Assalamu’alaikum wr.wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah
ini dengan baik. Shalawat dan salam senantiasa dihaturkan kepada Nabi Muhammad
SAW. yang semua perkataan-Nya adalah wahyu. Dan semua perkataan, perbuatan,
pengakuan dan sifat-Nya adalah panutan bagi semua umat-Nya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Akhlak Tasawuf" di
jurusan Mu’amalah, Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram. Makalah ini berjudul
”Filsafat Empirisme” yang membahas tentang pengertian filsafat empirisme beserta
tokoh-okohnya dan pemikiran-pemikirannya.
Tak lupa pula kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan, kurang lebihnya kami mohon maaf
bila ada salah-salah kata. Sesungguhnya segala kekurangan dan kesalahan itu datangnya
dari kami sendiri, sedangkan segala kelebihan itu datangnya dari Allah SWT semoga
Allah SWT meridhai kita.
Wa’alaikumusslaam wr.wb.
Kelompok 9
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
A. Latar belakang ................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................. 2
C. Tujuan ............................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................................. 3
A. Latar Belakang dan Pengertian Filsafat Empirisme .......................................................... 3
B. Teori Pengetahuan ............................................................................................................. 5
C. Tokoh-tokoh Aliran Empirisme ........................................................................................ 6
1. Francis Bacon (1210-1292) ........................................................................................... 6
2. John Locke (1632-1704M) ............................................................................................ 7
3. George Barkeley (1665-1753) ....................................................................................... 8
4. David Hume .................................................................................................................. 9
5. Thomas Hobbes (1588-1679) ...................................................................................... 10
BAB III PENUTUP..................................................................................................................... 13
A. Kesimpulan ..................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA……………...………………………………………………………....…14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Tak dapat dipungkiri, zaman filsafat modern telah dimulai, dalam era
filsafat modern, dan kemudian dilanjutkan dengan filsafat abab ke- 20,
munculnya berbagai aliran pemikiran, yaitu: Rasionalisme, Emperisme,
Kritisisme, Idealisme, Positivisme, Evolusionisme, Materalisme, Neo-
Kantianisme, Pragmatisme, Filsafat hidup, Fenomenologi, Eksistensialisme, dan
Neo-Thomisme. Namun didalam pembahasan kali ini yang akan dibahas aliran
Empirisme (Francius Bacon, Thomas Hobbes. John lecke David Hume).
1
bermuara kepada kekuatan rasio (akal) manusia. Sebagai reaksi dari pemikiran
rasionalisme Descartes inilah muncul para filosof yang berkembang kemudian
yang bertolak belakang dengan Descartes yang menganggap bahwa pengetahuan
itu bersumber pada pengalaman. Mereka inilah yang disebut sebagai kaum
empirisme, di antaranya yaitu John Locke, Thomas Hobbes, George Barkeley,
dan David Hume. Dalam makalah ini tidak akan membahas semua tokoh
empirisme, akan tetapi akan dibahas empirisme David Hume yang dianggap
sebagai puncak empirisme.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian singkat dalam latar belakang, pemakalah mengajukan
permaslahan sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan empirisme beserta konstruksinya?
2. Bagaimanakah pemikiran David Home tentang empirisme?
3. Bagaimanakah telaah kritis kita atas pemikiran filsafat empirisme?
C. Tujuan
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui bahwa filsafat mempunyai aliran
yang disebut dengan empirisme
2. Agar mahasiswa dapat lebih mengenal apa itu aliran empirisme
3. Agar mahasiswa dapat lebih mengenal sapa saja tokoh-tokohnya dan apa
saja pemikirannya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Muhammad Alfan, Filsafat Modern, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), hlm. 111.
2
Asmoro Achmadi, Filsafat Umum, (Jakarta: PT Raja Grafindo persada, 2013), hlm. 116.
3
berpandangan bahwa pengetahuan secara keseluruhan atau persial didasarkan
pada pengalaman yang menggunakan indra.3
3
Muhammad Alfan, Filsafat Modern, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), hlm. 112.
4
Ibid., hlm 112.
4
mendengar laporan mengenai pengalaman kita., namun dia hanya akan
menerima hal tersebut hanya jika dia dapat memeriksa kebenaran yang kita
ajukan dengan jalanmelihat harimau itu dengan mata kepalanya sendiri.
B. Teori Pengetahuan
Menurut rasionalis, ada beberapa kebenaran umum, seperti setiap
kejadian tertentu mempunyai sebab, dasar-dasar matematika, dan beberapa
prinsip dasar etika serta kebenaran itu benar dengan sendirinya yang dikenal
dengan istilah kebenaran apriori yang diperoleh keluar intuisi rasional.
Empirisme menolak hal tersebut karena tidak ada kemampuan intuisi rasiona.
Semua kebenaran yang disebutkan adalah kebenaran yang diperoleh melalui
observasi. Jadi kebenaran aposteriori.
Poedjawiatna menyatakan bahwa empirisme berguna dalam filsafat
pada umumnya. Dengan empirisme, filsafat memerhatikan lebih cermat lagi
5
Abdul Fattah, Pengantar ke Alam Filsafat, (Mataram: Universitas Islam Negri (UIN) Mataram, 2015),
hlm. 117.
5
manusia sebagai keseluruhan. Ajaran-ajaran filsafat empirisme adalah sebagai
berikut.6
1. Pandangan bahwa semua idea atau gagasan merupakan abstraksi yang
dibentuk dengan menggabungkan apa yang dialamai.
2. Pengalaman indriawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan, bukan akal
atau rasio.
3. Semua yang kita ketahui pada akhirnya bergantung pada indriawi.
4. Semua pengetahuan turun secara langsung, atau disimpulkan secara tidak
langsung dari data indriawi (kecuali beberapa kebenaran definisional logika
dan matematika).
5. Akal budi tidak dapat memberika kita pengetahuan tentang realitas tanpa
acuan pada pengalaman indriawi dan penggunaan pancaindra kita. Akal budi
mendapat tugas untuk mengolah bahan-bahan yang diperoleh dari
pengalaman.
6. Empirisme sebagai filsafat pengalaman, mengakui bahwa pengalaman
sebagai satu-satunya sumber pengetahuan.
6
Muhammad Alfan, Filsafat Modern, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), hlm. 114.
6
fakta. Bukan yang abstrak-abstrak, hasil renungan yang ada, melainkan
fakta didunia ini. Dari itu pengetahuan yang sebenarnya tentu saja
pengetahuan yang diterima orang melalui persentuhan indranya dengan
dunia fakta alam. Pengalamanlah sumber pengetahuan yang sejati.7
2. John Locke (1632-1704M)
John Lock adalah filsuf Inggris. Ia lahir di Wrington-
Somersetshire dekat Bristol Inggris. Disamping sebagai ahli hukum, ia
juga menyukai filsafat dan teologi, mendalami kedokteran dan penelitian
kimia. Dalam mencapai kebenaran, sampai seberapa jauh (bagaimana)
manusia memakai kemampuannya.8
Salah satu pemikiran Locke yang paling berpengaruh dalam
sejarah filsafat adalah mengenai proses manusia mendapatkan
pengetahuan. Ia berupaya menjelaskan proses manusia mendapatkan
pengetahuan.
Locke berpendapat bahwa sebelum seorang manusia mengalami
sesuatu, pikiran atau rasio manusia belum berfungsi atau masih
kosong.situasi tersebut diibaratkan Locke seperti kertas putih (tabula
rasa) yang kemusian mendapatkan isinya dari pengalaman yang dijalani
oleh manusia. Rasio manusia hanyaberfungsi untuk mengolah
pengalaman manusia menjadi pengetahuan sehingga sumber utama
pengetahuan menurut Locke adalah pengalaman.
Dalam bidang kemanusiaan Locke memandang bahwa manusia
terlahir dalam keadaan yang sama. Oleh karena itu, seseorang atau
individu tertentu tidak boleh lebih tinggi dari individu yang lain, atau
dikenal dengan keadaaan subordinasi, kecuali keadaan seorang penguasa
atau pemimpin. Nilai-nilai moral yang diajarkan diantaranya manusia
sebagai individu tidak boleh saling membalas yang mengahancurkan
7
I.R. Poedjawijatna, Pembinbing ke Arah Alam Filsafat, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), hlm. 104.
8
Asmoro Achmadi, Filsafat Umum, (Jakarta: PT Raja Grafindo persada, 2013), hlm. 117.
7
dirinya dan orang lain sebab keadaan alami memiliki hukum alam untuk
mengaturnya.9
3. George Barkeley (1665-1753)
George Barkeley lahir dari keluarga Inggris di Kilorim, Irlandia.
Ia adalah seorang uskup dan dosen. Sebagai seorang uskup dan dosen, ia
sangat pengasih sehingga rumahnya menjadi sebuah pusat sosial dan
budaya. Ia melayani siapapun dan kapanpun ketika ada yang
membutuhkan.
George Barkeley sebagai penganut empirisme mencanangkan
teori yang dinamakan immaterialisme. Bagi Barkeley perbedaan anatara
jiwa dan manusia tidak ada. Kesimppulan ini berlandaskan filsafat Locke
yang mengatakan bahwa semua pengetahuan berdasarkan pengalaman.
Menurut Barkeley, pengalaman tidak disebabkan sesuatu diluar kita
karena diluar kita tidak apa-apa. Benda-benda hanya “ada” jika benda-
benda ini diamati dan dipikirkan. Sesuatu yang tidak diamati tidak ada.
Tidak ada pohon jika tidak dilihat oleh saya.
Oleh karena itu pengetahuan manusia direduksi menjadi dua
elemen, yaitu roh dan idea. Berbeda dengan idea-idea , “semangat” yang
tidak dapat dirasakan, “semangat” yang merasakan idea yang dapat
dipahami secara intuitif dengan perasaan batin atau refleksi. Bagi
manusia, manusia tidak punya langsung “idea roh”, meskipun manusia
memiliki alasan kuat untuk percaya akan keberadaan roh-roh, namun
keberadaan roh tersebut menjelaskan keteraturan tujuan yang dapat
ditemukan dalam pengalaman. Dengan demikian, sangat jelas kita tidak
dapat mengetahui adanya roh, selain dengan kehendak-Nya.
Barkeley percaya dengan keberadaan Tuhan, sebab Tuhan hadir
dekat dengan kesadaran kita. Yang menybabkan melimpahnya gagasan-
gagasan dan yang terus menerus kita ikuti. Seluruh dunia di sekeliling
9
Muhammad Alfan, Filsafat Modern, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), hlm. 143.
8
kita dan seluruh kehidupan kita ada dalam diri Tuhan. Dialah satu-
satunya penyebab dari segala sesuatu yang ada. Kita hanya ada dalam
pikiran Tuhan karena kita bagian dari roh Tuhan.10
4. David Hume
David Hume lahir di Edinburgh, Skotlandia pada tanggal 26 april
1711. Dengan nama asli David Home. Ia anak bungsu dari keluarga yang
baik, tetapi tidak kaya. Pada tahun 1734, ia mengubah namanya karena di
Inggris ia mengalami kesulitan mengucapkan “Home” dengan cara
Skotlandia. Hume tidak pernah menikah, sejak sarjana ia memutuskan
untuk bersenang-senang dan menikmati kehidupan intelektal. Hume
menghargai nilai persahabatan dan ia menilai percakapan sebagai jalan
untuk membangun peradaban.
Pada 1729 musim gugur, Hume mengalami gangguan kejiwaan
parah (vapor) selama 5 tahun. Hal ini karena kepuasaannya saat ia
pertama kali membantai raksasa segala ilmu pengetahuan, filsafat dan
teologi, padahal umurnya masih relatif muda. Hume tenar sebagai
seorang sejarawan dengan karyanya , The History of England. Karya ini
menelusuri peritiwa dari invasi Julius Caesar ke revolusi 1688, dan
tergolong buku best seller. Hume wafat pada usia 65 tahun pada 1776 di
kota kelahirannya, Edinburgh Skotlandia.
Sebagai seorang empirisme yang sangat konsisten dan termasuk
radikal. Ia menegaskan bahwa pengalaman lebih memberikan keyakinan
dibandingkan dengan kesimpulan logika. Dan ilmu pengetahuan hanya
dapat diperoleh dengan panca indra. Adapun menurut Hume sesuatu
tidak dapat bekerja tanpa bantuan pengalaman. Sebagai contoh, jika ada
seorang dari planet lain yang dianugrahi kemampuan akal yang sangat
kuat, dan kemampuan tersebut dibawa ke bumi, secara langsung ia dapat
mengobservasi peristiwa-peristiwa yang beruntun tetapi tidak mampu
10
Muhammad Alfan, Filsafat Modern, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), hlm. 150.
9
menemukan sesuatu yang lebih dari itu. Untuk pertama kali ia tidak
mungkin dapat menangkap idea sebab akibat karena kekuatan yang
berjalan alami belum tertangkap oleh inderanya. Begitu juga, akal tidak
mampu sekaligus menyimpulkan berdasarkan suatu peristiwa bahwa
suatu sebab menimbulkan akibat tertentu karena hubungan itu bisa
berubah-ubah. Menurutnya, hanya dua peristiwa yang terjadi dan yang
satu terjadi setelah yang lain. Bahwa gerak yang satu hanya berdasarkan
pendapat manusia yang mengasosiasikan dua peristiwa yang dahulu
terjadi secara bersamaan.
5. Thomas Hobbes (1588-1679)
Thomas Hobbes hidup dalam suasana malapetaka perang saudara
di Inggris abad ke-17 antara kubu Charles 1 dan kubu parlemen yang
akhirnya dimenangkan kubu parlemen. Charles 1 akhirnya dihukum
gantung, lalu berdirilah republic yang dipimpin oleh Oliver Cromwell.
Pengalam bahaya-bahaya perang itu memberinya kesan yang mendalam
dalam hidupnya bahwa anarki adalah sebuah bencana kemanusiaan yang
paling tragis dan kehidupan bermasyarakat adalah sebuah usaha yang
sangat rapuh. Atas dasar pengalaman sejarah macam ini, Hobbes sangat
meminati masalah-masalah sosial. Dia kuliah di universitas Oxford, dan
pada usia muda sudah menjadi dosen pribadi keluarga bangsawan
Cavendish. Sejak muda, Hobbes juga meminati karya-karya klasik,
sebuah minat yang khas dimiliki pada zaman Reinesans. Dia malah
sempat menerjemahkan karya-karya Tucydides dan juga puisi Iliad dan
Odissey karya penyair termasyhur zaman Yunani, Homerus. Dia sempat
berkontak dengan Galileo dan sempat menjadi sekretaris Francis
Bacon.11
11
Juhaya S. Praja, Aliran-aliran Filsafat dan Etika, (Jakarta: Kencana, 2003), hlm.106.
10
manusia yang menurutnya sangat rapuh untuk kehidupan sosial. Dia
menulis sebuah buku yang sangat termasyhur dalam filsafat politik ,
berjudul Leviathan. Dia dimusuhi semua golongan agama pada
zamannya: kaum Kalvinis, Anglikan, maupun Katolik. Dikalangan
rakyat kebanyakan pikirannya juga dianggap immoral dan namanya
dikaitkan dengan sikap membelot. Meskipun demikian, kehidupan
pribadi Hobbes menyangkal semua itu, dia adalah orang yang sangat
berbudi bahasa, toleran dan mengabdikan seluruh hidupnya demi
kemajuan ilmu pengetahuan. Dikemudian hari pun orang sangat
menghargai karyanya.
12
Ibid., hlm. 107.
11
gerak.Berdasarkan pandangannya itulah ia melahirkan filsafatnya tentang
manusia.13
a. Manusia
Manusia tidak lebih dari suatu alam bendawi yang
mengelilinginya. Oleh karena itu segala sesuatu yang terjadi pada diri
manusia dapat diterangkan seperti cara-cara yang terjadi pada kejadian-
kejadian alamiah, yaitu secara mekanis.Manusia hidup selama beredar
darahnya dan jantungnya bekerja, yang disebabkan karena pengaruh
hawa atmosfer. Dengan demikian, manusia yang hidup tiada lain adalah
gerak anggota-anggota tubuhnya.
b. jiwa
Ajaran Hobbes tentang jiwa, baginya merupakan kompleks dari
proses-proses mekanis dalam tubuh. Akal bukanlah pembawaan,
melainkan hasil perkembangan karena kerajinan. Ikhtiar adalah suatu
awal gerak yang kecil.Awal gerak nan kevil ini kalau diarahkan untuk
menuju kepada sesuatu disebut dengan keinginan yang samaa dengan
kasih; jika diarahkan untuk meninggalkan sesuaatu disebut keenganan
atau keseganan. Namun demikian, yang terkuat adalaah jikalau terjadi
bentrokan-bentrokan.Oleh karena itu Hobbes merupakan orang yang
tidak mengakui kehendak bebas.
Untuk merpertegas pandangannya, ia menyatakan bahwa tidak
ada sesuatu yang universal, kecuali nama belaka. kesimpulan Pendapat
ini bahwa ide dapat digambarkanmelalui kata-kata. Denagan kata
lain,tanpa kata-kata ide tidak dapat di gambarkan. Tanpa bahasa tidak
ada kebenaran atau kebohongan. Sebab, apa yang dikatakan “benar” atau
“tidak benar” itu hanya sekedar sifat saja dari kata-kata. Setiap benda
diberi nama dan membuat ciri atau identitas-identitas di dalam bentuk
pikiran orang.
13
Juhaya S. Pradja, Aliran-aliran Filsafat dan Etika (Jakarta: Prenadamedia Group, 2003), hlm. 107.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Di dalam era filsafat modern terdapat beberapa aliran pemikiran, di
antaranya: Rasionalisme, Emperisme, Kritisisme, Idealisme, Positivisme,
Evolusionisme, Materalisme, Neo-Kantianisme, Pragmatisme, Filsafat hidup,
Fenomenologi, Eksistensialisme, dan Neo-Thomisme.
13
DAFTAR PUSTAKA
Fattah Abdul, 2015, Pengantar ke Alam Filsafat, Mataram: Universitas Islam Negri
Mataram.
S. Praja Juhaya, 2003, Aliran-aliran Filsafat dan Etika, Jakarta: Prenadamedia Group.
14