Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Ketertarikan dunia industri terhadap bahan baku proses yang bersifat bio-
based mengalami perkembangan pesat. Perkembangan pesat ini merujuk kepada
karakteristik bahan bersifat bio-based yang tidak merusak dan tidak mencemari
lingkungan. Dua karakter tersebut dapat dimiliki karena pada umumnya bahan –
bahan tersebut bersifat renewable, bersih, dan jumlahnya dapat tidak terhitung
sehingga tidak mengurangi keberadaannya di alam. Palm Fatty Acid Distillate
(PFAD) adalah produk samping dari pemurnian minyak kelapa sawit atau CPO
(Crude Palm Oil). Untuk setiap 100 ton CPO yang dihasilkan, terdapat 3,66 ton
PFAD (Chu, et.al., 2003). Produksi domestic CPO di Indonesia sendiri saat ini
adalah sebesar 31,5 juta ton di tahun 2014.
(sumber : http://www.mediaindonesia.com)
CPO dan PFAD memiliki potensi yang sama untuk diolah menjadi
monogliserida. Dengan transesterifikasi (gliserolisis), CPO dapat dikonversi
menjadi monogliserida. Untuk reaksi transesterifikasi ini, biasanya katalis yang
digunakan adalah basa. Aplikasi katalis basa ini menuntut komposisi CPO harus
minimal 99% trigliserida atau maksimal 1% FFA (Free Fatty Acid). Padahal
realitanya, CPO masih mengandung 3 – 7 % FFA. Ketika FFA berinteraksi
dengan katalis basa, dapat terjadi proses penyabunan atau saponifikasi sehingga
akan membuat reaksi menjadi tidak efisien dan proses pemisahan menjadi lebih
kompleks. Ide untuk mengonversi FFA dalam CPO melalui esterifikasi
menggunakan katalis asam hingga kadar FFA turun menyentuh angka di bawah
1% lalu dilanjutkan dengan reaksi transesterifikasi menggunakan katalis basa
untuk mengonversi trigliserida menjadi monogliserida, dipandang rumit untuk
kasus sintesis monogliserida sebagai bahan baku produksi alkyd resin.
Konversi PFAD menjadi monogliserida dapat diwujudkan melalui reaksi
esterifikasi. Khusus untuk reaksi esterifikasi ini, katalis yang biasa digunakan
adalah asam. PFAD pada umumnya tersusun atas sekitar 80% FFA, 15%
gliserida, 1% squalene, 0,5% vitamin E, 0,5% sterol, dan bahan – bahan lainnya.

1
FFA di dalam PFAD didominasi oleh asam palmitat dan asam oleat. FFA ini akan
menyerang salah satu gugus hidroksil dari gliserol untuk membentuk
monogliserida. Karena pada suhu kamar bahan ini berwujud padat, maka reaksi
harus dijalankan pada suhu di atas suhu solidifikasinya.
Gliserol sebagai senyawa trihidrat alkohol (polyol) memiliki sifat yang
sama dengan alkohol yang lainnya yaitu dapat membentuk ester, eter, aldehid, dan
amine. Yang membedakan adalah karena gliserol memiliki lebih dari 1 gugus
hidroksil. Gugus hidroksil yang banyak ini dapat direaksikan untuk membentuk
banyak senyawa turunan. Satu, dua, atau tiga gugus hidroksil ini dapat digantikan
oleh gugus yang lain untuk membentuk senyawa baru dengan karakteristik
tertentu yang diinginkan, menyesuaikan dengan aplikasi yang ditargetkan. Jadi,
penggunaan gliserol sebagai reaktan, memberikan kesempatan untuk
memodifikasi karakteristik produk turunan hasil reaksi.
Dari aspek lingkungan, gliserol merupakan produk samping dari produksi
biodiesel yang melibatkan trigliserida dan methanol. Produk utama reaksi ini
adalah biodiesel (FAME atau Fatty Acid Methyl Ester) dan produk samping yaitu
gliserol. Gliserol juga bisa didapatkan dari proses saponifikasi minyak pada
pembuatan sabun, atau pemisahan secara langsung dari lemak pada pemroduksian
asam lemak. Oleh karena itu, kedudukan gliserol sebagai bahan baku dapat
digolongkan sebagai bahan baku terbarukan.
Monogliserida banyak digunakan dalam bidang industri farmasi, kosmetik,
maupun dalam bidang pangan. Di dalam industri farmasi, monogliserida
digunakan sebagai zat emollient untuk transdermal. Dalam industri pangan,
monogliserida biasanya digunakan sebagai emulsifier dalam pembuatan produk –
produk pangan berlemak seperti margarin, kacang mentega, shortening, roti,
biscuit, es krim, dan lain – lain. Untuk industri kosmetik, monogliserida
digunakan sebagai zat pembentuk tekstur dan berfungsi untuk meningkatkan
konsistensi krim dan lotion, misalnya monopentadekanoilgliserol digunakan
sebagai zat aditif untuk perawatan rambut. Selain itu, karena monogliserida
bersifat lubrisitas dan plastis, maka monoglierida juga dapat digunakan di dlam
proses pembuatan tekstil, pembuatan plastic, dan juga digunakan di dalam
formulasi minyak untuk berbagai jenis mesin (Kaewthong, 2004).

2
Terbentuknya monogliserida ini menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa
masih terdapat “dua tangan” yang dapat direaksikan lebih lanjut baik posisi primer
atau sekunder. “Dua tangan” ini akan berguna di dalam sintesis alkyd resin.
Proses sintesis alkyd resin yang digunakan adalah proses dua tahap (two step
process). Dengan digunakannya proses dua tahap ini, maka idealnya jenis
monogliserida yang dihasilkan dari tahap pertama adalah monogliserida sekunder.
Oleh karena itu, dalam penelitian ini, akan dikaji lebih jauh jenis monogliserida
seperti apa yang dapat dihasilkan dari suatu kondisi reaksi. Jadi, jenis
monogliserida yang terbentuk akan teridentifikasi dan akan menjadi dasar dalam
penentuan reaksi berikutnya yaitu sintesis alkyd resin.

I.2 Keaslian Penelitian


Keaslian penelitian ini dapat dilihat pada berbagai studi yang sudah pernah
dilakukan terhadap pemanfaatan PFAD. Sejauh ini, pemanfaatan PFAD masih
banyak berfokus kepada konversi PFAD menjadi biodiesel sebagai sumber energi
terbarukan. Namun, PFAD sendiri ternyata dapat digunakan sebagai bahan baku
utama untuk pembuatan cat yang berfungsi sebagai pelapis permukaan (surface
coating). Esterifikasi PFAD menggunakan gliserol yang memiliki tiga gugus
hidroksil di dalam strukturnya, mendukung produk hasil esterifikasi ini untuk
digunakan sebagai bahan baku dalam sintesis alkyd resin ataupun reaksi
polimerisasi.
Di dalam penelitian ini, PFAD akan dimanfaatkan dengan melibatkannya
di dalam reaksi esterifikasi dengan gliserol menggunakan pelarut xylene untuk
mengeluarkan air dari dalam campuran reaksi. Studi oleh Kotwal, et.al. (2011)
mengenai esterifikasi asam lemak yaitu asam miristat, asam stearate, dan asam
oleat, adalah selalu menggunakan tekanan vakum untuk membuang air dari
campuran reaksi. Perlu diketahui bahwa air merupakan produk samping dari
esterifikasi yang dapat mempengaruhi kesetimbangan dan konversi PFAD
menjadi ester.
Karakterisasi untuk mengetahui jenis monogliserida yang terbentuk dan
mengetahui selektivitas pembentukan monogliserida juga sudah banyak dilakukan
oleh studi terdahulu. Dari hasil kajian terhadap penelitian yang dilakukan oleh

3
Rodriguez, et.al. (2012), diketahui bahwa sejauh ini sintesis 2-monogliserida
umumnya menggunakan katalis enzim lipase yang diketahui memiliki sifat 1,3-
positional specific. Penggunaan katalis enzim untuk sintesis 2-monogliserida ini
pun ternyata tidak dalam kondisi reaksi esterifikasi melainkan alkoholisis
menggunakan trigliserida (seperti vegetable oil) dan etanol (bukan polialkohol
karena gugus hidroksilnya cuma satu).
Studi yang dilakukan oleh Ratanaphtra (2010) mempelajari reaksi
esterifikasi methanol dengan asam miristat dengan bantuan katalis zirconia
tersulfatasi (SO42-/ ZrO2). Katalis padat yang digunakan merupakan hasil
impregnasi ion sulfat ke dalam catalyst support yaitu ZrO2. Dengan demikian,
mayoritas studi yang sudah dilakukan terkait reaksi esterifikasi menggunakan
katalisator padat adalah reaksi esterifikasi yang melibatkan asam karboksilat yang
pada suhu kamar berfase cair. Alkohol yang digunakan juga biasanya merupakan
senyawa dengan satu gugus hidroksil seperti metanol, etanol, dan isopropanol.
Katalis yang digunakan juga hasil dari impregnasi.
Untuk reaksi esterifikasi antara PFAD dan gliserol dengan bantuan katalis
padat resin kation masih sangat jarang dilakukan terutama pada penekanan studi
mekanisme reaksi yang tepat untuk pembentukan monogliserida jenis tertentu
(dalam hal ini 2-monogliserida). Oleh karena itu, penelitian ini akan fokus kepada
studi mekanisme reaksi esterifikasi antara PFAD dan gliserol menggunakan
katalisator padat resin kation.

I.3 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat mendukung upaya pemanfaatan hasil
samping produksi CPO yang melimpah yaitu PFAD sehingga memiliki eco-green
added value. Pemahaman mekanisme reaksi yang tepat untuk pemanfaatan PFAD
sebagai material surface coating menjadi pengetahuan dasar yang akan
bermanfaat. Mekanisme reaksi yang tepat akan mampu menghasilkan
monogliserida jenis tertentu. Dengan bisa diprediksinya jenis monogliserida
tertentu yang dapat terbentuk dari suatu mekanisme reaksi yang tertentu, maka
sintesis alkyd resin dan reaksi polimerisasi pada tahap berikutnya pun bisa segera
dibakukan jika bahan baku monogliserida-nya bisa diprediksi. Dengan demikian,

4
akan bisa diperoeh proses yang pasti dari hulu ke hilir dalam proses produksi
surface coating berbasis PFAD.

I.4 Tujuan Penelitian


Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mempelajari reaksi
esterifikasi PFAD – gliserol dengan katalisator padat. Tujuan khususnya adalah
sebagai berikut :
1. Mempelajari pengaruh katalis padat, temperatur reaksi, dan rasio molar
PFAD : gliserol terhadap hasil reaksi.
2. Menentukan model dan mekanisme reaksi yang sesuai untuk esterifikasi
PFAD menggunakan gliserol.
3. Mengetahui komposisi monogliserida, digliserida, dan trigliserida serta
monogliserida primer dan sekunder yang terbentuk.

Anda mungkin juga menyukai