Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan nasional yang berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Pendidikan Nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan.
Peningkatan mutu dan relevansi serta efisiensi manajemen pendidikan, melalui program
wajib belajar 9 tahun. Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan
kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui olahhati, olahpikir, dan olahraga agar
memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global. Peningkatan efisiensi
manajemen pendidikan melalui manajemen sekolah dan peneglolaan pendidikan secara
terencana, terarah dan berkesinambungan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Standar Isi?
2. Apa yang dimaksud dengan kerangka dasar dan struktur kurikulum?
3. Apa yang dimaksud dengan beban belajar ?
4. Apa yang dimaksud dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan ?
5. Apa yang dimaksud dengan kalender pendidikan ?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui maksud standar isi.
2. Untuk mengetahui maksud kerangka dasar dan struktur kurikulum.
3. Untuk mengetahui maksud beban belajar.
4. Untuk mengetahui maksud kurikulum tingkat satuan pendidikan.
5. Untuk mengetahui maksud kalender pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Standar Isi
Sebenarnya eksistensi standar isi ini sebagai manifestasi dari UU No 20 Tahun
2003, pasal 35 ayat (1) yang berbunyi “standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi,
standar proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,
pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara
berencana dan berkala.” Tujuan ditetapkannya standar nasional pendidikan yakni
digunakan sebagai acuan pengembangan kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan
prasarana, pengelolaan dan pembiayaan, sebagaimana diatur dalam ayat (2).
Dalam peraturan pemerintah republik indonesia no. 19 tahun 2005, tentang standar
nasional pendidikan, dijelaskan bahwa standar nasional pendidikan adalah kriteria
minimal tentang sistem pendidikan diseluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang
dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian,
kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta
didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu, (Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005).
Standar isi adalah suatu bagan rencana lingkup materi minimal, dan tingkat
kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal, pada jenjang dan jenis
pendidikan tertentu. Standar Isi ditetapkan dengan peraturan menteri pendidikan nasional
No. 22 Tahun 2006.
Implementasi Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dijabarkan kedalam sejumlah peraturan antara lain peraturan pemerintah Nomor
19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan pemerintah ini
memberikan arahan tentang perlunya disusun dan dilaksanakan dengan delapan standar
nasional pendidikan, yaitu: standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar
pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan,
standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Dalam standar isi mencakup:
1. Kerangka dasar dan struktur kurikulum yang merupakan pedoman dalam
penyusunan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan.
2. Beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan dasar dan menengah.
3. Kurikulum tingkat satuan pendidikan yang akan dikembangkan oleh satuan
pendidikan berdasarkan panduan penyusunan kurikulum sebagai bagian tidak
terpisahkan standar isi.
4. Kalender pendidikan untuk penyelenggaraan pendidikan pada satuan
pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Standar Isi dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yang
dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005. (sumber: Lampiran
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional)
B. Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum
Dalam dunia pendidikan sangat dibutuhkan yang dinamakan kurikulum sehingga
nantinya bisa diharapkan untuk membantu dalam mencapai tujuan pendidikan Nasional.
Berbagai jenis dalam pengembangan kurikulum dipakai oleh pemerintahan Indonesia
dalam mencapai cita-cita bangsa yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan mencetak
generasi penerus bangsa yang berakhlaq serta berbudi pekerti luhur. Kata kurikulum yang
merupakan sebuah istilah dalam dunia pendidikan yang sangat familiar pada saat ini telah
dikenal sejak kurang lebih satu abad yang lampau. Namun, kata ini masih belum terdapat
dalam kamus webster tahun 1812 dan baru muncul dalam pertama kalinya pada kamus
tahun 1856. Artinya pada waktu itu ialah;
1. A race course; a place for running; a chariot.
2. A course in general; applied particulary to the course of study in
university.1
Jadi dengan kata “Kurikulum” dimaksud dengan suatu jarak yang harus ditempuh
oleh pelari atau kereta dalam perlombaan, dari awal sampai akhir. Tidak hanya itu
kurikulum juga berarti “chariot” yakni semacam kereta pacu pada zaman dahulu, dan
suatu alat yang membawa seorang dari “start” sampai “finish”.
Pada awalnya penggunaan kurikulum diapakai dalam bidang olahraga. Baik itu
dalam warming upnya ataupun dalam sebuah competitionnya. Namun seiring dengan
perkembangan zaman istilah kurikulum juga bertransformasi dalam bidang pendidikan.
Jika dalam olahraga istilah kurikulum adalah jarak yang harus ditempuh oleh pelari atau
kereta dalam perlombaan dari awal sampai akhir, lain halnya dalam bidang pendidikan
justru kurikulum diartikan sebagai sejumlah mata pelajaran atau mata kuliah ditingkat
sekolah ataupun perguruan tinggi.
Kerangka dasar kurikulum adalah rambu-rambu yang ditetapkan berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional pendidikan untuk

1 Abdullah Idi, (2016) Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Hlm. I2.
dijadikan pedoman dalam penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan
silabusnya pada setiap satuan pendidikan.
1. Kelompok Mata Pelajaran
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan pasal 6 ayat (1) menyatakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan
umum, kejuruan, dan khusus pendidikan Dasar dan Menengah. Peraturan pemerintah
Nomor 19 2005, terdiri sebagai berikut:
a. kelompok Mata Pelajaran Agama dan Akhlak Mulia, mencakup: Kelompok
mata pelajaran agama dan akhlak mulia dimaksudkan untuk membentuk peserta
didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
serta berahlak mulia. Ahlak mulia mencakup etika, budi pekerti, atau moral
sebagai perwujudan dari pendidikan agama.
b. Kelompok Mata Pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian, mencakup:
Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dimaksudkan untuk
peningkatan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak dan kewajiban
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta peningkatan
kualitas dirinya sebagai manusia.
c. Kelompok Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, mencakup: SD/MI/SDLB
dimaksudkan untuk mengenal, menyikapi, mengapresiasi, ilmu pengetahuan dan
teknologi. Sedangkan, SMP/MTs/SMPLB dimaksudkan untuk memperoleh
kompetensi dasar ilmu pengetahuan dan teknologi serta membudayakan berpikir
ilmiah secara kritis, kreatif dan mandiri. Untuk SMA/MA/SMALB dimaksudkan
untuk memperoleh kompetensi lanjut ilmu pengetahuan teknologi serta
membudayakan berpikir ilmiah secara kritis, kreatif dan mandiri. SMK/MA
dimaksudkan untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi, membentuk
kompetensi, kecakapan, dan kemandirian kerja.
d. Kelompok Mata Pelajaran Estetika mencakup : Kelompok mata pelajaran
Estetika dimaksudkan untuk meningkatkan sensitivitas. Kemampuan
mengekspresikan dan mengapresiasi keindahan dan harmoni.
e. Kelompok Mata Pelajaran Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan, mencakup:
SD/MI/SDLB dimaksudkan untuk meningkatkan potensi fisik serta menanamkan
sportivitas dan kesadaran hidup sehat. Apabila SMP/MTs/SMPLB dimaksudkan
meningkatkan potensi fisik serta membudayakan sportivitas dan kesadaran hidup
sehat. Jika SMA/MA/SMALB/SMK/MAK dimaksudkan meningkatkan potensi
fisik serta membudayakan sportivitas dan kesadaran hidup sehat. Selain tujuan
dan cakupan kelompok mata pelajaran sebagai bagian dari kerangka dasar
kurikulum perlu dikemukakan prinsip pengmebangan kurikulum, sebagai berikut:
2. Prinsip Pengembangan Kurikulum
Kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dikembangkan oleh
sekolah dan komite sekolah berpedoman pada standar kompetensi lulusan dan standar
isi serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BSNP. Kurikulum
dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta
didik dan lingkungannya.
b. Beragam dan terpadu.
c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, an seni.
d. Relevan dengan kebutuhan hidup.
e. Menyeluruh dan berkesinambungan.
f. Belajar sepanjang hayat.
g. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
3. Prinsip Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan kurikulum disetiap satuan pendidikan menggunakan
prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi.
b. Kurikulum dilaksanakan dengan menegakan kelima pilar belajar.
c. Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan
yang bersifat perbaikan dan pengayaan.
d. Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik
yang saling menerima dan menghargai.
e. Kurikulm dilkasanakan dengan menggunakan pendekatan multi strategi dan
multimedia.
f. Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan kondisi alam.
g. Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata pelajaran.
Lain halnya dengan struktur kurikulum. Secara definitif struktur kurikulum
merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik
dalam kegiatan pembelajaran. Struktur kurikulum pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah, sebagai berikut:
1. Struktur Kurikulum SD/MI. Adapun struktur kurikulum SD/MI meliputi
subtansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama enam
tahun mulai kelas 1 sampai dengan kelas VI.
2. Struktur Kurikulum SMP/MTs. Adapun struktur kurikulum SMP/MTs meliputi
substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga
tahun mulai kelas VII sampai dengan kelas IX.
3. Struktur kurikulum SMA/MA meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh
dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun mulai kelas X sampai dengan kelas
XII.
C. Beban Belajar Peserta Didik
Sebelum beranjak terlalu jauh memaparkan apa itu beban belajar, tidak ada
salahnya untuk mengetahui terlebih dahulu makna dari belajar itu sendiri. Belajar
merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang telah dianggap
belajar sesuatu jika dia bisa menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam
belajar yang terpenting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.
Jadi, ketika seseorang belajar sesuatu dengan terus menerus tapi tidak dapat berubah
perilakunya dari yang kurang baik menjadi lebih baik, hal tersebut masih belum bisa
dikategorikan sebagai belajar.
Definisi lain tentang belajar adalah perubahan yang relatif menetap dalam perilaku
atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Jadi
belajar juga bisa diartikan sebagai suatu aktifitas yang didalamnya terdapat sebuah proses
dari tidak tahu menjadi tahu, tidak mengerti menjadi mengerti, tidak bisa menjadi bisa
untuk mencapai hasil yang optimal.
Dalam kamus bahasa indonesia, belajar mempunyai arti 1. Berusaha memperoleh
kepandaian atau ilmu, 2. Berlatih, 3. Berubah tingkah laku atau tanggapan yang
disebabkan oleh pengalaman.2 Jadi berdasarkan kamus bahasa indonesia tersebut ada ciri-
ciri pokok dalam belajar, yaitu adanya usaha untuk memperoleh kepandaian sehingga
dapat berubah tingkah lakunya sebab pengalaman tertentu. Definisi kali ini tidak
bertentangan dengan definisi yang telah diurai diatas. Namun untuk memperkaya
khazanah keilmuan kita, kata “belajar” perlu dianalisis dan dipahami dari berbagai sudut
pandang. Berbagai sudut pandang tersebut contohnya bisa dari statement para ahli
ataupun dari bahasa internasional (english language).
Bila dirujuk dalam kamus bahasa inggris, kata belajar bermakna to learn, to study,
to know.3 Kata learn memiliki arti 1. Mempelajari, 2. Mendengar. 4 Kata study memiliki
arti 1. Pelajaran, 2. Mata pelajaran, 3. Penyelidikan, 4. Bahan pelajaran, 5. Lokakarya. 5
Sedangkan know memilki arti 1. Mengetahui, 2. Menguasai. 6 Ketiga kata tersebut
sebenarnya tidak ada perbedaan yang bertolak belakang. Melainkan adanya keterkaitan

2 Moh. Kusnadi, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Cahaya Agency, tth). hal. 85.

3 Dessy Anwar, Kamus Lengkap: Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris, (Surabaya: Amelia, 2015). hal. 393.

4 John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia : An English-Indonesian Dictionary, (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2005), Cet. Ke-XXVI, hal. 352.

5 Ibid, hal 563.

6 Ibid, hal 344.


satu dan lainnya secara berkesinambungan. Ketiga kata tersebut, antara learn, study, and
know sama-sama memiliki ciri khusus untuk upaya mengetahui suatu hal tertentu. Dalam
proses mengetahui itulah yang memiliki banyak varian model, tapi tujuannya tetap tertuju
pada satu titik yang bernama pengetahuan dan perubahan sikap dari kurang baik menjadi
lebih baik. Hal ini, ada kaitannya dengan teori behavioristik yaitu seseorang telah
dianggap belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya.7
Semakin banyaknya pengertian belajar membuat kita lebih nyaman dalam
mempelajari makna dan mempelajari kata “belajar”. Diatas telah dijelaskan sedikit terkait
dengan apa itu belajar. Pengertian belajar akan semakin kompleks bila ditinjau juga
menurut statement para ahli. Berikut akan dipaparkan pengertian belajar menurut para
ahli8 :
1. Skinner berpendapat bahwa belajar itu proses adaptasi tingkah laku yang
berlangsung secara progresif.
2. Hintzman berpendapat bahwa belajar adalah suatu perubahan yang terjadi
dalam diri organisme disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah
laku organisme tersebut.
3. Wittig berpendapat Bahwa belajar itu merupakan suatu perubahan yang relatif
menetap yang terjadi dalam segala macam atau keseluruhan tingkah laku individu
sebagai hasil pengalaman.
4. Raber dalam kamus “Dictionary of psychology” mendefinisikan belajar
sebagai proses memperoleh pengetahuan dan perubahan kemampuan bereaksi yang
relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat.
5. WJS. Poerwadarminta dalam “kamus bahasa indonesia” bahwa belajar ialah
berusaha (berlatih dan sebagainya) supaya mendapat kepandaian.
6. Oemar Hamalik dalam buku “metode belajar dan kesulitan-kesulitan belajar”
disebutkan, bahwa belajar ialah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan didalam
diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat
pengalaman latihan.
7. Dewan Ketut Sukardi, menurutnya belajar ialah perubahan tingkah laku
sebagai hasil pengalaman, kecuali perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh
proses menjadi matangnya seseorang (perubahan temporer instinktif).
8. Tadjab dalam buku “psikologi pendidikan” bahwa belajar ialah setiap
pengalaman yang menimbulkan perubahan tingkah laku bersifat positif disengaja

7 Chairul Anwar, Teori-Teori Pendidikan: Klasik Hingga Kontemporer Formula dan Penerapannya Dalam Dunia
Pembelajaran, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2017). hal. 18.

8 Kandiri Masyrif, Psikologi Belajar Pendidikan Agama Islam, (Situbondo: Ibrahimy Press, 2018). hal. 63-65.
diberikan disekolah dibawah bimbingan guru. Pengalaman belajar inilah yang sering
disebut dengan Proses Belajar Mengajar (PBM).
Selain itu, menurut R Gagne belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses
dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Belajar dan
mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dua konsep
ini menjadi terpadu dalam satu kegiatan dimana terjadi interaksi antara guru dengan
siswa, serta siswa dengan siswa pada saat pembelajaran berlangsung.9
Beban belajar adalah waktu yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk mengikuti
program pembelajaran melalui sistem tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan
mandiri tidak terstruktur untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan serta kemampuan
lainnya dengan memperhatikan tingkat perkembangan peserta didik dinyatakan dalam
satuan jam pembelajaran.
Satuan pada jenis dan jenjang pendidikan menyelenggarakan program pendidikan
dengan menggunakan sistem paket ataubsistem kredit semester kedua sistem tersebut
dipilh berdasarkan jenjang dan kategori satuan pendidikan yang bersangkutan.
Satuan pendidikan SD/MI/SDLB melaksanakan program pendidikan dengan
menggunakan sistem paket. Satuan pendidkan SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB
dan SMK/MAK kategori standar menggunakan sistem paket atau dapat menggunakan
sistem kredit semester. Satuan pendidikan SMA/MA/SMALB dan SMK/MAK kategori
mandiri menggunakan sistem kredit semester.
Adapun beban belajar dirumuskan dalam bentuk satu satuan waktu yang dibutuhkan
oleh peserta didik untuk mengikuti program pembelajaran melalui sistem tatap muka.
Penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur. Semua ini dimaksudkan
untuk mencapai standar kompetensi lulusan dengan memperhatikan tingkat
perkembangan peserta didik. Kegiatan tatap muka adalah kegiatan pembelajaran yang
berupa proses interaksi antara proses peserta didik dengan pendidik. Beban belajar
kegiatan tatap muka per jam pembelajaran pada masing-masing satuan pendidikan
ditetapkan sebagai berikut:
1. SD/MI/SDLB berlangsung selama 35 menit.
2. SMP/MTs/SMPLB berlangsung selama 40 menit.
3. SMA/MASMALB/SMK/MAK berlangsung selama 45 menit.
Beban belajar kegiatan tatap muka per minggu pada setiap satuan pendidikan adalah
sebagai berikut:
1. Jumlah jam pembelajaran tatap muka per minggu untuk SD/MI/SDLB:
a. Kelas 1 sampai dengan III adalah 29 sampai dengan 32 jam pembelajaran.
b. Kelas IV sampai dengan VI adalah 34 jam pembelajaran.

9 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2013). hal.
1.
2. Jumlah jam pembelajaran tatap muka per minggu untuk SMP/MTs/SMPLB
adalah 34 jam pembelajaran.
3. Lain halnya dengan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB. Jumlah jam
pembelajaran tatap muka per minggu untuk SMA/MA/SMALB/SMK/MAK adalah 38
sampai 39 jam pembelajaran.
D. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Berdasarkan peraturan pemerintah no. 19 tahun 2005 tentang standar nasional
pendidikan, dijelaskan bahwa yang dimaksud kurikulum tingkat satuan pendidikan yakni
kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan
pendidikan. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, KTSP
dikembangkan sesuai dengan:
1. Satuan pendidikan
2. Potensi daerah/karakteristik daerah
3. Sosial budaya masyarakat setempat
4. Peserta didik
KTSP secara yuridis diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Penyusunan KTSP oleh
sekolah dimulai tahun ajaran 2007/2008 dengan mengacu pada Standar Isi dan Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) untuk pendidikan dasar dan menengah sebagaimana yang
diterbitkan melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional masing-masing Nomor 22
Tahun 2006 dan Nomor 23 Tahun 2006, serta Panduan Pengembangan KTSP yang
dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Pada prinsipnya, KTSP merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Standar Isi,
namun pengembangannya diserahkan kepada sekolah agar sesuai dengan kebutuhan
sekolah itu sendiri. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan,
struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan
silabus. Pelaksanaan KTSP mengacu pada Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang
Pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan.
Dalam penyusunan KTSP perlu terlebih dahulu dilakukan analisis konteks yang
mencakup analisis:
1. Delapan SNP sebagai acuan dalam penyusunan KTSP (Standar Isi, Standar
Kompetensi Lulusan, Standar Proses, Standar Penilaian, Standar Pengelolaan, Standar
Ketenagaan, Standar, Standar Sarana Prasarana dan Standar Pembiayaan;
2. Kondisi yang ada di satuan pendidikan yang meliputi peserta didik, pendidik
dan tenaga kependidikan, sarana prasarana, biaya, dan program-program;
3. Kondisi lingkungan satuan pendidikan (eksternal) misalnya: komite sekolah,
dewan pendidikan, dinas pendidikan, asosiasi profesi, dunia industri dan dunia kerja,
sumber daya alam dan sosial budaya;
Analsis SNP adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menguraikan suatu
pokok atas berbagai bagian dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antarbagian
untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan esensi masing-
masing standar yang selanjutnya dijadikan acuan dalam pengembangan sesuai dengan
tuntutan tiap standar.
E. Kalender Pendidikan
Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta
didik selama satu tahun ajaran yang mencakup permulaan tahun pelajaran, minggu efektif
belajar,waktu pembelajaran efektif dan hari libur. Dalam menyusun kalender pendidikan
guru harus mampu menghitung jam belajar efektif untuk pembentukan kompetensi
peserta didik dan menyelesaikannya dengan standar kompetensidan kompetensi dasar
yang dimiliki oleh peserta didik. Dalam penyusunan kalender pendidikan dapat
ditetapkan waktu untuk kegiatan pembelajaran, termasuk waktu libur dan lain-lain. Oleh
karena itu, dengan adanya kalender pendidikan maka guru bisa mengatur waktu untuk
menyelesaikan kompetensi dasar, jumlah ulangan baik ulangan umum maupun ulangan
harian dan jumlah waktu cadang.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan
dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata
pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang
dan jenis pendidikan tertentu.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 perlunya dilaksanakan delapan standar
nasional pendidikan, yaitu: standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar
pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan,
standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Dalam standar isi mencakup:
1. Kerangka dasar dan struktur kurikulum yang merupakan pedoman dalam
penyusunan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan.
2. Beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan dasar dan menengah.
3. Kurikulum tingkat satuan pendidikan yang akan dikembangkan oleh satuan
pendidikan berdasarkan panduan penyusunan kurikulum sebagai bagian tidak
terpisahkan standar isi.
4. Kalender pendidikan untuk penyelenggaraan pendidikan pada satuan
pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah.
B. Kritik Dan Saran
Demikianlah makalah ini kami susun, kami menyadari dalam penulisan makalah
ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan
saran yang konstruktif sangat kami harapkan guna perbaikan makalah selanjutnya.
Kesempurnaan hanya milik Allah SWT dan Rasulnya SAW semata, tiada kelebihan ilmu
yang kami tuangkan dalam makalah ini. Semoga apa yang kami sampaikan dalam
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi kalangan Mahasiswa
Universitas Ibrahimy. Amin.
BIBLIOGRAFI

Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
2016).
Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Prenadamedia
Group, 2013).

Chairul Anwar, Teori-Teori Pendidikan: Klasik Hingga Kontemporer Formula dan


Penerapannya Dalam Dunia Pembelajaran, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2017).

Dessy Anwar, Kamus Lengkap: Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris, (Surabaya: Amelia,


2015).
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia : An English-Indonesian
Dictionary, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005), Cet. Ke-XXVI.

Kandiri Masyrif, Psikologi Belajar Pendidikan Agama Islam, (Situbondo: Ibrahimy Press,
2018).

Moh. Kusnadi, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Cahaya Agency, tth).
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 47 Tahun 2008 Tentang Wajib Belajar.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sitem Pendidikan
Nasional.

Anda mungkin juga menyukai