Anda di halaman 1dari 21

PENAPISAN DAN ANALISIS KUALITATIF SENYAWA

METABOLIT SEKUNDER
I. Tujuan
Untuk mengetahui unsur kimia yang terkandung dalam tumbuhan dengan cara
fotokimia.
II. Teori

Metabolit sekunder dihasilkan melalui tahap-tahap reaksi dalam jaringan


tumbuhan yang disebut biosintesis. Alkaloid, terpenoid, steroid, dan flafonoid
merupakan beberapa contoh senyawa yang dihasilkan dari biosintesis tersebut.
Penelitian kandungan kimia untuk satu tanaman (daun, batang, kulit batang, akar, dll)
atau melakukan penapisan kandungan kimia terhadap berbagai sepsis tanaman dalam
satu famili pada bagian tertentu akan memberikan informasi tentang tingkat evolusi.

(Sabarwati, 2006 : 45)

Beberapa contoh dari metabolit sekunder adalah:


Kelas Contoh Senyawa Contoh Sumber Efek dan kegunaan
SENYAWA
MENGANDUNG
NITROGEN
Alkaloid Nikotin, kokain, Tembakau, coklat Mempengaruhi
teobromin neurotransmisi dan
menghambat kerja
enzim
TERPENOID
Monoterpena Mentol, linalool Tumbuhan mint Mempengaruhi
dan banyak neurotransmisi,
tumbuhan lainnya menghambat
transpor ion,
anestetik
Diterpena Gossypol Kapas Menghambat
fosforilasi, toksik
Triterpena, glikosida Digitogenin Digitalis (Foxglove Stimulasi otot
kardiak (jantung) digitalissp.) jantung,
memengaruhi

1
transpor ion
Sterol spinasterol Bayam Mempengaruhi kerja
hormon hewan
FENOLIK
Asam fenolat Kafeat, Semua tanaman Menyebabkan
klorogenat kerusakan oksidatif,
timbulnya warna
coklat pada buah dan
wine.
Tannins gallotanin, tanin oak, kacang- Mengikat protein,
terkondensasi kacangan enzim, menghambat
digesti, antioksidan.
Lignin Lignin Semua tanaman Struktur, serat
darat
(Anonim. 2012)

Penapisan fitokimia dilakukan menurut metode Cuiley (1984). Penapisan


fitokimia dilakukan untuk mengetahui komponen kimia pada tumbuhan tersebut secara
kualitatif. Misalnya: identifikasi tannin dilakukan dengan menambahkan 1-2 ml besi
(III) klorida pada sari alkohol. Terjadinya warna biru kehitaman menunjukkan adanya
tanin galat sedang warna hijau kehitaman menunjukkan adanya tanin katekol.
(Praptiwi et al, 2006). Pelarut yang digunakan untuk ekstraksi harus mempunyai
kepolaran yang berbeda. Hal ini disebabkan kandungan kimia dari suatu tumbuhan
hanya dapat terlarut pada pelarut yang sama kepolarannya, sehingga suatu golongan
senyawa dapat dipisahkan dari senyawa lainnya.
(Sumarnie et al, 2005 : 57 )
Hingga saat ini sudah banyak sekali jenis fitokimia yang ditemukan, saking
banyaknya senyawa fitokimia yang didapatkan maka dilakukan penggolongan senyawa
agar memudahkan dalam mempelajarinya, adapun golongan senyawa fitokimia dapat
dibagi sebagai berikut: (1) Alkaloid, alkaloid adalah sebuah golongan senyawa basa
bernitrogen yang kebanyakan heterosiklik dan terdapat di tetumbuhan. (2)
Flavonoid, flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam terbesar yang terdapat
dalam semua tumbuhan berpembuluh. Semua flavonoid, menurut strukturnya
merupakan turunan senyawa induk flavon yang mempunyai sejumlah sifat yang sama.

2
Dalam tumbuhan, aglikon flavonoid terdapat dalam berbagai bentuk struktur. Semuanya
mengandung atom karbon dalam inti dasarnya yang tersusun dalam konfigurasi C6-C3-
C6, yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh satuan tiga karbon yang dapat
atau tidak dapat membentuk cincin ketiga. (3) Kuinon, senyawa dalam jaringan yang
mengalami okisdasi dari bentuk kuinol menjadi kuinon. (4) Tanin dan Polifenol, Tanin
adalah polifenol tanaman yang berfungsi mengikat dan mengendapkan protein..
Polifenol alami merupakan metabolit sekunder tanaman tertentu, termasuk dalam atau
menyusun golongan tanin. (5) Saponin, saponin adalah suatu glikosida yang ada pada
banyak macam tanaman. Fungsi dalam tumbuh-tumbuhan tidak diketahui, mungkin
sebagai bentuk penyimpanan karbohidrat, atau merupakan waste product dari
metabolisme tumbuh-tumbuhan. (6) TriTerpenoid, TriTerpenoid adalah senyawa yang
kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis
dirumuskan dari hidrokarbon yang kebanyakan berupa alcohol, aldehida atau asam
karbohidrat.
(Nurhari, 2010 : 120-122)
Psidium guajava (daun jambu biji)
Sumatra : Glima breueh ( Aceh), galiman (Batak), Masiambu (Nias)
Jawa : Jambu klutuk (Sunda), Jambu bigi (Madura)
Nusa Tenggara: Sotong (Bali)
Maluku : Kayawase, Lutu hatu, Jambu rutuno

Daun Jambu Biji memiliki kandungan flavonoid yang sangat tinggi,


terutama quercetin. Senyawa tersebut bermanfaat sebagai antibakteri, kandungan pada
daun Jambu biji lainnya seperti saponin, minyak atsiri, tanin, anti mutagenic, flavonoid,
dan alkaloid yang belakangan ini dijadikan sebagai deodoran alami. Itu karena daun
jambu biji yang bersifat anti-bakteri dapat melawan pertumbuhan Staphylococcus
Epidermis yang merupakan penyebab bau badan. Daun jambu biji juga mengandung zat
lain seperti asam ursolat, asam psidiolat, asam kratogolat, asam oleanolat, asam
guajaverin dan vitamin.

(Anonim. 2012)

3
III. Prosedur Percobaan
3.1 Alat dan Bahan
Alat :
 Erlenmeyer 250 mL
 Gelas ukur 50 mL
 Corong
 Cawan porselin
 Corong pisah
 Tabung reaksi
 Pipet tetes
 Lempeng porselin

Bahan :

 Bagian dari tumbuhan


 Methanol
 Larutan H2SO4 2M
 Kloroform
 NH4OH
 H2SO4 pekat
 Larutan HCl 2N
 Sebuk Mg
 Anhidrida asetat
 Etanol HCl pekat
 Amilalkohol
 Larutan NaOH 1 N
 Larutan FeCl3 1%
 Pereaksi Bouchardat
 Pereaksi Dragendroff
 Pereaksi Meyer

4
3.2 Skema kerja
1. Pengumpulan bahan tumbuhan
50 gr sampel tumbuhan
Dikumpulkan
Dicatat nama ilmiah dan nama local
Hasil

2. Penapisan senyawa metabolit sekunder


10 gr sampel tumbuhan

Dipotong kecil-kecil

100 mL campuran
methanol-air
Ditambahkan kedalam sampel
Diaduk
Didiamkan selama 5-15 menit
Disaring
Filtrat
Diuapkan pada 40˚C
H2SO4 2M

Ditambahkan ke filtrat

5-15 mL CHCl3
Digunakan untuk mengekstrak filtrat sebanyak 3 kali
Dipisahkan 2 lapisan yang terbentuk
Hasil

3. Identifikasi senyawa golongan terpenoid/steroid dengan uji Lieberman-


Burchard
1-2 mL ekstrak CHCl3
Dimasukkan kedalam tabung reaksi
2 tetes anhidrida

Ditambahkan kedalam tabung reaksi


Diaduk
1-2 tetes H2SO4 pekat
Ditambahkan kedalam tabung reaksi
Diamati warna yang terbentuk
Hasil

5
4. Identifikasi senyawa golongan saponin
10 mL ekstrak CHCl3
Dimasukkan kedalam tabung reaksi
Dikocok vertikal selama 10 detik
1 tetes larutan HCl 2N
Ditambahkan kedalam tabung reaksi
Hasil

5. Identifikasi senyawa golongan flavonoid


5 mL ekstrak CHCl3
Dimasukkan kedalam tabung reaksi
Serbuk Mg, 2 mL larutan etanol-HCl, 5 mL amilalkohol
Ditambahkan kedalam tabung reaksi
Dikocok
Diamati perubahan warna
Hasil

6. Identifikasi senyawa golongan kiunon


5 mL ekstrak CHCl3
Ditambahkan kedalam tabung reaksi
2 mL larutan NaOH
1N Ditamabahkan kedalam tabung reaksi
Diaduk dan diamati warna yang terbentuk
Hasil

7. Identifikasi senyawa golongan tannin


Sejumlah ekstrak CHCl3
Dimasukkan kedalam lempeng porselin
Beberapa tetes larutan FeCl3 1%
Ditambahkan kedalam lempeng porselin
Hasil

8. Identifikasi senyawa golongan alkaloid


Uji dengan pereaksi Bouchardat
Sejumlah ekstrak CHCl3-metanol
Dimasukkan kedalam lempeng porselin
pereaksi Bouchardat
Ditambahkan kedalam lempeng porselin
Hasil

6
Uji dengan pereaksi Meyer
1 mL ekstrak CHCl3-metanol

Dimasukkan kedalam lempeng porselin


1-2 tetes pereaksi Meyer
Ditambahkan kedalam lempeng porselin
Hasil

Uji dengan pereaksi Dragendroff


1 mL ekstrak CHCl3-metanol

Dimasukkan kedalam lempeng porselin


1-2 tetes pereaksi Dragendroff

Ditambahkan kedalam lempeng porselin


Hasil

7
IV. Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil
Perlakuan Hasil
Identifikasi golongan 2 mL ekstrak CHCl3 + 2 Tidak terjadi
terpenoid/steroid dengan uji tetes anhidrida asetat + 2 perubahan warna
Lieberman- Burchard tetes H2SO4 pekat
Identifikasi senyawa 10 mL ekstrak CHCl3 Saat dikocok tidak
golongan saponin dikocok + 1 tetes HCN 2N terapat busa,
Saat penambahan
HCN tidak terjadi
perubahan
Identifikasi senyawa 5 mL ekstrak CHCl3 + Saat penambahan
golongan flavanoid setengah spatula serbuk Mg serbuk Mg timbul
+ 2 mL larutan etanol-HCl busa dan larutan terasa
(1 : 1) + 5 mL amilalkohol panas,
Saat penambahan
etanol-HCl dan
amilalkohol timbul
warna merah
Identifikasi senyawa 5 mL ekstrak CHCl3 + 2 mL Terbentuk warna
golongan kuinon larutan NaOH 1 N merah
Identifikasi senyawa 1 tetes ekstrak CHCl3 + 1 Terbentuk warna
golongan tanin tetes larutan FeCl3 1% hitam
Identifikasi senyawa
golongan alkaloid
- Uji dengan pereaksi - 1 mL ekstrak CHCl3 + 2 - Terbentuk endapan
Meyer tetes pereaksi Meyer berwarna kuning
- Uji dengan pereaksi - 1 mL ekstrak CHCl3 + 2 - Terbentuk endapan
Dragendroff tetes pereaksi berwarna jingga
Dragendroff

8
4.2 Pembahasan

Fitokimia atau kadang disebut fitonutrient, dalam arti luas adalah segala jenis zat
kimia atau nutrien yang diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk sayuran dan buah-
buahan. Fitokimia biasanya digunakan untuk merujuk pada senyawa yang ditemukan
pada tumbuhan yang tidak dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh, tapi memiliki efek
yang menguntungkan bagi kesehatan atau memiliki peran aktif bagi pencegahan
penyakit
Penapisan kimia merupakan tahap awal dari pengerjaan secara kimia. Metode
yang digunakan harus bersifat sederhana, pengerjaannya cepat, menggunakan peralatan
yang minimun, menggunakan reagen yang selektif terhadap suatu golongan senyawa
tertentu, memiliki limit deteksi yang rendah dan memberikan informasi tambahan
mengenai ada atau tudaknya gugus fungsi tertentu.
Metabolit sekunder adalah senyawa metabolit yang tidak esensial bagi
pertumbuhan organisme dan ditemukan dalam bentuk yang unik atau berbeda-beda
antara spesies yang satu dan lainnya. Setiap organisme biasanya menghasilkan senyawa
metabolit sekunder yang berbeda-beda, bahkan mungkin satu jenis senyawa metabolit
sekunder hanya ditemukan pada satu spesies dalam suatu kingdom. Senyawa ini juga
tidak selalu dihasilkan, tetapi hanya pada saat dibutuhkan saja atau pada fase-fase
tertentu.
Fungsi metabolit sekunder adalah untuk mempertahankan diri dari kondisi
lingkungan yang kurang menguntungkan, misalnya untuk mengatasi hama dan penyakit,
menarik polinator, dan sebagai molekul sinyal. Singkatnya, metabolit sekunder
digunakan organisme untuk berinteraksi dengan lingkungannya.
Senyawa metabolit sekunder yang banyak terkandung dalam tanaman
merupakan sumber bahan kimia yang tidak akan pernah habis. Senyawa metabolit
sekunder merupakan senyawa yang dapat digunakan dalam kepentingan pengobatan dan
industri. Oleh karena itu, pengisolasian dan pengembangan metabolit sekunder amatlah
berguna.
Sampel yang digunakan pada percobaan ini yaitu daun jambu biji, dengan nama
latin Psidium guajava. Sedangkan nama untuk tiap daerahnya berbeda-beda seperti,
Glima breueh ( Aceh), galiman (Batak), Masiambu (Nias), Jambu klutuk (Sunda),

9
Jambu bigi (Madura), Sotong (Bali), Kayawase, Lutu hatu, dan Jambu rutuno
(Maluku).
Daun Jambu Biji (Psidium guajava) memiliki kandungan flavonoid yang sangat
tinggi, terutama quercetin. Senyawa tersebut bermanfaat sebagai antibakteri, kandungan
pada daun Jambu biji lainnya seperti saponin, minyak atsiri, tanin, anti mutagenic,
flavonoid, dan alkaloid yang belakangan ini dijadikan sebagai deodoran alami. Itu
karena daun jambu biji yang bersifat anti-bakteri dapat melawan pertumbuhan
Staphylococcus Epidermis yang merupakan penyebab bau badan. Daun jambu biji juga
mengandung zat lain seperti asam ursolat, asam psidiolat, asam kratogolat, asam
oleanolat, asam guajaverin dan vitamin.
Hal pertama yang harus dilakukan dalam pengujian fitokimia adalah
pengumpulan bagian tanaman. Pengujian dengan menggunakan sampel tumbuhan yang
masih segar dimaksudkan untuk menghindari rusaknya jaringan sel tumbuhan.
Kerusakan jaringan ini dapat berakibat pada hilang atau rusaknya senyawa aktif yang
dikandung tanaman itu akibat panas atau tanaman tersebut terlalu lama didiamkan maka
dikhawatirkan senyawa aktifnya akan rusak disebabkan oleh enzim atau air yang
terdapat pada tumbuhan yang ditandai dengan perubahan warna (layu atau kering).
Dalam pengujian fitokimia, untuk mengetahui kandungan senyawa metabolit
sekundernya (alkaloid, steroid, triterpenoid dan saponin), sampel daun tumbuhan
Psidium guajava dipotong-potong sampai hancur dan kemudian ditumbuk sampai halus,
sehingga dinding sel tumbuhan terbuka sehingga metabolit sekunder lebih mudah keluar
dan lebih mudah diekstraksi.
10 gr sampel yang sudah dipotong-potong halus ditambahkan methanol-air 100
mL campuran metanol-air. Campuran ini didiamkan selama 15 menit, hal ini dilakukan
untuk mendapatkan ekstrak dari daun jambu biji. Setelah 15 menit, diperolehlah ekstrak
sampel daun jambu biji yang berwarna hijau cerah dengan volume 89 mL. Ekstrak daun
jambu biji ini kemudian diuapkan sampai volumenya menjadi 79 mL pada suhu 40℃.
Setelah itu, larutan diasamkan dengan penambahan H2SO4 2 M, sehingga diperoleh ph
campuran adalah 5. Filtrat ini kemudian diekstraksi dengan CHCl3 (Kloroform)
sebanyak 30 mL. Hasil ekstraksi ini terbentuk 2 lapisan. Lapisan bawah adalah ekstrak
dengan kloroform, Lapisan atas adalah Air-asam. Pemisahan ini hanya dilakukan

10
berdasarkan perkiraan saja, karena tidak terjadi pemisahan terhadap sampel, dan tidak
terjadi juga perbedaan kecerahan warna, sehingga tidak diperoleh hasil yang
memuaskan pada larutan yang diekstrak.
Lapisan bawah (larutan ekstrak dengan kloroform) digunakan untuk identifikasi
golongan terpenoid/steroid dengan uji Lieberman – Burchard, senyawa golongan
saponin, senyawa golongan flavanoid, senyawa golongan kuinon, dan senyawa
golongan tanin. Sedangkan, lapisan air-asam dibasakan dengan penambahan NaOH
sehingga pH larutan yang diperoleh adalah 10. Lapisan ini digunakan untuk identifikasi
senyawa golongan alkaloid Uji dengan pereaksi Meyer dan Uji dengan pereaksi
Dragendroff.

A. Identifikasi golongan terpenoid/steroid dengan uji Lieberman – Burchard


Terpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari 6 satuan
isopren dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asilik, yaitu skualen.
Senyawa ini berstruktur siklik yang nisbi rumit, kebanyakan berupa alkohol, aldehida,
atau asam karboksilat. Mereka berupa senyawa tanwarna, berbentuk kristal, sering kali
bertitik leleh tinggi dan aktif optik , yang umumnya sukar dicirikan karena tak ada
kerektifan kimianya.

Struktur: - Asiklik : misal : skualen.

- Siklik : - mono

- bi

- tri

- tetra

- penta

Triterpenoid yang paling penting dan tersebar luas ialah triterpenoid penta siklik.
Struktur kimia triterpenoid terdapat dalam bentuk bebas atau glikosida.
Bentuk bebas : kepolarannya menengah.
glikosida : kepolarannya polar.

11
Struktur senyawa terpenoid
Steroid adalah triterpena yang kerangka dasarnya sistem cincin siklopentana
perhidrofenantren dan merupakan senyawa organik yang berasal dari hewan dan
tumbuhan dengan struktur inti molekulnya C-17, tetrasiklis dengan susunan 3 cincin
segienam dan 1 cincin segi lima. Serupa dengan triterpen tetrasiklis, tetapi tidak
mempunyai gugus metil pada C-4 dan C-14.
Ciri umum steroid nabati adalah:
1) Adanya gangguan OH pada C-3
2) Adanya ikatan rangkap antara C5 dan C6
Identifikasi Steroid:
a. Reaksi Lieberman buchardat
b. KLT
fase diam : silika gel 60 F254
fase gerak : CHCl3 : Etil asetat (2:1)
deteksi :
UV 254 nm : fluorescensi lemah
UV 366 nm : tidak berfluorescensi
penampak bercak: anisaldehid sulfat
(panaskan 1050C 2-5 menit) ungu s/d biru ungu
Untuk pengujian kandungan terpenoid dan streoid dalam sampel daun, ekstrak
eter ditambahkan pereaksi Lieberman-Buchard (L-B), yaitu campuran asam asetat
anhidrid dengan asam sulfat pekat (2:1).
Indikasi positif steroid ditandai dengan perubahan warna menjadi biru atau
hijau. Warna biru atau hijau bukan merupakan warna yang diserap melainkan warna
komplementer. Warna yang diserap adalah warna jingga sehingga diketahui steroid

12
menyerap pada panjang gelombang 585-647 nm. Sedangkan pada triterpenoid indikasi
positif ditandai dengan perubahan warna menjadi merah, ungu atau coklat.
Warna yang diserap oleh triterpenoid adalah warna hijau dengan panjang
gelombang 491-570 nm. Gugus –OH pada triterpenoid akan mengalami pergeseran
panjang gelombang yang diserap sehingga warna yang ditimbulkan berbeda. Jadi warna
merah, ungu atau coklat adalah warna komplementer. Reaksi pembentukan warna ini
dapat terjadi karena adanya gugus kromofor (gugus tak jenuh) yang disebabkan oleh
absorpsi panjang gelombang tertentu oleh senyawa organik.
Senyawa organik dengan konjugasi yang ekstensif menyerap panjang
gelombang tertentu karena adanya transisi electron, sehingga warna yang diserap bukan
warna yang tampak melainkan warna komplementernya. Jika sampel mengandung
triterpenoid dan steroid sekaligus maka warna yang pertama kali timbul adalah warna
triterpenoid kemudian disusul warna steroid. Hal ini disebabkan karena panjang
gelombang yang diserap oleh triterpenoid lebih panjang artinya energinya lebih rendah
sehingga akan muncul lebih dahulu. Hasil dari percobaan ini adalah wana hijau atau
biru tidak muncul ini menandakan bahwa sampel daun tidak mengandung
terpenoid/steroid.
Reaksi Lieberman-Buchard :

13
B. Identifikasi senyawa golongan saponin
Saponin adalah suatu glikosida yang mungkin ada pada banyak macam tanaman.
Saponin ada pada seluruh tanaman dengan konsentrasi tinggi pada bagian-bagian
tertentu, dan dipengaruhi oleh varietas tanaman dan tahap pertumbuhan. Fungsi dalam
tumbuh-tumbuhan tidak diketahui, mungkin sebagai bentuk penyimpanan karbohidrat,
atau merupakan waste product dari metabolisme tumbuh-tumbuhan. Kemungkinan lain
adalah sebagai pelindung terhadap serangan serangga.
Sifat-sifat Saponin adalah:
1) Mempunyai rasa pahit
2) Dalam larutan air membentuk busa yang stabil
3) Menghemolisa eritrosit
4) Merupakan racun kuat untuk ikan dan amfibi
5) Membentuk persenyawaan dengan kolesterol dan hidroksisteroid lainnya
6) Sulit untuk dimurnikan dan diidentifikasi
7) Berat molekul relatif tinggi, dan analisis hanya menghasilkan formula empiris
yang mendekati.
Toksisitasnya mungkin karena dapat merendahkan tegangan permukaan (surface
tension). Dengan hidrolisa lengkap akan dihasilkan sapogenin (aglikon) dan karbohidrat
(hexose, pentose dan saccharic acid).

Berdasarkan atas sifat kimiawinya, saponin dapat dibagi dalam dua kelompok:
1) Steroids dengan 27 C atom.
2) Triterpenoids, dengan 30 C atom

Stuktur senyawa saponin

14
Adanya saponin ditandai dengan timbulnya busa setelah pengocokan dengan
akuades panas dan busa konstan selama 15 menit. Busa tersebut terbentuk karena
adanya gelembung-gelembung udara yang terjebak dalam larutan. Saponin merupakan
zat yang memiliki senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun sehingga
pengenalannya dapat dilakukan degan mudah. Berikut reaksinya :

Saponin merupakan komponen lipida polar yang bersifat ampifilik (memiliki


gugus hidrofilik dan gugus hidrofobik). Di dalam sistem cair, lipida cair secara spontan
terdispersi membentuk misel dengan ekor filik yang bersinggungan dengan medium
cair. Misel tersebut dapat mengandung ribuan molekul lipida. Lipida cair membentuk
suatu lapisan dengan ketebalan satu molekul yaitu lapisan tunggal. Pada sistem tersebut,
ekor hidrokarbon terbuka sehingga terhindar dari air dan lapisan hidrofilik memanjang
ke air yang bersifat polar, sistem inilah yang disebut denga busa.
Dalam percobaan ini, tidak didunakan air panas saat pengocokan melainkan
HCN. Saat penambahan HCN tidak timbul busa itu artinya sampel tidak mengandung
senyawa saponin. Seharusnya saponin pada sampel positif, hasil negatif ini mungkin
disebabkan karena kandungan senyawa saponin yang sedikit, sehingga saat diekstraksi
saponin tidak terikat.

C. Identifikasi senyawa golongan flavanoid


Semua flavonoid, menurut strukturnya, merupakan senyawa induk flavon yang
terdapat berupa tepung putih pada tumbuhanPrimula, dan semuanya mempunyai
sejumlah sifat yang sama. Saat ini dikenal sekitar 20 jenis flavonoid.
Flavonoid terutama berupa senyawa yang larut dalam air. Mereka dapat
diekstraksi dengan alkohol 70% dan tetap ada pada lapisan air setelah ekstrak dikocok

15
dengan eter minyak bumi. Flavonoid berupa senyawa fenol, karena itu warnanya
berubah bila di tambah basa atau amoniak, jadi flavonoid mudah dideteksi pada
kromatogram atau dalam larutan.
Flavonoid mengandung sistem aromatik yang terkonyugasi dan karena itu
menunjukan pita serapan kuat pada spektrum UV dan spektrum tampak. Flavonoid
umumnya terdapat dalam tumbuhan, terikat pada gula sebagai glikosida dan aglikon
flavonoid.
Flavonoid terdapat dalam tumbuhan sebagai campuran, jarang sekali dijumpai
hanya flavonoid tunggal dalam jaringan tumbuhan. Disamping itu, sering terdapat
campuran yang terdiri atas flavonoid yang berbeda kelas. Antosianin berwarna yang
terdapat dalam daun bunga hampir selalu disertai oleh flavon dan flavonolol tanwarna.
Flavonoid mempunyai rumus umum, C6C3C6.

Struktur senyawa Flavonoid


Flavonoid merupakan senyawa polar karena mempunyai sejumlah gugus
hidroksil. Oleh karena itu, umumnya flavonoid larut dalam pelarut polar seperti
metanol. Metanol berfungsi sebagai pembebas flavonoid dari bentuk garamnya,
kemudian ditambahkan asam sulfat 2N, asam sulfat berfungsi untuk protonasi flavonoid
sehingga terbentuk garam flavonoid. Setelah itu ditambahkan bubuk magnesium. Hasil
positif ditunjukkan dengan larutan berubah warna menjadi orange. Reaksi yang terjadi
dapat dilihat dari reaksi berikut:

16
Dari percobaan yang dilakukan hasilnya Saat penambahan serbuk Mg timbul
busa dan larutan terasa panas, dan saat penambahan etanol-HCl dan amilalkohol timbul
warna merah. Ini menandakan bahwa sampel positif mengandung flavonoid.

D. Identifikasi senyawa golongan kuinon


Kuinon adalah senyawa berwarna dan mempunyai kromofor dasar seperti
kromofor pada benzokuinon, yang terdiri atas 2 gugus karbonil yang
berkonyugasi dengan 2 ikatan rangkap karbon – karbon. Untuk tujuan identifikasi,
kuinon dapat dipilah menjadi 4 kelompok: benzokuinon, naftokuinon, antrakuinon, dan
kuinon isoprenoid. Tiga kelompok pertama biasanya terhidroksilasi dan bersifat
senyawa fenol serta mungkin terdapat in vivo dalam bentuk gabungan dengan gula
sebagai glkosida atau kuinol tanwarna, kadang-kadang juga bentuk dimer. Dalam hal
demikian, diperlukan hidrolisis asam untuk melepaskan kuinon bebas nya. Kuinon
isoprenoid terlibat dalam respirasi sel dan fotosintesis dan dengan demikian kuinon
tersebar secara merata dalam tumbuhan.
Warna pigmen kuinon alam beragam, mulai dari kuning pucat sampai ke hampir
hitam. Walaupun kuinon tersebar secara luas, namun perannya terhadap warna
tumbuhan sangat kecil. Jadi, pigmen ini sering terdapat dalam kulit, akar, atau jaringan
lain, namun warna pigmen kuinon ini tidak mendominasi.
Deteksi pendahuluan kuinon, untuk memastikan suatu pigmen termasuk kuinon
atau bukan, dapat dilakukan dengan reaksi warna. Reaksi yang khas adalah reduksi
bolak-balik yang mengubah kuinon menjadi senyawa berwarna, kemudian warna
kembali lagi bila terjadi oksidasi oleh udara. Reaksi dapat digunakan dengan
menggunakan natrium borohidrida dan oksidasi ulang dapat dilakukan dengan
mengocok larutan itu diudara. Untuk kebanyakan kuinon, hasil uji reduksi dalam larutan
yang agak basa lebih mencolok dan oksidasi ulang di udara lebih cepat. Kuinon
menunjukan geseran batokrom yang kuat dalam basa, tetapi ini bukan ciri khasnya.
Dari percobaan hasilnya saat ditambahkan 2 mL NaOH 1N terbentuk warna
merah, yang menandakan bahwa sampel positif mengandung senyawa kuinon.

17
E. Identifikasi senyawa golongan tanin
Tanin merupakan suatu senyawa golongan yang terbesar dari senyawa kompleks
yang tersebar luas pada dunia tumbuhan. Tanin dianggap senyawa kompleks yang
dibentuk dari campuran polifenol yang sangat sukar dipisahkan karena tidak dapat
dikristalkan. Tanin umumnya terdapat dalam organ: daun, buah, kulit batang, dan kayu.
Didalam tumbuhan letak tanin terpisah dari protein dan enzim sitoplasma, tetapi bila
jaringan rusak, misalnya bila hewan memakannya maka reaksi penyamakan dapat
terjadi. Reaksi ini menyebabkan protein lebih sukar dicapai oleh cairan pencernaan
hewan.
Tanin dapat berfungsi sebagai astringent dan memiliki kemampuan untuk
menyamak kulit. Secara kimia, tanin adalah ester yang dapat dihidrolisis oleh
pemanasan dengan larutan asam sampai menghasilkan senyawa fenol, biasanya
merupakan derivate atau turunan dari asam garlic dan gula. Identifikasi senyawa tannin
memberikan hasil positif yang ditunjukkan dengan terbentuknya warna hitam pada
larutan. Pada percobaan ini, hasilnya saat sampel ditambahkan 1 tetes FeCl3 1% adalah
terbentuk warna hitam, dengan ini menandakan bahwa sampel positif mengandung
tanin.
Percobaan selanjutnya adalah, air-asam yang diperoleh pada hasil ekstraksi yang
pertama dibasakan sampai PH 10 dengan menggunakan NH4OH, tujuan dibasakan
untuk mengendapkan alkaloid agar dapat diperoleh alkaloid dalam bentuk garam atapun
alkaloid dalam bentuk basa bebas, yang kemudian diekstraksi dengan menggunakan
campuran CHCl3-metanol sebanyak 2 kali untuk memperoleh hasil yang lebih baik,
campuran CHCl3-metanol digunakan dengan tujuan dapat menarik senyawa alkaloid
karena alkaloid mempunyai kelarutan yang baik dalam kloroform maupun alkohol,
tetapi tidak larut dalam air meskipun dapat, larut dalam air panas.
Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan
dialam. Hampir seluruh senyawa alkaloida berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar
luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Semua alkaloida mengandung paling sedikit satu
atom nitrogen yang biasanya bersifat basa dan dalam sebagian besar atom nitrogen ini
merupakan bagian dari cincin heterosiklik. Hampir semua alkaloida yang ditemukan
dialam mempunyai keaktifan biologis tertentu, ada yang sangat beracun tetapi ada pula

18
yang sangat berguna dalam pengobatan. Misalnya kuinin, morfin dan stiknin adalah
alkaloida yang terkenal dan mempunyai efek sifiologis dan psikologis. Alakaloida dapat
ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan seperti biji, daun, ranting dan kulit batang.
Alakloida umumnya ditemukan dalam kadar yang kecil dan harus dipisahkan dari
campuran senyawa yang rumit yang berasal dari jaringan tumbuhan. Alkaloida tidak
mempunyai tatanam sistematik, oleh karena itu, suatu alkaloida dinyatakan dengan
nama trivial, misalnya kuinin, morfin dan stiknin. Hampir semua nama trivial ini
berakhiran –in yang mencirikan alkaloida.

Struktur senyawa alkaloid


Adanya kandungan alkaloid ditandai dengan adanya endapan. Hal ini terjadi
karena senyawa alkaloid mengandung atom nitrogen yang memiliki pasangan elektron
bebas. Elektron bebas ini akan disumbangkan pada atom logam berat membentuk
senyawa kompleks dengan gugus yang mengandung atom nitrogen sebagai ligannya.
Senyawa kompleks ini tidak larut (mengendap) dan memberikan warna sesuai dengan
pereaksi yang digunakan. Dengan pereaksi Dragendorff akan terbentuk endapan jingga
dan dengan pereaksi Meyer akan terbentuk endapan kuning. Reaksi yang terjadi yaitu :

A. Uji dengan Pereaksi Meyer

19
B. Uji dengan Pereaksi Dragendroff

Dari percobaan yang dilakukan, baik uji dengan pereaksi Meyer maupun
pereaksi Dragendroff alkaloid positif ada pada sampel. Hal ini ditandadi dengna
timbulnya endapan warna kuning pada pereaksi Meyer dan endapan berwarna jingga
pada pereaksi Dragendroff.

20
V. Penutup
5.1 Kesimpulan
1. Kandungan senyawa alkaloid positif dalam Psidium guajava, hal ini diketahui
dengan adanya endapan saat uji dengan pereaksi Meyer berwarna kuning dan
Dragendroff berwarna jingga .
2. Kandungan senyawa flavonoid positif dalam Psidium guajava, hal ini
diketahui dengan menambahkan setengah spatula serbuk Mg, 2 mL larutan
etanol-HCl (1 : 1), dan 5 mL amilalkohol dan timbul warna merah pada
larutan.
3. Kandungan senyawa kuinon positif dalam Psidium guajava, hal ini diketahui
saat penambahan 2 mL larutan NaOH 1 N terbentuk warna merah pada
larutan.
4. Kandungan senyawa tanin positif dalam Psidium guajava, hal ini diketahui
saat penambahan 1 tetes larutan FeCl3 1% terbentuk warna hitam pada
larutan.
5. Psidium guajava tidak mengandung terpenoid/steroid karena tidak terjadi
perubahan warna biru ataupun hijau saat penambahan 2 tetes anhidrida asetat
dan 2 tetes H2SO4 pekat.

5.2 Saran
Ada baiknya sebelum praktikum, semua prosedur kerja dipahami, sehingga
praktikum dapat berjalan kondusif.

VI. Daftar Pustaka


Anonim. 2013. Laporan akhir praktikum. Diakses tanggal 1/05/2014.
http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/2013/07/blog-post.html
Anonim. 2012. Laporan organik II penapisan fotokimia. Diakses tanggal
1/05/2014.
http://blognya-sukma.blogspot.com/2012/05/laporan-organik-ii-penapisan-
fitokimia.html
Nurhari, Ogi. 2010. Uji Fitokimia-Terpenoid. Bandung : Sekolah Tinggi
Farmasi.
Sumarnie, H.Priyono dan Praptiwi. 2005. Identifikasi Senyawa Kimia Dan
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Piper sp. Asal papua. Biologi-LIPI : Puslit.
Sabarwati, S. H,. 2006. Petunjuk Praktikum Kimia Organik II. Kendari :
Jurusan Kimia FMIPA Unhalu.

21

Anda mungkin juga menyukai