Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah
ini dengan baik. Shalawat dan salam senantiasa dihaturkan kepada Nabi Muhammad
SAW. yang semua perkataan-Nya adalah wahyu. Dan semua perkataan, perbuatan,
pengakuan dan sifat-Nya adalah panutan bagi semua umat-Nya.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Akhlak Tasawuf" di
jurusan Mu’amalah, Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram. Makalah ini berjudul
”Filsafat Empirisme” yang membahas tentang pengertian filsafat empirisme beserta
tokoh-okohnya dan pemikiran-pemikirannya.

Tak lupa pula kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.

Demikianlah yang dapat kami sampaikan, kurang lebihnya kami mohon maaf
bila ada salah-salah kata. Sesungguhnya segala kekurangan dan kesalahan itu datangnya
dari kami sendiri, sedangkan segala kelebihan itu datangnya dari Allah SWT semoga
Allah SWT meridhai kita.

Wa’alaikumusslaam wr.wb.

Mataram, 15 November 2017

Kelompok 9

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
A. Latar belakang ................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................. 2
C. Tujuan ............................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................................. 3
A. Latar Belakang dan Pengertian Filsafat Empirisme .......................................................... 3
B. Teori Pengetahuan ............................................................................................................. 5
C. Tokoh-tokoh Aliran Empirisme ........................................................................................ 6
1. Francis Bacon (1210-1292) ........................................................................................... 6
2. John Locke (1632-1704M) ............................................................................................ 7
3. George Barkeley (1665-1753) ....................................................................................... 8
4. David Hume .................................................................................................................. 9
5. Thomas Hobbes (1588-1679) ...................................................................................... 10
BAB III PENUTUP..................................................................................................................... 13
A. Kesimpulan ..................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA……………...………………………………………………………....…14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Ada orang yang berkata, bahwa orang harus berfilsafat, untuk


mengetahui apa yang disebut filsafat itu. Mungkin ini benar, hanya kesulitannya
ialah: bagaimana ia tahu, bahwa ia berfilsafat? Mungkin ia mengira sudah
berfilsafat dan mengira tahu pula apa filsafat itu, akan tetapi sebenarnya tidak
berfilsafat, jadi kelirulah ia dan dengan sendirinya salah pula sangkanya tentang
filsafat itu.

Tak dapat dipungkiri, zaman filsafat modern telah dimulai, dalam era
filsafat modern, dan kemudian dilanjutkan dengan filsafat abab ke- 20,
munculnya berbagai aliran pemikiran, yaitu: Rasionalisme, Emperisme,
Kritisisme, Idealisme, Positivisme, Evolusionisme, Materalisme, Neo-
Kantianisme, Pragmatisme, Filsafat hidup, Fenomenologi, Eksistensialisme, dan
Neo-Thomisme. Namun didalam pembahasan kali ini yang akan dibahas aliran
Empirisme (Francius Bacon, Thomas Hobbes. John lecke David Hume).

Filsafat pada zaman modern lahir karena adanya upaya keluar


darikekangan pemikiran kaum agamawan di zaman skolastik. Salah satu orang
yang berjasa dalam membangun landasan pemikiran baru di dunia barat adalah
Rene Descartes. Descartes menawarkan sebuah prosedur yang disebut keraguan
metodis universal dimana keraguan ini bukan menunjuk kepada kebingungan
yang berkepanjangan, tetapi akan berakhir ketika lahir kesadaran akan
eksisitensi diri yang dia katakan dengan cogito ergo sum (saya berpikir, maka
saya ada). Teori pengetahuan yang dikembangkan Rene Descartes ini dikenal
dengan nama rasionalosme karena alur pikir yang dikemukakan Rene Descartes

1
bermuara kepada kekuatan rasio (akal) manusia. Sebagai reaksi dari pemikiran
rasionalisme Descartes inilah muncul para filosof yang berkembang kemudian
yang bertolak belakang dengan Descartes yang menganggap bahwa pengetahuan
itu bersumber pada pengalaman. Mereka inilah yang disebut sebagai kaum
empirisme, di antaranya yaitu John Locke, Thomas Hobbes, George Barkeley,
dan David Hume. Dalam makalah ini tidak akan membahas semua tokoh
empirisme, akan tetapi akan dibahas empirisme David Hume yang dianggap
sebagai puncak empirisme.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian singkat dalam latar belakang, pemakalah mengajukan
permaslahan sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan empirisme beserta konstruksinya?
2. Bagaimanakah pemikiran David Home tentang empirisme?
3. Bagaimanakah telaah kritis kita atas pemikiran filsafat empirisme?
C. Tujuan
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui bahwa filsafat mempunyai aliran
yang disebut dengan empirisme
2. Agar mahasiswa dapat lebih mengenal apa itu aliran empirisme
3. Agar mahasiswa dapat lebih mengenal sapa saja tokoh-tokohnya dan apa
saja pemikirannya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang dan Pengertian Filsafat Empirisme


Pergolakan filsafat di Eropa sangat dinamis dan bervariasi. Kutub yang
paling ektrem yang tercatat dalam sejarah filsafat adalah pertentangan antara
filsuf di Inggris dan Jerman, antara rasionalisme dan empirisme, dan antara
Descartes dan Francis Bacon. Para pemikir Inggris lebih mengikuti pemikiran
Francis Bacon, yaitu aliran empirisme.
Orang pertama yang mengikuti aliran empirisme di Inggris adalah
Thomas Hobbes (1588-1679). Apabila Bacon lebih berarti dalam bidang
penelitian, Hobbes dalam bidang doktrin atau ajaran. Hobbes telah menusun
system yang lengkap berdasar pada empirisme secara konsekuen, namun
mengalami sistemasisasi pada dua tokoh berikutnya, John Locke dan David
Hume.1

Karena adanya kemajuan ilmu pengetahuan dapat dirasakan


manfaatnya, pandangan orang terhadap filsafat mulai merosot. Hal ini karena
filsaat dianggap tidak berguna lagi bagi kehidupan. Pada sisi lain ilmu
pengetahuan besar sekali manfaatnyabagi kehidupan.kemudian beranggapan
bahwa pengetahuan yang pasti, dan benar hanya diperoleh lewat indera
(empiri), dan empirilah satu-satunya sumber pengetahuan. Pemikiran tersebut
lahir dengan nama empirisme.2

Secara etimologis, empirisme berasal dari bahasa Inggris, yaitu


empiricism dan experience. Kata-kata ini berasal dari bahasa Yunani, yaitu
empeirea dan dari kata experietta yang berarti “berpengalaman dalam”,
“berkenalan dengan”, “terampil untuk”. Sementara itu menurut A.R. Lacey,
berdasarkan akar katanya, empirisme adalah aliran filsafat yang

1
Muhammad Alfan, Filsafat Modern, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), hlm. 111.
2
Asmoro Achmadi, Filsafat Umum, (Jakarta: PT Raja Grafindo persada, 2013), hlm. 116.

3
berpandangan bahwa pengetahuan secara keseluruhan atau persial didasarkan
pada pengalaman yang menggunakan indra.3

Secara terminologis, terdapat beberapa definisi mengenai empirisme,


diantaranya: (1) doktrin bahwa sumber seluruh pengetahuan harus dicari
dengan pengalaman, (2) pandangan bahwa semua idea merupakan abstraksi
yang dibentuk dengan menggabungkan apa yang dialami, (3) pengalaman
indriawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan, bukan akal.4

Aliran empirisme berpendapat bahwa pengetahuan berasal dari


pengalaman sehingga sehingga pengalaman indriawi merupakan pengenalan
yang paling jelas dan sempurna. Penganut empirisme mengatakan bahwa
pengalaman adalah akibat suatu objek yang merangsang alat-alat inderawi,
kemudian dipahamai dalam otak, dan akibat dari rangsangan tersebut
terbentuk tanggapan-tanggapan mengenai objek yang telah merangsang alat-
alat indriawi. Aliran ini menganggap pengalaman sebagai satu-satunya
sumber dan dasar ilmu pengetahuan. Empirisme memiliki tiga jenis
pandangan, yaitu empirio kritisme, empiris logis dan empiris radikal.
Empirisme juga memiliki beberapa aliran tersendiri, yaitu aliran shopisme,
hedonism, dan epicurisme.

Kaum empiris memegang teguh pendapat bahwa pengetahuan


manusia dapat diperoleh melalui melalui pengalaman. Jika kita sedang
berusaha untuk meyakinkan seorang empiris bahwa sesuatu itu “ada”, ia akan
berkata “tunjukkan hal itu kepada saya”. Dalam persoalan mengenai fakta, ia
harus diyakinkan oleh pengalamannya sendiri. Apabila kita mengatakan
kepadanya bahwa ada seekor harimau dikamar mandi, ia akan meminta untuk
menjelaskan cara kita dapat kesimpulan tersebut. Jika kita mengatakan bahwa
kita benar-benar melihat harimau dikamar mandi, kaum empiris mau

3
Muhammad Alfan, Filsafat Modern, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), hlm. 112.
4
Ibid., hlm 112.

4
mendengar laporan mengenai pengalaman kita., namun dia hanya akan
menerima hal tersebut hanya jika dia dapat memeriksa kebenaran yang kita
ajukan dengan jalanmelihat harimau itu dengan mata kepalanya sendiri.

Aliran empirisme dibangun pada abad ke-17 yang muncul setelah


aliran rasionalisme. Bertentangan dengan rasionalisme yang mengindahkan
rasio sebagai sumber utama pengenalan. Empirisme memilih pengalaman
sumber utama pengenalan dan yang dimaksdkan dengannya ialah baik
pengalaman lahiriah maupun batiniah yang menyangkut pribadi manusia saja.
Tidak mengherankan bila rasionalisme dan empirisme masing-masing
mempunyai pendirian yang sangat berlainan tentang sifat pengenalan
manusia. Rasionalisme mengatakan bahwa pengenalan yang sejati berasal
dari rasio, sehingga pengalaman inderawi merupakan suatu bentuk
pengenalan yang kabur saja. Sebaliknya, empirisme berpendapat bahwa
pengetahuan berasal dari pengalaman, sehingga pengalaman inderawi
merupakan bentuk pengenalan yang paling jelas dan sempurna.5

B. Teori Pengetahuan
Menurut rasionalis, ada beberapa kebenaran umum, seperti setiap
kejadian tertentu mempunyai sebab, dasar-dasar matematika, dan beberapa
prinsip dasar etika serta kebenaran itu benar dengan sendirinya yang dikenal
dengan istilah kebenaran apriori yang diperoleh keluar intuisi rasional.
Empirisme menolak hal tersebut karena tidak ada kemampuan intuisi rasiona.
Semua kebenaran yang disebutkan adalah kebenaran yang diperoleh melalui
observasi. Jadi kebenaran aposteriori.
Poedjawiatna menyatakan bahwa empirisme berguna dalam filsafat
pada umumnya. Dengan empirisme, filsafat memerhatikan lebih cermat lagi

5
Abdul Fattah, Pengantar ke Alam Filsafat, (Mataram: Universitas Islam Negri (UIN) Mataram, 2015),
hlm. 117.

5
manusia sebagai keseluruhan. Ajaran-ajaran filsafat empirisme adalah sebagai
berikut.6
1. Pandangan bahwa semua idea atau gagasan merupakan abstraksi yang
dibentuk dengan menggabungkan apa yang dialamai.
2. Pengalaman indriawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan, bukan akal
atau rasio.
3. Semua yang kita ketahui pada akhirnya bergantung pada indriawi.
4. Semua pengetahuan turun secara langsung, atau disimpulkan secara tidak
langsung dari data indriawi (kecuali beberapa kebenaran definisional logika
dan matematika).
5. Akal budi tidak dapat memberika kita pengetahuan tentang realitas tanpa
acuan pada pengalaman indriawi dan penggunaan pancaindra kita. Akal budi
mendapat tugas untuk mengolah bahan-bahan yang diperoleh dari
pengalaman.
6. Empirisme sebagai filsafat pengalaman, mengakui bahwa pengalaman
sebagai satu-satunya sumber pengetahuan.

C. Tokoh-tokoh Aliran Empirisme


1. Francis Bacon (1210-1292)
Dari mudanya Bacon sudah mempunyai minat terhadap filsafat.
Akan tetapi waktu dewasa ia menjabat pangkat-pangkat yang tinggi di
kerajaan Inggris. Kemudian malahan diangkat dalam golongan
bangsawan.setelah ia berhenti dari jabatannya yang tinggi, barulah ia
mulai menuliskan filsafatnya.
Sebagai pejabat tinggi ia tidak terlalu mengutamakan kebenaran,
yang paling penting baginya adalah gunanya. Apakah guna pengetahuan,
jika tidak bermanfaat? Bukanlah renungan yang luhur-luhur yang
bermanfaat dan bukan itu pulalah yang penting bagi hidup, melainkan

6
Muhammad Alfan, Filsafat Modern, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), hlm. 114.

6
fakta. Bukan yang abstrak-abstrak, hasil renungan yang ada, melainkan
fakta didunia ini. Dari itu pengetahuan yang sebenarnya tentu saja
pengetahuan yang diterima orang melalui persentuhan indranya dengan
dunia fakta alam. Pengalamanlah sumber pengetahuan yang sejati.7
2. John Locke (1632-1704M)
John Lock adalah filsuf Inggris. Ia lahir di Wrington-
Somersetshire dekat Bristol Inggris. Disamping sebagai ahli hukum, ia
juga menyukai filsafat dan teologi, mendalami kedokteran dan penelitian
kimia. Dalam mencapai kebenaran, sampai seberapa jauh (bagaimana)
manusia memakai kemampuannya.8
Salah satu pemikiran Locke yang paling berpengaruh dalam
sejarah filsafat adalah mengenai proses manusia mendapatkan
pengetahuan. Ia berupaya menjelaskan proses manusia mendapatkan
pengetahuan.
Locke berpendapat bahwa sebelum seorang manusia mengalami
sesuatu, pikiran atau rasio manusia belum berfungsi atau masih
kosong.situasi tersebut diibaratkan Locke seperti kertas putih (tabula
rasa) yang kemusian mendapatkan isinya dari pengalaman yang dijalani
oleh manusia. Rasio manusia hanyaberfungsi untuk mengolah
pengalaman manusia menjadi pengetahuan sehingga sumber utama
pengetahuan menurut Locke adalah pengalaman.
Dalam bidang kemanusiaan Locke memandang bahwa manusia
terlahir dalam keadaan yang sama. Oleh karena itu, seseorang atau
individu tertentu tidak boleh lebih tinggi dari individu yang lain, atau
dikenal dengan keadaaan subordinasi, kecuali keadaan seorang penguasa
atau pemimpin. Nilai-nilai moral yang diajarkan diantaranya manusia
sebagai individu tidak boleh saling membalas yang mengahancurkan

7
I.R. Poedjawijatna, Pembinbing ke Arah Alam Filsafat, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), hlm. 104.
8
Asmoro Achmadi, Filsafat Umum, (Jakarta: PT Raja Grafindo persada, 2013), hlm. 117.

7
dirinya dan orang lain sebab keadaan alami memiliki hukum alam untuk
mengaturnya.9
3. George Barkeley (1665-1753)
George Barkeley lahir dari keluarga Inggris di Kilorim, Irlandia.
Ia adalah seorang uskup dan dosen. Sebagai seorang uskup dan dosen, ia
sangat pengasih sehingga rumahnya menjadi sebuah pusat sosial dan
budaya. Ia melayani siapapun dan kapanpun ketika ada yang
membutuhkan.
George Barkeley sebagai penganut empirisme mencanangkan
teori yang dinamakan immaterialisme. Bagi Barkeley perbedaan anatara
jiwa dan manusia tidak ada. Kesimppulan ini berlandaskan filsafat Locke
yang mengatakan bahwa semua pengetahuan berdasarkan pengalaman.
Menurut Barkeley, pengalaman tidak disebabkan sesuatu diluar kita
karena diluar kita tidak apa-apa. Benda-benda hanya “ada” jika benda-
benda ini diamati dan dipikirkan. Sesuatu yang tidak diamati tidak ada.
Tidak ada pohon jika tidak dilihat oleh saya.
Oleh karena itu pengetahuan manusia direduksi menjadi dua
elemen, yaitu roh dan idea. Berbeda dengan idea-idea , “semangat” yang
tidak dapat dirasakan, “semangat” yang merasakan idea yang dapat
dipahami secara intuitif dengan perasaan batin atau refleksi. Bagi
manusia, manusia tidak punya langsung “idea roh”, meskipun manusia
memiliki alasan kuat untuk percaya akan keberadaan roh-roh, namun
keberadaan roh tersebut menjelaskan keteraturan tujuan yang dapat
ditemukan dalam pengalaman. Dengan demikian, sangat jelas kita tidak
dapat mengetahui adanya roh, selain dengan kehendak-Nya.
Barkeley percaya dengan keberadaan Tuhan, sebab Tuhan hadir
dekat dengan kesadaran kita. Yang menybabkan melimpahnya gagasan-
gagasan dan yang terus menerus kita ikuti. Seluruh dunia di sekeliling

9
Muhammad Alfan, Filsafat Modern, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), hlm. 143.

8
kita dan seluruh kehidupan kita ada dalam diri Tuhan. Dialah satu-
satunya penyebab dari segala sesuatu yang ada. Kita hanya ada dalam
pikiran Tuhan karena kita bagian dari roh Tuhan.10
4. David Hume
David Hume lahir di Edinburgh, Skotlandia pada tanggal 26 april
1711. Dengan nama asli David Home. Ia anak bungsu dari keluarga yang
baik, tetapi tidak kaya. Pada tahun 1734, ia mengubah namanya karena di
Inggris ia mengalami kesulitan mengucapkan “Home” dengan cara
Skotlandia. Hume tidak pernah menikah, sejak sarjana ia memutuskan
untuk bersenang-senang dan menikmati kehidupan intelektal. Hume
menghargai nilai persahabatan dan ia menilai percakapan sebagai jalan
untuk membangun peradaban.
Pada 1729 musim gugur, Hume mengalami gangguan kejiwaan
parah (vapor) selama 5 tahun. Hal ini karena kepuasaannya saat ia
pertama kali membantai raksasa segala ilmu pengetahuan, filsafat dan
teologi, padahal umurnya masih relatif muda. Hume tenar sebagai
seorang sejarawan dengan karyanya , The History of England. Karya ini
menelusuri peritiwa dari invasi Julius Caesar ke revolusi 1688, dan
tergolong buku best seller. Hume wafat pada usia 65 tahun pada 1776 di
kota kelahirannya, Edinburgh Skotlandia.
Sebagai seorang empirisme yang sangat konsisten dan termasuk
radikal. Ia menegaskan bahwa pengalaman lebih memberikan keyakinan
dibandingkan dengan kesimpulan logika. Dan ilmu pengetahuan hanya
dapat diperoleh dengan panca indra. Adapun menurut Hume sesuatu
tidak dapat bekerja tanpa bantuan pengalaman. Sebagai contoh, jika ada
seorang dari planet lain yang dianugrahi kemampuan akal yang sangat
kuat, dan kemampuan tersebut dibawa ke bumi, secara langsung ia dapat
mengobservasi peristiwa-peristiwa yang beruntun tetapi tidak mampu

10
Muhammad Alfan, Filsafat Modern, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), hlm. 150.

9
menemukan sesuatu yang lebih dari itu. Untuk pertama kali ia tidak
mungkin dapat menangkap idea sebab akibat karena kekuatan yang
berjalan alami belum tertangkap oleh inderanya. Begitu juga, akal tidak
mampu sekaligus menyimpulkan berdasarkan suatu peristiwa bahwa
suatu sebab menimbulkan akibat tertentu karena hubungan itu bisa
berubah-ubah. Menurutnya, hanya dua peristiwa yang terjadi dan yang
satu terjadi setelah yang lain. Bahwa gerak yang satu hanya berdasarkan
pendapat manusia yang mengasosiasikan dua peristiwa yang dahulu
terjadi secara bersamaan.
5. Thomas Hobbes (1588-1679)
Thomas Hobbes hidup dalam suasana malapetaka perang saudara
di Inggris abad ke-17 antara kubu Charles 1 dan kubu parlemen yang
akhirnya dimenangkan kubu parlemen. Charles 1 akhirnya dihukum
gantung, lalu berdirilah republic yang dipimpin oleh Oliver Cromwell.
Pengalam bahaya-bahaya perang itu memberinya kesan yang mendalam
dalam hidupnya bahwa anarki adalah sebuah bencana kemanusiaan yang
paling tragis dan kehidupan bermasyarakat adalah sebuah usaha yang
sangat rapuh. Atas dasar pengalaman sejarah macam ini, Hobbes sangat
meminati masalah-masalah sosial. Dia kuliah di universitas Oxford, dan
pada usia muda sudah menjadi dosen pribadi keluarga bangsawan
Cavendish. Sejak muda, Hobbes juga meminati karya-karya klasik,
sebuah minat yang khas dimiliki pada zaman Reinesans. Dia malah
sempat menerjemahkan karya-karya Tucydides dan juga puisi Iliad dan
Odissey karya penyair termasyhur zaman Yunani, Homerus. Dia sempat
berkontak dengan Galileo dan sempat menjadi sekretaris Francis
Bacon.11

Hobbes sempat dibuang Karena pikiran-pikirannya. Hampir


sepanjang hidupnya dia berusaha memecahkan masalah kodrat sosial

11
Juhaya S. Praja, Aliran-aliran Filsafat dan Etika, (Jakarta: Kencana, 2003), hlm.106.

10
manusia yang menurutnya sangat rapuh untuk kehidupan sosial. Dia
menulis sebuah buku yang sangat termasyhur dalam filsafat politik ,
berjudul Leviathan. Dia dimusuhi semua golongan agama pada
zamannya: kaum Kalvinis, Anglikan, maupun Katolik. Dikalangan
rakyat kebanyakan pikirannya juga dianggap immoral dan namanya
dikaitkan dengan sikap membelot. Meskipun demikian, kehidupan
pribadi Hobbes menyangkal semua itu, dia adalah orang yang sangat
berbudi bahasa, toleran dan mengabdikan seluruh hidupnya demi
kemajuan ilmu pengetahuan. Dikemudian hari pun orang sangat
menghargai karyanya.

Sebagaimana umumnya penganut empirisme, Hobbes


beranggapan bahwa pengalaman merupakan permulaan segala
pengenalan. Pengenalan intelektual tidak lain daripada semacam
perhitungan, yaitu penggabungan data-data inderawi yang sama dengan
cara berlainan.12

Materialisme yang di anut Hobbes dapat dijelaskan sebagai


berikut: segala sesuatu yang ada bersifat bendawi. Yang dimaksud
bendawi adalah segala sesuatu tidak bergantung kepada gagasan kita.
Doktrin atau ajarannya menyatakan bahwa segala kejadian adalah gerak,
yang berlangsung karena keharusan. Realitas segala yang bersifat
bendawi, yaitu yang tidak bergantung kepada gagasan kita, terhisap di
dalam gerak itu. Dengan demikian,maka pergerakansubstansi diubah
menjadi suatu teori aktualitas.Segala objektivitas di dunia luar bersandar
kepada suatu proses tanpa pendukung berdiri sendiri.Ruang atau
keluasan tidak memiliki”ada” sendiri. Runag adalah gagasantentang hal
yang berada itu sendiri. Waktu adalah gagasan tentang

12
Ibid., hlm. 107.

11
gerak.Berdasarkan pandangannya itulah ia melahirkan filsafatnya tentang
manusia.13
a. Manusia
Manusia tidak lebih dari suatu alam bendawi yang
mengelilinginya. Oleh karena itu segala sesuatu yang terjadi pada diri
manusia dapat diterangkan seperti cara-cara yang terjadi pada kejadian-
kejadian alamiah, yaitu secara mekanis.Manusia hidup selama beredar
darahnya dan jantungnya bekerja, yang disebabkan karena pengaruh
hawa atmosfer. Dengan demikian, manusia yang hidup tiada lain adalah
gerak anggota-anggota tubuhnya.
b. jiwa
Ajaran Hobbes tentang jiwa, baginya merupakan kompleks dari
proses-proses mekanis dalam tubuh. Akal bukanlah pembawaan,
melainkan hasil perkembangan karena kerajinan. Ikhtiar adalah suatu
awal gerak yang kecil.Awal gerak nan kevil ini kalau diarahkan untuk
menuju kepada sesuatu disebut dengan keinginan yang samaa dengan
kasih; jika diarahkan untuk meninggalkan sesuaatu disebut keenganan
atau keseganan. Namun demikian, yang terkuat adalaah jikalau terjadi
bentrokan-bentrokan.Oleh karena itu Hobbes merupakan orang yang
tidak mengakui kehendak bebas.
Untuk merpertegas pandangannya, ia menyatakan bahwa tidak
ada sesuatu yang universal, kecuali nama belaka. kesimpulan Pendapat
ini bahwa ide dapat digambarkanmelalui kata-kata. Denagan kata
lain,tanpa kata-kata ide tidak dapat di gambarkan. Tanpa bahasa tidak
ada kebenaran atau kebohongan. Sebab, apa yang dikatakan “benar” atau
“tidak benar” itu hanya sekedar sifat saja dari kata-kata. Setiap benda
diberi nama dan membuat ciri atau identitas-identitas di dalam bentuk
pikiran orang.

13
Juhaya S. Pradja, Aliran-aliran Filsafat dan Etika (Jakarta: Prenadamedia Group, 2003), hlm. 107.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Di dalam era filsafat modern terdapat beberapa aliran pemikiran, di
antaranya: Rasionalisme, Emperisme, Kritisisme, Idealisme, Positivisme,
Evolusionisme, Materalisme, Neo-Kantianisme, Pragmatisme, Filsafat hidup,
Fenomenologi, Eksistensialisme, dan Neo-Thomisme.

Aliran Emperisme adalah salah satu aliran dalam filosof yang


menekankan peranan pengalaman dalam memeroleh pengetahuan, dan
mengecilkan akal. Aliran emperisme berpendapat bahwa pengetahuan yang
bermanfaat, pasti, dan benar hanya diperoleh lewan indera (empiri) dan
empirilah satu-satutnya sumber pengetahuan aliran Emperis, bahwa pada
dasarnya budi dan empiri saling berkaitan.

Peletak dasar empiris pertama adalah Francis bacon, bapak empirisnya


Jhon Locke dan beberapa filsuf lainya seperti Thomas Hobbes, Berkeley, David
Hume dan lainnya.Meskipun aliran empirisme sangat berpengaruh atas
pemikiran-pemikiran filsafat selanjutnya namun banyak dijumpai kelemahan
baik metode, obyek tentang empiris.

13
DAFTAR PUSTAKA

Alfan Muhammad, 2013, Filsafat Modern, Bandung: Pustaka Setia.

Fattah Abdul, 2015, Pengantar ke Alam Filsafat, Mataram: Universitas Islam Negri
Mataram.

I.R. poedjawijaya,2005, Pengantar ke Arah Alam Filsafat, Jakarta: PT Rineka Cipta.

Achmadi Asmoro, 2013, Filsafat Umum, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

S. Praja Juhaya, 2003, Aliran-aliran Filsafat dan Etika, Jakarta: Prenadamedia Group.

14

Anda mungkin juga menyukai