Agama Hindu lahir di India (Asia Selatan). Agama Hindu merupakan sinkretisme antara
kepercayaan bangsa Arya dengan kepercayaan bangsa Dravida (penduduk asli bangsa India).
Agama Hindu bersifat politeisme, yaitu percaya kepada banyak dewa. Ada 3 dewa utama yang
dipuja oleh masyarakat Hindu, yaitu Dewa Brahma (pencipta alam), dewa Wisnu (pemelihara
alam) dan Dewa Siwa (perusak alam). Kitab sucinya adalah weda yang berarti pengetahuan. Weda
terdiri atas empat bagian, yaitu Regweda (berisi tentang syair-syair pujian terhadap para dewa),
Samaweda (berisi tentang syair-syair nyanyian para dewa) , Yajurweda(berisi tentang doa-doa
untuk pengantar sesaji yang disampaikan kepada para dewa dan Atharwaweda (berisi tentang
mantra-mantra dan jampi-jampi untuk sihir dan ilmu goib)
Untuk mempertahankan kekuasaan, bangsa Arya (sebagai penguasa) berusaha menjaga
kemurnian ras dengan cara menerapkan sistem kasta dalam masyarakat. Dalam sistem kasta
tersebut, masyarakat dibagi atas 4 golongan kasta, yaitu:
1). Brahmana (terdiri atas para pendeta).
2). Ksatria (raja, bangsawan dan prajurit).
3). Waisya (petani, pedagang, dan pengusaha)
4). Sudra (buruhdan pekerja kasar).
Selain empat kasta tersebut masih ada golongan yang dianggap berada di luar kasta, yaitu
golongan paria dan candala yang terdiri atas para gelandangan, pengemis dan orang gila.
Agama Budha juga lahir di India. Pada awalnya agama Budha merupakan paham baru
dalam agama Hindu. Sebagian pemeluk agama Hindu kecewa dengan adanya sistem kasta, terlebih
lagi dengan adanya hak-hak istimewa yang dimiliki kasta Brahmana, yang dianggap dapat
menghambat masyarakat awam untuk mencapai moksa (bebas dari penjelmaan kembali). Agama
Budha dipelopori oleh Sidharta Gautama, putra raja Suddhodana dari kerajaan Kosala di
Kapilawastu dan termasuk dalam kasta ksatria. Ia mendapat julukan Sakyamuni (pendeta dari
keluarga Sakya).
Agama Budha tidak mengakui kesucian buku-buku Weda dan menolak pembagian kasta
dalam masyarakat. Menurut ajaran Budha, manusia akan dilahirkan kembali berkali-kali
(reinkarnasi). Hidup adalah samsara, Samsara disebabkan karena adanya hasrat atau nafsu akan
kehidupan. Penderitaan dapat dihentikan dengan cara menindas nafsu melalui delapan jalan
(asthavidha/delapan jalan kebenaran), yaitu ajaran yang benar, sikap yang benar, bicara yang
benar, tingkah laku yang benar, penghidupan yang benar , usaha yang benar, bersemedi yang benar
dan memperhatikan hal-hal yang benar.
Kitab suci agama Budha adalah Tripitaka. Agama Budha mencapai puncak kejayaan
pada masa Raja Ashoka , dimana agama Budha ditetapkan sebagai agama resmi negara.
C. Jalur masuknya agama Hindu dan Budha serta daerah-daerah yang dipengaruhi unsur Hindu-
Budha di Indonesia.
1. Jalur masuknya agama Hindu-Budha di Indonesia.
a. Jalur laut : Dari India menuju Myanmar – Thailand Semenanjung Malaya – Indonesia –
Kamboja – Vietnam – Cina - Korea dan Jepang.
b. Jalur darat : Dari India Utara – Bangladesh - Myanmar - Thailand- Semenanjung Malaya-
Indonesia.
1. Kerajaan Kutai
Kutai merupakan kerajaan pertama di Indonesia. Terletak di tepi sungai Mahakam, Kalimantan
Timur. Kerajaan Kutai sering dijuluki sebagai “Negeri Tujuh Buah Yupa”, karena meninggalkan tujuh
buah prasasti yang tertulis pada yupa, yaitu tugu batu yang berfungsi sebagai tiang untuk menambat
hewan yang akan dikurbankan. Raja yang paling terkenal adalah Mulawarman.
2. Kerajaan Tarumanegara.
Terletak di Jawa Barat (Kerawang-Jakarta-Bogor). Peninggalannya berupa tujuh buah prasasti
yang berhuruf Palawa dan berbahasa Sansekerta, yaitu Prasasti Ciareteun, prasasti Kebon Kopi,
prasasti Jambu, Prasasti Tugu, Prasasti Lebak, Prasasti Pasir Awi dan prasasti Muara Cianten. Sumber
sejarah tentang kerajaan Tarumanegara selain prasasti tersebut juga ada berita dari luar negeri yaitu
berita dari Cina (Fa Hien) yang menyebutkan adanya kerajaan To-lo-mo atau Taruma. Raja terbesar
dari kerajaan Tarumanegara adalah Purnawarman.
4. Kerajaan Sriwijaya.
Kerajaan Sriwijaya berdiri sekitar abad ke-7 di Sumatera Timur. Pusat kerajaan Sriwijaya ada di
Palembang, di dekat sungai Musi., dipimpin oleh Dapunta Hyang. Sriwijaya mendapat julukan sebagai
kerajaan nasional pertama, karena keberhasilannya dalam melakukan perluasan wilayah sehingga
kekuasaan Sriwijaya sangat luas, yaitu meliputi sebagian besar Sumatra, Semenanjung Melayu, Jawa
Barat, Jawa Tengah dan Kalimantan bagian barat. Sriwijaya juga berperan sebagai kerajaan maritim
dan menjadi pusat agama Budha.
Sriwijaya mengalami jaman keemasan pada abad ke-9 dibawah pimpinan Balaputradewa. Pada
masa kejayaannya Sriwijaya mengembangkan hubungan kerjasama dengan Kerajaan Benggala,
Colamandala, Srilangka, Cina dan kerajaan-kerajaan di Asia Tenggara.
Mulai abad ke-11 Sriwijaya mulai mengalami kemunduran. Adapun yang menjadi penyebabnya
adalah:
a. Mendapat serangan dari Raja Rajendra dari Colamandala (1025)
b. Terjadinya ekspedisi Pamalayu, yaitu pengiriman pasukan ke Melayu oleh Kertanegara raja
Singasari.(1275)
c. Serangan kerajaan Majapahit (1377)
5. Kerajaan Kediri.
Sejarah Kerajaan Kediri tidak dapat dipisahkan dari keberadaan Wangsa Isyana di Jawa Timur.
Pada akhir kekuasaannya, Airlangga sebagai keturunan Wangsa Isyana terpaksa membagi kerajaan
menjadi dua. (Tugas pembagian kekuasaan itu diserahkan kepada Mpu Bharada) yaitu:
a. Panjalu atau Kediri dengan ibukota Daha
b. Jenggala atau Singasari
Namun dalam kenyataannya kedua kerajaan sering terlibat perang saudara karena perebutan
kekuasaan. Mulai abad ke -12, kekuasaan telah jatuh ke tangan Kediri. Raja besar dari kerajaan ini
adalah Jayabhaya. Pada jaman kejayaan Kediri banyak dihasilkan karya sastra seperti: Kresnayana
(Mpu Triguna), Bharatayuda (Mpu Sedah dan Mpu Panuluh), Smaradahana (Mpu Dharmaja), Lubdaka
(Mpu Tanakung) dan Arjuna Wiwaha (Mpu Kanwa).
Raja terakhir kerajaan Kediri adalah Kertajaya. Pada masa akhir kekuasaannya, Kediri dalam
keadaan lemah. Pada tahun 1222 Kediri diserang oleh Ken Arok dari Tumapel, Kertajaya terbunuh dan
berakhirlah kerajaan Kediri.
6. Kerajaan Singasari.
Kerajaan Singasari didirikan oleh Ken Arok, sekaligus dia sebagai raja pertamanya. Dia
membentuk dinasti baru yang bernama Wangsa Rajasa. Ken Arok bergelar Sri Ranggah Rajasa Sang
Amurwabhumi. Kerajaan Singasari mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Kertanegara.
Ia bercita-cita menjadikan Singasari sebagai kerajaan besar dan ingin menyatukan seluruh nusantara.
Untuk itu Kertanegara mengadakan perubahan dalam pemerintahan. Usaha Kertanegara dalam
menata pemerintahan antara lain:
a. Pejabat yang tidak menyetujui cita-cita Kertanegara digeser atau bahkan diganti.
b. Kertanegara meluaskan daerah kekuasaannya. Beberapa daerah yang berhasil ditaklukkan antara
lain Bali, Sunda, Kalimantan Barat Daya dan Malaka.
Politik Kertanegara yang terlalu mengutamakan perluasan wilayah ke luar dan mengabaikan
kondisi di dalam kerajaan, akhirnya mengundang keberanian Jayakatwang (penguasa Kediri) untuk
memberontak. Dalam pemberontakan itu Kertanegara terbunuh sehingga berakhirlah kekuasaan
Singasari.
7. Kerajaan Majapahit.
Puncak keemasan kerajaan Hndu-Budha di Indonesia dapat dilihat melalui kerajaan Majapahit.
Kerajaan ini juga dikenal sebagai kerajaan nasional kedua di Indonesia. Rajanya yang pertama adalah
Raden Wijaya yang bergelar Kertarajasa Jayawardhana.
Majapahit mengalami masa keemasan pada saat dipimpin oleh raja Hayam Wuruk dan patih
Gadjah Mada yang bercita-cita mempersatukan seluruh nusantara. Pada saat ini rakyat Majapahit
hidup aman dan tentram. Majapahit dikenal sebagai kerajaan maritim dan agraris. Pengaruh Majapahit
juga sampai ke Mancanegara seperti Siam, Burma, Kampuchea, India, Cina dan Philipina.
Majapahit mulai mengalami kemunduran semenjak wafatnya Hayam Wuruk dan patih Gadjah
Mada. Karena tidak ada regenerasi setelah wafatnya kedua tokoh tersebut, penggantinya tidak ada
yang sekuat dan setangguh keduanya, bahkan Majapahit sering terjadi perang saudara. Perang yang
terbesar adalah perang Paregreg. Faktor lain penyebab kemunduran Majapahit adalah karena
berkembangnya agama Islam yang berdampak pada banyaknya wilayah-wilayah kekuasaan Majapahit
yang memisahkan diri dan mendirikan kerajan yang bercorak Islam.
BAB III . PENINGGALAN-PENINGGALAN SEJARAH YANG BERCORAK HINDU-BUDHA
RINGKASAN MATERI
Bangunan candi yang ada di Jawa Tengah dan Jawa Timur terdapat beberapa perbedaan, yaitu:
Candi di Jawa Tengah berbentuk tambun, sedang candi di Jawa Timur berbentuk ramping.
Candi Jawa Tengah berbahan batu andesit (batu kali), sedang candi Jawa Timur berbahan
batu bata.
Candi Jawa Tengah, tempat paling suci ada di bagian tengah, sedang di Jawa Timur paling suci
ada di paling belakang.
Candi Jawa Tengah umumnya menghadap ke timur, sedangkan candi Jawa Timur umumnya
menghadap ke Barat.
Hiasan gapura candi Jawa Tengah berupa kalamakara sedang candi Jawa Timur berupa kala.
b) Stupa adalah bangunan yang berkaitan dengan agama Budha yang berfungsi menyimpan
peninggalan keramat Budha Gautama dan tempat untuk memperingati kejadian-kejadian
penting dalam kehidupan Budha Gautama.
c)Arca, yaitu patung yang dibuat dari batu yang dipahat menyerupai bentuk manusia atau
binatang.
d) Vihara, adalah tempat tinggal para biksu yang terbuat dari kayu.
e)Keraton, adalah rumah tempat tinggal ratu atau raja.
f) Petirtaan yaitu tempat pemandian suci yang digunakan kalangan istana.
g) Gapura bangunan yang berupa pintu gerbang.
h) Pertapaan adalah bangunan yang dicerukkan pada suatu gua batu dan difungsikan sebagai
tempat tinggal para pertapa.
3.Prasasti.
Prasasti adalah tulisan yang dipahatkan pada lempengan batu atau benda lain. Prasasti menjadi
sumber sejarah utama untuk mengetahui perkembangan kerajaan pada jaman Hindu-Budha.
Contoh:
a. Prasasti Yupa (Kutai), memuat berita tentang pelaksanaan upacara kurban, karena
keberhasilan raja dalam pemerintahannya.
b. Prasasti Ratu Boko (Syailendra), memuat berita tentang pelarian raja Balaputradewa ke
Sriwijaya setelah kalah perang menghadapi Pramodyawardani.
c. Prasasti Canggal (Mataran Kuno), berisi tentang pendirian kerajaan Mataram Kuno oleh Raja
Sanjaya.
d. Prasasti Ciaruteun (Tarumanegara), memuat tentang keperkasaan dan kebijaksanaan
pemerintahan raja Purnawarman.
5.Kesusastraan.
Masuk dan berkembangnya kebudayan India di Indonesia membawa kemajuan yang sangat besar
dalam bidang kesusastraan. Karya sastra yang mereka bawa antara lain kitab Ramayana dan
Mahabharata.
6.Sistem Pemerintahan.
Indonesia mengenal sistem kerajaan sejak masuknya masyarakat India ke Indonesia. Awalnya
masyarakat Indonesia hidup dalam kelompok-kelompok suku yang dipimpin oleh orang yang
dianggap mempunyai kelebihan tertentu (primus interpares).
BAB IV PERKEMBANGAN MASYARAKAT, KEBUDAYAAN DAN PEMERINTAHAN PADA MASA
ISLAM DI INDONESIA
Ada 3 teori tentang proses masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia, yaitu :
1. Teori Gujarat, yang berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13 dan
dibawa oleh pedagang-pedagang dari Gujarat (India Barat). Dasar dari teori ini adalah adanya
hubungan dagang antara Indonesia dengan India melalui jalur Indonesia-Gujarat-Timur Tengah-
Eropa. Serta adanya batu nisan Sultan Samudera Pasai Malik Al Saleh yang bercorak khas Gujarat.
2. Teori Mekah, yang berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 dan
pembawanya berasal dari Arab (Mesir). Dasar dari teori ni adalah bahwa pada abad ke-7 di pantai
barat Sumatera sudah terdapat perkampungan orang Islam (Arab).
3. Teori Persia, berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13 dan pembawanya
berasal dari Persia (Iran). Dasar teori ini adalah kesamaan budaya Persia dengan budaya Islam
Indonesia seperti peringatan 10 Muharam yang dilakukan di Sumatera Barat.
Selain teori tersebut diatas, ada beberapa sumber sejarah yang menjadi bukti masuknya Islam di
Indonesia, yaitu:
1. Menurut berita Cina dari Dinasti Tang, bahwa pada abad ke-7 orang-orang Ta-shih (Arab) telah
datang di Nusantara.
2. Di Leran-Gresik ditemukan makam seorang wanita muslim bernama Fatimah binti Maemun yang
berangka tahun 1082.
3. Berita perjalanan Marcopolo (pedagang Venesia), mencatat bahwa di Perlak, Aceh Utara pada
tahun 1292 M, sudah banyak yang beragama Islam.
4. Ibnu Batutah dari India pada tahun 1345 M, pernah singgah di Samodra Pasai dan mencatat bahwa
raja Samudera Pasai telah giat menyebarkan agama Islam.
5. Di Gresik terdapat makam seorang tokoh ulama bernama Malik Ibrahim yang meninggal tahun
1419 M.
6. Catatan Ma Huan (musafir Cina) yang memberitakan bahwa pada awal abad ke-15 sebagian
masyarakat di pesisir pantai utara Jawa telah memeluk Islam
7. Catatan Tome Pires (musafir Portugis) berjudul Suma Oriental yang memberitakan tentang
penyebaran agama Islam di Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Kepulauan Maluku sekitar abad ke-
16.
Perkembangan Agama Islam di Indonesia tergolong cepat bila dibandingkan dengan perkembangan
Hindu-Budha. Hal ini disebabkan oleh karena:
a. Syarat untuk menjadi pemeluk Islam mudah, yaitu hanya mengucapkan dua kalimat Syahadat.
b. Ajaran Islam sederhana dan mudah di mengerti.
c. Islam tidak mengenal sistem kasta, sehingga lebih menarik rakyat.
d. Upacara keagamaan di dalam Islam lebih sederhana.
e. Jatuhnya Majapahit dan Sriwijaya, telah mempercepat berkembangnya Islam.
f. Penyebaran Islam dilakukan dengan cara damai
g. Penyebaran Islam didukung oleh para raja atau tokoh lokal yang dihormati rakyat.
Selain disebarkan oleh pedagang, Islam di Indonesia juga disebarkan oleh Ulama, yaitu orang
yang ahli dalam agama Islam. Di Jawa penyabaran Islam tidak terlepas dari peranan Walisanga, yaitu
orang yang dipandang telah sempurna pengetahuan dan amalannya tentang agama Islam dan
dipandang sebagai orang yang dekat dengan Allah (Wali’ullah). Adapun kesembilan wali itu adalah:
Maulanan Malik Ibrahim (Maulana Magribi), Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Drajad, Sunan Giri,
Sunan Kudus, Sunan Kalijaga, Sunan Muria dan Sunan Gunungjati.
Peran Walisanga dalam penyebaran Agama Islam antara lain:
1. Menyebarkan agama Islam (dakwah Islamiyah)
2. Menjadi penasehat raja, bahkan ada yang menjadi raja.
3. Memimpin upacara adat.
4. Sebagai pengembang kebudayaan setempat.
5. Sebagai ahli siasat perang.
BAB V
3. Kerajaaan Malaka.
Kerajaan Malaka didirikan oleh Parameswara, seorang keturunan bangsawan Majapahit.
Sebagai raja pertama, Parameswara bergelar Sultan Iskandar Syah. Dibawah pemerintahannya
Malaka berkembang pesat. Selain menjadi pusat perdagangan dan perkembangan Islam di Asia
Tenggara, Malaka juga menjadi bandar transito. Malaka akhirnya jatuh ke tangan bangsa Portugis
pada tahun 1511.
4. Kerajaan Aceh.
Jatuhnya kerajaan Malaka ke tangan bangsa Portugis memberi keuntungan bagi Aceh,
karena para pedagang Islam banyak yang pindah ke Aceh. Demikian juga pedagang-pedagang
asing yang biasanya singgah di Malaka lebih memilih langsung ke Aceh karena Portugis
menjalankan monopoli dan menetapkan bea cukai yang cukup tinggi..
Kerajaan Aceh mencapai kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Ia
sangat anti penjajahan, oleh karena itu dengan berbagai cara dia berusaha untuk dapat mengusir
Portugis dari Malaka, dan menolak kedatangan Belanda di Aceh.
Sepeninggal Sultan Iskandar Muda, Kerajaan Aceh berangsur-sngsur mengalami
kemunduran.
5. Kerajaan Demak.
Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Jawa. Demak awalnya adalah
wilayah bawahan Majapahit. Dengan runtuhnya Majapahit, Demak segera melepaskan diri dan
mendirikan kerajaan sendiri.
Kerajaan Demak didirikan oleh Raden Patah (Pangeran Jimbun), salah seorang keturunan
raja majapahit. Dibawah pimpinannya, Demak berkembang menjadi kerajaan Islam besar. Wilayah
kekuasaannya meliputi Semarang, Tegal, dan Jepara, bahkan pengaruhnya sampai ke luar Jawa
seperti Palembang, Jambi dan beberapa wilayah di Kalimantan.
Setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis, Demak makin penting arti dan perannya sebagai
pusat penyebaran agama Islam, tetapi kehadiran Portugis sekaligus menjadi ancaman bagi
kekuasaan Demak di Jawa. Oleh karena itu Demak mengirimkan pasukannya untuk menghalau
pengaruh Malaka di Jawa. Kebesaran Demak akhirnya tumbang oleh perebutan kekuasan dan
perang saudara.
6. Kerajaan Mataram.
Kerajaan Mataram didirikan oleh Sutawijaya yang bergelar Panembahan Senopati Ing
Alaga Sayidin Panatagama. Pada masa pemerintahannya, Mataram diwarnai oleh banyaknya
peperangan, dengan tujuan untuk menundukkan para bupati yang berusaha melepaskan diri dari
kekuasaan Mataram.
Mataram mencapai jaman keemasan pada masa pemerintahan Sultan Agung Senapati ing
Alaga Ngaburrahman Kalifatullah. Pada saat ini Mataram berkembang menjadi kerajaan agraris
maritim dan berkembang menjadi lumbung beras nusantara bahkan menjadi pengekspor beras.
Bidang kebudayaan juga mengalami kemajuan. Sultan Agung menulis kitab sastra Gending. Beliau
juga mengganti perhitungan tahun Hindu yang berdasarkan peredaran matahari dengan
perhitungan tahun Islam yang berdasarkan peredaran bulan. Kebijakan Sultan Agung yang lain
adalah upayanya mengusir Belanda dari Batavia.
Kerajaan Mataram mengalami kemunduran setelah wafatnya Sultan Agung, terutama
setelah terjadinya perebutan kekuasaan dan campur tangan VOC .
7. Kerajaan Banten
Banten awalnya merupakan salah satu wilayah kekuasaan Demak. Setelah wafatnya
Sultan Trenggana, Demak terus dilanda perang saudara. setelah dipindahkan ke Pajang, Banten
melepaskan diri dan berdiri menjadi kerajan sendiri dibawah pimpian Pangeran Sabakingkin atau
Sultan Hasanudin. Dibawah kekuasaan Hasanudin Banten mengalami perkembangan yang pesat,
Daerah kekuasaannya meliputi Jawa Barat, Lampung, Indrapura, Selebar dan Bengkulu. Banten
mengalami masa kejayan pada waktu diperintah oleh Sultan Ageng Tirtayasa, beliau kemudian
digantikan oleh anaknya bernama Sultan Haji.
8. Kerajaan Cirebon
Cirebon didirikan oleh Fatahillah. Setelah Demak runtuh, maka Cirebon berdiri sebagai
kerajaan Islam. Hubungan antra Cirebon dengan Mataram berjalan baik, sebab Mataram
menghormati Cirebon sebagai kerajaan yang didirikan oleh seorang waPada masa pemerintahan
Fatahillah penyebaran agama Islam serta perdagangan berkembang cukup pesat, sehingga Cirebon
berperan pula sebagai kota dagang di pantai utara Jawa.
Pada tahun 1570 Fatahillah wafat dan dimakamkan di Gunung Jati, Jawa Barat. Oleh karena itu ,
beliau dikenal dengan Sunan Gunung Jati. Pemerintahan Cirebon dilanjutkan oleh Panembahan
Ratu, cicit dari dari Fatahillah. Sepeninggal Fatahillah Cirebon mengalami kemunduran, bahkan
pada tahun 1675 Cirebon pecah menjadi dua, yaitu menjadi Kasepuhan dan Kanoman
9. Kerajaan Banjar
Kerajaan Banjar terletak di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Pendirinya adalah Pangeran
Samudera, setelah menganut agama Islam memakai gelar Sultan Suryanullah atau Suryansyah.
Banjar dikenal sebagai daerah penghasil manik – manik, kapur barus, dan emas. Jalur transportasi
dari pedalaman ke daerah pantai dilakukan melalui Sungai Barito.
Dalam urusan pemerintahan, Sultan Suryanullah dibantu oleh seorang patih yang
bertindak sebagai kepala pelaksana pemerintahan .Di bawah jabatan patih terdapat jabatan–
jabatan “ Mantri Pangiwa, Mantri Panganan, Mantri Bhumi, dan Mantri Sikap. Tugas Mantri
Panganan dan Mantri Pangiwa adalah mengurus di bidang militer dan pertahanan negara. Mantri
Bhumi dan Mantri Sikap menjalankan tugasnya untuk mengurus perbendaharaan istana dan
perpajakan.. Jabatan Penghulu mengurus bidang agama, sedangkan yang mengurus bidang
pengadilan dan hakim istana disebut Patih Balit, Patih Kawin, dan Patih Muhur.
Walaupun raja sebagai penguasa tertinggi dalam menjalankan kekuasaannya dibatasi oleh
suatu dewan yang disebut Dewan Mahkota, yang anggotanya terdiri dari para bangsawan dan
sejumalh pejabat tingkat atas seperti Patih, Mantri dan Kyai. Dewan Mahkota bertugas sebagai
pembantu raja dalam memecahkan berbagai persoalan penting dalam pemerintahannya. Untuk
memenuhi kebutuhan dalam bidang keuangan maka dalam pemerintahan Kerajaan Banjar
memungut berbagai jenis pajak yang dibebankan kepada rakyatnya dan juga diperoleh dari hasil
perdagangan.
Hubungan politik perdagangan dengan Demak berjalan dengan baik. Banyak ulama dari
Demak yang mengajarkan Islam di daerah Banjar. Setelah Sultan Suryanullah wafat, Banjar
mengalami kemunduran.
Kerajaan Makasar mengalami perkembangan yang cukup pesat karena didukung oleh
beberapa faktor yaitu :
a. Letaknya sangat strategis, menghubungkan Malaka dengan Maluku.
b. Pusat pemerintahan terletak di muara sungai sehingga lalu lintas dari pedalaman berjalan
lancar.
c. Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis menyebabkan banyak pedagang yang singgah di Makasar.
d. Penduduk Makasar ahli dalam pelayaran dan pembuatan kapal besar jenis Phinisi dan
Lambo.
Kerajaan ini mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin,
wilayahnya hingga ke Bone dan Solor. Beliau menolak monopoli perdagangan VOC sehingga VOC
berupaya menghancurkan Makasar. Karena gigihnya dalam melawan VOC ia mendapat julukan
oleh orang Belanda “ Ayam Jantan dari Timur “. Sultan Hasanuddin akhirnya dapat dikalahkan VOC
dengan cara diadu domba dengan Raja Bone, Aru Palaka.
Setelah dikalahkan Sultan Hasanuddin dipaksa menandatangani Perjanjian Bongaya pada
tahun 1667. Adapun isi Perjanjian Bongaya yaitu :
(1) VOC memperoleh hak monopoli di Makasar.
(2) Makasar mengakui kekuasaan VOC.
(3) Makasar melepaskan beberapa wilayah strategis kepada VOC.
(4) VOC mendirikan benteng di Makasar.
2. Menara.
Menara adalah tempat muazin mengumandangkan azan. Pada periode awal, masjid di Indonesia
jarang menggunakan menara. Bangunan menara tampak jelas pada masjid Kudus dan masjid
Banten.
3. Makam.
Setiap orang Islam yang meninggal dunia wajib dimakamkan, yang biasanya dipancangkan batu
nisan sebagai tanda tempat dikuburkannya jenasah. Bentuk makam di Indonesia umumnya
disesuaikan dengan kebudayaan dan tradisi daerah masing-masing. Untuk makam para raja atau
wali biasanya berada satu komplek dengan masjid (umumnya berada di belakang masjid) seperti
makam di Demak dan makam Sunan Ampel.
4. Gapura.
Gapura atau pintu gerbang merupakan salah satu peninggalan masa Islam, misalnya gapura
makam, pintu gerbang bangunan kraton, dan pintu gerbang bangunan masjid. Salah satu contoh
bangunan gapura peninggalan masa Islam di Indonesia adalah gapura makam Masjid Sendang
Duwur di Tuban.
5. Bangunan Kraton.
Pusat-pusat pemeritahan Islam sampai sekarang yang masih dapat dilihat utuh antara lain Keraton
Yojakarta, Surakara dan Cirebon.
6. Seni Ukir.
Seni ukir yang berkembang pada masa Islam selalu disamarkan, mengingat dalam ajaran Islam ada
beberapa pandangan yang menyatakan bahwa tidak diperkenankan membuat patung atau lukisan
makluk hidup.
7. Seni Sastra.
Pada masa Islam, perkembangan seni sastra sangat menonjol terutama di Jawa dan Sumatra.
Beberapa seni sastra yang berkembang saat itu antara lain:
a. Syair, merupakan karya sastra yang berupa sajak dan terdiri dari empat baris.
b. Hikayat, merupakan karya sastra yang berisi cerita atau dongeng yang sering dikaitkan dengan
sejarah. Contoh: Hikayat Raja-raja Pasai, Hikayat Amir Hamzah dan Hikayat Hang Tuah.
c. Babad, adalah cerita sejarah, tetapi bercampur mitos dan kepercyaan masyarakat yang kadang
tidak masuk akal. Contoh: Babad Tanah Jawi, Babad Cirebon dan Babad Giyanti.
d. Suluk, adalah karya sastra yang berisi tasawuf. Contoh : Suluk Sunan Bonang, dan Suluk Syaraf
al Asyiqin.
BAB VI MASUKNYA BANGSA-BANGSA EROPA KE INDONESIA
2. Dari Spanyol:
Christoporus Columbus, telah merintis rute perjalan ke benua baru (Amerika) yang sangat
berguna bagi penjelajah samudera berikutnya.
Ferdinand Magelhaens adalah perintis pelayaran ke Asia dari arah barat (melalui benua
Amerika). Ia berangkat dari Lisabon menyeberangi Samudera Atlantik menyusuri pantai timur
Amerika Selatan kemudian menyeberangi Samudera Pasifik dan akhirnya sampai ke kepulauan
Massava (Philipina) tahun 1520. Ekspedisi Magelhaens ini dianggap sebagai ekspedisi yang
pertama kali berhasil mengelilingi dunia.
2. Setelah mereka ketahui daerah penghasil rempah-rempah ternyata merupakan daerah yang
mempunyai potensi ekonomi yang baik, muncullah keinginan untuk dapat menguasai wilayah
tersebut. Mulailah mereka melakukan politik menguasai suatu bangsa untuk mendapatkan
kekuasaan dan keuntungan yang besar (kolonialisme/imperialisme)
3. Keberhasilan Portugis dan Spanyol dalam menduduki bangsa lain kemudian diikuti oleh negara
Eropa yang lain. Demi mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya bangsa Eropa melakukan
politik monopoli perdagangan (perdagangan sepihak).
4. Dalam melaksanakan sistem monopoli bangsa Eropa biasanya mendekati penguasa setempat ,
kaum bangsawan atau kelompok berpengaruh yang lain dengan harapan dapat memperoleh ijin
untuk mendirikan kantor dagang dan mengantongi hak untuk menguasai wilayah tersebut, seperti
VOC (Belanda) dan EIC (Inggris). Dalam melaksanakan cara ini, mereka tidak segan-segan
melakukan dengan cara kekerasan dengan mendatang- kan kekuatan armadanya. Setelah berhasil
menundukkan suatu wilayah, mereka memaksa penguasa setempat untuk menandatangani suatu
perjanjian.
5. Bila cara kekerasan tidak berhasil, bangsa penjajah biasanya menerapkan politik adu domba atau
devide et impera. Cara inilah yang juga terbukti ampuh untuk menundukkan wilayah-wilayah yang
awalnya dengan tegas menolak kebijakan pemerintah kolonial Eropa di wilayahnya.
BAB VII
DAMPAK YANG DITIMBULKAN OLEH BANGSA EROPA DAN REAKSI RAKYAT TERHADAP KEHADIRAN
BANGSA EROPA DI INDONESIA.
Standar Kompetensi : 5. Memahami Perkembangan masyarakat sejak masa Hindu-Budha sampai
masa Kolonial Eropa
Kompetensi Dasar : 5.3. Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan dan
pemerintahan pada masa Kolonial Eropa.
Indikator : 1. Mendeskripsikan berbagai perlawanan rakyat di daerah terhadap Portugis.
: 2. Mendeskripsikan berbagai perlawanan rakyat di daerah terhadap VOC.
: 3. Mendeskripsikan perkembangan masyarakat kebudayaan dan pemerintahan
pada masa Kolonial Eropa.
3. Pendidikan.
Pemerintah kolonial Belanda mengenalkan sistem pendidikan Barat di Indonesia terutama
pada masa pelaksanaan Politik Etis. Kegiatan pendidikan direncanakan, dilaksanakan, dan
dievalusi dalam suatu kurikulum pendidikan. Indonesia juga mengenal sistem, jenis dan jenjang
pendidikan tertentu.
5. Hukum.
Pada masa kolonial, terutama kolonial Belanda banyak disusun dan diberlakukan
pedoman hukum, antara lain: Algemene Bepalingen van Wetgeving (Peraturan Umum Perundang-
undangan), Staatblad van Nederlands-Indie (Lembaran Negara Hindia-Belanda), dan Burgerlijk
Wetboek (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata), yang sampai sekarang masih banyak
mempengaruhi tata hukum di Indonesia walaupun dengan berbagai perubahan untuk disesuaikan
dengan situasi dan kondisi yang berkembang di masyarakat.
6. Sistem Pemerintahan.
Sistem pemerintahan yang berkembang di negara-negara Barat bersumber dari ajaran
Trias Politica , yang membagi kekuasaan menjadi 3 bagian, yaitu badan legislatif (pembuat UU),
eksekutif (Pelaksana UU), dan yudikatif (pengawas pelaksanaan UU)
4. Perlawanan Banten
Kerajaan Banten mencapai puncak kejayaan pada masa Pemerintahan Abdul Fatah atau
Sultan Ageng Tirtayasa. Beliau menolak berbagai aturan monopoli dan berusaha mengusir VOC
dari Batavia. Dengan cara licik, VOC berhasil mengadu domba Sultan Ageng Tirtayasa dengan
putrannya yang bernama Sultan Haji. Dengan bantuan VOC, Sultan Haji berhasil merebut tahta
ayahandanya. Sebagai imbalannya VOC memperoleh hak monopoli dagang di Banten.