Anda di halaman 1dari 6

Review Buku Latihan Keterampilan Konseling Seni Memberikan Bantuan

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling
dengan dosen pengampu Drs. Sudjani., M.Pd.

Disusun Oleh:
Moch Ramadhan Rama Akbar 1806255
Kelas:
Pendidikan Teknik Bangunan B

Prodi Pendidikan Teknik Bangunan


Departemen Pendidikan Teknik Sipil
Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung 40154 Telp. 022-2001197 Email:
pmb@upi.edu
2019
Pendahuluan

1. Identitas Buku

Judul : Latihan Keterampilan Konseling Seni Memberikan Bantuan

Penulis : D.r.,Md. Dahlan

Penerbit : Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga


Kependidikan , Jakarta

Tahun terbit: Cetakan pertama, 1987

Ukuran : 21,5 cm x 14,75 cm

Tebal : 1,8 cm atau 268 halaman

2. Ringkasan

Pertemuan pertama kali dengan klien, memberikan makna tersendiri, baik


bagi konselor ataupun klien. Mungkin pertemuan pertama itu menjadi yang
terakhir, apabila klien tidak mau lagi berhubungan dengan konselor. Tanpa
melihat apakah konselot terampil atau tidak, klien tidak akan kembali apabila
kosenlor terlalui memandanf pentig kehadiranya dalam pertemuan dengan klien.

Tiap klien yang memintua bantuan kepada konselor, memiliki harapan yang
unik. Sekiranya konselor tidak menyentuh atau kurang mengembanfkan harapan
mereka selama pertemuan awal, klien itu akan merasa kecewa.

Pada umumnya, klien mengharapkan perlakuan khusus dari konselor.


Sebagai contoh bahwa apabila klien berkata pada konselor mengenai dirinya
yang mengalami frustasi, maka konsep itu bagi berbagai klien akan berbeda-
beda. KArena itu maka konselor hendaknya memberikan respon yang mengarah
pada pengungkapan prasaan klien.

Ada dua tugas pokok yang perlu dilaksanaka konselor dalam rangka
memberikan bantuan, yaitu: (a) mengembangkan hubungan dengan klien
sehingga klien dapat dapat bekerja sama secara penuh dalam proses
menanggulangi masalah yang dihadapinya: dan (b) membantu klien
mengidentifikasi dan memperjelas situasi masalah yang akan ditanggulangi.

Dalam usaha mengendalikan diri agar dapat hidup dan membantu orang lain
secara efektif, diharapkan konselor memiliki kemampuan untuk memaparkan
pengalaman dan tugas hidupnya.

Kadang-kadang ada orang yang kurang mampu menyelesaikan masalahnya


sendiri disebabkan oleh dirinta yang tidak memiliki keterampilan yang
diperlukan. Sebagai contoh, seorang mahasiswa tidak memiliki keterampilan
berkomunikasi dengan kawan sekelasnya, sehingga ia tersisihkan dalam kelas.

Dalam wawancara konseling seringkali klien melontarkan berbagai


masalah, sehingga konselor diharapkan mampu membantu membingbing klien
dalam masalah yang akan dihadapinya.

Keterampilam Challenging mencakupi berbagai jenis kegiatan seperti


meringkas, memberikan informasi, empati yang akurat tahap lanjutan,
konfrontasi, membeberkan pengalaman sendiri dan mencari hubungan lebih
lanjut.

Yang dimaksud dengan tujuan dalam proses konseling adalah penjabaran


kehendak klien untuk melakukan sesuatu agar dapat menguasai situasi masalah
lebih efektif. Dibandingkan dengan prpgram, aspek tujuan membahas apa yang
akan dilakukan.

Tujuan konseling menunjuk apa yang klien inginkan untuk mengatasi


situasi masalah yang dihadapinya. Masalah ayng dihadapinya, sedang program
menuinjuk pada bagaimana klien memenuhi tujuan yang telah mereka tetapkan.

Dalam memilih program terbaik yang tepat ada dua bentuk latihan yang
dapat diikuti. Yaitu (a) memilih unsur-unsur program; dan (b) menata urutan
langkah-langlah program.

Untuk melaksanakan program, diperluka syumber pendukung yang dapat


dikelola oleh yang bersangkutan. Karena itu konselor hendaknya mampu
menganalisis dan mengidentifikasi sumber pendukung untuk mempermudah
pelaksaan koseling.

3. Review Buku
Dahlan, Dr., Md. (1987). Latihan Keterampilan Konseling Seni
Memberikan Bantuan.Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan

Buku ini akan lebih cocok digunakan sebagai buku pedoman bagi
orang-orang yang ingin terampil dalam konseling. Karena dilihat dari daftar
isinya, semua cakupan pembahasan mengenai konseling itu ada. Mulai dari
identifikasi masalah sampai ke penanganan. Termasuk program dan tujuan
konseling serta seni-seni dalam berkonseling agar kegiatan konseling bagi
klien mendapatkan pengalaman yang berkesan.
Saat pertama kali melihat daftar isinya, buku ini tidak menggunakan
BAB dalam memisahkan pokok pembahasan satu dengan yang lain.
Melainnkan menggunakan angka romawi saja. Walau begitu, tiap-tiap
pokok pembahasan beserta sub pembahasanya dapat dikelompokan dengan
sangat akurat dan pembaca dapat lebih memahami tiap pembahasan dan
memudahkan pembaca jika hanya ingi membaca topik tertentu saja.
Dalam segi Bahasa, buku ini seperti pada buku pedoman pada
umumnya. Menggunakan Bahasa yang baku sesuai aturan penulisan Ejaan
Bahasa Indonesia. Penggunaan Bahasa baku pada buku ini dirasa cocok
karena lebih terkesan serius dan tidak menimbulkan pernyataan ambigu
karena alangkah bahanya jika buku tentang konseling memiliki pernyataan
yang ambigu. Akan berakibat kepada pengaplikasian teori yang tidak
seharusnya.
Pada setiap akhir bab, terdapat tabel, uraian kosong atau esai yang
ditujukan untuk konseling. Tentunya tabel, uraian, esai tersebut disesuaikan
dengan pembahasan yang dibahasnya. Ini memudahkan bagi para pembaca
untuk belajar konsuleng secara bertahap
Pada isi pembahasan, diberikan beberapa contoh kasus penanganan
klien dengan berbagai permasalahan sesuai dengan pembahasan masing-
masing. Ada juga contoh percapakan dengan klien yang sering terjadi pada
umumnya. Seolah-olah pembaca diajak ikut merasakan menjadi seorang
konselor atau klien dengan sudut pandang yang berbeda. Dengan begitu
pembaca akan lebih memahami dan memaknai isi pembahasan bbuku ini.
Secara keseluruhun, buku ini sangat dianjurkan bagi mereka yang
telah paham ilmu konseling karena dengan membaca buku ini diharapkan
kegiatan konseling tidak hanya kegiatan memberikan bantuan atau arahan
saja. Tetapi memiliki kesan bagi seorang konselor atau klien karena
memakai seni. Pembahasan dalam buku ini sudah sangat cukup bahkan
dibilang lengkap.
Kekuranganya karena buku ini merupakan cetakan lama dan sampai
saat ini, belum ada cetakan terbaru buku ini. Jadi sangat disayangkan orang-
orang yang pertama kali menemukan buku ini mungkin akan merasa enggan
membacanya karena sampulnya dan halamannya yang sudah sangat
kuning/coklat padahal isi buku ini sangat bagus.
Buku ini membahas seni dalam memberikan bantuan konseling yang
isinya mencangkup teori, contoh permasahan, esai dan sedikit tabel untuk
memahami para pembaca dalam mencerna isinya.

4. Identitas buku yang dibandingkan


Judul : Pengantar Teori Konseling
Penulis : Drs. Rosjidan
Penerbit :Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan , Jakarta
Tahun terbit: Cetakan pertama, 1988
Ukuran 22 cm x 15 cm
Tebal : 2 cm atau 268 halaman

5. Isi perbandingan buku


Buku karangan Drs. Rosjidan memiliki sedikit persamaan dengan
buku karangan D.r.,Md. Dahlan. Sama-sama membahasan tentang
konseling, buku karangan Drs. Rosjidan lebih membahas ke berbagai teori
tentang konseling. Sayangnya dalam buku ini tidak memiliki daftar isi,
tentunya ini akan sangat menyulitkan pembaca dalam mencari pembahasan
apa saja didalam buku ini. Pembahasan buku ini menggunakan system BAB
jadi antar BAB memiliki pokok pembahasan yang berbeda.Buku ini
harusnya diterbitkan terlebih dahulu karena isinya seperti pengantar dari
buku karangan D.r.,Md. Dahlan.
Ibaratnya buku ini seperti teori dan buku itu sebagai
pengaplikasianya. Dari segi pembahasan, buku ini sudah lengkap dengan
melampirakn banyak teori dari berbagai sumber. Cara penulisan kalimatnya
juga cukup dimengerti karena menggunakan Bahasa baku. Jadi dari segi
Bahasa buku ini sama denga buku sebelumnya.
Walau lebih baru satu tahun, dan diterbitkan oleh penerbit yang
sama. Sayangnya buku ini tidak memiliki daftar isi sebagai acuan dalam
mencari pokok pembahasan

Anda mungkin juga menyukai