Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia sekarang ini sedang mengalami permasalahan gizi ganda

(double burden). Selain masalah anak gizi kurang yang meliputi anak berat

badan kurang (underweight), kurus (wasting) dan anak pendek (stunting)

yang masih tinggi prevalensinya , juga ada kejadian kegemukan (overweight

dan obesitas) yang prevalesinya tinggi. Berdasarkan data dari Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan 37,2% anak balita

mengalami stunting atau pendek, 12,1% anak mengalami wasting atau kurus,

19,6% mengalami underweight atau berat badan kurang dan sebanyak

11,9% anak mengalami kegemukan.

Asupan zat gizi mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan

anak dari bayi. Diet yang seimbang tidak hanya berpengaruh terhadap

petumbuhan, tapi juga berfungsi sebagai imunitas, penunjang kemampuan

intelektual dan pembentukan emosional. Semua makanan yang dikonsumsi

bayi harus memenuhi kebutuhan gizinya. Pertumbuhan dan perkembangan

anak yang sehat tergantung pada asupan zat gizinya (Pakar Gizi Indonesia,

2016).

Makanan terbaik untuk bayi setelah lahir adalah Air Susu Ibu (ASI). ASI

mempunyai keunggulan baik ditinjau dari segi gizi, daya kekebalan tubuh,

psikologi, ekonomi dan sebagainya. Namun, dengan bertambahnya umur

bayi dan tumbuh kembangnya, bayi memerlukan energidan zat-zat gizi yang
melebih jumlah ASI. Bayi harus mendapatkan makanan tambahan atau

Makanan Pendamping ASI (MP ASI) (Hasdianah dkk, 2014).

Suatu penelitian di daerah miskin di Jakarta menunjukkan hanya 9,5

persen mendapat MP-ASI yang benar. (US-AID, Nutrition Report 2010). Data

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 jumlah anak usia 6-23

bulan dari keluarga miskin yang tersebar di 26 kabupaten/kota sebanyak

146.232 anak, yang mendapatkan MP ASI sebanyak 66.148 (45,23%).

Kabupaten yang cakupannya sudah mencapai 100% diantaranya Kabupaten

Banyumas, Banjarnegara, Purworejo, Boyolali, Klaten, Sragen, Blora,

Rembang, Temanggung, Kota Magelang 3 dan Pekalongan. Cakupan

terendahberada di Kabupaten Sukoharjo 1,97%. Namun pada tahun 2013

cakupan pemberian MP-ASI di Kabupaten Sukoharjo meningkat menjadi

25,88%, walaupun meningkat tetapi masih tergolong rendah.

Masalahnya karena kemiskinan dan kurangnya pendidikan keluarga,

banyak anak yang tidak memperoleh MP-ASI memenuhi prinsip gizi

seimbang, yaitu cukup energi, protein, lemak dan zat gizi mikro (vitamin dan

mineral). Secara tradisional, MP ASI dibuat sendiri dirumah. Susunan MPASI

buatan sendiri terkait dengan tingkat ekonomi, pendidikan, dan teknologi MP

ASI. Dikalangan keluarga tidak mampu komposisi MP ASI hanya terdiri dari

karbohidrat, sedikit protein dan lemak, tanpa zat gizi mikro. Di kalangan

menengah dan atas MP ASI umumnya mengandung cukup energi, lemak

dan protein, tetapi tidak cukup mengandung zat gizi mikro, terutama zat besi.

Padahal untuk bayi sampai anak usia 2 tahun kebutuhan zat besi meningkat

relatif cukup tinggi (Kemenkes, 2012).


Menurut Notoatmodjo (2010) pendidikan merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi pengetahuan dan sikap seseorang dan menurut

Citerawati (2012) bahwa masalah-masalah kesehatan dan gizi disamping

disebabkan oleh bibit penyakit (faktor biologis) juga diakibatkan oleh perilaku

manusia yang bersangkutan. Upaya untuk mengatasi masalah perilaku

tersebut dengan melalui pendidikan gizi yang berorientasi terhadap

perubahan perilaku.

Dalam melaksanakan proses pendidikan gzi memerlukan media sebagai

alat bantu. Media sudah tidak asing lagi dalam proses belajar mengajar,

kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting. Ketidakjelasan materi

yang disampaikan dapat dibantu dengan menggunakan media sebagai

perantara. Materi yang rumit akan disampaikan kepada sasaran dapat

disederhanakan dengan bantuan media.

Salah satu media yang dapat digunakan untuk memberikan informasi

secara efektif adalah media visual seperti lembar bolak balik atau Flipchart,

leaflet dan booklet. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Furi (2015)

memberikan hasil terdapat peningkatan pengetahuan ibu tentang gizi setelah

dilakukan penyuluhan menggunakan media lembar balik. Penelitian yag

dilakukan oleh Nur Syamsiyah (2013) menyebutkan bahwa terdapat

peningkatan pengetahuan ibu hamil tentang ASI eksklusif setelah dilakukan

penyuluhan dengan media leaflet, selain itu juga ada penelitian lain yang

menggunakan media sama yaitu leaflet yang menunjukkan hasil terdapat

peningkatan pengetahuan penggunaan buku kehamilan dan kesehatan anak

setelah diberi penyuluhan (Management in Health, 2015). Sebuah penelitian

yang dilakukan di Balikpapan menunjukkan peningkatan pengetahuan dan


sikap setelah penyuluhan tentang ASI eksklusif menggunakan media booklet

sebesar 13% dan 29% (International Journal of Science: Basic and Applied

Research, 2015).

Selain media visual juga terdapat media lain yang bisa digunakan dalam

memberikan informasi secara efektif yaitu media audio visual. Penelitian yang

dilakukan oleh Fitriyah (2015) menunjukkan terdapat peningkatan

pengetahuan ibu tentang MP ASI setelah dilakukan penyuluhan

menggunakan media audio visual. Penelitian yang dilakukan di negara lain

menunjukkan peningkatan pengetahuan tentang kesehatan makanan bayi

setelah diberikan penyuluhan menggunakan media audio visual (Journal of

the Canadian Dental Assocition, 2005).

Profil Kesehatan Kabupaten Sukoharjo tahun 2014 dilaporkan ada

sebanyak 325 anak (0,65%) berada di Bawah Garis Merah (BGM). Balita gizi

buruk dilaporkan ada sebanyak 10 anak dan terjadi penurunan dari tahun

2013 yaitu berjumlah 12 anak. Jumlah kasus terbanyak di wilayah

Kecamatan Bulu dan Kartasura masing-masing 2 anak.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian tentang efektivitas penggunaan media untuk

meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu tentang makanan pendamping ASI

(MP ASI) di Desa kenep Kabupaten Sukoharjo.


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah untuk penelitian

ini adalah “Bagaimanakah efektivitas penggunaan media untuk meningkatkan

pengetahuan dan sikap ibu tentang makanan pendamping ASI (MP ASI) di Desa

Kenep Kabupaten Sukoharjo?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

efektivitas penggunaan media untuk meningkatkan pengetahuan dan

sikap ibu tentang makanan pendamping ASI (MP ASI) di Desa Kenep

Kabupaten Sukoharjo.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi pengetahuan ibusebelum mendapatkan

penyuluhan tentang MP ASI.

b. Untuk mengidentifikasi sikap ibusebelum mendapatkan penyuluhan

tentang MP ASI.

c. Untuk mengidentifikasi pengetahuan ibusetelah mendapatkan

penyuluhan tentang MP ASI.

d. Untuk mengidentifikasi sikap ibusetelah mendapatkan penyuluhan

tentang MP ASI.

e. Untuk menganalisis pengaruh media leaflet terhadap peningkatan

pengetahuan ibutentang MP ASI

f. Untuk menganalisis pengaruh media leafletterhadap peningkatan

sikap ibutentang MP ASI


g. Untuk menganalisis pengaruh media buku saku terhadap peningkatan

pengetahuan ibutentang MP ASI

h. Untuk menganalisis pengaruh media buku sakuterhadap peningkatan

sikap ibuanak usia 6-24 bulan tentang MP ASI

i. Untuk menganalisis pengaruh media video terhadap peningkatan

pengetahuan ibutentang MP ASI

j. Untuk menganalisis pengaruh media videoterhadap peningkatan

sikap ibutentang MP ASI

k. Menganalisi media leaflet, buku saku dan video terhadap peningkatan

pengetahuan dan sikap ibu tentang MP ASI

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat dipergunakan sebagai berikut:

1. Bagi Institusi Terkait (Puskesmas Sukoharjo)

Sebagai bahan masukan untuk menentukan program penyuluhan yang

tepat kepada masyarakat terutama dalam penggunaan media

penyuluhan.

2. Bagi Responden (Ibu Balita)

Menambah pengetahuan dan diharapkan dapat merubah sikap tentang

arti penting pemberian MP ASI pada balita.

3. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan tentang penggunaan media yang baik untuk

penyuluhan.
E. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam penelitian ini dibatasi pada peningkatan

pengetahuan dan sikap ibu tentang MP ASI setelah diberi pendidikan gizi

dengan media leaflet, buku saku dan video di Desa Kenep Kabupaten

Sukoharjo.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. MPASI

a. Pengertian

Makanan Pendamping Air Susu Ibumerupakan makanan bayi yang

menyertai pemberian ASI, diberikan setelah bayi berusia 6 bulan

karena ASI tidak lagi memenuhi kebutuhan gizi bayi (Pakar Gizi

Indonesia, 2016).

Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) adalah makanan atau

minuman padat gizi bagi bayi dan anak berusia 6-24 bulan untuk

memenuhi kebutuhan gizi selain ASI. Prinsip MP ASI bukan

menggantikan ASI tetapi melengkapi ASI setelah bayi berusia 6

bulan (Kemenkes, 2013).

b. Makanan Lumat

Adalah makanan yang diberikan kepada bayi dalam bentuk halus

yang dilumatkan atau disaring. Contoh: bubur susu, bubur sumsum,

biskuit ditambah air panas, pepaya saring, pepaya dihaluskan,

dengan sendok, pisang dikerik dengan sendok, nasi tim saring,

bubur kacang ijo saring, kentang pure (Kemenkes, 2013).

c. Makanan Lembik

Adalah makanan yang diberikan kepada bayi dengan tekstur yang

lebih kasar/padat dibuat dari bahan makanan yang dicincang.


Contoh: nasi tim, bubur ayam, bubur kacang ijo, bubur manado

(Kemenkes, 2013).

d. Makanan Keluarga

Adalah hidangan keluarga dengan prinsip gizi seimbang, terdiri dari

makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah. Contoh: Nasi, ikan

bakar, semur tahu, sayur bening bayam, pisang (Kemenkes, 2013).

e. Tujuan pemberian MP ASI

Menurut Pakar Gizi Indonesia dalam buku Ilmu Gizi Teori dan

Aplikasi menjelaskan MP ASI mengandung mengandung zat gizi

yang diberikan pada bayi selama periode penyapihan

(complementary feeding), yaitu pada saat makanan atau minuman

lain diberikan bersama ASI. Beberapa tujuan pemberian MP ASI

antara lain :

1) Memenuhi kebutuhan gizi bayi

2) Mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima makanan

keluarga.

3) Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah atau

menelan (keteramplan oromotor).

2. Pemberian Makanan Bayi dan Anak Usia 6-23 Bulan

Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia dalam

bukunya Pedoman Pemberian MPASI Berbasis Pangan Lokal,

makanan bayi dan anak terdiri dari ASI dan MP-ASI. Berikan ASI

terlebih dahulu kemudian MP-ASI secara bertahap sesuai usia anak.

Anjuran pemberian makanan bayi dan anak dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Anjuran Pemberian Makanan Bayi dan Anak
MP-ASI
Usia (Bulan) ASI Makanan Makanan Makanan
Lumat Lembik Keluarga
0-6
6 -9
9-12
12-24
Sumber: Depkes RI, Panduan untuk Petugas Tentang ASI dan MP-ASI, 2009

Pola pemberian MP-ASI mencakup tekstur, frekuensi dan jumlah

rata-rata setiap kali makan menurut kelumpok usia. Sebelum pemberian

MP-ASI, ASI tetap diberikan semau bayi (8-10 kali per hari) dan dapat

diberikan makanan selingan 1-2 kali seperti sari buah dan jus buah. Pola

pemberian MP-ASI dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Pola Pemberian MP-ASI


Jumlah rata-
Usia Bentuk MP-ASI Frekuensi
rata/kali makan*)
Mulai dengan
makanan Mulai dengan 2-3
lumat/bubur halus, sdm/kali ditingkan
6-9 bulan lembut, cukup 2-3 x/hari bertahap sampai
kental, dilanjutkan ½ mangkok (±125
bertahap menjadi ml)
lebih kasar
Makanan lembik
misalnya
makanan yang
dicincang halus
atau disaring
kasar, ½ mangkok (±125
9-12 bulan 3-4 x/hari
ditingkatkan ml)
semakin kasar
sampai makanan
bisa
dipegang/diambil
dengan tangan
Makanan
¾ sampai 1
keluarga, bila
12-24 bulan 3-4 x/hari mangkok (175-
perlu masih
250 ml)
dicincang
Sumber: Kemenkes RI, Pedoman Pemberian Makanan Pendamping ASI
Berbasis Pangan Lokal, 2013
Catatan: Makan yang baik bagi anak maksimal 30 menit per kali makan
3. Persyaratan MP ASI

a. Jenis Bahan Makanan Beraneka Ragam

Bahan makanan yang akan diolah menjadi MPASI harus

mengandung sumber energi, protein, lemak, vitamin dan mineral.

Sumber energi dan zat gizi tersebut diperlukan oleh bayi dan anak

untuk tumbuh kembang optimal.

b. Dapat Diterima

MPASI yang dapat diterima oleh bayi dan anak harus memenuhi

syarat sebagai berikut:

1) Suhu hangat ( tidak panas tidak terlalu dingin).

2) Tidak menggunakan bumbu yang tajam dan merangsang seperti

merica, cabai, ketumbar, cuka dan lain sebagainya.

3) Tidak menggunakan gula, garam, penyedap rasa, pewarna dan

pengawet.

4) Tidak bertentangan dengan keyakinan masyarakat (halal).

c. Mudah Dibuat

MPASI hendaknya mudah dibuat dengan menggunakan peralatan

masak yang tersedia di rumah tangga dan pembuatannya tidak

memerlukan waktu lama.

d. Terjangkau dan Mudah Didapat

MPASI dapat diolah dari bahan-bahan yang harganya terjangkau

oleh masyarakat dan mudah diperoleh di daerah setempat. Menu

makanan disesuaikan dengan bahan pangan lokal dan diharapkan

akan mendorong perekonomian di pedesaan melalui penembangan

dan pendayagunaan potensi pertanian.


e. Aman

MPASI hendaknya bebas dari cemaran bakteri dan zat kimia sepert

peptisida. Oleh karena itu didalam pengolahan MP-ASI semua

bahan makanan yang akan digunakan harus dicuci bersih dengan

air mengalir dan memasaknya dengan suhu yang tepat.

Tanda makanan yang aman adalah bersih, utuh, segar dan tidak

tercemar, bahan beracun,/berbahaya. Tanda-tanda umum makanan

yang tidak aman bagu kesehatan antara lain: berlendir, berjamur

dan aroma serta rasa makanan berubah.

4. Perilaku

Perilaku kesehatan (health behaviour) adalah respon seseorang

terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit,

penyakit dan faktor-faktor yang mempengaruhi sehat-sakit (kesehatan)

seperti lingkungan, makanan, minuman dan pelayanan kesehatan.

Dengan perkataan lain perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau

kegiatan seseorang baik yang dapat diamati (observable) maupun yang

tidak dapat diamati (unobservable) yang berkaitan dengan pemeliharaan

dan peningkatan kesehatan (Notoatmodjo, 2010).

Perilaku seseorang adalah sangat kompleks dan mempunyai

bentangan yang sangat luas. Menurut Benyamin Bloom (1908) seorang

ahli psikologi pendidikan dalam buku Ilmu Perilaku Kesehatan karangan

Notoatmodjo membedakan adanya 3 area, wilayah, ranah atau domain

perilaku ini, yakni kognitif (cognitive), afektif (affective) dan psikomotor

(psychomotor).
Dalam perkembangan selanjutnya, berdasarkan pembagian

domain oleh Bloom ini, dan untuk kepentingan pendidikan praktis,

ditingkatkan menjadi 3 tingkat ranah perilaku yaitu pengetahuan, sikap

dan tindakan atau praktik:

a. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari penginderaan manusia atau hasil

tahu seseorang terhadap obyek melalui indera yang dimilikinya

(mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada

waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut

sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap

objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui

indra pendengaran (telinga) dan indra penglihatan (mata).

Pengetahan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau

tingkat yang berbeda-beda (Notoatmodjo,2010).

Secara garis besarnya dibagi dalan 6 tingkat pengetahuan, yakni:

1) Tahu (know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang

telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

2) Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek

tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan tetapi orang

tersebutdapat menginterpretasikan secara benar tentang objek

yang diketahui tersebut.


3) Aplikasi (Application)

Aplikasi dapat diartikan apabila orang yang telah memahami

objek yang di maksud dapat menggunakan atau

mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi

yang lain.

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan

memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen –

komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang

diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah

sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut

telah dapat membedakan atau memisahkan, mengelompokan,

membuat diagram terhadap pengetahuan atas objek tersebut.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukan suatu kemampuan seseorang untuk

merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis

dari komponen – komponen pengetahuan yang dimiliki.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk

melakuakn penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian

ini dengan sendirinya didasarkan pada kriteria yang ditentukan

sendiri atau norma – norma yang berlaku di masyarakat.

Terdapat tujuh faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang :

1) Pengalaman
Pengetauan dapat diperoleh dari pengalaman baik dari

pengalaman pribadi maupun pengalaman orang lain.

Pengalaman ini merupakan suatu cara untuk memperoleh

kebenaran suatu pengetahuan.

2) Ekonomi (pendapatan)

Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun

kebutuhan sekunder, keluarga dengan status ekonomi baik

akan lebih tercukupi bila dibandingkan keluarga dengan status

ekomoni rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan

kebutuhan akan informasi pendidikan yang termasuk ke dalam

kebutuhan sekunder.

3) Lingkungan sosial ekomoni

Manusia adalah makhluk sosial dimana di dalam kehidupan

saling berinteraksi satu dengan yang lainnya. Individu yang

dapat berinteraksi lebih banyak dan baik, maka akan lebih

besar ia terpapar informasi.

4) Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam

pemberian respon terhadap sesuatu yang datangnya dari luar.

Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon

yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan akan

berpikir sejauh mana keuntungan yang akan mereka dapatkan.

5) Paparan media massa atau informasi

Melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik berbagai

informasi dapat diterima oleh masyarakat, sehingga seseorang


yang lebih sering terpapar media massa (TV, radio, majalah

dan lain-lain) akan memperoleh informasi yang lebih banyak

dibandingkan dengan orang yang tidak terpapar inforasi media

massa.

6) Akses layanan kesehatan atau fasilitas kesehatan

Mudah atau sulitnya dalam mengakses layanan kesehatan

tentunya akan berpengaruh terhadap pengetahuan khususnya

dalam hal kesehatan.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara

atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur

dari subyek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2007).

b. Sikap

Menurut Notoatmodjo (2010) sikap adalah respon tertutup

seseorang terhadap stimulus atau obyek tertentu, yang sudah

melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-

tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik dan sebagainya).

Menurut Campbell (1950) yang dikutip dari Notoatmojo (2010)

mendefinisikan sangat sederhana, yakni : “An individual’s attitude is

syndrome of response consistency with regard to object”. Jadi jelas

disini dikatakan bahwa sikap itu suatu sindrom atau kumpulan

gejala dalam merespon stimulus atau objek. Sehingga sikap itu

melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan gejala kejiwaan yang

lain.

Seperti halnya pengetahuan sikap juga mempunyai tingkat-tingkat

berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut:


1) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).

2) Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi skap

karena degan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau

mengerjakan tugas yang diberikan.

3) Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan

dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu

indikasi sikap tingkat tiga.

4) Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya

dengan segala resiko adalah mempunyaisikap yang paling

tinggi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap menurut Azwar (2011)

antara lain:

1) Pengalaman pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman

pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu,

sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi

tersebut terjadi dalam situasi yang melinatkan faktor

emosional.
2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang

konformis atau searah dengan sikap yang dianggap penting.

3) Pengaruh kebudayaan

Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis

pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan

telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena

kebuyaanlah yang memberi corak pengalamn individu-individu

masyarakat asuhannya.

4) Media massa

Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media

komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual

disampaikan secara obyektif cenderung dipengaruhi oleh sikap

penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap

konsumennya.

5) Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Konsep moral dan ajaran agama dari lembaga pendidikan dan

lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan

tidaklah mengherankan jika kalau pada gilirannya konsep

tersebut mempengaruhi sikap.

6) Faktor emosional

Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang

didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran

frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.


5. Pendidikan Gizi

a. Pengertian

Menurut Concento (2011) pendidikan gizi adalah kombinasi

strategi pendidikan yang didukung oleh lingkungan dan dirancang

agar target sasaran dapat mengadopsi pilihan makanan dan

perilaku yang berkaitan dengan kesehatan dan kesejaheraan

melalui berbagai media dan melibatkan alktivitas di tingkat individu,

institusi, komunikasi dan kebijakan.

Menurut Pakar Gizi Indonesia (2016) pendidikan gizi yang

dimaksud yaitu tindakan dan usaha untuk mengubah pikiran serta

sikap manusia sesuai dengan tujuan tujuan pendidikan tersebut.

Tujuan pendidikan gizi adalah menanamkan pengertian kepada

seseorang sehingga pengertian tersebut terwujud dalam sikap serta

perbuatan yang kemudian menjadi kebiasaan baik dalam mengelola

dan mengontrolkesehatannya, khususnya dalam hal gizi.

Pendidikan gizi ini sangat penting dalam upaya meningkatkan

kebiasaan dan memilih makanan yang tepat. Pengendalian faktor

perilaku dan social dapat berpengaruh terhadap derajad kesehatan.

b. Tahapan Dalam Pendidikan Gizi

1) Menetapkan tujuan pembelajaran dari intervensi pendidikan gizi

dengan tlak ukur dari perubahan perilaku.

2) Menetapkan target sasaran termasuk orang yang membuat

keputusan atau mempengaruhi individu dan dapat dirancang

lebih dari satu target sasaran.


3) Menetapkan target sasaran dan tahapan perubahan yang

diinginkan.

4) Menetapkan motivasi, keterampilan dan lingkungan yang

mendukung target sasaran agar mengadopsi perilaku.

5) Memilih pesan yang ingin disampaikan kepada sasaran.

6) Menilai kapasitas dan kebutuhan dari pemberi edukasi yang

bertanggung jawab untuk menyampaikan pesan.

7) Memilih pendekatan dan metode yang digunakan untuk

pendidikan gizi dengan mempertimbangkan jenis kelamin, waktu

dan kmudahan akses ke kelompok sasaran.

6. Media

Menurut Supariasa dkk (2012), media berasal dari bahasa latin

dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah

berarti perantara atau pengantar. Sehingga media pendidikan dapat

didefinisikan sebagai alat-alat yang digunakan dalam proses

pendidikan/pengajaran.

Menurut Pakar Gizi Indonesia dalam bukunya Ilmu Gizi Teori dan

Aplikasinya, media penting dalam pembelajaran karena dalam

pembelajaran terdapat konsep abstrak dan konret dan proses belajar

mengajar hakekatnya adalah proses komunikasi, penyampaian pesan

dari pengantar ke penerima. Pesan berupa isi atau ajaran yang

dituangkan ke dalam symbol-simbol komunikasi, baik verba (kata-kata

dan tulisan). Secara umum media mempunyai kegunaan :

a. Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalitis.

b. Mengatasi keterbatasan ruang waktu, tenaga dan daya indera.


c. Menimbulkan gairah belajar dan interaksi lebih langsung antara

murid dan sumber belajar.

d. Memungkinkan anak belajar mandirisesuai bakat dan kemampuan

visualnya, auditori dan kinesteiknya.

e. Memberi rangsangan yang sama, menyamakan pengalaman dan

menimbulkan persepsi yang sama.

Menurut Supariasa dkk (2012), media dibagi menjadi 3 kelompok

yaitu media visual, media audio dan media audio visual.

a. Media visual

Secara umum media visual dapat diklompokkan menjadi dua yaitu

media visual yang tidak diproyeksikan dan media visual yang

diproyeksikan.

1) Media visual yang tidak diproyeksikan

Yang termasuk dalam kelompok ini meliputi media grafis, media

gambar dan media bahan cetak

a) Grafik

Grafik adalah suatu penyajian data berupa angka melalui

perpaduan angka, garis dan symbol.

Fungsi grafik adalah untuk menggambarkan data kuantitatif

secara teliti, menerangkan perkembangan atau

perbandingan suatu objek atau pristiwa yang saling

berhubungan secara sngkat dan jelas. Beberapa kelebihan

grafik adalah:

 Sangat bermanfaat untuk mempelajari dan mengingat

data-data kuantitatif dan hubungan-hubungannya.


 Penyajian datanya akan membuat data divisualkan

dengan jelas, ringkas, menarik dan logis.

 Memungkinkan untuk mengadkan analisis,

interpretasidan perbandingan antara data-data yang

disajikan baik dalam hal ukuran, jumlah, pertumbuhn dan

arah.

Kelemahan grafik :

 Memerlukan penjelasan yang lebih detail.

b) Diagram

Diagram merupakan gambar sederhana yang dirancang

untuk memperlihatkan hubungan timbal balik yang biasanya

disajikan melalui garis dan simbol.

Isi diagram umumnya berisi petunjuk-petunjuk. Diagram

dapat menyederhanakan pesan yang kompleks sehingga

dapat memperjelas penyajiannya.

c) Bagan

Bagan merupakan perpaduan sajian kata-kata, garis dan

simbol yang merupakan ringkasan suatu proses,

perkembangan atau hubungan-hubungan penting.

Fungsi bagan adalah menyajikan ide-ide atau konsep yang

sulit bila hanya disampaikan secara terulis atau lisan secara

visual. Bagan juga bisa memberikan ringkasan butir-butir

penting dari suatu presentasi.


d) Sketsa

Sketsa adalah gambar sederhana atau draft kasar yang

melukiskan bagian-bagian pokok dari suatu produk gambar

tanpa detail. Sketsa dapat dibuat pada saat pendidik atau

pengajar menyampaikan pesan kepada sasaran. Dengan

mnggunakan sketsa dalam memberikan penjelasan dapat

mengurangi verbalisme dan dapat memperjelas

penyampaian pesan. Kelebihan sketsa adalah dapat dibuat

secara cepat dan lebih memberikan penekanan terhadap

materi.

e) Foto

Sebagai media pendidikan kesehatan foto haruslah dipilh

dan digunakan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang

telah ditetapkan. Dengan demikian foto dapat memenuhi

fungsinya untuk membangkitkan motivasidn minat sasaran

serta membantu sasaran menafsirkan juga mengingat materi

yang nerkaitan dengan foto-foto tersebut. Kelebihan foto

adalah :

 Sifatnya konkrit

 Dapat mengatsi batasan ruang dan waktu

 Mengatasi keterbatsan pengamatan

 Mampu memperjelas suatu masalah

 Harga relarif murah dan mudah diperoleh serta

digunakan tanpa peralatan khusus


Kelemahan foto adalah :

 Hanya menekankan persepsi indera mata

 Foto yang terlalu kompleks kurang efektif untuk

pembelajaran

 Ukurannya sangat terbats untuk kelompok besar

f) Poster

Poster adalah sajian kombinasi visual yang jelas, menyolok

dan menarik dengan maksud untuk menark perhatian orang

pada sesuatu atau mempengaruhi agar seseorang

bertindak.

Poster yang baik harus dinamis, menonjolkan kualitas.

Poster harus sederhana dan tidak memerlukan pemikiran

secara terperinci oleh pengamat. Kesederhanaan desain

dan sdikit kata-kata yang dipergunakan mencirikan poster

yang kuat. Kelebihan poster, antara lain :

 Dapat meningkatkan kesadaran terhadap kesehatan dan

merangsang kepercayaan sika dan perilaku

 Dapat menyampaikan informasi mengarahkan orang

melihat sumber lain

 Dibuat dengan biaya murah

Sedangkan kelemahan poster antara lain:

 Untuk audiens terbatas, sangat local karena

penguruhnya hanya di tempat pemasangan poster

 Umumnya hanya dibaca sekilas, sehingga seringkali

pesan tidaak teraca secara utuh


 Mudah rusak dan diacuhkan

 Untuk materi yang berkualitas tinggi memerlukan ahli

grafis dan peralatan cetak yang baik segingga

memerlukan biaya yang cukup mahal

g) Leaflet/Flyer

Leaflet adalah selembar kertas yang dilipat berisi tulisan

cetak dan beberapa gambar tertentu tentang suatu topic

khusus untuk sasaran dan tujuan tertentu.

Ukuran umumnya 20×30 cmdengan jumlah tulisan umumnya

200-400 kata, secara umum bersi garis besar penyuluhan da

nisi harus dapat ditangkap dengan sekali baca.

Flyer adalah media yang sama seperti leaflet tetapi tidak

dalam bentuk lipatan. Kelebihan leaflet/flyer adalah :

 Dapat disimpan lama

 Sasaran dapat menyesuaikan dan belajar mandiri

 Pengguna dapat melihat isinya pada saat santai

 Jangkauan sasaran lebih luas

 Dapat untuk membantu media lain

 Isi dapat dicetak kembali

kelemahan leaflet/flyer adalah :

 Menuntut kemapuan baca

 Bila kualitas kurang bagus maka orang enggan

menyimpannya

 Menuntut kemauan baca sasaran, terlebih pada

masyarakat yang kebiasaan membacaya rendah


 Materi yang diproduksi masal dirancang untuk sasaran

umumnya tidak cocok untuk setiap orang

 Pembuatan leaflet professional biasanya sangat mahal

h) Lembar balik (Flipchart)

Media yang menyampaikan pesan atau informs kesehatan

dalam bentuk lembar balik. Biasanya dalam bentuk buku

dimata setiap lembar berisi gambar peragaan dan dibaliknya

berisi kalimat-kalimat sebagai pesan atau informasi

berkaitan dengan gambar tersebut. Kelebihan lembar balik:

 Cocok untuk curah pendapat dan melibatkan kelompok

secara aktif dalam membuat ide

 Mudah dibawa

 Dapat dipakai dalam ruangan yang tidak ada papan

tulisnya

 Murah

Kelemahan lembar balik:

 Terlalu kecil untuk sasaran lebih dari 25 orang

 Mudah robek

i) Booklet

Booklet adalah suatu media yang menyampaikan pesan

kesehatan dalam buku yang berisi tulisan dan gambar.

Booklet merupakan buku kecil yang jumlahnya tidak lebih

dari 24 lembar. Isi booklet harus jelas, tegas dan mudah

dimengerti. Ukuran booklet biasanya bervarias mulai dari

tinggi 8-13 cm.


Kelebihan bokklet adalah :

 Dapat disimpan lama

 Sasaran dapat menyesuaikan dan beajar mandiri

 Pengguna dapat melihat isinya pada saat santai

 Dapat untuk membantu media lain

 Dapat memberikan detil misalnya statistic yang tidak

mungkin disampaikan secara lisan

 Mengurangi kegiatan mencatat

 Isi dapat dicetak kembali

Kelemahan booklet :

 Menuntut kemampuan baca

 Menuntut kemauan baca sasaran, terlebih pada

masyarakat yang kebiasaan membacaya rendah

j) Papan Flanel

Papan flannel adalah papan yang berlapis kain flannel untuk

menyajikan gambar atau kata-kata yang mudah ditempel

dan mudah pula dilepas.

Dalam pemakaiannya papan flannel ini tidak digunakan

secara tersendiri, namun menggunakan pula gambar atau

tulisan yang akan ditempel pada papan flannel tersebut.

Gambar yang dipasang dapat dicopot kembali dengan mudh

sehingga dapat digunakan berulang kali. Kelebihan papan

flannel:

 Dapat dibuat sendiri

 Item dapat diatur sendiri


 Dapat dipersiapkan terlebih dahulu

 Memungkinkan penyesuaian dengan kebutuhan sasaran

Kelemahan papn flannel:

 Biasanya terletak pada kurangnya persiapan

 Membutuhkan keterampilan pendidik atau pengajar

k) Papan Bulletin (Bulletin Board)

Papan bulletin adalah papan biasa tanpa dilapisi kain

flannel. Gambar atau tulisannya basanya langsung

ditempelkan. Berbagai media grafis seperti poster, sketsa,

diagram serta pesan verbal tertulis seperti berita dapat

digunakan sebagai bahan pembuatan papan bulletin.

Kelebihan bulletin board:

 Dapat menarik perhatian sasaran

 Memperluas pengertian sasaran

 Mendorong kreativitas

 Menghemat waktu

 Membangkitkan rasa keindahan

 Memupuk rasa tanggung jawab

Kelemahan bulletin board:

 Sulit memantau apakah sasaran memperhatikan

 Membosankan jika terlalu lama dipasang

l) Papan Tulis

Papan berwarna hitam, putih atau hijau dengan ukuran

umum 90×120 cm yang penggunaannya membutuhkan


kapur atau spidol (boardmarker) serta penghapus. Kelebihan

papan tulis adalah:

 Bagus untuk mengembangkan suatu topic dan

membangun informasi secara bertahap

 Biaya relative murah

 Mudah dibersihkan

Sedangkan kelemahan dari papan tulis adalah:

 Terlalu kecil untuk sasaran lebih dari 25 orang

 Pengajar akan membelakangi sasaran bila menulis atau

kehilangan komunkasi

2) Media visual yang diproyeksikan

Jenis dari media visual ini antara lain: OHP/OHT, Opaque

Projector, Slide dan Filmstrip.

a) OHP dan OHT

OHT (Overhead Transparency) adalah media visual yang

diproyeksikan melalui alat proyeksi yang disebut OHP

(Overhead projector). OHT dibuat dari bahan transparan

yang biasanya berukuran 8,5×11 inci. OHP biasanya

digunakan untuk menggatikan papan tulis. Ada dua jenis

model OHP yang digunakan, yaitu OHP Classroom yang

dirancang dan dibuat secara permanen untuk disimpan di

suatu kelas atau ruangan dan model OHP Portable yang

dirancang agar mudah dibawa kemana-mana sehingga

ukuraan lebih kecil dan ringan.


Kelebihan dari OHT antara lain:

 Dapat digunakan untuk membangun informasi dengan

menggunakan teknik tumpang tindih (overplay)

 Dapat digunakan untuk mencatat point-point selama

mengajar

 Pengajar dapat menghadap sasarn dan menjaga

komunikasi

Sedangkan kelemahan dari OHT adalah:

 Sangat bergantung pada arus listrik

 Sukar memperkenalkan gerakan dalam bentuk visual

 Pemeliharaannya membutuhkan biaya yang relative

mahal

b) Media Opaque Projektor

Opaque Projector atau proyektor tak tembus pandang

adalah media yang digunakan untuk memproyeksikan bahan

dan benda-benda yang tidak tembus pandang

c) Slide

Media slide atau film bingkai adalah media visual yang

diproyeksikan melalui alat yang disebut proyektor slide

d) Filmstrip

Filmstrip atau film rangkai atau disebut juga film gelang

adalah media visual proyeksi diam yang pada dasarnya

hampir sama dengan media slide.

b. Media audio
Media audio adalah media yang berkaitan dengan indera

pendengaran. Pesa-pesan yang disampaikan dituangkan ke dalam

lambing auditif baik verbal (kata-kata/bahasa lisan) maupun non

verbal.

Yang termasuk dalam media ini adalah alat pita rekam magnetik

(magnetic tape recording) dan radio.

1) Alat pita rekam magnetic (magnetic tape recording)

Alat pita rekam magnetik (magnetic tape recording) atau sering

disebut dengan tape recorder adalah salah satu media yang

tidak dapat diabaikan dalam penyampaian informasi karena

mudah digunakan. Materi dapat direkam pada media ini dan

hasil rekaman dapat diputar saat dibutuhkan. Kelebihan media

pita megnetik adalah:

 Mempunyai fungsi ganda yang efektif sekali untuk merekam,

mendengarkan rekaman dan menghapusnya

 Rekaman dapyat diputar berulang-ulang tanpa

mempengaruhi volume

 Rekaman dapat dihapus secara otomatis dan pitanya dapat

dipakai kembali

 Dapat digunakan sesuai jadwal yang ada

 Program kaset dapat menyajikan hasil wawancara atau

rekaman kegiatan

 Program kaset dapat menimbulkan berbagai kegiatan

diskusi, demonstrasi dan lain-lain

 Dapat memberikan efisiensi dalam pengajaran


Kelemahan dari pita magnetic adalah:

 Daya jangkau terbatas

 Mahal bila digunakan untuk sasaran yang banyak

2) Radio

Radio adalah salah satu media audio yang penyampaian

pesannya menggunakan pancaran gelombang elektromagnetik

dari radio pemancar. Pemberi pesan atau penyiar secara

langsung dapat menyampaikan informasi melalui alat seperti

mikrofon yang kemudian diolah dan dipancarkan ke segala

penjuru melalui gelombang elektromagnetik yang selanjutnya

informasi atau pesan akan diterima dari pesawat radio

pendengar atau penerima pesan. Kelebihan radio antara lain:

 Harganya murah

 Tidak serumit media lain

 Kegiatan memproduksi, melakukan transmisi sampai

medengarkan bersifar portable

 Tersedia secara luas bagi masyarakat

 Masyarakat dapat dilibatkan misalnya melalui acara Tanya

jawab atau interaktif

 Membuat pendengar merasa langsung dihadapkan pada

suatu situasi

 Dapat melewati batas social, budaya dan politik

 Dapat meningkatkan pengetahuan

 Dapat memicu imajinasi


 Dapat menanggapi dengan cepat kebutuhan kesehatan dan

pembangunan masyarakat

 Radio bersifat pribadi

Kelemahan dari radio antara lain:

 Radio hanya mnggunakan bunyi dan suara

 Tidak dapat diulang kembali

 Bagian pemberitaan tidak dapat sipilih sesuai keinginan

pendengar

 Karena bersifat langsung maka kesalahan dapt terjadi jika

tidak cukup waktu untuk mempertimbangkan semua faktor

resiko

c. Media audio visual

1) Media Audio Visual Tidak Bergerak

Media audio visual tidak bergerak adalah media yang

penyampaian pesannya dapat diterima oleh indra pendengaran

dan indera penglihatan, akan tetapi gambar yang dihasilkan

adalah gambar tidak bergerak atau sedikit memiliki unsur gerak.

Contoh media ini seperti media sound slide (slide suara) dan

film strip bersuara.

2) Film (Motion Pictures)

Film atau disebut juga gambar hidup (motion pictures) adalah

serangkaian gambar diam (still pictures) yang meluncur secara

cepat dan diproyeksikan sehingga menimbulkan kesan hidup

dan bergerak. Film merupakan media yang menyajikan pesan


audio visual dan gerak. Oleh karena itu, film memberikan kesan

yang impresif bagi pemirsanya. Kelebihan dari film adalah:

 Merupakan suatu denomitor belajar yang umum

 Sangat bagus untuk menerangkan suatu proses

 Dapat menampilkan kembali masa lalu atau kejadian sejarah

 Dapat menyajikan teori maupun praktek yang bersifat umum

sampai khusus

 Dapat mendatangkan seorang ahli atau tokoh

 Dapat menggunakan banyak teknikseperti warna, gerak

lambat, animasi dan lain-lain

 Lebih realistis, dapat diulang, dihentikan sesuai kebutuhan

 Dapat mengatasi keterbatasan indera

 Dapat merangsang atau memotivasi kegiatan

Kelemahan dari film yaitu:

 Daya jangkau terbatas

 Biaya produksi relatif mahal

 Penggunaannya memerlukan ruangan gelap

3) Televisi

Televisi adalah media yang sama dengan film yaitu media yang

dapat menampilkan pesan secara audio visual dan gerak.

Jenis media ini adalah televisi terbuka (open board cast

television), televise siaran terbatas/TVST (Cole Circuit

Television/CCTV) dan video-cassete recorder (VCR).


Kelebihan dari media film adalah:

 Dapat menerima, menggunakan dan mengubah atau

membatasi semua bentuk media yang lain,menyesuaikan

dengan tujuan-tujuan yang akan dicapai

 Media yang menarik, modern dan siap diterima

 Memikat perhatian sepenuhnya

 Mempunyai relitas dan immediacy (karena obyek yang baru

ditangkap oleh kamera dapat segera dipertontonkan)

 Sifatnya langsung dan nyata

Adapaun kelemahan dari televisi adalah:

 Sifat komunikasinya hanya satu arah

 Besar gambar lebih kecil dari pada film

4) Multimedia

Multimedia merupakan suatu system penyampaian dengan

menggunakan berbagai jenis bahan ajar yang membentuk suatu

unit atau paket.


B. Kerangka Teori
Penggunaan media
- Media leaflet
- Media buku saku
- Media video

1. Pengalaman Pendidikan gizi


2. Ekonomi tentang MP ASI
1. Kepribadian
3. Lingkungan
2. Kebudayaan
4. Pendidikan
3. Media massa
5. Paparan
(radio, surat
media
kabar)
massa/infor Pengetahuan Sikap
4. Lembaga
masi (TV, n
pendidikan
radio)
5. Lembaga
6. Akses
agama
kesehatan
6. Faktor emosi
Gambar 1.

Kerangka Teori menurut Notoatmodjo (2007) dan Azwar (2011)

C. Kerangka Konsep

Kelompok media leaflet

Pengetahuan dan sikap


Kelompok media buku saku
ibu anak usia 6-23 bulan

Kelompok media video

Gambar 2. Kerangka Konsep

: variabel bebas

: variabel terikat
D. Hipotesis

1. Ada pengaruh penggunaan media leaflet untuk meningkatkan

pengetahuan ibu di Desa Kenep Kabupaten Sukoharjo.

2. Ada pengaruh penggunaan media leaflet untuk meningkatkan sikap

ibudi Desa Kenep Kabupaten Sukoharjo.

3. Ada pengaruh penggunaan media nuku saku untuk meningkatkan

pengetahuan ibu di Desa KenepKabupaten Sukoharjo.

4. Ada pengaruh penggunaan media buku saku untuk meningkatkan sikap

ibu di Desa Kenep Kabupaten Sukoharjo.

5. Ada pengaruh penggunaan media video untuk meningkatkan

pengetahuan ibu di Desa Kenep Kabupaten Sukoharjo.

6. Ada pengaruh penggunaan media video untuk meningkatkan sikap ibu

di Desa KenepKabupaten Sukoharjo.

Anda mungkin juga menyukai