalah tahap
perancangan boring 1 yang isinya menjelaskan nama kelompok, anggota
kelompok, definisi masalah, isu ajar, dan bahan ajar. Pada penentuan definisi
masalah di ambil dari hasil diskusi Bersama dengan individu – individu di dalam
kelompok. Kemudian definisi masalah yang ada dapat di rancang isu isu yang
beracuan dari bahan pemicu yang sudah di berikan oleh dosen awal perkuliahan.
Setelah kita memperoleh isu isu yang di dapat dari masing masing individu
selanjutnya setiap individu individu tersebut akan mencari bahan ajar yang
menjawab isu isu yang di rencanakan dari tiap tiap individu. Kemudian Untuk
minggu kedua kegiatan yang di lakukan adalah peer teaching kegiatan ini adalah
kegiatan dimana setiap individu individu mengajarkan ilmu ilmu yang diperoleh
dari bahan ajar yang berhubungan dengan isu isu yang di dapat hasil diskusi.
Kemudian tahap selanjutnya adalah tahap problem solve pada tahap ini adalah
setiap individu di haruskan membantu dalam memecahkan masalah atau isu isu
yang belum dapat di pecah kan oleh individu pada tahap ini yang di gunakan
adalah boring ke dua yang di dalam nya terdiri dari penilaian terhadap kelompok
dan masalah masalah yang belum di pecah kan serta solusi dari kelompok dalam
mengatasinya. Selanjutnya tahap terakhir adalah tahap pembuatan laporan dan
power point untuk persentasi. Pada proses akhir ini adalah proses dimana setiap
kelompok mempersentasikan hasil dari diskusi nya di depan kelas sehingga
seluruh audiens dapat memahami dan saling berbagi informasi yang di peroleh
setiap kelompok, sehingga jika terdapat isu yang belum terpecahkan dapat di
diskusikan dengan kelompok lain yang mungkin lebih paham atau dapat di bantu
oleh dosen yang mengampuh mata kuliah.
Masalah yang di peroleh dalam diskusi ini adalah menyatuhkan pendapat
dari masing masing individu. Kemudian masalah selanjutnya adalah waktu
karena kelompok 100 ini adalah kelompok yang di bentuk pada minggu ke dua
sehingga pada kelompok ini lebih mengeluarkan kerja yang lebih ekstra dalam

17
pengerjannya. Solusi nya adalah sebaiknya dalam proses diskusi ini di berikan
bahan control untuk menyatukan pendapat yang relatif beda dari masing masing
individu. Saran saya sebaiknya system pembelajaran ini di terapkan pada setiap
mata kuliah yang dasar nya adalah sama seperti mata kulliah Sistem kadaster ini
sehingga lebih melatih mahasiswa dalam berpikir kritis dan memecahkan
masalah secara mandiri.

3. M. Rayhant Fahreza (23117031)


Pada kegiatan PBL (Program Based Learning) ini saya mendapatkan
materi yang baru kali mengenai “ Sistem Kadaster di Finlandia” . Beda dari
materi PBL yang sebelumnya, materi tersebut memberikan kita kita
pengetahuan bahwasanya Sistem Informasi Tanah Finlandia (KTJ) adalah
salah satu sistem informasi dasar masyarakat. Ini memberikan akses ke
informasi yang terkandung dalam register kadaster dan judul dan register
hipotek. Pada minggu pertama PBL ini, saya melakukan diskusi bersama
kelompok saya guna membuat definisi masalah, setelah itu membuat isu-isu
pembelajaran dari definisi masalah tersebut habis membuat isu pembelajaran
barulah membuat bahan ajar. Bahan ajar ini guna untuk bahan pokok ajar
untuk menjawab isu-isu pembelajaran tersebut. Pada minggu kedua ini saya
disuruh presentai hasil bahan ajar saya yang sudah saya dapatkan kepada
kelompok saya masing-masing individu memiliki bahan ajar yang berbeda.
Pada minggu ketiga saya masih melanjutkan hasil diskusi kelompok saya
membuat mind map. Dimana pada pembuatan mind map ini mencakup semua
jawaban dari isu-isu pembelajaran tersebut
Dalam kegiatan PBL kali ini. Saya mendapatkan banyak kesalahan-
kesalahan yang terjadi di kelas, yaitu :
1. Saat melakukan diskusi antar individu di kelompok saya, kelompok
sebelah dengan kerasnya suara saat melakukan diskusi tersebut.
2. Ketidakpahaman saat membuat daftar pustaka.
3. Kurangnya waktu saat melakukan diskusi sehingga materi yang
didapatkan terbatas.
Kesalahan-kesalahan tersebut sering terjadi di kelas, sehingga jadi sifat
wajar dalam melakukan kegiatan diskusi dikarenakan diskusi adalah forum
terbuka untuk menyamapaikan ide-ide mereka kepada sesama antar anggota.
Oleh karena itu kegiatan PBL adalah cara satu-satunya untuk membuat
mahasiswa/ mahasiswi melakukan hal-hal yang baru dan menyampaikan ide-
ide mereka yang sudah di dapatkan dari materi-materi tersebut.

18
DAFTAR PUSTAKA

Ari, TELLA. 2006. "The New Land Information Sytem in Finland." XXXIII
International FIG Conferences. Munich, Jerman.

2018. Cadastral Template 2.0. Agustus 2018. Accessed Maret 7, 2019.


http://cadastraltemplate.org/finland.php.

Enemark, Stig. 2001. "Management Property." 366-383.

19

Anda mungkin juga menyukai