Anda di halaman 1dari 12

BAB I Pendahuluan

Telah diyakini bahwa Al-Qur’an berisi petunjuk bagi manusia.


Ajaran-ajarannya disampaikan secara fariatif serta dikemas sedemikian
rupa. Ada yang berupa informasi, perintah dan laranagan, dan ada juga
yang dimodifikasi dalam bentuk diskripsi kisah-kisah yang mengandung
ibrah, yang dikenal dengan istilah ayat-ayat kauliyah dan ayat-ayat
qauniyah.

Pada makalah ini kami akan mencoba membahas mengenai ayat-


ayat kauliyah dan ayat qauniyah yang Allah berikan kepada manusia
secara indrawi atau lewat penelitian dan observasi (al-mubasyiyah) untuk
mengungkap gejala-gejala atau fenomena kauniyah. Di dalam Al-Qur’an
Allah menjelaskan kekuasaannya dengan contoh-contoh kebenaranya
alam ini agar kita semua dapat mengetahui dengan jelas siapa yang
menciptakan alam semesta ini dan siapa yang berhak kita sembah
semestinya, karena kita sebagai ciptaanya. Dalam pembahasan ini hanya
sedikit akan menjelaskan dan membuktikan bahwa alam semesta ini
memang hanya Allah lah yang menciptakan dan agar kita mengetahui apa
sebenarnya tujuan Allah menurunkan Al-Quran yang telah banyak
memberikan contoh-contoh mengenai alam semesta ini.

1
BAB II Pembahasan

A. Pengertian Ayat Qauliyah dan Kauniyah


b. Ayat Qauliya
Ayat-ayat qauliyah adalah ayat-ayat yang difirmankan oleh Allah
swt. di dalam Al-Qur’an. Ayat-ayat ini menyentuh berbagai aspek,
termasuk tentang cara mengenal Allah.
Quran Surah At-Tin (95): 1-5 Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun, dan demi
bukit Sinai, dan demi kota (Mekah) ini yang aman; sesungguhnya Kami
telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian
Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka).
c. Ayat Kauniyah
Ayat kauniyah adalah ayat atau tanda yang wujud di sekeliling yang
diciptakan oleh Allah. Ayat-ayat ini adalah dalam bentuk benda, kejadian,
peristiwa dan sebagainya yang ada di dalam alam ini. Oleh karena alam
ini hanya mampu dilaksanakan oleh Allah dengan segala sistem dan
peraturanNya yang unik, maka ia menjadi tanda kehebatan dan
keagungan Penciptanya.
Quran Surah Nuh (41): 53 Kami akan memperlihatkan kepada
mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada
diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah
benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi
atas segala sesuatu?
B. Keserasian Ayat-Ayat Qauliyah Dan Kauniyah
Allah SWT menurunkan ayat-ayat (tanda kekuasaan)-Nya melalui 2
jalur formal yaitu ayat qouliyah dan jalur non-formal yaitu ayat kauniyah.
Ayat qouliyah adalah kalam Allah (Al-Qur’an) yang diturunkan secara
formal kepad Nabi Muhammad SAW. Sedangkan ayat kauniyah adalah
fenomena alam, jalurnya tidak formal dan manusia mengeksplorasi
sendiri.

2
Al-Quran Al-Karim, yang terdiri dari 6.236 ayat itu, menguraikan
berbagai persoalan hidup dan kehidupan, antara lain menyangkut alam
raya dan fenomenanya. Uraian-uraian sekitar persoalan sering tersebut
sering di sebut ayat-ayat kauniyah. Tidak kurang dari 750 ayat yang
secara tegas menguraikan hal-hal diatas. jumlah ini tidak termaksud ayat-
ayat yang menyinggungnya secara tersirat.
C. Al-Quran Dan Alam Raya
Berbicara mengenai alam dan fenomenanya. Paling sedikit ada dua
hal yang dapat dikemukakan menyangkut hal tersebut:
1. Al-Quran memerintahkan dan/ atau menganjurkan kepada manusia
untuk memperhatikan dan mempelajari alam raya dalam rangka
memperoleh manfaat dan kemudahan bagi kehidupan dan
mengantarkan kepada kesadaran-kesadaran akan ke Esaan dan
ke Maha Kuasaan Allah SWT.
2. Alam dan segala isinya beserta hukum-hukum yang mengaturnya,
diciptakan, dimiliki, dan dibawah kekuasaan Allah SWT serta diatur
dengan sangat teliti.
Alam raya tidak bisa dilepaskan dari ketetapan-ketapan tersebut,
kecuali jika dikehendaki oleh Allah SWT.
Eksplorasi terhadap ayat kauniyah inilah yang kita kenal sebagai sains,
yang kemudian dalam aplikasinya disebut teknologi. Sains dan teknologi
(saintek) ini adalah implementasi dari tugas manusia sebagai khalifah fil
ardhi untukmemakmurkan bumi. Karenanya bagi seorang muslim, saintek
adalah sarana hidup untuk mengelola bumi, bukan membuat kerusakan.
Paradigma seorang muslim terhadap ayat-ayat Allah ini, baik ayat
qouliyah (Al-Qur’an) maupun kauniyah (fenomena alam) adalah mutlak
benar dan tidak mungkin bertentangan, karena keduanya berasal dari
Allah. Pada faktanya sains yang telah ”proven” (qath’i) selaras dengan Al
Qur’an seperti tentang peredaran bintang, matahari dan bumi pada
orbitnya. Namun sains yang masih dzanni (teori) kadang bertentangan

3
dengan yang termaktub dalam Al-Qur’an seperti teori evolusi pada
manusia.
Allah swt. menuangkan sebagian kecil dari ilmu-Nya kepada umat
manusia dengan dua jalan. Pertama, dengan ath-thariqah ar-rasmiyah
(jalan resmi) yaitu jalur wahyu melalui perantaraan malaikat Jibril kepada
Rasul-Nya, yang disebut juga dengan ayat-ayat qauliyah. Kedua, dengan
ath-thariqah ghairu rasmiyah (jalan tidak resmi) yaitu melalui ilham kepada
makhluk-Nya di alam semesta ini, tanpa melalui perantaraan malaikat
Jibril. Kemudian jalan ini disebut juga dengan ayat-ayat kauniyah.
Ayat-ayat qauliyah mengisyaratkan kepada manusia untuk mencari ilmu
alam semesta (ayat-ayat kauniyah), oleh sebab itu manusia harus
berusaha membacanya, mempelajari, menyelidiki dan merenungkannya,
untuk kemudian mengambil kesimpulan. Allah swt. berfirman: “Bacalah (ya
Muhammad) dengan nama Tuhanmu Yang Menciptakan, Dia telah
menciptakan manusia dari ‘alaq. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha
Pemurah. Yang Mengajar (manusia) dengan perantaraan alam. Dia
mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-
‘Alaq:1-5)
Saintis muslim bukan berhenti pada observasi dan menjelaskan
fenomena alam, namun mesti mencapai level orang yang berakal ulil
albab (QS Ali Imron 190-191). Akal berbeda dengan kecerdasan otak.
Hewan pun mempunyai kecerdasan, namun tidak mempunyai akal.
Karenanya orang yang tidak menggunakan akal diumpamakan binatang
ternak (QS.Al-A’raf:179).
Akal adalah kerja qalbu yang berada dalam dada (sebagaimana
disebutkan dalam QS.Al-Hajj ayat 46), merupakan kemampuan untuk
mengambil pelajaran. Kata ulil albab biasa disebut dalam Al-Qur’an
setelah pemaparan fenomena alam, untuk menunjukkan orang yang biasa
mengambil pelajaran. Kata “yafqohuun” (memahami), ya’qiluun
(menggunakan akal) dalam Al-Qur’an dinisbatkan pada qalbu (QS.22:46,
7:179).

4
”maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi,lalu mereka
mempunyai qalbu yang dengan itu mereka dapat memahami atau
mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar ? Karena
sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah qalbu
yang di dalam dada.”/ Ayat di atas didahului dengan ayat tentang
pemaparan fenomena kaum-kaum yang diadzab.
Berkaca dari makna akal dalam Al-Qur’an ini, maka semestinya
penemu disket, penemu memori jika barakal maka akan sampai pada
keyakinan tentang akhirat, tentang kesaksian dan pencatatan amal-amal
manusia, dan hari pembalasan.
Dalam sejarah peradaban Islam, para ilmuwan adalah juga ahli
dalam agama karena memahami kedudukan saintek dalam Islam. Mereka
belajar ayat qouliyah dan juga belajar ayat kauniyah. Kontribusi ilmu
pengetahuan para ilmuwan muslim menjadi tonggak kemajuan iptek di
barat.
Dalam bidang matematika ada algorithm, algebra yang merupakan
nama matematikawan muslim (Alkhawarizm, Aljabar). Juga angka Arab
yang dengannya perhitungan menjadi mudah. Dalam bidang kimia ada
istilah alkemi (chemistry), alkali, alkohol. Nama-nama ilmuwan muslim spt
Ibnu Sina (Avicena), Ibnu Rusyd (Averous), Ibnu Khaldun menjadi nama
yang gemilang. Bidang-bidang yang sangat gemilang pada masa
kejayaan peradaban Islam adalah kedokteran, matematika, dan
astronomi, karena menjadi kebutuhan langsung seperti menentukan kiblat
dan waktu-waktu ibadah.
Dalam pandangan seorang muslim ayat qauliyah akan memberikan
petunjuk/isyarat bagi kebenaran ayat kauniyah, misalnya surat An-Nur
(24):43 mengisyaratkan terjadinya hujah, surat Al-Mukminun (23):12-14
mengisyaratkan tentang keseimbangan dan kesetabilan pada istem tata
surya, surat Al-Ankabut(29):20 mengisyaratkan adanya evolusi pada
penciptaan makhluk di bumi, surat AZ-Zumar (39):5 dan surat an-Naml
(27): 28 mengisyaratkan adanya rotasi bumi dan bulatnya bumi,sebaliknya

5
ayat kauniyah akan menjadi bukti (Al-Burhan) bagi kebenaran ayat
qauliyah (lihat surat Al-Fushshilat 41:53)

ِ ‫ق َو ِفي أ َ ْنفُ ِس ِه ْم َحت َّ ٰى َيتَ َبيَّنَ لَ ُه ْم أَنَّهُ ْال َح ُّق ۗ أَ َولَ ْم َي ْك‬
‫ف ِب َر ِب َك‬ ِ ‫سنُ ِري ِه ْم آ َيا ِتنَا ِفي ْاْلفَا‬
َ
‫ش ِهيد‬
َ ٍ‫ش ْيء‬َ ‫علَ ٰى ُك ِل‬ َ ُ‫أ َنَّه‬
Dengan demikian,Pada pasal ini akan dijelaskan dan diberikan contoh
hubungan antara ayat Qauliyah sebagai petunjuk wahyu yang
memberikan isyarat global tentang fenomena iptek, untuk membantu
menjelaskan dan mencocokkan terhadap ayat kauniyah. Banyak sekali
contoh yang dapat dikemukakan, akan tetapi karena keterbatasan ruang,
maka dalam hal ini akan dikemukakan dua contoh saja yang amat
terkenal yaitu “Siklus Hidrologi” dan “Konsep Tentang Alam Semesta”.
a. Ayat/Fenomena Kauniyah
Dari hasil observasi dan penelitian yang berulang-ulang bahwa “siklus
hidrologi” atau sirkulasi air (hydrologi cycle) dapat dijelaskan sebagai
berikut:
Siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang terjadi akibat radiasi/panas
matahari, sehingga air yang dilaut, sungai, dan juga air pada tumbuh-
tumbuhan mengalami penguapan ke udara (transpiration), sehingga
dikenal sebagai evapotranspiration, lalu uap air tersebut pada ketinggian
tertentu menjadi dinggin dan terkondensasi menjadi awan. Akibat
angin,berkumpulan awan dengan ukuran tertentu dan terbuat awan hujan,
karena pengaruh berat dan gravitasi kemudian terjadilah hujan. Beberapa
air hujan ada yang mengalir di atas permukaan. Tanah sebagai aliran
limpasan (overland flow) dan ada yang terserap kedalam tanah
(infiltrasioan). Aliran limpasan selanjutnya dapat mengisi tampungan-
cekungan (depresioan storage). Apabila tampungan ini telah terpenuhi, air
akan menjadi limpasan-permukaan (surface run off) yang selanjutnya
mengalir kelaut. Sedangkan air yang terinfiltrasi, bisa keadaan formasi
geologi memungkinkan, sebagian dapat mengalir di lapisan tidak kenyang
air sebagai aliran antara (subsurface flow/interflow). Sebagian yang lain

6
mengalir vertikal yang disebut dengan “perkolasi” (percolation) yang akan
mencapai lapisan kenyang air (saturated zone/aquifer). Air dalam akifer
akan mengalir sebagai air tanah (grounwter flow/base flow) ke sungai atau
ketampungan dalam (deep storage). Siklus hirologi ini terjadi terus-
menerus atau berulang-ulang dan tidak terputus.
b. Ayat/Fenomena Qauliyah
Pada penjelasan fenomena kauliyah, dapat kita tarik kesimpulan
bahwaq “siklus hidrologi” memiliki 4 (empat) macam proses yang saling
menguatkan, yaitu:
1. hujan/presipitasi.
2. penguapan/evaporasi.
3. infiltrasi dan perkolasi (peresapan).
4. lipatan permukaan (surface runoff) dan limpasan air tanah
(subsurface rzr noff)
Isyarat adanya fenomena “siklus hidrologi” dapat kata lihat pada surat
An-Nur (24) ayat 43, yaitu:
‫اء‬ َّ ‫ف بَ ْينَهُ ث ُ َّم يَجْ عَلُه ُ ُركَا ًما َفت ََرى ْال َودْقَ يَ ْخ ُر ُج ِم ْن ِخ ََل ِل ِه َويُن َِز ُل ِمنَ ال‬
ِ ‫س َم‬ ُ ‫س َحابًا ث ُ َّم ي َُؤ ِل‬ َ َّ ‫أَلَ ْم ت ََر أ َ َّن‬
َ ‫َّللا ي ُْز ِجي‬
‫ار‬
ِ ‫ص‬َ ‫سنَا بَ ْرقِ ِه يَ ْذهَبُ ِب ْاْل َ ْب‬ َ ُ‫ص ِرفُه‬
َ ‫ع ْن َم ْن يَشَا ُء ۖ يَكَا ُد‬ ْ َ‫ُصيبُ ِب ِه َم ْن يَشَا ُء َوي‬ ِ ‫ِم ْن ِجبَا ٍل فِي َها ِم ْن بَ َر ٍد فَي‬
Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, Kemudian
mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, Kemudian menjadikannya
bertindih-tindih, Maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-
celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit,
(yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, Maka
ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-
Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat
awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan. (An Nur: 43)
Pada ayat diatas, menunjukkan adanya proses inti yang sedang
berlangsung dan merupakan bagian dari proses “siklus hidrologi.”Kedua
proses itu, yaitu proses penguapan (evaporasi)yang ditunjukkan dengan
kata “awan”dan proses hujan (presipitasi)yang berupa keluarnya air dan

7
butiran es dari awan. Dimana awan adalah massa uap air yang terkumpul
akibat penguapan dan kondisi atmosfir tertentu. Menurut Prof. Sri Harto
(2000) seorang pakar biologi, awan dalam keadan ini yang kalau masih
mempunyai butir-butir air berdiameter lebih kecil dari 1mm masih akan
melayang-layang di udara karena berat butir-butir tersebut masih lebih
kecil daripada gaya tekan ke atas udara. Sehingga pada kondisi ini awan
masih bisa bergerak terbawa angin, kemudian berkumpul menjadi banyak
dan bertindih-tindih (bercampur), dalam ayat lain awan menjadi
bergumpal-gumpal seperti pada surat Ar-Arum(30)ayat 48:

َ ‫ْف يَشَا ُء َو َي ْجعَلُهُ ِك‬


‫سفًا‬ َ ‫اء َكي‬ ُ ‫س‬
َّ ‫طهُ فِي ال‬
ِ ‫س َم‬ ُ ‫س َحابًا فَيَ ْب‬
َ ‫ير‬ ِ ‫َّللاُ الَّذِي ي ُْر ِس ُل‬
ُ ِ‫الريَا َح فَتُث‬ َّ
‫اب ِب ِه َم ْن َيشَا ُء ِم ْن ِع َبا ِد ِه ِإ َذا ُه ْم‬
َ ‫ص‬َ َ ‫فَت َ َرى ْال َو ْدقَ َي ْخ ُر ُج ِم ْن ِخ ََل ِل ِه ۖ فَإ ِ َذا أ‬
َ‫َي ْست َ ْب ِش ُرون‬
Allah, dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan
Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan
menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-
celahnya, Maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya
yang dikehendakiNya, tiba-tiba mereka menjadi gembira. (Ar-Arum: 48).
Demikian jelaslah bahwa dengan terbawanya awan oleh pergerakkan
angin, maka awan akan berkumpul menjadi banyak dan bergumpal-
gumpal. Akibat berbagai sebab klimatologis seperti pengaruh kondensasi,
awan tersebut dapat menjadi awan yang potensial menimbulkan hujan,
yang biasanya menurut Sri Harto (2000) terjadi bila butir-butir berdiameter
lebih besar dari pada 1mm.
Sehingga pada ayat diatas “hujan keluar dari celah-celahnya”awan,
maksudnya secara ilmiah “hujan” turun tidak seperti menggelontornya air,
melainkan berupa butir-butir air kecil (lebih besar dari pada 1mm)yang
turun dari awan akibat pengaruh berat dan gravitasi bumi, seperti jatuhnya
tetes-tetes air dari celah-celah mata air. Sedangkan turunya butiran-
butiran es langit, itu disebabkan apabila gumpalan-gumpalan awan pada
ketinggian tertentu dan kondisi atmosfir tertentu mengalami kondensasi

8
sampai mencapai kondisi titik beku, sehingga terbentuklah gunung-
gunung es. Kemudian karena pengaruh berat dan gravitasi bumi sehingga
jatuh/turun ke permukaan bumi, dan dalam perjalananya dipengaruhi oleh
temperatur, pergerakan angin dan gesekan lapisan udara , maka gunung
es itu peceh menjadi butir-butir es yang jatuh ke permukaan bumi.
Bila terjadi hujan masih besar kemungkinan air teruapkan kembali
sebelum sampai di permukaan bumi, karena keadaan atmosfir tertentu.
Hujan baru disebut sebagai hujan apabila telah sampai di permukaan
bumi dapat diukur. Air hujan yang jatuh di permukaan bumi terbagi
menjadi 2 bagian, yaitu sebagai air lintasan dan sebagai air yang meresap
ke dalam tanah (Sri Harto.2000). Kaidah-kaidah atas di tunjukkan pula
pada surat Al-Mukminun 23 ayat 18:

َ‫ب بِ ِه لَقَاد ُِرون‬


ٍ ‫علَ ٰى َذهَا‬ ِ ‫اء َما ًء بِ َق َد ٍر فَأ َ ْس َكنَّاهُ فِي ْاْل َ ْر‬
َ ‫ض ۖ َوإِنَّا‬ َّ ‫َوأ َ ْنزَ ْلنَا ِمنَ ال‬
ِ ‫س َم‬
Dan kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu kami jadikan
air itu menetap di bumi, dan Sesungguhnya kami benar-benar berkuasa
menghilangkannya.(Al-Mukminun :18)
Pada ayat diatas Allah menurunkan hujan menurut suatu ukuran
sehingga hujan yang sampai di permukaan bumi dapat di ukur. Hanya
tinggal kemampuan manusai sampai dimana tingkat validitasnya dalam
mengukur dan memperkirakan jumlah atau kuantitas hujan. Sehingga
timbul beberapa teori pendekatan dalam analisis kuantitas hujan yang
menjadikan berkembangnya ilmu hidrologi. ”Lalu Kami jadikan air itu
menetap di bumi”. Maksudnya adalah air yang jatuh dari langit itu tinggal
di bumi menjadi sumber air, sebagai mana tercantum dalam surat Az-
Zumar 39 ayat 21:

ً ‫ض ث ُ َّم ي ُْخ ِر ُج ِب ِه زَ ْر‬


‫عا‬ ِ ‫سلَ َكهُ يَنَا ِبي َع فِي ْاْل َ ْر‬ َ َ‫اء َما ًء ف‬ َّ ‫َّللا أ َ ْنزَ َل ِمنَ ال‬
ِ ‫س َم‬ َ َّ ‫أَلَ ْم ت َ َر أ َ َّن‬
‫طا ًما ۚ ِإ َّن فِي ٰ َذ ِل َك لَ ِذ ْك َر ٰى ِْلُو ِلي‬ ْ ‫ُم ْخت َ ِلفًا أ َ ْل َوانُهُ ث ُ َّم َي ِهي ُج فَت َ َراهُ ُم‬
َ ‫صفَ ًّرا ث ُ َّم يَ ْج َعلُهُ ُح‬
ِ ‫ْاْل َ ْلبَا‬
‫ب‬

9
Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah
menurunkan air dari langit, Maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di
bumi Kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang
bermacam-macam warnanya, lalu menjadi kering lalu kamu melihatnya
kekuning-kuningan, Kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran
bagi orang-orang yang mempunyai akal.( Az-Zumar: 21)
Sumber-sumber air dibumi bisa berupa air sebagai aliran limpasan
seperti air sungai, danau, dan laut. Juga bisa berupa air tanah (graund
water) segagai akibat dari infiltrasi seperti air sumur , air artesi dan sungai
bawah tanah.
Dan sesungguhnya kami benar-benar berkuasa
menghilangkannya. Maksudnya Allah berkuasa untuk menghilangkan
sumber-sumber air tadi, seperti dengan cara kemarau panjang (akibat
siklus musim yang dipengaruhi oleh pergerakan matahari disekitar
equator), sehinga tidak ada suplei air sebagai pengisian (recharge
kedalam permukaan tanah atau bawah permukaan tanah. Sedangkan,
proses pengnguapan, pergerakan air permukaan dan pergerakan air
tanah berlangsung terus-menerus,sehinga lapisan air tanah (water table)
menjadi turun dan sumber mata air menjadi berkurang, bahkan lebih
drastis lagi muka air tanah bisa turun mencapai lapisan akuifer artetis
yang kedap iar. Maka kondisi seperti itu seringkali terlihat sungai-sungai
kekeringan, sumur-sumur air dangkal kekeringan, muka air danau surut
dan bahkan ada yang sampai kering, dan pohon-pohon mengalami
kerontokan dan mati kekeringan. Kaidah-kaidan seperti ini sebagai mana
telah digambarkan pad surat Az-Zumar (39) ayat 21 di atas. Dengan
demikian bahwa kajian ayat-ayat qauliyah diatas meliputi suatu
sunnatullah “daur” yang terus menerus tidak terputus, yang disebut
sebagai “sijlus hidrologi”.

10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan

Ayat Qouliyah adalah kalam Allah (Al Qur’an) yang diturunkan secara
formal kepad Nabi Muhammad SAW. Sedangkan ayat kauniyah adalah
fenomena alam, jalurnya tidak formal dan manusia mengeksplorasi
sendiri.
Ayat-ayat qauliyah mengisyaratkan kepada manusia untuk mencari
ilmu alam semesta (ayat-ayat kauniyah), oleh sebab itu manusia harus
berusaha membacanya, mempelajari, menyelidiki dan merenungkannya,
untuk kemudian mengambil kesimpulan. Allah swt. berfirman: “Bacalah (ya
Muhammad) dengan nama Tuhanmu Yang Menciptakan, Dia telah
menciptakan manusia dari ‘alaq. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha
Pemurah. Yang Mengajar (manusia) dengan perantaraan alam. Dia
mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-
‘Alaq:1-5)

Dalam bericara tentang alam dan fenomenanya. Paling sedikit ada dua
hal yang dapat dikemukakan menyangkut hal tersebut:
a. Al-Quran memerintah kan atau menganjurkan kepada manusia untuk
memperhatikan dan mempelajari alam rayadalam rangka memperolh
manfaat dan kemudahan-kemudahan bagi kehidupanyadan
mengantarkan kepada kesadaran-kesadaran akan keesaan dan
kemahakuasaan Allah SWT.
b. Alam dan segala isinya beserta hukum-hukum yang mengaturnya,
diciptakan, dimiliki, dan dibawah kekuasaan Allah SWTsertadiatut dengan
sangat teliti.

11
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Baikuni. 1997. Al-Quan dan ilmu pengetahuan kealaman.
Yogyakarta. Dana Bakti Prima Yasa.
Al-Quran terjemahnya.1998. Semarang. Asy-Syifa.
Sri Harto.2000. Hidrologi :Teori, Masalah Dan Penyelesaian. Yogyakarta:
Nafiri
Yusuf Qardhawi. 1998. Al-Quran Berbicara Tentang Akal Dan Ilmu
Pengetahuan, (terj).
Abdul Hayyie Al-Kattani. Jakarta: Gema Isani.
Quraish shihab,1996. membumikan Al-Quran dan peraan wahyu dalam
kehidupan masyarakat, bandung, Mizan.
Zizuddin Sardar. 1977. Sains, Teknologi Dan Pembangunan Di Dunia
Isam.Bandung. Mizan.

12

Anda mungkin juga menyukai