Anda di halaman 1dari 12

ASLI dan TIRUAN

Novia, Puspa dan Ragil keluar dari tempat les bersama. Dan mereka akan bertemu dengan Daffa
dan Novita di taman kota.

Ragil melihat binder dan tas yang sedang Novia pegang. Dia bertanya dengan heran, “kenapa
Novita membeli binder dan tas yang sama seperti Novia?” Novia terkejut mendengarnya, tetapi
juga senang, karena semua orang berpikir dia yang meniru Novita.

Dan salah seorang teman les mereka keluar, Dian. Dian telah lama mengenal Novia, sejak SMP.
Dia mengajak Novia untuk ikut bermain dengannya. ”Nov main bareng yuk”ajak Dian.

“Mm..maaf Dian tapi aku sudah ada janji duluan dengan mereka” Novia dengan sopan menolak
karena dia sudah punya janji dengan teman-temannya.

Dian mengerti dan bertanya “memangnya kalian mau kemana?”

“Kita mau ke taman bertemu dengan yang lainnya” jawab Novia.

Dan ternyata, tempat tujuan mereka sama, jadi mereka berangkat bersama. ”Wahh ternyata
tujuan kita sama. Gimana kalau kita bareng aja kesananya?”

“Okedeh ayoo”

--

Novita sedang berada di taman. Daffa datang tidak lama kemudian. Daffa menyapa Novita
dengan ramah.

Novia dan yang lain datang. Dan wajah Novita berubah menjadi murung saat melihat Dian.
Puspa memperkenalkan Dian pada yang lain dan memperkenalkan Novita pada Dian.

"Kamu Arya, kan?” tanya Dian yang mengenali Novita sebagai Arya.

“Bukan,” bantah Arya.

==

Di rumah, Arya tampak sangat murung. Dia selalu teringat dengan sosok Novia yang ceria dan
penuh percaya diri.

Aku cemburu. Kau jalani hidupmu seperti bintang, bukan pemeran pendukung.batin Arya

Nenek mengajak Arya untuk makan malam, tetapi Arya menolak. Dia ingin diet. Nenek berusaha
membujuk Arya untuk makan, karena badan Arya sudah langsing.
“Nenek, apa aku boleh ganti nama?” tanya Arya tiba-tiba. “Nenek pernah bilang bahwa
seseorang menyarankan ku untuk mengubah nama karena aku sering sakit sakitan.”

“Tapi, kamu bilang tidak mau.”balas Nenek

Aku ingin menjadi seperti dia. Orang yang di sukai dan di cemburui oleh semua orang.
Seseorang yang menarik perhatian. Tidak seperti salah satu dari banyak peran pendukung. Tapi,
peran utama.

“Aku akan mengubah namaku.”

Aku ingin seperti Novia.

Dan nenek setuju, tetapi Arya harus makan. Dan dengan begitu, Arya Nur berubah menjadi
Novita Aulia.

--

Semester 1 dari kelas 10

Novita duduk di belakang Puspa. Penampilannya sudah berubah. Dia tidak lagi mengenakan
kacamata dan juga wajahnya tidak berbintik-bintik lagi. Puspa mengajak Novita berkenalan.

“Hai.... namamu siapa?”

“Namaku… Novita Aulia.”

“Namamu sangat cantik. Siapa yang memberikan nama itu? ”

“Oh?” kaget Novita, tidak menduga pertanyaan itu. “Ayahku” jawab Novita, berbohong.

Aku tidak perlu bicara dengan orang lain lebih dulu. Mereka mendatangiku.

Dan Kim Ha mulai memiliki banyak teman. Dan semua orang memujinya cantik dan pintar,
hingga membuat iri.

Aku tidak lagi iri pada orang lain. Orang lain iri padaku.

--

Semester 1, kelas 11

Novita sebenarnya cukup terkejut karena satu kelas dengan Novia, orang yang membuatnya
memutuskan merubah namanya menjadi Novita. Orang yang ingin di tirunya. Tetapi, dia tidak
menujukkannya.
Dan dia malah menjadi berteman dengan Novia karena Puspa.

Dibandingkan dengan Novia asli, aku menjadi Novita yang lebih seperti aslinya.

Dian mengenali Novita sebagai Arya. Dan dia memuji Arya yang menjadi sangat cantik. Arya
masih terus menerus bersikap tidak mengenali Dian, hingga membuat Dian kesal.

Tapi ada celah antara yang asli dan tiruan.

Puspa membela Novita. Dia menegaskan kalau Dian mungkin salah orang, karena itu adalah
Novita bukan Arya. Dian tetap pada pendiriannya, dia bahkan mencoba mengingatkan Novia,
kalau dulu di tempat les mereka ada anak yang duduk di sebelahnya, yang selalu dia contek PR-
nya,Arya Nur. Tapi, Novia tidak ingat.

Tidak peduli seberapa keras aku coba, sebuah peniruan tidak akan bisa seperti yang asli.

Puspa kesal karena Dian selalu menyebut Novita sebagai Arya.Puspa meminta Novita untuk
membantah perkataan Dian, dan katakan kalau dia Novita. Novita terlihat tidak tahan, dan
menepis tangan Puspa dengan kasar. Semua langsung terdiam.

Daffa merasa kasihan, dan dia segera mengajak Novita pergi dengan alasan mereka masih harus
les lagi.

--
“Berhenti berbohong,” ujar Daffa pada Arya saat mereka sudah jauh dari yang lain.

“Hei! Jangan pura-pura kau peduli padaku. Berhenti bersikap sarkastik. Jangan pedulikan aku!
Pergi dan berteman dengan mereka…”

====

Semester baru telah di mulai. Dan tempat duduk para siswa-siswi mulai di tukar lagi. Kali ini,
Novia duduk sebangku dengan Puspa. Puspa mengeluh karena duduk bersama dengan orang
malas belajar, Novia membalas kalau dia lebih baik dari Puspa.

Novita duduk di seberang depan mereka. Dan dia mengenakan earphone agar tidak mendengar
perbincangan Novia dan Puspa.

Puspa melihatnya dan bertanya “apa Novia tidak bicara dengan Novita?”

“Dia menghindariku,” jawab Novia.

“Sama. Dia tidak menyapaku balik,” ujar Puspa dengan sedih.


(Flashback)

Novita dan Puspa serta Novia sedang makan bersama. Saat itu, Novia bertanya, “Yang mana
lebih membingungkan, tidak bisa melakukan apa yang di inginkan atau menginginkan apa yang
tidak bisa di lakukan?”

Novita punya mimpi. Tidak seperti Novia.

Kemudian Novita pergi ke toilet. Sebelum sampai di toilet Novita menguping apa yang Puspa
dan Novia bicarakan. Dan dia mendengar Puspa yang bertanya, “Kau ingin masuk jurusan seni
seperti Novita?”

Mendengar hal itu, Novita sangat senang dan menyelesaikan menguping.

Tapi aku baik-baik saja. Sekarang aku seperti Novita, lebih dari Novia.

Saat Novita hendak pergi, dia mendengar seseorang berteriak : Arya . Novia sangat terkejut dan
menjatuhkan dompet yang sedang di pegangnya.

Ternyata, suara itu bukan sedang memanggilnya, tetapi memanggil orang dengan nama yang
sama.

Aku bukan lagi Arya. Aku Novita. Jadi, tidak apa-apa.

--

Novia dan Puspa belajar keras untuk ujian. Dan Novita mengabaikan mereka, seolah mereka
tidak pernah berteman. Pas sekali, Nurfalah datang dan memberikan coklat untuk Puspa dan
Novia. Saat Nurfalah sudah pergi, Puspa membagikan cokelat untuk Novia, dan satu lagi untuk
Novia berikan pada Novita.

Novia memberikan cokelat itu pada Novita, dan Novita menolak. Novia memberitahu kalau
cokelat itu dari Puspa.

“Maksudku, kalau aku makan cokelat, aku selalu sakit perut. Aku harus berhasil dalam ujian kali
ini,” tolak Novita dengan alasan.

Novia mengerti dan tidak memaksa lagi.

--

Setiap orang merasa gelisah.


Dan seperti biasa, sebelum ujian, Novita selalu membawa catatan ujian. Tetapi, ternyata,
catatan ujian Novita hilang. Novita membongkar tas dan laci mejanya, tetapi buku catatannya
tidak ketemu.

Ujian telah selesai dilaksanakan,

Dan hasilnya di bagikan. Hasil ujian Novia kali ini bagus, dan Novia tentu senang.

Hasil ujianku tidak bagus. Tidak seperti nilai terakhir.

Novita sedih karena nilai ujiannya buruk. Teman sekelas yang melihat itupun menghampirinya
karena Novita terlihat sedang bersedih.

Novita itu pintar. Tidak seperti Novia.

Novita memberitahu temannya kalau buku catatannya hilang. Dan anehnya, teman Novita
malah melihat ke arah Novia dan Puspa, dengan pandangan menuduh. Novia jelas tidak nyaman
dan mengajak Puspa untuk pulang saja.

Tetapi, Novita dan temannya itu malah semakin menggosipi Novia dan Puspa yang tidak peduli
pada Novita.

--

Puspa dan Novia pergi ke koridor di depan kelas. Puspa membahas mengenai kejadian di kelas
tadi, mengenai Novita yang mencurigai Novia. Puspa merasa kalau mereka harus menegaskan
pada Novita, kalau bukan dia atau Novia pelakunya. Dia merasa tidak adil di tuduh seperti itu.

“Aku bisa membela diri, tapi mungkin akan membuat Novita kesulitan,” ujar Novia, masih
mengkhawatirkan Novita.

Puspa kemudian mengajak Novia kembali ke sekolah, karena dia lupa membawa tasnya. Novia
mengeluh karena Puspa bisa lupa bawa pulang tas, tetapi dia tetap menemani Puspa kembali.

--

Novita dan yang lain masih belum pulang. Novita sudah sedikit tenang. Dan karena itu, mereka
mulai menjelek-jelekan Novia dan Puspa yang tidak peduli dengan Novita yang menangis tadi.
Dan pas sekali, Novia dan Puspa balik.

“Apa kau yakin bukan Novia yang mencurinya?”

“Hmm… entahlah,” jawab Novita.

Aku tidak pernah menyangka ini terjadi di antara kita. Narasi Novia.
“Hei! Apa yang kau katakan? Beritahu mereka bukan aku yang mencurinya, ” marah Novia,
karena jawaban Novita tadi bisa membuat orang-orang salah paham kalau dia mencuri buku
catatan Novita.

“Apa?”

“Kau tahu, bukan aku yang mencurinya.”

“Huh. Bagaimana aku tahu? Entah kau yang mencuri atau bukan. Nilai ujianmu bagus, ” jawab
Novita dengan nada menuduh.

“Itu tidak ada hubungannya dengan buku catatanmu.”

“Bukuku hilang. Ujianku jadi kacau. Dan ujianmu bagus,” ujar Novita menuduh. “Dan hubungan
kita sekarang tidak baik. Dan … kau tahu buku catatan itu bagian dari hidupku.”

Puspa sampai terdiam tidak menyangka Novita bisa menuduh Novia seperti itu. Novia juga
marah karena Novita menuduhnya seperti itu. Dan Novita bahkan menyebut diri sebagai Novita
yang pintar, sementara Novia bukan.

“Ada apa denganmu? Apa karena yang terjadi di tempat les?” Tanya Novia.

“Apa maksudmu?”

“Jangan bertele-tele. Katakan saja. Apa yang sedang kau pikirkan? Aku… belajar keras agar
ibuku mengizinkanku melakukan apa yang ku inginkan. Kau belajar keras bukan karena ingin
melakukan sesuatu?”

“Jangan berlagak seolah kau tahu semuanya,” ujar Novita dengan tajam.

Novia tidak tahan lagi, dan pergi keluar kelas. Puspa menatap Novia dengan pandangan tidak
percaya.

--

Puspa pulang dengan Ragil. Dia menyalahkan dirinya sendiri karena lupa membawa tas hingga
membawa Novia kembali ke kelas dan bertengkar dengan Novita.

“Tapi Novita berbohong, wajar kalau Novia marah,” ujar Ragil.

“Novia biasanya tidak marah untuk alasan sepele. Dia mungkin kecewa. Dia memang tidak
pintar tetapi ramah. Terkadang, dia mengatakan dengan lugas dan itu menyakiti orang lain. Tapi,
dia tidak bermaksud.”
====

Ragil sedang menunggu Novita untuk mengembalikan buku catatannya yang dia temukan
dilapangan.

Pas sekali, Novita lewat. Ragil segera memanggilnya dan mengembalikan buku catatan itu. Ragil
juga memberitahu kalau dia melihatnya terjatuh saat dilapangan.

“Aku tidak membutuhkannya lagi.”

“Kenapa?”

“Ujian sudah selesai. Ujianku kacau.”

“Kau tidak ingin minta maaf?” Tanya Ragil.

“Untuk apa?” tanya Novita balik. Dan pas sekali, Novia lewat dan mendengar pembicaraan
mereka.

“Novia di tuduh mencuri buku ini.”

“Terus?”

“Minta maafah.”

“Kenapa harus aku?”

“Kau yang memancing.”

“Tidak. Aku korbannya.”

“Kalian teman. Bukankah kau dan Novia berteman?”

“AKu tidak pernah berteman dengannya,” ujar Novita dan masuk ke dalam kelas.

Novia tidak tahan lagi. Dia mengambil buku catatan itu dari tangan Ragil dan melemparkannya
pada Novita. Dia sangat marah dan kecewa karena selama ini, Novita tidak pernah
menganggapnya sebagai teman. Dan pertengkaran mereka, menarik perhatian Puspa yang baru
balik dari kantin.

“Kau menyedihkan. Kau menggunakan tas yang sama denganku. Juga binder yang sama
denganku,” ftnah Novita.

“Hei,Novita!” marah Novia, karena Novita memftnahnya seperti itu.

“Kau ingin ke sekolah seni sepertiku. Apa kau juga ingin mendapat nilai bagus sepertiku? ”
Dan perkataannya membuat orang-orang memandang bersalah pada Novia.

Novia terluka. Dia tidak tahan lagi dengan Novia. “Hei! Arya Nur Fadillah!”

Novita bertambah kesal dan juga malu karena Novia memanggilnya dengan nama aslinya.

Lalu Puspa masuk dan melerai mereka. “ Hei! Berhenti!”

Novita terlanjur malu dan langsung lari keluar . Novia mengejarnya, dan seluruh murid
mengikuti mereka.

Novia menahan Novita yang hendak kabur. Novita sangat marah dan menyuruh Novia untuk
tidak memanggilnya Arya, dia adalah Novita. Novita merasa terhina dan merasa kalau Novia
mengasihaninya. Dia menuduh Novia berpura-pura seperti penipu. Novia membalikan kata-kata
itu kepada Novita. Novita terpojok, melihat banyak orang yang melihat pertengkaran mereka,
dia ingin kabur dan bicara nanti saja.

“Apa kau takut yang lain tahu betapa mengerikannya dirimu?” Tanya Novia. “Lihat. Kau sangat
penipu. Kau berpura-pura baik dan bersikap keren.”

“Hentikan! Kaulah yang meniruku.”

“Kau merasa begitu? Nilaimu, satu-satunya yang ku sukai. Kau senang, aku berpikir menirumu?
Baiklah, anggap saja begitu. Tapi… menirumu tidak akan membuat kita sama. Entah aku yang
menirumu, atau justru kau yang meniruku.”

“Bukan aku.”

Dan melihat pertengkaran yang semakin memanas, Ragil berusaha membubarkan semuanya.
Puspa masih menyalahkan dirinya karena kembali ke kelas kemarin.

“Novita, kita ini teman,” ujar Novia. “Mengapa kita harus seperti ini? Aku… senang kalau kamu
dan aku itu memiliki nama yang mirip.”

Novita sedih, “Kau senang aku punya nama yang sama denganmu? Berhenti berbohong. Kau
tidak suka saat yang lain membandingkan kita karena nama kita sama, ” teriak Novita.

“Aku kira, kita bisa berteman dekat karena nama itu.”

“Jangan berpura-pura baik.”

“Kau sungguh… ingin terlihat seperti korban,” kecewa Novia, dan matanya berkaca-kaca.

Kata-kata yang tajam menyakiti hatiku. Kepadaku, juga kepadamu.


“Aku suka kita berteman,” lanjut Novia.

Teman, kata biasa, memberikan luka.

“Aku tidak menyangka kau berpikir kalau kita tidak pernah berteman, ” ujar Novia lagi.

Kepadaku. Juga padamu.

“Aku membencimu,” ujar Novita pada Novia.

“Aku juga membencimu.”

Ini kekanak-kanakkan. Kenapa kita tidak bisa memiliki hari saat kita mengatakan kata-kata
biasa?

===

Sejak kejadian kemarin, para murid menggosipkan novaia dan novita. Sejak saat itu, Novita
beberapa hari tidak masuk sekolah, puspa dan novia pun merasa khawatir.

===

Kemudian puspa mengajak novia untuk menemui novita di rumah nya sehabis pulang sekolah
untuk menyelesaikan permasalahan mereka.

===

Pulang sekolah, mereka menuju rumah Novita. Dan rumah Novita ternyata sangat jauh.

Kami pergi sangat jauh, dan lebih jauh lagi. Jalanannya juga tidak nyaman. Kami harus
melaluinya untuk bertemu Novita.

Dan akhirnya mereka tiba di sebuah rumah sederhana. Puspa mengetuk pintu rumah, tetapi
tidak ada jawaban. Novia mencoba mengetuk pintu juga, tetapi tidak ada jawaban juga.

“Kamu yakin ini rumahnya?” Tanya Novia.

“Ya,” jawab Puspa.

Dan pintu rumah terbuka. Nenek Novita membukakan pintu untuk Novia dan Puspa. Kemudian
nenek menyuruh mereka masuk. Novia dan Puspa sudah duduk dirumah itu. Nenek menyapa
mereka.

“Kalian teman Novita?”Tanya nenek.

“Iya nek kami teman Novita” jawab Novia.


“Nenek mau tanya, kalian lagi ada masalah ya dengan Novita?” tanya nenek. “Soalnya akhir-
akhir ini Novita sering menangis dikamar”

“Hmm... iya nek kami ada salah paham dengan Novita” jawab Puspa.

“Ohh kalau gitu biar nenek panggilkan Novita biar kalian selesaikan masalah kalian ”

Kemudian nenek memanggil Novita untuk menemui temannya. Nenek sangat senang karena
teman-teman Novita datang ke rumah karena selama dirumah Novita selalu menangis. Dan
Puspa bahkan dengan sangat cepat dekat dengan nenek, dan bahkan membantu nenek
memasak. Tinggallah Novita dan Novia berdua.

Suasana terasa canggung, tetapi Novia berusaha membuka pembicaraan dengan bertanya
keadaan Novia. Dia juga meminta maaf karena sudah memanggil Novita dengan nama dulunya,
Arya Nur. Novita juga meminta maaf karena sudah mengatakan kalau mereka tidak berteman.
Novia menjawab kalau dia tahu. Mereka mulai berbaikan.

Novia meminta Novita untuk masuk sekolah besok. Dan Novita senang mendengarnya.

Nenek menghindangkan makanan untuk mereka. Dan mereka mulai makan dan Novita cukup
senang karena mereka berdua mau makan di rumahnya.

Novita kemudian tiba-tba merenung sedih. Dia mengucapkan terimakasih pada Puspa dan Novia
yang sudah mau datang untuk menjenguknya.

Puspa meminta Novita untuk tidak bersedih lagi. Mereka tidak bisa berhenti berteman dengan
Novita. Novia membenarkan dan juga mereka tahu kalau perkataan Novita waktu itu adalah
bohong. Jadi, Novita bisa berhenti bersedih.

===

Mereka bercanda dan tertawa bersama melupakan masalah yang telah mereka alami.
Naskah film pendek
ASLI dan TIRUAN
Penulis : Dian Hidayati
Farras Nabillah

Pemain : 1. Arya Nur Fadillah (Novita Aulia)


2. Daffa Almaas
3. Dian Hidayati
4. Farras Nabillah
5. Novia Rohmah
6. Nurfalah Ariyani
7. Puspa Dewi Sri
8. Ragil Eko S

Kelas : XI MIPA 2

SMA NEGERI 5 JAKARTA

Anda mungkin juga menyukai