Anda di halaman 1dari 5

Penentuan Konstanta Ionisasi Asam Asetat dengan Teknik Potensiometri dan

Konduktometri

Sadrakhman Zega (G44130104), Apni Safitri, Nisa MM, Mohammad Rafi

Departemen Kimia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor

Abstrak

Potensiometer dapat digunakan untuk mengukur potensial suatu sensor. Di dalam suatu
potensiometer, permukaan membran atau sensor bekerja sebagai sel setengah reaksi dan
menghasilkan potensial yang sebanding dengan logaritma aktivitas analat. Elektroda indikator
dihubungkan secara langsung dengan elektrode referensi untuk membentuk suatu sel galvanik.
Larutan yang banyak mengandung ion akan menghantarkan listrik dengan baik. Daya hantar
laruitan bergantung pada jumlah, ukuran, muatan ion dan sifat-sifat pelarut. Ion yang berbeda akan
memberikan pengaruh yang berbeda terhadap daya hantar pada suatu larutan. Hal ini menyebabkan
suatu ion yang diganti dengan ion lain akan mengalami perubahan daya hantar larutan. Prinsip
teknik potensiometri dan konduktometri dapat digunakan untuk analisis suatu sampel yang
berdasarkan pada pengukuran potensial dan konduktan.

Kata Kunci: elektrode, konduktan, konduktometer, monovalen, potensial, potensiometer

Pendahuluan konsentrasi ion yang akan ditetapkan dan


proses pemilihannya berdasarkan jenis
Potensiometri merupakan salahsatu
senyawa yang hendak ditentukan (Gandjar
teknik analisis yang didasari pada pengukuran
2007). Proses titrasi potensiometri dapat
potensial suatu sensor atau elektroda. Teknik
dilakukan dengan bantuan elektrode indikator
ini menggunakan suatu membran sebagai
dan elektrode pembanding yang sesuai.
setengah sel elektrokimia yang potensialnya
Pada metode titrasi potensiometri, titik
sebanding dengan logaritma dari aktivitas atau
akhir titrasi ditandai dengan perubahan
konsentrasi ion yang dianalisis. Potensial sel
potensial yang mencolok. Ketelitian yang
diukur pada keadaan tidak ada arus yang
diperoleh akan lebih baik dari pada titik
melalui sel. Prinsip potensiometri didasarkan
ekivalen yang ditandai dengan perubahan
pada pengukuran potensial listrik antara
warna maupun adanya endapan (Suyanta
elektrode indikator dan elektrode yang
2005). Metode potensiometri ini bermanfaat
dicelupkan pada larutan. Pengukuran potensial
bila tidak ada indikator yang cocok untuk
pada elektrode indikator menggunakan
menentukan titik akhir titrasi, misalnya dalam
elektrode standar sebagai pembanding yang
hal larutan keruh atau bila daerah kesetaraan
mempunyai harga potensial tetap selama
sangat pendek dan tidak cocok untuk
pengukuran. Elektrode indikator merupakan
elektrode yang potensialnya bergantung pada
penetapan titik akhir titrasi dengan indikator kombinasi, pengaduk magnet, buret 50 mL,
(Watoni 2009). pipet volumetrik 10 mL dan 25 mL, gelas
Titrasi konduktometri didasarkan pada piala, gelas ukur 100 mL dan pH meter. Bahan-
metode analisa kuantitatif yang memanfaatkan bahan yang digunakan adalah NaOH 0,1 N,
daya hantar listrik suatu larutan. Besarnya daya HCl 0,1 N, CH3COOH 0,1 N, H2SO4 0,1 N,
hantar yang diperoleh bergantung pada asam oksalat 0,1 N, bufer standar 4, 7, 10 atau
beberapa faktor, diantaranya adalah jumlah 9,2 dan larutan KCl standar.
partikel-partikel bermuatan dalam larutan,
jenis ion yang ada, mobilitas ion Prosedur Percobaan
media/pelarutnya, suhu, gaya tarik menarik ion
dan jarak elektroda. Daya hantar listrik Potensiometri
berhubungan dengan pergerakan suatu ion di
Titrasi Asam Kuat/Lemah dan Basa Kuat
dalam larutan ion yang mudah bergerak
Monovalen
mempunyai daya hantar listrik yang besar.
Pada konduktometri menggunakan dua Standardisasi NaOH
elektrode inert (platinum yang terplatinasi) Asam oksalat 0,1 N sebanyak 10,00 mL
untuk mengukur konduktansi/daya hantar dipipet lalu dimasukkan ke dalam gelas piala
larutan elektrolit antara kedua elektrode 250 ml. Larutan tersebut diencerkan sampai
tersebut, biasanya digunakan arus bolak balik 100 mL dengan akuades. Elektrode gelas
dan alat penyeimbang jembatan Wheatstone. kombinasi dicelupkan dan stirer ditempatkan
Konduktivitas suatu larutan elektrolit pula ke dalam larutan lalu potensial larutan
pada setiap temperatur bergantung pada ion- dibaca. Larutan dititrasi dengan NaOH yang
ion yang ada dan konsentrasi ion-ion tersebut. telah disediakan dengan penambahan NaOH
Titrasi konduktometri dapat digunakan untuk sebesar 0,5 mL (volume 1-9 mL), 0,1 mL
menentukan titik ekuivalen suatu titrasi (volume 9-11 mL), dan 0,5 mL (volume 11-18
(Watoni dan Buchari 2009). Metode mL). Nilai potensial dibaca setelah
konduktansi dapat digunakan untuk mengikuti penambahan NaOH dan titrasi dilakukan
reaksi titrasi jika perbedaan antara konduktansi triplo.
cukup besar sebelum dan sesudah penambahan Titrasi HCl dengan NaOH
reagen dengan tetapan sel harus diketahui. HCl 0,1 N dipipet sebanyak 10 mL lalu
Maka selama pengukuran yang berturut-turut dipindahkan ke dalam gelas piala 250 mL dan
jarak elektroda harus tetap, tetapi pengenceran diencerkan dengan 100 mL akuades. Alat
akan menyebabkan hantarannya tidak dipasang dan dihubungkan elektrode dengan
berfungsi secara linear dengan konsentrasi potensiometer lalu alat diberi sumber arus.
(Khopkar 2008). Percobaan ini bertujuan Titik nol ditepatkan dari potensiometer dan
mempelajari ketelitian hasil suatu analisis besarnya potensial larutan ditetapkan dengan
antara metode analisis secara potensiometri memakai skala 0 - 100 mV. Larutan dititrasi
dengan konduktometri dalam menentukan dengan NaOH 0,1 N. Sebanyak 1-5 mL tiap
konsentrasi larutan standar NaOH dan Ka kali penambahan 1 mL, kemudian 0.5 mL.
asam asetat. Bila mendekati titik ekuivalen penambahan
dilakukan sebanyak 0.1 mL (antara 9 - 11 mL).
Metode Percobaan Penentuan Konstanta Ionisasi Asam Lemah
Alat dan Bahan
Standardisasi NaOH
Asam oksalat 0,1 N dipipet sebanyak
Alat-alat yang digunakan adalah
10,00 mL lalu dimasukkan ke dalam gelas
potensiometer, konduktometer, elektrode kaca
piala 250 mL. Larutan tersebut diencerkan Penentuan Konstanta Ionisasi Asam Asetat
sampai 100 mL dengan akuades. Elektrode Standardisasi NaOH
gelas kombinasi dicelupkan dan stirer Sebanyak 10 mL asam oksalat 0,1 N dipipet
ditempatkan ke dalam larutan lalu potensial kemudian dimasukkan ke dalam gelas piala
larutan dibaca. Larutan dititrasi dengan NaOH 250 mL. Akuades ditambahkan ke dalam gelas
yang telah disediakan dengan penambahan piala hingga volumenya menjadi 100 mL.
NaOH sebesar 0,5 mL (1-9 mL), 0,1 mL (9-11 Elektrode dicelupkan serta stirer dimasukkan
mL), dan 0,5 mL (11-18 mL). Potensial dibaca ke dalam larutan tersebut. Konduktan larutan
setelah penambahan NaOH dan titrasi kemudian dibaca setiap penambahan titran (0-
dilakukan triplo. 20 mL).
Penentuan Ka Asam Asetat Penentuan HCl
Sebanyak 10,00 ml asam asetat 0,1 M Sebanyak 10 ml HCl dipipet lalu dimasukkan
dipipet lalu dimasukkan ke dalam gelas piala ke dalam gelas piala dan diencerkan dengan
250 mL. Larutan tersebut kemudian 100 ml akuades. Elektrode lalu dicelupkan dan
diencerkan sampai 100 mL dengan akuades. stirer dimasukkan pula ke dalam larutan.
Elektrode gelas kombinasi dicelupkan dan Konduktan larutan kemudian dibaca dan
stirer ditempatkan pula ke dalam larutan lalu larutan lalu dititrasi dengan NaOH 0,1 N
potensial larutan dibaca. Titrasi dengan NaOH dengan penambahan 0.5 ml sampai 20 ml.
0,1 M dengan penambahan 0.5 mL sampai 20
mL. Penentuan Asam Asetat
Sebanyak 10 mL asam asetat dipipet
Konduktometri dimasukkan ke dalam gelas piala 250 mL dan
diencerkan dengan 100 mL akuades. Elektrode
Titrasi Asam Kuat/Lemah dan Basa Kuat dicelupkan dan stirer dimasukkan pula ke
Monovalen dalam larutan. Konduktan larutan kemudian
Standardisasi NaOH dibaca dan larutan dititrasi dengan NaOH 0.1
Sebanyak 10 ml asam oksalat 0,1 N N dengan penambahan 0,5 mL sampai volume
dipipet kemudian dimasukkan ke dalam gelas titran menjadi 20 ml.
piala 250 mL. Akuades ditambahkan ke dalam Pembahasan
gelas piala hingga volumenya menjadi 100 Metode pertama dalam percobaan ini
mL. Elektrode dicelupkan serta stirer adalah titrasi potensiometri. Ketetapan untuk
dimasukkan ke dalam larutan tersebut.
dapat menemukan titik akhir pada titrasi asam
Konduktan larutan dibaca setiap penambahan basa secara potensiometri tergantung dari
titran (0-20 mL). konsentrasi dan kekuatan asam serta basa.
Titrasi HCl dengan NaOH Pada titrasi asam basa, elektroda indikator
Sebanyak 10 ml HCl 0,1 N dipipet lalu yang digunakan adalah elektroda membran
dimasukkan ke dalam gelas piala 250 mL. gelas yang sensitif terhadap perubahan jumlah
Setelah itu, larutan diencerkan dengan 100 mL ion hidrogen (H+) dan elektroda pembanding
air. Konduktan larutan kemudian diukur lalu yang digunakan adalah Elektroda Kalomel
dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N. Pada 1-5 (Khopkar 2008). Pada elektrode membran
mL tiap kali penambahan 1 mL, kemudian 0.5 gelas, tidak ada elektron yang diberikan
mL dan setelah 15 mL penambahan 1 mL kepada membrane melainkan sebuah membran
sampai 20 mL. Konduktan diukur untuk tiap membiarkan ion H+ untuk menembusnya,
kali penambahan titran. Titrasi dilakukan tetapi menahan ion yang lain. Hal ini
duplo. menyebabkan timbulnya beda potensial yang
cukup besar untuk mencegah terjadinya Metode kedua yang digunakan adalah
migrasi lebih lanjut. Kelebihan dari elektroda titrasi konduktometri yang bertujuan
membran gelas adalah tidak terjadinya mengetahui daya hantar listrik suatu larutan.
kontaminasi sehingga tidak ada permukaan Konduktivitas suatu larutan elektrolit
katalis yang kehilangan aktivitasnya. Nilai- bergantung pada ion-ion yang ada dalam
nilai pH dari suatu larutan yang kurang konsentrasinya. Kurva yang dihasilkan melalui
tersangga bisa diukur secara akurat dan metode ini berbentuk seperti huruf V (Gambar
akhirnya elektroda jenis ini sangat cocok 28, 29, 30) yang menunjukkan nilai konduktan
digunakan untuk memonitor pH secara kontinu yang rendah untuk volume TE-nya. Daya
pada rentang waktu yang lama. Kurva hantar yang diperoleh berkolelasi ketika titran
hubungan antara volume pentitar vs pH dapat ditambahkan jumlah ion yang ada dalam titrat
digunakan untuk menentukan titik akhir semakin berkuran karena dinetralkan oleh
titrasinya. Titik akhir titrasi dideteksi dengan senyawa titratnya. Ketika volume TE-nya
menetapkan volume di mana terjadi perubahan dilewati, jumlah ion yang ada dalam larutan
potensial yang relatif besar ketika ditambahkan meningkat kembali dan terlihat dengan
penitar (Nurdin 2005). meningkatnya konduktan sampel. Pada titrasi
NaOH dengan asam asetat, hasil menunjukkan
Berdasarkan percobaan yang telah
bentuk kurva sedikit landai yang cenderung
dilakukan, diperoleh hasil dalam bentuk kurva
naik. Hal ini terjadi karena adanya
yang menurun pada standardisasi NaOH
penambahan basa yang akan menghasilkan
dengan asam oksalat dan titrasi asam kuat
buffer sehingga [H+] berkurang dan terjadi
maupun asam lemah (Gambar 1-23). Hal ini
kenaikan [Na+] dan [CH3COO-]. Volume TE
disebabkan oleh semakin banyaknya titran
yang didapatkan pada asam asetat dapat
yang ditambahkan maka jumlah ion yang ada
digunakan untuk menentukan Ka asam asetat
dalam larutan sedikit. Pembentukan akumulasi
yang digunakan dalam percobaan. Nilai Ka
garam NaCl akan terjadi sehingga konsentrasi
asam asetat yang diperoleh dalam percobaan
NaOH menurun akibat sebagian NaOH
menggunakan metode ini sebesar 6.33647x10-
dinetralkan oleh asam HCl. Ion tersebut 4
dengan ketepatan 81.80%.
bereaksi dengan ion dari senyawa bermuatan
total 0 yaitu H2O. Hasil percobaan diperoleh Metode potensiometri dan
nilai Ka sebesar 2.00x10-6 dengan ketepatan konduktometri dapat dievaluasi menggunakan
11.43%. Ka yang diperoleh berbeda dengan uji-F dan uji-t dengan dua variabel (two tail)
literatur yaitu sebesar 1.75x10-5. Hal ini yang terangkum dalam Tabel 18. Hasil
disebabkan karena kesalahan titrasi evaluasi ini dapat digunakan untuk
potensiometri yaitu kesalahan dalam kalibrasi membandingkan kedua metode tersebut. Uji-F
alat yang digunakan, penambahan volume dapat diterima jika Fhitung < Ftabel maka
titran yang kurang tepat pada saat titrasi kemungkinan metode tersebut mempunyai
sehingga pengukuran kurang teliti, kecepatan nilai yang lebih dari metode pembandingnya.
stirer yang tidak konstan dan stirer yang Pengukuran konsentrasi standar NaOH metode
terkontaminasi, proses pngenceran larutan konduktometri memberikan nilai yang lebih
yang kurang tepat, dan adanya kontaminasi baik dibandingkan metode potensiometri,
dari bahan lain serta pembacaan meniscus sehingga jika metode konduktometri yang
buret yang kurang teliti. Ka asam asetat dengan dibandingkan dan metode potensiometri
metode ini diperoleh dari slope grafik plot gran sebagai pembanding H0 dapat diterima.
(Gambar 25, 26, 27) dibagi dengan volume Akurasi penentuan [NaOH] metode
TE-nya.
potensiometri mempunyai ketelitian yang Daftar Pustaka
bagus. Gandjar. 2007. Kimia Analisis Farmasi.
Penentuan [HCl] dan Ka asam asetat Yogyakarta (ID): Pustaka Pelajar.
dengan metode potensiometri yang
Khopkar. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik.
dibandingkan H0 dapat diterima sehingga
dapat dilanjutkan dengan uji-t. Kedua Jakarta (ID): Universitas Indonesia
penentuan nilai tersebut menunjukkan tidak Press.
adanya perbedaan nyata dalam penggunaan
Nurdin I, Damayanti A, Lede OMR,
kedua metode, tetapi umtuk pengukuran Ka
asam asetat metode potensiometri memiliki Widiatmoko P. 2005. Pengaruh
presisi yang lebih tinggi yaitu 0,23%. Metode penambahan propana dalam bahan
potensiometri mempunyai keuntungan
bakar terhadap karakteristik sel tunam
menentukan nilai volume TE dengan bantuan
kurva derivat 1 dan derivat 2 yang begitu jelas oksida padat. Jurnal Teknik Kimia
menggambarkan penurunan nilai potensialnya. Indonesia 4(1): 159-165.
Selain itu, penentuan Ka suatu larutan Suyanta, Susanto I.R, Buchari, Indra
dipermudah dengan adanya plot gran yang
berlandaskan persamaan Nernst. Kelemahan Noviandri. 2005. Penggunaan ESI La
metode ini adalah penentuan volume TE cukup untuk penentuan ion Lantanum secara
susah dan tidak bisa langsung ditentukan titrasi potensiometri dengan EDTA
dengan kurva titrasi normalnya. Metode
[Skripsi]. Bandung (ID): Institut
konduktometri cukup dengan kurva normalnya
dapat ditentukan volume TE dengan mudah Pertanian Bogor.
tetapi presisi yang dihasilkan memiliki nilai Watoni HA dan Buchari. 2009. Studi aplikasi
yang kurang memuaskan. Berdasarkan hasil
metode potensiometri pada penentuan
tersebut, untuk analisis secara cepat metode
konduktometri lebih baik sedangkan metode kandungan karbon organik total tanah.
potensiometri digunakan untuk analisis yang JMS 5(1): 23-40.
memerlukan presisi yang tinggi.

Simpulan
Berdasarkan hasil percobaan dapat
disimpulkan bahwa Ka asam asetat yang
diperoleh dengan metode potensiometri
sebesar 2.00x10-6 dan konduktometri sebesar
6.33647x10-4 dengan ketepatan sebesar
11.43% dan 81.80%. Hasil ini menunjukkan
bahwa metode konduktometri lebih baik
dibandingkan dengan potensiometri serta
untuk analisis secara cepat metode
konduktometri lebih baik sedangkan metode
potensiometri digunakan untuk analisis yang
memerlukan presisi yang tinggi.

Anda mungkin juga menyukai