Anda di halaman 1dari 3

Faktor Internal

Strengts Weakness
Faktor Eksternal Opportunities SO Strategies WO Strategies
Threats ST Strategies WT Strategies

5C’s Strategy
Dalam perkembangan lebih lanjut, strategi yang dihasilkan dalam analisis SWOT dipadukan dengan
strategi yang dikembangkan Osborn dan Plastrik (1997). Ada 5 strategi dasar, masing-masing mencakup
beberapa pendekatan dan alat untuk metodenya yang dikategorikan sebagai pendongkrak utama
perubahan yang disebut 5C. Strategi 5C didapat setelah analisis SWOT yang diperoleh dari hasil tabulasi
silang terhadap faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman) yang
berpengaruh terhadap program dan kebijakan pembangunan/pengembangan wilayah.

Strategi Inti (Core Strategy)

Strategi inti menjadikan Penataan Ruang Sebagai Tuas Pengungkit. Caranya melalui Kejelasan Tujuan,
Peran Dan Pembinaan. Pendekatan yang dapat digunkaan pada strategi inti adalah kejelasan
Maksud/Tujuan, Kejelasan Peran Dan Kejelasan Arah. Strategi ini berhubungan dengan fungsi utama
pihak otoritas pembangunan, yaitu fungsi mengarahkan (steering) fokus pembangunan ke arah yang
diinginkan. Penekanan perbaikan kemampuan ini menjadi fokus utama strategi inti relatif terhedap
keempat strategi lainya yang bersifat memperbaiki kemampuan menggerakkan pembangunan itu sendiri
dan menjadi strategi utama dalam penyusunan strategi.

Strategi Konsekuensi (Consequence Strategy)

Strategi Perhitungan Sebab Akibat Positif dengan mengarahkan perhatian kepada Daya/Ragam Insentif
sebagai tuas melalui Pendekatan Bibit-Bibit Keunggulan Kompetitif, manajemen Pemerintah Daerah
Dan Manajemen Kinerja. Strategi konsekuensi mempunyai beberapa pendekatan, yaitu pengelolaan
kompetisi, manajemen organisasi/kelembagaan dan manajemen kinerja. Pada prinsipnya strategi ini
menekankan pentingnya Pasar Dan Kompetisi Dalam Menciptakan Insentif dan membawa dampak pada
perbaikan kinerja. Tolak ukur utama yang dipakai tentunya Sistem Pembangunan Mana Yang Akan
Menghasilkan Kinerja pembangunan yang leibh baik.

Strategi Pelanggan (Customer Strategy)

Strategi ini melihat Tanggung Jawab sebagai kekuatan pendobrak, sedangkan pendekatanya adalah
pendekatan costumer choice, Pemilihan Keunggulan Kompetitif dan Pendekatan Jaminan Pelayanan
Mutu Manajemen Terpadu terhadap stakeholder yang menerima dampak/eksternalitas dari penataan
ruang maupun pembangunan. Dalam strategi ini Kepuasan Pengguna menjadi hal utama yang harus
dicapai

Strategi Pengendalian (Control Strategy)

Strategi ini melihat Power sebagai tuas pendobrak perubahan. Pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan organisasi, pemberdayaan pemerintah dari tingkat tertinggi hingga tingkat terendah dan
pemberdayaan masyarakat. Dalam strategi ini, sistem terkendali ditekankan pada pendelegasian
wewenang yang jelas dan terarah atas semua stakeholder yang terlibat dalam pengambilan keputusan
pembangunan. Pendekatan yang dilakukan adalah dengan pemberdayaan organisasi/institusi,
pemberdayaan pekerja dan masyarakat atau komunitas. Aturan yang sangat rinci dan sistem pemerintah
yang sangat hirarkis harus dihindarkan, tetapi harus diciptakan misi-misi bersama sebagai acuan dan
sistem yang membentuk akuntabilitasn untuk kinerja. Hal ini juga memberdayakan organisasi/institusi
pembangunan dengan memberikan kebebasan yang cukup untuk bergerak sesuai kondisi dan/atau situasi
yang ada, memberdayakan para praktisi untuk membuat keputusan, merespon pengguna/masyarakat,
dan menyelesaikan permasalahan berdasarkan pengetahuan-pengetahuan lapangan terdepan yang
mereka miliki. Selain itu, dapat juga dilakukan dengan memberikan kepercayaan kepada anggota
masyarakat dan organisasi untuk menyelesaikan permasalah mereka sendiri dan menjalankan institusi
mereka sendiri.

Strategi Budaya (Culture Strategy)

Strategi ini menentukan kebudayaan sebagai kekuatan pendobrak. Seloganya adalah “kikis habis budaya
penghalang kemajuan, pendekatan yang menyentuh hati dan rasa, serta pendekatan pengembangan pola
mental yang baru (winning minds)”. Kondisi ini harus didukung dengan penyusunan suatu visi bersama
mengenai masa depan, model mental dimana komunitas akan terbentuk dan bagaimana harus dicapai.
Strategi ini meekankan perubahan budaya dari stakeholder pembangunan.

Pendongkrak Strategi Pendekatan


Tujuan Strategi Inti Kejelasan Tujuan
Kejelasan Peran
Kejelasan Arah
Insentif Strategi Konsekuensi Persaingan Terkendali
Manajemen Perusahaan/organisasi
Manajemen Kinerja
Pertanggung Strategi Pelanggan Pilihan Stakeholder
jawaban Pilihan Kompetitif
Pemastian Mutu
Kekuasaan Strategi Pengendalian Organisasional
Pemberdayaan Staff Pemerintah Daerah
Pemberdayaan Masyarakat
Budaya Strategi Budaya Menghentikan Kebiasaan
Menyentuh Perasaan
Mengubah Pikiran

Osborn & Plastrik (1997) juga memadukan strategi sebagai metatools, kombinasi strategi atau sebagai
bagian yang tetap terpisah. Ada 5 persyaratan yang harus dilakukan untuk memadukan strategi:

 Menggunakan strategi inti utuk memisahkan teknik steering dari teknik kendali, hendaknya juga
menggunakan strategi konsekuensi dan strategi kontrol agar lebih efektif mengubah tingkah laku
orang-orang yang menjalankan roda organisasi.
 Gunakan strategi konsekuensi dan strategi kontrol sebagai sarana gabungan. Jangan
menggunakan masing-masing strategi secara terpisah atau sendiri-sendiri, bila anda masih
mementingkan tanggung jawab pemerintah daerah atas publik sebagai customer.
 Susun strategi konsekuensi sambil melakukan strategi kontrol
 Bila bermaksud memakai strategi inti untuk meningkatkan kegiatan, kemudiaan steering/kendali,
gunakan dulu strategi manajemen kinerja untuk menerjemahkan suatu efek ke dalam tujuan dari
organisasi yang penuh konflik.
 Jangan coba-coba mengembangkan budaya wirausaha dengan syarat tanpa menggeser kontrol
kepada tenaga kerja.

Paket metatool ini merupakan senjata pamungkas bagi pembaru, jika ingin melakukan perubahan besar.
strategi dapat digunakan lebih dari satu. Untuk penataan ruang strategi yang dapat digunakan adalah
strategi inti dan kontrol, mengingat lemahnya lembaga pengendalian pemanfaatan ruang. Kebanyakan
metatools juga membutuhkan pengeluaran sumber daya yang cukup substansial, waktu dan kemauan
politik. Usaha memadukan strategi jadi sarana ampuh dengan komponen hirarkis pemerintahan sebagai
sasaran, maka strategi perubahan tersebut harus ditujukan pula pada perubahan sistem administrasinya.
Karena itu persoalan-persoalan organisasi, administrasi, manajemen, jabatan atau fungsionaris harus
dihimpun dan dihadapi bersama.

Penyusunan strategi tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan menyusun arah kebijakan strategi dan
program yang terpilih sebagai prioritas berdasarkan strategi 5C dan disesuaikan dengan bidang-bidang
pembangunan (hukum, pemerintahan, ekonomi, pendidikan dan kesehatan, sosial-budaya,
kependudukan, dsb.).

Anda mungkin juga menyukai