Anda di halaman 1dari 14

PBL 3

LI 1. Plasmodium

1.1 Definisi

Plasmodium adalah jenis protozoa, organisme bersel tunggal yang mampu


membagi hanya dalam sel inang. Merupakan genus dari kelas Sporazoa yang
menyebabkan malaria. Mempunyai dua hospes dalam siklus hidupnya. Bersifat parasitik
pada eritrosit hewan dan manusia. Menyebabkan empat jenis malaria spesifik pada
manusia.

1.2 Klasifikasi

Spesies plasmodium
 Plasmodium vivax
Spesies yang menyebabkan malaria vivax/malaria tertiana (malaria tertiana
begigna), yang cenderung lebih ringan dibandingkan malaria falciparum.
 Plasmodium falciparum
Jenis paling berbahaya dari malaria. Spesies yang menyebabkan malaria
falciparum/malaria topika (malaria tertiana maligna)
 Plasmodium malariae
Spesies yang menyebabkan malaria quartana. Ditemukan di daerah tropik,
tetapi frekuensinya cenderung rendah.
 Plasmodium ovale
Spesies ditemukan terutama di timur dan tengah Afrika yang menyebabkan
malaria ovale

1.3 Morfologi

Plasmodium vivax :
Pada trofozid muda terdapat bentuk cincin, eritrosit membesar, dan mulai tampak
titik schuffner. Pada trofozoid tua sitoplasma berbentuk ameboid, titik schuffner jelas.
Pada skizon muda, inti membelah 4-8 skizon matang inti membelah 12-24 buah, dan
pigmen kuning tengguli. Pada makrogametosit bulat, sitoplasma berwarna biru, initi
kecil, padat berwarna merah. Pada mikrogametosit bulat, sitoplasma pucat, biru kelabu
inti pucat.

Gametosit Skizon Tropozoit Granula Scuffners


Plasmodium falciparum :
Trofoid muda (bentuk cincin) eritrosit tidak membesar dan terdapat titik maurer.
Hanya ada satu parasit dalam sebuah eritrosit. Pada trofozid (multipel) terdapat lebih dari
satu parasit dalam sebuah eritrosit. Skizon muda jumlah inti 2-6, pigmen sudah
menggumpal warna hitam. Skizon matang inti membelah 8-24. Makrogametosit bentuk
pisang, agak lonjong, plasma biru, inti padat kecil, pigmen di sekitar inti. Mikrogametosit
bentuk sosis, plasma pucat, merah muda, inti tidak padat, pigmen tersebar.

Tropozoit Skizon Bentuk cincin Gametosit

Plasmodium malariae :
Stadium trofozoid muda dalam darah tepi tidak berbeda dengan plasmodium
vivax, meskipun sitoplasmanya lebih tebal dan pada pulasan giemza lebih gelap.
Trofozoid yang lebih tua bila membulat besarnya setengah eritrosit. Pada sediaan darah
tipis, stadium trofozoid dapat melintang di sepanjang sel darah merah dan membentuk
seperti pita.

Tropozoit Merozoit Bentuk pita Skizon

Plasmodium Ovale :
Trofozoid muda berukuran kira-kira 2 mikron (1/3 eritrosit). titik schufner
terbentuk saat dini dan tampak jelas. stadium trofozoid berbentuk bulat dan kompak
dengan granula pigmen yang lebih kasar tetapi tidak sekasar pigmen P.malariae.pada
stadium ini eritrosit agak membesar dan sebagian besar berbentuk lonjong. Stadium
gamettosit betina bentuk bulat.puna inti kecilkompak dan sitoplasma warna
biru.gametosit jantan punya inti difus.sitoplasma warna pucat kemerah-merahan
berbentuk bulat.

Tropozoit Tropozoit tua Tropozoit muda


1.4 Siklus hidup

 Menyumbat Erythrocytic cycle


Nyamuk menggigit manusia → sporozoit masuk melalui probosis yang
ditusukkan kekulit → peredaran darah perifer → ± ½ jam masuk ke sel hati → banyak
yang dihancurkan oleh fagosit tetapi sebagian masuk dalam sel hati (hepatosit) →
trofozoit hati → berkembang biak → skizon dan sebagian jadi hipnozoit → Proses
skizogoni hati (skizon hati berada dalam daur praeritrosit atau daur eksoeritrosit primer
yang berkembangbiak secara aseksual) → hipnozoit istirahat di sel hati beberapa
waktu→ aktif lagi → daur eksoeritrosit sekunder → merozoit dari skizon → masuk ke
darah → infeksi eritrosit lain (skizogoni darah or daur eritrosit) → trofozoit muda
(cincin) → trofozoit tua → skizon muda → skizon tua. Sebagian dari parasit pada
stadium trofozoit muda → gametosit → makrogametosit dan mikrogametosit.

 Sporogonic cycle
Nyamuk betina menggigit manusia yang terinfeksi → gametosit terhisap → perut
tengah nyamuk → gamet → zigot motil (ookinet) → menembus dan lepas dari perut
tengah → membran perut luar → menghasilkan sporozoit halus memanjang → kelenjar
liur nyamuk

LI 2. Vektor malaria

2.1 Spesies

1) Anopheles sundaicus
 Temapat perindukan larva :
 Muara sungai yang mendangkal pada musim kemarau
 Tambak ikan yang kurang terpelihara
 Parit disepanjang pantai yang berisi air payau
 Tempat penggaraman
 Air tawar
 Sifat :
 Antropofilik > Zoofilik
 Menggigit pada saat malam
 Tempat istirahat di dalam rumah

2) Anopheles aconitus
 Temapat perindukan larva :
 Persawahan dengan saluran irigasi
 Tepi sungai pada musim kemarau
 Kolam ikan dengan tanaman rumput di tepinya
 Sifat :
 Zoofilik > Antropofilik
 Menggigit pada saat senja – dini hari (eksofagik)
 Tempat istirahat diluar rumah
3) Anopheles sub pictus
 Temapat perindukan larva :
 Kumpulan air yang permanen/sementara
 Celah tanah bekas kaki binatang
 Tambak ikan dan bekas galian di pantai
 Sifat :
 Antropofilik > Zoofilik
 Menggigit saat malam
 Tempat istirahat di dalam rumah (terkadang di luar rumah)

4) Anopheles berbirostris
 Temapat perindukan larva :
 Sawah dan saluran irigasi
 Kolam, rawa, sumur, dan lain-lain
 Sifat :
 Antropofilik (Sulawesi & NT), Zoofilik (Jawa & Sumatra)
 Menggigit malam hari (Eksofagik > Endofagik)
 Tempat istirahat diluar rumah (pada tanaman)

5) Anopheles Balabacensis
 Temapat perindukan larva :
 Genangan air
 Tepi sungai saat kemarau
 Kolam atau sungai yang berbatu
 Sifat :
 Antropofilik > Zoofilik
 Menggigit saat malam (Endofilik)
 Temapt istirahat diluar rumah (sekitar kandang)

6) Anopheles Maculatus
 Temapat perindukan larva :
 Aliran air jernih dengan arus lambat (daerah pegunungan)
 Sifat :
 Zoofilik > Antropofilik
 Menggigit saat malam
 Tempat istirahat di luar rumah (sekitar kandang)

7) Anopheles Bancrofti
 Temapat perindukan larva :
 Danau dengan tumbuhan bakung
 Rawa dengan tumbuhan pakis
 Genangan air tawar
 Sifat :
 Zoofilik > antropofilik
 Tempat istirahat belum jelas
8) Anopheles Barbumbrosus
 Temapat perindukan larva :
 Tepi sungai dengan aliran lambat (daerah hutan daratan tinggi)
 Sifat :
 Antropofilik
 Bionomiknya masih belum banyak dipeajari

2.2 Morfologi

 Telur
Telur diletakan satu per satu diatas permukaan air berbentuk seperti perahu yang
bagian bawahnya konveks, da konkaf pada bagian atasnya. Dan mempunyai pelampung
yang terletak pada sebelah lateral.
 Larva
Larva anophelini tampak mengapung sejajar dengan permukaan air, mempunyai
bagian-bagian badan yang bentuknya khas, yaitu spirakel pada bagian posterior abdomen,
tergal plate pada bagian tengah sebelah dorsal abdomen sepasang bulu palma pada
bagian lateral abdomen.
 Pupa
Mempunyai tabung pernapasan (respiratory trumpet) yang bentuknya lebar dan
pendek. Digunakan untuk menganbil O2 dari udara.
 Dewasa
Pada nyamuk dewasa palpus nyamuk jantan dan betina mempunyai panjang
hampir sama dengan panjang probosisnya. Perbedaannya adalah pada nyamuk jantan
ruas palpus bagian apikal berbentuk gada (club form), sedangkan pada betina ruas
tersebut mengecil.
 Sayap
Sayap pada bagian pinggir (kosta dan Vena 1) ditumbuhi sisik-sisik sayap yang
berkelompok membentuk gambaran belang-belang hitam dan putih. Selain itu, bagian
ujung sisik sayap membentuk lengkung (tumpul). Bagian posterior abdomen tidak
seruncing nyamuk Aedes dan tidak setumpul nyamuk mansonia, tetapi sedikit lancip.

2.3 Pemberantasan

Pemberantasan malaria (Gebrak Malaria) dapat dilakukan melalui berbagai cara,


di antaranya:
1. Mengobati penderita malaria.
2. Mengusahakan agar tidak terjadi kontak antara nyamuk anophelini dan
manusia, yaitu dengan memasang kawat kasa di bagian terbuka rumah
(jendela dan pintu) menggunakan kelambu dan repellent.
3. Mengadakan penyuluhan tentang sanitasi lingkungan dan pendidikan
kesehatan kepada masyarakat yang berkaitan dengan upaya memusnahkan
tempat-tempat perindukan nyamuk dan penetapan kandang ternak di antara
tempat perindukan dan rumah penduduk.
LI 3. Malaria

3.1 Definisi

Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang


menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannuya bentuk aseksual didalam darah.
Manifestasi klinis yaitu demam yang khas, anemia, splenomegali (pembesaran limpa).
Definisi lain yaitu pada zaman dahulu ditemukan di Roma di daerah rawa yang
mengeluarkan bau busuk disekitarnya sehingga disebut malaria (mal area = udara
buruk). Dapat berlangsung akut maupun kronik. Infksi malaria dapat berlangsung tanpa
komplikasi ataupun mengalami komplikasi sistemik yang dikenal sebagai malaria berat.
Sejenis infeksi parasit yang menyerupai malaria ialah infeksi babesiosa yang
menyebabkan babesiosis

3.2 Epidemiologi

Infeksi malaria tersebar pada lebih dari 100 negara di benua Afrika, Asia,
Amerika (bagian selatan) dan daerah Oceania dan kepulauan Caribia. Lebih dari 1.6
triliun manusia terpapar oleh malaria dengan morbiditas 200-300 juta dan mortalitas lebih
dari 1 juta pertahun. Beberapa Negara yang bebas malaria yaitu Amerika Serikat,
Canada, negara di eropa (kecuali Russia), Israel, Singapura, Hongkong, Jepang, Taiwan,
Korea, Brunei, dan Australia. Negara tersebut terhindar dari malaria karena vektor
kontrolnya yang baik; walaupun demikian banyak dijumpai kasus malaria yang di import
karena pendatang dari negara malaria ataupun penduduknya mengunjungi daerah-daerah
malaria.

Plasmodium falciparum dan Plasmodium Malariae umumnya di jumpai pada


semua Negara dengan malaria; Afrika, Haiti dan Papua Nugini umumnya Plasmodium
falciparum; Plasmodium vivax banyak di Amerika Latin. Di Amerika Selatan, Asia
Tenggara, negara Oceania dan Indiaumumnya Plasmodium falciparum dan Plasmodium
vivax. Plasmodium ovale biasanya hanya di Afrika. Di Indonesia kawasan Timur mulai
dati Kalimantan, Sulawesi Tengah sampai Utara, Maluku, Irian Jaya dan dari Lombor
sampai Nusa tenggara Timur serta Timor Timur merupakan daerah endemis malaria
dengan Plasodium falciparum dan Plasmodium vivax. Beberapa daerah di Sumatra mulai
dari Lampung, Riau, Jambi dan Batam kasus malaria cenderung meningkat.

3.3 Etiologi

Malaria disebabkan oleh protozoa dari genus plasmodium. Pada manusia


plasmodium terdiri dari 4 spesies, yaitu plasmodium vivax, plasmodium falciparum,
plasmodium ovale dan plasmodium malariae. Plasmodium falciparum menyebabkan
infeksi berat bahkan dapat menimbulkan kematian. Keempat species plasmodium yang
terdapat di Indonesia yaitu plasmodium falciparum yang menyebabkan malaria tropika,
plasmodium vivax yang menyebabkan malaria tertiana, plasmodium malariae yang
menyebabkan malaria kuartana dan plasmodium ovale yang menyebabkan malaria ovale.
Seorang dapat terinfeksi lebih dari satu jenis plasmodium, dikenal sebagai infeksi
campuran/majemuk (mixed infection). Pada umumnya dua jenis plasmodium yang paling
banyak dijumpai adalah campuran antara plasmodium falciparum dan plasmodium vivax
atau plasmodium malariae. Kadang-kadang dijumpai tiga jenis plasmodium sekaligus,
meskipun hal ini jarang sekali terjadi. Infeksi campuran biasanya terdapat di daerah
dengan angkan penularan tinggi

3.4 Patogenesis

Setelah melalui jaringan hati P.falcifarum melepaskan 18-24 merozoit kedalam


sirkulasi. Merozoit yang dilepaskan akan masuk ke dalam sel RES di limpa dan
mengalami fagositosis serta filtrasi. Merozoit yang lepas dari fagosit serta filtrasi.
Merozoit yang lepas dari filtrasi serta fagositosis dari limpa akan menginvasi eritrosit .
selanjutnya parasit berkembang biak secara aseksual dalam eritrosit. Bentuk aseksual
parasit dalam eritosit (EP) inilah yang bertanggung jawab dalam patogenesa terjadinya
malaria pada manusia. Patogenesa yang banyak di teliti adalah patogenesa malaria yang
disebabkan oleh malaria P.falcifarum.

Patogenesis malaria falcifarum di pengaruhi oleh factor parasit dan factor penjamu
(host). Yang termaksud dalam factor parasit adalah intensitas transmisi, densitas parasit
dan virulensi parasit. Sedangkan yang dimaksud dengan factor penjamu adalah tingkat
endemisitas daerah tempat tinggal, genetic, usia, status nutrisi dan status immunologi. EP
secara garis besar mengalami 2 stadium, yaitu stadium cincin pada 24 jam I dan stadium
matur pada 24 II. Permukaan stadium cincin akan memampilkan antigen RESA (Ring-
erythrocyte surgace antigen) yang menghilang setelah parasit masuk stadium matur.
Permukaan membrane EP stadium matur akan mengalami penonjolan dan membentuk
knob dengan histidin rich-protein-1 (HRP-1) sebagai komponen utamanya. Selanjutnya
bila EP tersebut mengalami merogoni, akan dilepaskan toxin malaria berupa GPI yaitu
glikosilfosfatidilinasitol yang merangsang pelepasan TNF-α dan interleukin-1 (IL-1) dari
makrofak.

Singkatnya : Nyamuk yang terinfeksi plasmodium menggigit manusia – Sporozoit


– Schizont – Merozoit - Sel hati akan pecah – Merozoit - keluar dari sel hati - merozoit
dapat masuk dan tumbuh lagi dalam sel hati. Merozoit akan masuk dalam aliran darah -
siklus eritrositer - trophozoit muda (bentuk cincin) - trophozoit tua - schizont dengan –
merozoit - Schizont pecah – merozoit memasuki eritrosit baru - makrogametosit dan
mikro ametosit.

3.5 Manifestasi

Masa inkubasi malaria berkisar antara 9- 30 hari. Gejala kliniknya dikenal sebagai
trias malaria yang terdiri dari demam, anemia dan splenomegali.

a. Demam
Demam periodik yang berkaitan dengan saat pecahnya skizon matang (sporulasi).
Pada malaria tertiana (Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale), pematangan skizon
tiap 48 jam maka periodisitas demamnya setiap hari ke-3, sedangkan malaria kuartana
(Plasmodium malariae) pematangannya tiap 72 jam dan periodisitas demamnya tiap 4
hari. Tiap serangan ditandai dengan beberapa serangan demam periodik. Demam khas
malaria terdiri atas 3 stadium, yaitu menggigil (15 menit-1 jam), puncak demam (2-6
jam), dan berkeringat (2-4 jam). Demam akan mereda secara bertahap karena tubuh dapat
beradaptasi terhadap parasit dalam tubuh dan ada respons imun.

b. Splenomegali
Slenomegali merupakan gejala khas malaria kronik. Limpa mengalami kongesti,
menghitam, dan menjadi keras karena timbunan pigmen eritrosit parasit dan jaringan ikat
yang bertambah.

c. Anemia
Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling berat adalah anemia
karena Plasmodium falciparum. Anemia disebabkan oleh:
1) Penghancuran eritrosit yang berlebihan.
2) Eritrosit normal tidak dapat hidup lama (reduced survival time).
3) Gangguan pembentukan eritrosit karena depresi eritropoesis dalam sum-sum
tulang (diseritropoesis).

d. Ikterus
Ikterus disebabkan karena hemolisis dan gangguan hepar.
Malaria laten adalah masa pasien di luar masa serangan demam. Periode ini terjadi bila
parasit tidak dapat ditemukan dalam darah tepi, tetapi stadium eksoeritrosit masih
bertahan dalam jaringan hati.

Relaps adalah timbulnya gejala infeksi setelah serangan pertama. Relaps dapat
bersifat:
 Relaps jangka pendek (rekrudesensi), dapat timbul 8 minggu setelah serangan
pertama hilang karena parasit dalam eritrosit yang berkembang biak.
 Relaps jangka panjang (rekurens), dapat muncul 24 minggu atau lebih setelah
serangan pertama hilang karena parasit eksoeritrosit hati masuk ke darah dan
berkembang biak

Beberapa keadaan klinik dalam infeksi malaria adalah:


 Serangan primer : yaitu keadaan mulai dari akhir masa inkubasi dan mulai
terjadinya serangan paroksismal yang terdiri dari dingin atau menggigil; panas dan
berkeringat. Serangan paroksismal ini dapat pendek atau panjang tergantung dari
perbanyakan parasit dalam imunitas penderita.
 Periode latent : periode tanpa gejala dan tanpa parasitemia selama terjadinya
infeksi malaria. Biasanya terjadi diantara 2 keadaan paroksismal.
 Recrudescense : yaitu berulangnya gejala klinik atau parasitemia setelah 24 minggu
berakhirnya serangan primer.
 Relapse atau rechute : ialah berulangnya gejala klinik atau parasitemia yang lebih
lama dari waktu diantara serangan periodiik dari infeksi primer yaitu setelah infeksi
lama dari masa latent (sampai 5 tahun), biasanya terjadi karena infeksi tidak
sembuh atau oleh bentuk di luar eritrosit (hati) pada malaria vivaks atau ovale

3.6 Pemeriksaan dan diagnosis

Diagnosis malaria sering memerlukan anamnesa yang tepat dari penderita tentang
asal penderita apakah dari daerah endemic malaria, riwayat bepergian ke daerah malaria,
riawayat pengobatan kuratip maupun preventip.

Pemeriksaan tetes darah untuk malaria


Pemeriksaan mikroskopik darah tepi untuk menemukan adanya parasit malaria
sangat penting untuk menegakkan diagnosa. Pemeriksaan satu kali dengan hasil negative
tidak mengenyampingkan diagnosa malaria. Pemeriksaan darah tepi tiga kali dan hasil
negative maka diagnosa malaria dapat dikesampingkan. Adapun pemeriksaan darah tepi
dapat dilakukan melalui :

a) Tetesan preparat darah tebal.


Merupakan cara terbaik untuk menemukan parasit malaria karena tetesan
darah cukup banyak dibandingkan preparat darah tipis. Sediaan mudah dibuat khususnya
untuk studi di lapangan. Ketebalan dalam membuat sediaan perlu untuk memudahkan
identifikasi parasit. Pemeriksaan parasit dilakukan selama 5 menit (diperkirakan 100
lapang pandangan dengan pembesaran kuat). Preparat dinyatakan negative bila setelah
diperiksa 200 lapang pandangan dengan pembesaran 700-1000 kali tidak ditemukan
parasit. Hitung parasit dapat dilakukan pada tetes tebal dengan menghitung jumlah parasit
per 200 leukosit. Bila leukosit 10.000/ul maka hitung parasitnya ialah jumlah parasit
dikalikan 50 merupakan jumlah parasit per mikro-liter darah.

b) Tetesan preparat darah tipis.


Digunakan untuk identifikasi jenis plasmodium, bila dengan preparat darah
tebal sulit ditentukan. Kepadatan parasit dinyatakan sebagai hitung parasit (parasite
count), dapat dilakukan berdasar jumlah eritrosit yang mengandung parasit per 1000 sel
darah merah. Bila jumlah parasit > 100.000/ul darah menandakan infeksi yang berat.
Hitung parasit penting untuk menentukan prognosa penderita malaria. Pengecatan
dilakukan dengan pewarnaan Giemsa, atau Leishman’s, atau Field’s dan juga
Romanowsky. Pengecatan Giemsa yang umum dipakai pada beberapa laboratorium dan
merupakan pengecatan yang mudah dengan hasil yang cukup baik

Tes Antigen : p-f test


Yaitu mendeteksi antigen dari P.falciparum (Histidine Rich Protein II). Deteksi
sangat cepat hanya 3-5 menit, tidak memerlukan latihan khusus, sensitivitasnya baik,
tidak memerlukan alat khusus. Deteksi untuk antigen vivaks sudah beredar dipasaran
yaitu dengan metode ICT. Tes sejenis dengan mendeteksi laktat dehidrogenase dari
plasmodium (pLDH) dengan cara immunochromatographic telah dipasarkan dengan
nama tes OPTIMAL. Optimal dapat mendeteksi dari 0-200 parasit/ul darah dan dapat
membedakan apakah infeksi P.falciparum atau P.vivax. Sensitivitas sampai 95 % dan
hasil positif salah lebih rendah dari tes deteksi HRP-2. Tes ini sekarang dikenal sebagai
tes cepat (Rapid test).

 Tes Serologi
Tes serologi mulai diperkenalkan sejak tahun 1962 dengan memakai tekhnik
indirect fluorescent antibody test. Tes ini berguna mendeteksi adanya antibody specific
terhadap malaria atau pada keadaan dimana parasit sangat minimal. Tes ini kurang
bermanfaat sebagai alat diagnostic sebab antibody baru terjadi setelah beberapa hari
parasitemia. Manfaat tes serologi terutama untuk penelitian epidemiologi atau alat uji
saring donor darah. Titer > 1:200 dianggap sebagai infeksi baru ; dan test > 1:20
dinyatakan positif . Metode-metode tes serologi antara lain indirect haemagglutination
test, immunoprecipitation techniques, ELISA test, radio-immunoassay.

Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction)


Pemeriksaan ini dianggap sangat peka dengan tekhnologi amplifikasi DNA, waktu
dipakai cukup cepat dan sensitivitas maupun spesifitasnya tinggi. Keunggulan tes ini
walaupun jumlah parasit sangat sedikit dapat memberikan hasil positif. Tes ini baru
dipakai sebagai sarana penelitian dan belum untuk pemeriksaan rutin

3.7 Tatalaksana dan pencegahan

Tatalaksana

Malaria diobati dengan obat yang mengganggu siklus hidup ataupun metabolisme
Plasmodium (Parmet S. et al, 2007). Roe dan Pasvol (2009) membagikan pengobatan
malaria kepada dua kategori yaitu, pengobatan malaria non-falsiparum dan pengobatan
malaria falsiparum.

Pada malaria non falsiparum, yaitu malaria yang disebabkan oleh Plasmodium
vivax, Plasmodium ovale, Plasmodium malariae atau Plasmodium knowlesi, infeksi bisa
diobati dengan obat standar yaitu klorokuin (Roe & Pasvol, 2009). Harga murah dan
ketersediaan klorokuin menyebabkannya sebagai antimalarial yang paling sering
digunakan. Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, dan Plasmodium malariae hampir
selalu sensitif terhadap obat ini dan hanya beberapa strain Plasmodium vivax dari daerah
Oceania yang resistan (Finch, R.G. et al, 2005). Roe & Pasvol (2009) mengatakan bahwa
vaquone dan proguanil, atau meflokuin, ataupun kuinin tambah tetrasiklin dapat diberi
pada kasus Plasmodium vivax yang resistan. Primakuin digunakan untuk Universitas
Sumatera Utara

mengeradikasi hipnozoit yang menyebabkan relaps. Menurut Marano & Freedman


(2009), Plasmodium knowlesi sensitif terhadap semua obat antimalarial yang biasa
digunakan dan tidak memerlukan regimen pengobatan yang khas.

Terdapat peningkatan resistensi terhadap klorokuin dan sulfadoksin pada infeksi


malaria falciparum sehingga obat-obatan tersebut tidak bisa digunakan sebagai
pengobatan infeksi tersebut. Infeksi malaria falsiparum ringan sering diobati dengan
kombinasi obat atovaquone dan proguanil, artemether dan lumefantrin yang bisa
ditoleransi lebih baik daripada penggunaan kuinin. Meflokuin juga bisa digunakan
sebagai pengobatan infeksi malaria ringan. (Roe & Pasvol, 2009).

Infeksi malaria falciparum berat merupakan suatu kondisi gawat darurat dan
memerlukan penanganan yang segera. Rosenthal (2008) mengatakan bahwa sampai tahun
2007, kuinidin secara intravena merupakan terapi pilihan. Namun sekarang sudah
terdapat sediaan artesunate secara intravena dan ini merupakan terapi pilihan terbaru oleh
karena obat ini mempunyai efektivitas yang lebih tinggi serta efek samping yang kurang
berbanding dengan kuinidin. Menurut Rosenthal (2008), WHO (2006)
merekomendasikan artesunate secara intravena sebagai pilihan pengobatan untuk orang
dewasa dan kanak-kanak yang terinfeksi dengan malaria berat di kawasan dengan kadar
penularan yang rendah. Pada daerah dengan kadar penularan yang tinggi, WHO
merekomendasikan pengobatan dengan artesunate, artemether atau kuinin.

Malaria berat ataupun hitung parasit yang melebihi 1% pada pasien non-imun
merupakan suatu keadaan gawat darurat. Kuinin harus diberikan secara intravena dengan
segera. Fasilitas perawatan intensif seperti ventilasi mekanik dan dialisis mungkin
diperlukan. Anemia berat mungkin akan memerlukan transfusi darah. Pemantauan yang
teliti terhadap keseimbangan cairan merupakan hal yang penting oleh karena edema paru
dan gagal ginjal pre-renal sering berlaku pada keadaan seperti ini (Finch, R.G. et al,
2005).

Pencegahan

Para peneliti sedang bekerja untuk membuat vaksin terhadap malaria. Vaksinasi
diharapkan menjadi alat penting untuk mencegah malaria di masa depan. Salah satu cara
untuk mencegah malaria adalah dengan menghindari gigitan nyamuk dengan strategi
berikut:
 Sebisa mungkin, tinggal di dalam rumah dengan baik-disaring daerah, terutama
pada malam hari saat nyamuk paling aktif.
 Gunakan kelambu dan kelambu. Lebih baik untuk mengobati jala dengan
permetrin repellant serangga.
 Kenakan pakaian yang menutupi sebagian besar tubuh Anda.
 Gunakan obat nyamuk yang mengandung DEET atau picaridin. Ini penolak
berlaku langsung pada kulit Anda, kecuali di sekitar mulut dan mata. Jika Anda
memilih repellant picaridin berbasis, Anda perlu mengajukan permohonan
kembali setiap beberapa jam.
 Terapkan permetrin untuk pakaian.

Sangat disarankan agar Anda mengambil obat pencegahan bila Anda bepergian ke
wilayah dunia yang memiliki malaria. Perlu diingat bahwa obat ini dapat mencegah
infeksi malaria yang paling, tapi wisatawan kadang-kadang mendapatkan malaria bahkan
ketika mereka mengambil salah satu dari obat ini. Jika Anda mengembangkan suatu
penyakit dengan demam dalam waktu satu tahun Anda kembali, mencari perhatian medis
segera dan memberitahu ahli kesehatan tentang wisata Anda.
Empat obat antimalaria yang paling sering diresepkan di Amerika Serikat untuk
bepergian ke luar negeri meliputi:

 Klorokuin (Aralen)
Ini adalah obat antimalaria yang paling sering diresepkan di negara-negara di
mana tidak ada obat-resistan terhadap malaria. Obat ini diminum sekali seminggu, dari
satu sampai dua minggu sebelum keberangkatan Anda sampai empat minggu setelah
Anda kembali. Rejimen ini ditoleransi dengan baik oleh kebanyakan orang, dengan
beberapa pasien mengalami mual, gatal, pusing, pandangan kabur dan sakit kepala. Anda
dapat meminimalkan gejala-gejala ini dengan mengambil obat setelah makan.

 Mefloquine (Lariam)
Ini adalah pengobatan pilihan untuk perjalanan ke sebagian besar wilayah sub-
Sahara Afrika dan daerah lainnya dengan tingkat tinggi klorokuin tahan parasit malaria.
Seperti klorokuin, obat diambil seminggu sekali, dari satu sampai dua minggu sebelum
keberangkatan sampai empat minggu setelah Anda kembali. Efek samping yang umum
termasuk mimpi buruk, kesulitan konsentrasi, mual dan pusing. Halusinasi dan kejang
dapat terjadi, tetapi mereka jarang. Depresi adalah efek samping jarang terjadi. Anda
mungkin menyarankan untuk tidak minum obat ini jika Anda memiliki hasil abnormal
dari elektrokardiogram atau gangguan irama dalam hatimu. Anda tidak harus minum obat
ini jika Anda mengalami kejang atau jika Anda memiliki penyakit neurologis atau
kejiwaan.

 Doxycycline (Vibramycin)
Obat ini biasanya biasanya diresepkan bagi wisatawan yang tidak dapat
mengambil klorokuin atau mefloquine. Doksisiklin harus dilakukan sekali per hari, dari
dua hari sebelum keberangkatan sampai empat minggu setelah Anda kembali. Sangat
penting untuk melindungi diri dari paparan sinar matahari rajin saat mengambil
doksisiklin karena dapat menyebabkan Anda menjadi lebih sensitif terhadap matahari,
meningkatkan risiko terbakar sinar matahari. Wanita hamil dan anak kecil tidak harus
mengambil obat ini.

 Atovaquone dan proguanil (Malarone)


Obat ini yang biasa diresepkan untuk mencegah chloroquine-resistant malaria.
Anda perlu mengambil satu tablet pada waktu yang sama setiap hari, mulai satu sampai
dua hari sebelum keberangkatan sampai tujuh hari setelah Anda kembali. Efek samping
yang paling umum dari Malarone termasuk sakit perut, mual, muntah dan sakit kepala.
Anda tidak harus minum obat ini jika Anda sedang hamil atau menyusui atau Anda
memiliki penyakit ginjal berat.

Selain salah satu obat-obat ini, Anda juga mungkin perlu untuk mengambil obat
yang disebut primakuin (dijual sebagai generik) ketika Anda pulang ke rumah jika Anda
tinggal selama lebih dari beberapa bulan di wilayah dunia di mana Anda memiliki
eksposur berat untuk nyamuk. Ini tindakan pencegahan ekstra menghilangkan bentuk
aktif malaria yang mungkin telah memasuki hati Anda dan selamat meskipun Anda
sedang minum obat pencegahan selama perjalanan Anda.

Primakuin diambil setiap hari selama dua minggu setelah Anda telah
meninggalkan daerah di mana malaria adalah umum. Orang dengan kekurangan genetik
dari enzim normal (defisiensi G6PD) tidak dapat mengambil primakuin karena mereka
dapat mengembangkan anemia berat.

Ada interaksi obat potensial antara beberapa obat yang digunakan untuk mengobati
human immunodeficiency virus (HIV) dan yang digunakan untuk mengobati malaria.
Jika Anda HIV-positif, Anda harus memeriksa dengan dokter Anda sebelum mengambil
obat malaria.

3.8 Komplikasi

Komplikasi malaria umumnya disebabkan karena P.falciparum dan sering disebut


pernicious manifestasions. Sering terjadi mendadak tanpa gejala-gejala sebeumnya, dan
sering terjadi pada penderita yang tidak imun seperti pada orang pendatang dan
kehamilan. Komplikasi terjadi 5-10 % pada seluruh penderita yang dirawat di RS dan 20
% diantaranya merupakan kasus yang fatal.

Penderita malaria dengan kompikasi umumnya digolongkan sebagai malaria berat


yang menurut WHO didefinisikan sebagai infeksi P.falciparum dengan satu atau lebih
komplikasi sebagai berikut :

1. Malaria serebral (coma) yang tidak disebabkan oleh penyakit lain atau lebih dari
30 menit setelah serangan kejang ; derajat penurunan kesadaran harus dilakukan
penilaian berdasar GCS (Glasgow Coma Scale) ialah dibawah 7 atau equal dengan
keadaan klinis soporous.
2. Acidemia/acidosis ; PH darah < > respiratory distress.
3. Anemia berat (Hb < > 10.000/ul; bila anemianya hipokromik atau miktositik harus
dikesampingkan adanya anemia defisiensi besi, talasemia/hemoglobinopati
lainnya.
4. Gagal ginjal akut (urine kurang dari 400 ml/24 jam pada orang dewasa atau 12
ml/kg BB pada anak-anak) setelah dilakukan rehidrasi, disertai kreatinin > 3 mg/dl.
5. Edema paru non-kardiogenik/ARDS (adult respiratory distress syndrome).
6. Hipoglikemi : gula darah < >
7. Gagal sirkulasi atau syok : tekanan sistolik < > 10C:8).
8. Perdarahan spontan dari hidung atau gusi, saluran cerna dan disertai kelainan
laboratorik adanya gangguan koagulasi intravaskuler
9. Kejang berulang lebih dari 2 kali/24 jam
10. Makroskopik hemoglobinuri oleh karena infeksi malaria akut (bukan karena obat
anti malaria/kelainan eritrosit (kekurangan G-6-PD)
11. Diagnosa post-mortem dengan ditemukannya parasit yang padat pada pembuluh
kapiler pada jaringan otak.
3.9 Prognosis

Di Amerika Serikat, kebanyakan orang dengan malaria memiliki prognosis yang


sangat baik jika mereka diperlakukan dengan baik dengan obat antimalaria. Tanpa
pengobatan, malaria dapat berakibat fatal, terutama P. falciparum. Orang dengan malaria
berat memiliki bahaya terbesar kematian. Dari 10% sampai 40% orang dengan malaria
berat mati bahkan dengan perawatan medis canggih. P. falciparum adalah lebih mungkin
menyebabkan penyakit parah di kalangan anak-anak, wanita hamil dan wisatawan yang
terkena malaria untuk pertama kalinya.

Prognosis malaria tergantung kepada jenis malaria yang menginfeksi. Malaria


tanpa komplikasi biasanya akan membaik dengan pengobatan yang tepat. Tanpa
pengobatan, infeksi Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale dapat berlanjut dan
menyebabkan relaps sampai 5 tahun. Infeksi Plasmodium malariae bisa bertahan lebih
lama daripada Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale.

Infeksi Plasmodium falciparum dapat menyebabkan malaria serebral yang


selanjutnya dapat mengakibatkan kebingungan mental, kejang dan koma. Prognosis
untuk infeksi Plasmodium falciparum lebih buruk dan dapat berakhir dengan kematian
dalam 24 jam sekiranya tidak ditangani dengan cepat dan tepat. (Medical Disability
Guidelines, 2009)

Anda mungkin juga menyukai