Anda di halaman 1dari 6

TA 5102

METODOLOGI PENELITIAN

STATE OF THE ART (SOTA)

Oleh
M Anugrah Firdaus
NIM: 22118015

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN
PERMINYAKAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2017
Muhammad Anugrah Firdaus
22118015

STATE OF THE ART (SOTA)


PENELITIAN MODEL GENETIK BATUBARA

Mengetahui karakteristik batubara sangat diperlukan untuk menentukan


genesa dari batubara itu sendiri (model fasies, komposisi senyawa organik,
tumbuhan asal, kematangan). Pemahaman genesa yang semakin beragam, dapat
memperkaya metode pemercontoan dalam kegiatan eksplorasi batubara, selain
itu dapat memberikan peluang yang lebih besar dalam pemanfaatannya. Salah
satu contoh batubara dengan komposisi inertinite yang berlimpah dapat digunakan
sebagai pencampur dengan jenis batubara yang memiliki komposisi dan kualitas
lain (komposisi inertinte rendah) untuk pemanafaatan batubara dalam pembuatan
kokas.

Dalam menentukan model genetik batubara terdapat beberapa metode


yang digunakan, secara garis besar seperti analisis mikroskopis (petrografi
organik), geokimia organik dan analisis stratigrafi (geometri, litologi dan struktur
sedimen). Berdasarkan hasil penelitian yang pernah dilakukan pada tahun 1993
sampai 2010 pada cekungan batubara di Indonesia seperti Formasi Balikpapan
dan Formasi Pulau Balang pada Cekungan Kutai Bawah, Formasi Wahau pada
Cekungan Kutai Atas, Formasi Tanjung Enim pada Cekungan Sumatera Selatan
dan Gambut-Kuarter Palangkaraya dalam menentukan model genetik batubara
telah dilakukan menggunakan beberapa metode dari yang relatif sederhana
sampai kompleks. Dalam hal ini, peneliti umumnya menggunakan metode
petrografi organik dengan cara menganalisis komposisi maseral pada batubara
tersebut.

Beberapa penelitian yang pernah dilakukan untuk menentukan model


genetik batubara di Indonesia diantaranya :

a. Dehmer (1993)
Hasil penelitian dengan judul Petrology and Organik Geochemistry of Peat
Sample from Raised Bog in Kalimantan (Borneo) dilakukan pada Gambut-
Kuarter di Palangkaraya. Metode yang digunakan terkait petrografi organik

1
Muhammad Anugrah Firdaus
22118015

untuk menganalisis komposisi maseral, geokimia organik seperti biomarker


untuk mengetahui senyawa organik yang terkandung pada batubara
tersebut serta analisis mengenai fasies pengendapan batubara.

b. Amijaya (2005)
Penelitian berjudul Paleoenviromental, Paloecological and Thermal
Metamorpishm Implication on the Organik Petrograhy and Organik
Geochemistry of Tertiary Tanjung Enim Coal, South Sumatera Basin,
Indonesia dilakukan pada batubara Formasi Tanjung Enim Cekungan
Sumatera Selatan. Metode penelitian yang dilakukan diantaranya analisis
petrografi organik untuk menentukan komposisi maseral, geokimia organik
seperti biomarker untuk mengetahui senyawa organik yang terkandung
pada batubara tersebut serta analisis mengenai fasies pengendapan
batubara.

c. Widodo (2008)
Hasil penelitian berjudul Organic petrology and Geochemistry of Miocene
Coal from Kutai Basin, Mahakam Delta, East Kalimantan, Indonesia :
Genesis of coal and depositional environment dilakukan pada batubara
Formasi Balikpapan dan Formasi Pulau Balang Cekungan Kutai Bawah.
Peneliti menggunakan metode analisis petrografi organik untuk
menentukan komposisi maseral, geokimia organik seperti biomarker dan
isotop karbon stabil untuk mengetahui senyawa organik yang terkandung
pada batubara tersebut serta menentukan fasies pengendapan batubara.

d. Anggayana dan Rahmad (2009)


Penelitian berjudul Sclerotinite Berlimpah pada Batubara Formasi Wahau,
Kalimantan Timur dilakukan pada batubara Formasi Wahau Cekungan
Kutai Atas. Penelitian dilakukan menggunakan metode analisis petrografi
organik untuk menentukan komposisi maseral batubara, sehingga dapat
ditentukan fasies dan lingkungan pengendapan batubara tersebut.

e. Rahmad (2010)
Hasil penelitian dengan judul Genesa Batubara berdasarkan analisis
petrografi, geokimia organik dan isotop, karbon stabil. Studi kasus :
Keunikan komposisi maseral pada batubara Muara Wahau, Kalimantan

2
Muhammad Anugrah Firdaus
22118015

Timur dilakukan pada batubara Formasi Wahau Cekungan Kutai Atas.


Peneliti menggunakan metode analisis petrografi organik untuk
menentukan komposisi maseral, geokimia organik seperti biomarker dan
isotop karbon C13 untuk mengetahui senyawa organik yang terkandung
pada batubara tersebut serta menentukan fasies pengendapan batubara.

Berdasarkan metode – metode penelitian yang telah dilakukan oleh


beberapa penulis diatas, diperoleh hasil uji yang akan digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam menentukan model genetik batubara, seperti :

a. Petrografi organik
• Hasil Uji :
i. Relektansi vitrinite
ii. Komposisi maseral

• Analisis yang dapat diperoleh :


i. Peringkat batubara (Rank)
ii. Siklus pengendapan gambut
iii. Tissue Preservation Index (TPI) dan Gelification Index (GI)
iv. Ground Water Index (GWI) dan Vegetation Index (VI)

b. Geokimia Organik dan Isotop Karbon Stabil

• Hasil Uji :
i. GC – MS fraksi saturated, Aromatik, NSO
ii. Kisaran nilai Isotop Karbon Stabil
iii. TOC
iv. T max
v. Hydrogen Index (HI)
vi. Oxygen Index (OI)

• Analisis yang dapat diperoleh :


i. Identifikasi rantai karbon
ii. Identifikasi biomarker fraksi : Saturated, aromatic, NSO
iii. Identifikasi tingkat kematangan

3
Muhammad Anugrah Firdaus
22118015

Dalam hal ini penulis berencana untuk melakukan penelitian (Tesis)


mengenai model genetik batubara pada daerah “X”. Metode yang akan digunakan
diantaranya pengamatan megaskopis pada sample batubara (inti bor, hand
specimen, singkapan), analisis petrografi organik untuk mengetahui nilai
reflektansi vitrinite dan komposisi maseral pada batubara. Melalui data tersebut
dapat ditentukan fasies pengendapan, lingkungan pengendapan, tumbuhan asal
dan peringkat dari batubara tersebut.

Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan diatas, penulis tidak melihat
adanya korelasi dengan aspek palinologi yang mempelajari fosil polinorf untuk
mengetahui jenis jamur group maseral inertinite dengan tujuan untuk memperkaya
data mengenai tumbuhan pembentuk batubara pada daerah penelitian. Maka dari
itu, sebagai bentuk pengembangan dalam menentukan model genetik batubara
penulis mencoba untuk menghubungkan karakterisik fisik batubara yang diperoleh
dari pengamatan megaskopis dan mikroskopis batubara dengan analisis palinologi
sehingga dapat memperkuat argumen atau pernyataan dalam menentukan model
genetik batubara pada daerah “X”.

4
Muhammad Anugrah Firdaus
22118015

DAFTAR PUSTAKA

Amijaya, H. 2005. “Paleoenviromental, Paloecological and Thermal


Metamorpishm Implication on the Organik Petrograhy and Organik
Geochemistry of Tertiary Tanjung Enim Coal, South Sumatera Basin,
Indonesia”. Von der Fakultat fur Georessourcen und Materialtechnik der
Rheinisch – West falis chen technischen Hochschule Aachen zur
Erlangung des akademis chen Grades eines. Doktors der
Naturwissenchaften genehmigte Dissertation vorgelegtvon M. Tech. 157p.

Anggayana, K. dan Rahmad, B., 2009. “Sclerotinite Berlimpah pada Batubara


Formasi Wahau, Kalimantan Timur”. Seminar Nasional Pengembangan
Kebijakan, Managemen dan Teknologi di Bidang Energi. Dies Emas 50
tahun Institute Teknologi Bandung.

Dehmer, J., 1993. “Petrology and Organik Geochemistry of Peat Sample from
Raised Bog in Kalimantan (Borneo)”. Organic Geochemistry, vol 20.p.349-
362.

Rahmad, B., 2010. “Pengembangan Model Genesa Batubara Muara Wahau,


Kalimantan Timur, Berdasarkan Karakteristik Maseral, Geokimia Organik
dan Isotop Karbon Stabil”. Disertasi. Program Studi Rekayasa
Pertambangan, Institute Teknologi Bandung.

Widodo, S., 2008. “Organic petrology and Geochemistry of Miocene Coal from
Kutai Basin, Mahakam Delta, East Kalimantan, Indonesia : Genesis of coal
and depositional environment”. Dissertation zur Erlangung des
Doktogrades der Naturwissenchafen Vorgelegt beim Fachbereich
Geowissenschaften/Geographie der Johann Wolfgang Goethe-Universitat
Frankfurtam Main. 173p

Anda mungkin juga menyukai