PENDAHULUAN
1
FFA di dalam PFAD didominasi oleh asam palmitat dan asam oleat. FFA ini akan
menyerang salah satu gugus hidroksil dari gliserol untuk membentuk
monogliserida. Karena pada suhu kamar bahan ini berwujud padat, maka reaksi
harus dijalankan pada suhu di atas suhu solidifikasinya.
Gliserol sebagai senyawa trihidrat alkohol (polyol) memiliki sifat yang
sama dengan alkohol yang lainnya yaitu dapat membentuk ester, eter, aldehid, dan
amine. Yang membedakan adalah karena gliserol memiliki lebih dari 1 gugus
hidroksil. Gugus hidroksil yang banyak ini dapat direaksikan untuk membentuk
banyak senyawa turunan. Satu, dua, atau tiga gugus hidroksil ini dapat digantikan
oleh gugus yang lain untuk membentuk senyawa baru dengan karakteristik
tertentu yang diinginkan, menyesuaikan dengan aplikasi yang ditargetkan. Jadi,
penggunaan gliserol sebagai reaktan, memberikan kesempatan untuk
memodifikasi karakteristik produk turunan hasil reaksi.
Dari aspek lingkungan, gliserol merupakan produk samping dari produksi
biodiesel yang melibatkan trigliserida dan methanol. Produk utama reaksi ini
adalah biodiesel (FAME atau Fatty Acid Methyl Ester) dan produk samping yaitu
gliserol. Gliserol juga bisa didapatkan dari proses saponifikasi minyak pada
pembuatan sabun, atau pemisahan secara langsung dari lemak pada pemroduksian
asam lemak. Oleh karena itu, kedudukan gliserol sebagai bahan baku dapat
digolongkan sebagai bahan baku terbarukan.
Monogliserida banyak digunakan dalam bidang industri farmasi, kosmetik,
maupun dalam bidang pangan. Di dalam industri farmasi, monogliserida
digunakan sebagai zat emollient untuk transdermal. Dalam industri pangan,
monogliserida biasanya digunakan sebagai emulsifier dalam pembuatan produk –
produk pangan berlemak seperti margarin, kacang mentega, shortening, roti,
biscuit, es krim, dan lain – lain. Untuk industri kosmetik, monogliserida
digunakan sebagai zat pembentuk tekstur dan berfungsi untuk meningkatkan
konsistensi krim dan lotion, misalnya monopentadekanoilgliserol digunakan
sebagai zat aditif untuk perawatan rambut. Selain itu, karena monogliserida
bersifat lubrisitas dan plastis, maka monoglierida juga dapat digunakan di dlam
proses pembuatan tekstil, pembuatan plastic, dan juga digunakan di dalam
formulasi minyak untuk berbagai jenis mesin (Kaewthong, 2004).
2
Terbentuknya monogliserida ini menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa
masih terdapat “dua tangan” yang dapat direaksikan lebih lanjut baik posisi primer
atau sekunder. “Dua tangan” ini akan berguna di dalam sintesis alkyd resin.
Proses sintesis alkyd resin yang digunakan adalah proses dua tahap (two step
process). Dengan digunakannya proses dua tahap ini, maka idealnya jenis
monogliserida yang dihasilkan dari tahap pertama adalah monogliserida sekunder.
Oleh karena itu, dalam penelitian ini, akan dikaji lebih jauh jenis monogliserida
seperti apa yang dapat dihasilkan dari suatu kondisi reaksi. Jadi, jenis
monogliserida yang terbentuk akan teridentifikasi dan akan menjadi dasar dalam
penentuan reaksi berikutnya yaitu sintesis alkyd resin.
3
Rodriguez, et.al. (2012), diketahui bahwa sejauh ini sintesis 2-monogliserida
umumnya menggunakan katalis enzim lipase yang diketahui memiliki sifat 1,3-
positional specific. Penggunaan katalis enzim untuk sintesis 2-monogliserida ini
pun ternyata tidak dalam kondisi reaksi esterifikasi melainkan alkoholisis
menggunakan trigliserida (seperti vegetable oil) dan etanol (bukan polialkohol
karena gugus hidroksilnya cuma satu).
Studi yang dilakukan oleh Ratanaphtra (2010) mempelajari reaksi
esterifikasi methanol dengan asam miristat dengan bantuan katalis zirconia
tersulfatasi (SO42-/ ZrO2). Katalis padat yang digunakan merupakan hasil
impregnasi ion sulfat ke dalam catalyst support yaitu ZrO2. Dengan demikian,
mayoritas studi yang sudah dilakukan terkait reaksi esterifikasi menggunakan
katalisator padat adalah reaksi esterifikasi yang melibatkan asam karboksilat yang
pada suhu kamar berfase cair. Alkohol yang digunakan juga biasanya merupakan
senyawa dengan satu gugus hidroksil seperti metanol, etanol, dan isopropanol.
Katalis yang digunakan juga hasil dari impregnasi.
Untuk reaksi esterifikasi antara PFAD dan gliserol dengan bantuan katalis
padat resin kation masih sangat jarang dilakukan terutama pada penekanan studi
mekanisme reaksi yang tepat untuk pembentukan monogliserida jenis tertentu
(dalam hal ini 2-monogliserida). Oleh karena itu, penelitian ini akan fokus kepada
studi mekanisme reaksi esterifikasi antara PFAD dan gliserol menggunakan
katalisator padat resin kation.
4
akan bisa diperoeh proses yang pasti dari hulu ke hilir dalam proses produksi
surface coating berbasis PFAD.