Anda di halaman 1dari 38

BAB 8

KONSEP DAN STRATEGI


PENGEMBANGAN
8.1 TUJUAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN SELESAI
Pengembangan Kawasan Perkotaan Selesai merupakan bagian dari
pembangunan Kabupaten Langkat secara keseluruhan dalam rangka mewujudkan visi
pembangunan Kabupaten Langkat ”Terwujudnya Langkat yang Maju, Sejahtera dan
Berwawasan Lingkungan”. Hal ini menjadi dasar pertimbangan penentuan tujuan
pengembangan kawasan fungsional bagi Kawasan Perkotaan Selesai.
Tujuan pengembangan Kawasan Perkotaan Selesai berfungsi:
1. Sebagai acuan untuk penyusunan rencana pola ruang, penyusunan rencana jaringan
prasarana, penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya, penyusunan
ketentuan pemanfaatan ruang, penyusunan peraturan zonasi; dan
2. Menjaga konsistensi dan keserasian pengembangan kawasan perkotaan dengan
RTRW.
Tujuan Kawasan Perkotaan Selesai dirumuskan berdasarkan pertimbangan :
1. Arahan pencapaian sebagaimana ditetapkan dalam RTRW;
2. Isu strategis BWP, yang antara lain dapat berupa potensi, masalah dan urgensi
penanganan; dan
3. Karakteristik BWP.
Tujuan penataan BWP dirumuskan dengan mempertimbangkan:
1. Keseimbangan dan keserasian antarbagian dari wilayah kabupaten/kota;
2. Fungsi dan peran BWP;
3. Potensi investasi;
4. Kondisi sosial dan lingkungan BWP;
5. Peran masyarakat dalam pembangunan; dan
6. Prinsip-prinsip yang merupakan penjabaran dari tujuan tersebut.

Laporan Fakta dan Analisa VIII-1


8.2 KONSEP PENGEMBANGAN TATA RUANG PERKOTAAN
Pembangunan Kawasan Perkotaan Selesai pada dasarnya dilakukan oleh semua
lapisan masyarakat, baik itu yang berada dalam lembaga pemerintah, swasta, maupun
masyarakat sendiri secara perorangan. Dalam pelaksanaan pembangunan masing-masing
subjek tersebut mempunyai fungsi dan peranan yang berbeda. Berdasarkan kebijakan
Pemerintah baik pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten
Langkat, Kawasan Perkotaan Selesai mempunyai fungsi dan peranan pokok dalam
pelaksanaan pembangunan sebagai:
- Pusat pelayanan kawasan perkotaan;
- Pusat perdagangan dan jasa kawasan perkotaan;
- Pusat permukiman;
- Pusat industri;
- Dan lain-lain.
Dengan fungsi dan perannya yang demikian, pemerintah mempunyai keinginan
yang banyak dalam pembangunan, namun dengan segala keterbatasan yang dimiliki
terutama keterbatasan dana dan tenaga ahli semua keinginan tersebut sulit untuk dicapai.
Bertolak dari kondisi yang terbatas, pemerintah berusaha melaksanakan perannya agar
lebih berdaya guna dan berhasil guna, untuk itulah diperlukan strategi dalam
pengembangan Kawasan Perkotaan Selesai.
Strategi pengembangan Kawasan Perkotaan Selesai adalah metode teknis atau
langkah-langkah yang dilakukan (dalam hal ini dilakukan oleh Pemerintah) dalam proses
pembangunan Kawasan Perkotaan Selesai. Pada bagian ini dijelaskan strategi
pengembangan berdasarkan elemen-elemen pembangunan pokok yaitu strategi
pengembangan sektoral, strategi pengembangan prasarana, strategi pengembangan
sumber daya alam, strategi pengembangan kegiatan jasa dan ekonomi, dan sumber daya
manusia.
Sebagaimana ditentukan dalam Permen PU No 20/PRT/M/ 2011, unit analisis
dalam penyusunan RDTRK adalah BWP yang kemudian di rinci dalam SUB BWP. Setiap
Sub BWP terdiri atas blok yang dibagi berdasarkan batasan fisik antara lain seperti jalan,
sungai, dan sebagainya. Pengilustrasian overlay peta yang didelineasi berdasarkan fisik
(BWP, Sub BWP, dan blok) hingga peta yang dideliniasi berdasarkan fungsi (zona dan
subzona).

Laporan Fakta dan Analisa VIII-2


Setiap BWP terdiri atas Sub BWP yang ditetapkan dengan mempertimbangkan:
1. Morfologi BWP;
2. Keserasian dan keterpaduan fungsi BWP; dan
3. Jangkauan dan batasan pelayanan untuk keseluruhan BWP dengan memperhatikan
rencana struktur ruang dalam RTRW.
4. Selain pertimbangan di atas pertimbangan pembagian BWP kedalam zona-zona
fungsional ditentukan sebagai berikut:
 Apabila pada BWP hanya terdapat satu jenis subzona dari zona tertentu,
subzona tersebut dapat dijadikan zona tersendiri. Subzona juga dapat dijadikan
zona tersendiri apabila subzona tersebut memiliki luas yang signifikan atau
memiliki persentase yang besar terhadap luas BWP.
 Apabila diperlukan, subzona dapat dibagi lagi menjadi beberapa subzona.
Zona/ subzona/ sub subzona memiliki luas minimum 5 (lima) hektar di dalam
BWP. Apabila luasnya kurang dari 5 (lima) hektar, zona/ subzona/ sub subzona
dihilangkan dari klasifikasi zona dan dimasukkan ke daftar kegiatan di dalam
matriks ITBX.
 Dalam hal luas BWP relatif kecil, rencana pola ruang dapat digambarkan
secara langsung ke dalam blok.
Dengan memperhatikan syarat dan kriteria penetapan Sub BWP, blok dan zona,
maka RDTR Kawasan Perkotaan Selesai dibagi atas beberapa BWP dan Blok secara
eksisting sebagai berikut berikut.
A. Pembagian BWP
 Pembagian BWP Kawasan Perkotaan Selesai dibagi menjadi 3 Sub BWP
berdasrkan administrasi dan menjadi acuan penetapan Sub BWP perencanaan
 Pembagian Blok Kawasan Perkotaan Selesai dibagi setiap Sub BWP diberi kode
berdasarkan kode Sub BWP yang memuat kesamaan fungsi serta potensi
pengembangan hingga akhir tahun perencanaan

Laporan Fakta dan Analisa VIII-3


Untuk lebih lengkapnya mengenai pembagian SBWP dan Blok kawasan di
Perkotaan Selesai dapat di lihat pada Tabel 8.1.

Gambar 8.1 Ilustrasi Pembagian BWP ke dalam Sub BWP


Sumber : Permen PU No 20/PRT/M/ 2011
Tabel 8.1
Pembagian Sub BWP dan Blok Kawasan Perkotaan Selesai

SBWP Desa Blok Luas (Ha)


Hilidundra A.1 74,82
Hilidundra A.2 199,04
Hilidundra A.3 296,16
Hilidundra A.4 362,69
SBWP
Lawira I A.5 120,69
A
Lawira I A.6 255,25
Lawira Satua A.7 147,32
Lawira Satua A.8 188,94
Lawira Satua A.9 132,11
Fadoro Fulolo B.1 179,50
Fadoro Fulolo B.2 110,76
SBWP Fadoro Fulolo B.3 226,98
B Baho B.4 151,35
Baho B.5 221,61
Maziaya B.6 151,72

Laporan Fakta dan Analisa VIII-4


SBWP Desa Blok Luas (Ha)
Maziaya B.7 136,84
Hiligodu B.8 159,09
Hiligodu B.9 170,02
Hiligodu B.10 92,46
Lawira II C.1 223,39
Lawira II C.2 191,44
SBWP Lawira II C.3 263,06
C Lolofaoso C.4 187,76
Lolofaoso C.5 302,67
Lolofaoso C.6 439,27
Grand Total 4.984,95
Sumber : Hasil Analisis, 2016

B. Pembagian Zona dan Sub Zona


Penentuan pemanfaatan ruang Kawasan Perkotaan Selesai dalam penyusunannya
dilakukan melalui konsepsi tata ruang sebagai dasar atau pola dasar pemanfaatan ruang
untuk menentukan rencana pemanfaatan ruang perkotaan. Konsepsi ini hasil penelaahan
fakta dan analisis setelah ditemukan tujuan dan sasaran pembangunan.
Secara ringkas pertimbangan dasar dalam penyusunan konsep adalah sebagai berikut.
1. Kebijaksanaan pengembangan wilayah makro yaitu kebijaksanaan propinsi yang
tertuang dalam RTRW Provinsi Sumatera Utara, dan studi-studi untuk pembangunan
Kabupaten Langkat dan kebijaksanaan di atas;
2. Potensi dan Kendala Sumber Daya Alam yang meliputi;
Fisik Dasar Kawasan Perkotaan Selesai seperti topografi, kelerengan, geologi,
hidrologi, iklim, jenis tanah, tekstur tanah, dan drainase/irigasi;
3. Penggunaan tanah yang ada.
4. Potensi dan Kendala Sumber Daya Manusia meliputi:
a. Kecenderungan pertumbuhan penduduk;
b. Kecenderungan distribusi penduduk;
c. Karakteristik penduduk seperti struktur penduduk menurut tingkat pendidikan,
umur, mata pencaharian, jenis kelamin, agama, kelembagaan dan sebagainya.
5. Kegiatan ekonomi penduduk seperti kegiatan perdagangan, kegiatan industri,
kegiatan pertanian, kegiatan jasa, pemerintahan, dan keuangan.

Laporan Fakta dan Analisa VIII-5


Pola ruang Kawasan Perkotaan Selesai menjadi dasar penyusunan zonasi pemanfaatan
ruang, untuk menetapkan fungsi setiap blok mengacu pada kriteria zonasi Permen PU
20/PRT/M/2011. Dalam hal ini pengaturan penggunaan lahan yang relevan di Kawasan
Perkotaan Selesai terlebih dahulu dianalisis. Kriteria perencanan pola ruang setiap
blok/zona peruntukan dapat di lihat pada Tabel 8.2 berikut.

Tabel 8.2
Zona, Kode, Definisi dan Kriteria Perencanan Pola Ruang Kawasan Perkotaan
Selesai
No Zona Kode Definisi Kriteria Perencanaan
Kawasan Lindung
Perlindungan
1 PS perlindungan Setempat Sempadan Sungai
Setempat
Jalur Hijau Jalan, Sungai,
Ruang Terbuka alokasi pada pusat pelayanan,
2 RTH Taman Kelurahan, dan RTH
Hijau serta ketentuan RTH perkotaan
Privat
Rawan Bencana lokasi berdekatan sumber
3 RB Banjir, Longsor
Alam bencana serta mitigasi bencana
Perumahan
difungsikan untuk tempat
tinggal atau hunian dengan kepadatan bangunan 100
Rumah Kepadatan
1 R-2 perbandingan yang besar (seratus)-1000 (seribu)
Tinggi
antara jumlah bangunan rumah/hektar
rumah dengan luas lahan
difungsikan untuk tempat
tinggal atau hunian dengan
kepadatan bangunan 40 (empat
Rumah Kepadatan perbandingan yang hampir
2 R-3 puluh)-100 (seratus)
Sedang seimbang antara jumlah
rumah/hektar
bangunan rumah dengan luas
lahan
difungsikan untuk tempat
tinggal atau hunian dengan kepadatan bangunan dibawah 10
Rumah Kepadatan
3 R-4 perbandingan yang kecil (sepuluh)-40 (empat puluh)
Rendah
antara jumlah bangunan rumah/hektar
rumah dengan luas lahan
difungsikan untuk tempat
tinggal atau hunian dengan
Rumah Kepadatan kepadatan bangunan dibawah 10
4 R-5 perbandingan yang sangat
Sangat Rendah (sepuluh) rumah/hektar
kecil antara jumlah bangunan
rumah dengan luas lahan
Perdagangan & Jasa
difungsikan untuk kepadatan rendah sampai
pengembangan kelompok sedang skala pelayanan
kegiatan perdagangan perdagangan dan jasa yang
1 Kopel K-2
dan/atau jasa, tempat bekerja , direncanakan adalah tingkat
tempat berusaha, tempat regional, kota, dan lokal jalan
hiburan dan rekreasi dengan akses minimum adalah jalan

Laporan Fakta dan Analisa VIII-6


No Zona Kode Definisi Kriteria Perencanaan
skala pelayanan regional kolektor sebagai bagian dari
berupa bangunan tunggal fasilitas perumahan dan dapat
dengan atap menyambung berbatasan langsung dengan
untuk 2 (dua)unit toko/tempat perumahan penduduk
usaha.
difungsikan untuk skala pelayanan perdagangan
pengembangan kelompok dan jasa yang direncanakan
kegiatan perdagangan adalah tingkat regional, kota, dan
dan/atau jasa, tempat bekerja, lokal jalan akses minimum adalah
2 Deret K-3 tempat berusaha, tempat jalan kolektor sebagai bagian dari
hiburan dan rekreasi dengan fasilitas perumahan dan dapat
skala pelayanan regional yang berbatasan langsung dengan
dikembangkan dalam bentuk perumahan penduduk
deret
Zona Perkantoran
kantor pemerintahan baik tingkat
pusat maupun daerah (provinsi,
kota/kabupaten, kecamatan,
kelurahan) kantor atau instalasi
hankam termasuk tempat latihan
baik pada tingkatan nasional,
difungsikan untuk
Kodam, Korem, Koramil, Polda,
pengembangan kegiatan
1 Pemerintah KT-1 Polwil, Polsek, dan sebagainya
pemerintahan dan pelayanan
untuk pemerintah tingkat pusat,
masyarakat
provinsi dan kota aksesibilitas
minimum adalah jalan kolektor
untuk pemerintah tingkat
kecamatan dan dibawahnya
aksesibilitas minimum adalah
jalan lingkungan utama
lingkungan yang diarahkan untuk
difungsikan untuk membentuk karakter tuang kota
pengembangan kelompok melalui pengembangan
kegiatan perkantoran swasta, bangunan bangunan tunggal
jasa, tempat bekerja, tempat skala pelayanan yang
2 Swasta KT-2 berusaha dengan fasilitasnya direncanakan adalah tingkat
yang dikembangkan dengan nasional dan regional dan kota
bentuk tunggal /renggang jalan akses minimum adalah jalan
secara horizontal maupun kolektor tidak berbatasan
vertikal langsung dengan perumahan
penduduk
Industri
zona industri dengan modal dapat dikembangkan di zona
kecil dan tenaga kerja yang perumahan selama tidak
sedikit dengan peralatan mengganggu aspek lingkungan
sederhana. biasanya memperhatikan penanganan
1 Industri Kecil I-3 merupakan industri yang limbah industri berada di dalam
dikerjakan per orang atau bangunan deret atau perpetakan
rumah tangga, seperti industri disediakan lahan untuk bongkar
roti, kompor minyak, makanan muat barang hasil industri
ringan, minyak goreng curah sehingga tidak mengganggu arus

Laporan Fakta dan Analisa VIII-7


No Zona Kode Definisi Kriteria Perencanaan
dan lain-lain lalu lintas sekitar pemukiman
Sarana Pelayanan Umum
dikembangkan untuk sarana sarana pendidikan formal meliputi
pendidikan dasar sampai sekolah dasar, sekolah
dengan pendidikan tinggi, menengah pertama, sekolah
pendidikan formal dan menengah umum dan pendidikan
informal, tinggi serta akademi sarana
pendidikan informal meliputi
kursus pendidikan dan
1 Pendidikan SPU-1
perpustakaan tingkat kelurahan,
perpustakaan sub-wilayah dan
perpustakaan wilayah
dikembangkan sesuai dengan
jumlah penduduk minimum
penduduk terlayani

dikembangkan untuk memperhatikan kebijakan sistem


manampung fungsi transportasi nasional
transportasi dalam upaya memperhatikan kebijakan
2 Transportasi SPU-2
untuk mendukung kebijakan pemerintah yang menunjang
pengembangan sistem pusat pertumbuhan ekonomi;
transportasi
dikembangkan untuk sarana kesehatan yang
pengembangan sarana dikembangkan dalam satu zona
kesehatan dengan hierarki dan tersendiri adalah sarana
skala pelayanan yang kesehatan dengan skala
disesuaikan dengan jumlah pelayanan tingkat kecamatan
3 Kesehatan SPU-3
penduduk yang akan dilayani atau lebih yang meliputi rumah
yang dikembangkan secara bersalin, laboratorium,
horizontal kesehatan, puskesmas
kecamatan, RS pembantu tipe C,
RS wilayah tipe B, dan RS tipe A
dikembangkan untuk sarana olahraga yang
menampung sarana olahraga dikembangkan dalam satu zona
baik dalam bentuk terbuka tersendiri adalah sarana olahraga
maupun tertutup sesuai tingkat pelayanan kecamatan
4 Olahraga SPU-4
dengan lingkup pelayanannya yang meliputi gedung olahraga,
kolam renang, gelanggang
olahraga, stadion mini

dikembangkan untuk sarana sosial budaya yang


menampung sarana sosial dikembangkan dalam satu zona
budaya dengan hierarki dan tersendiri adalah sarana sosial
skala pelayanan yang budaya tingkat pelayanan
disesuaikan dengan jumlah kecamatan atau lebih besar yang
5 Sosial Budaya SPU-5 penduduk yang dikembangkan meliputi balai warga, gedung
secara horizontal maupun serba guna, balai latihan kerja,
vertikal panti sosial, gedung jumpa bakti,
gedung pertemuan umum
dengan besaran minimum diatur
di dalam peraturan zonasi

Laporan Fakta dan Analisa VIII-8


No Zona Kode Definisi Kriteria Perencanaan
dikembangkan untuk memperkirakan populasi dan
menampung sarana ibadah jenis agama serta kepercayaan
dengan hierarki dan skala dan kemudian merencanakan
pelayanan yang disesuaikan alokasi tanah dan lokasi
dengan jumlah penduduk bangunan peribadatan sesuai
6 Peribadatan SPU-6
dengan tuntutan planologis dan
religius mempertimbangkan
pendekatan desain keruangan
unit-unit atau kelompok
lingkungan yang ada
Peruntukan Lainnya
untuk menampung kegiatan ruang yang secara teknis dapat
yang berhubungan dengan digunakan untuk lahan pertanian
pengusahaan mengusahakan basah (irigasi maupun non irigasi)
tanaman tertentu, pemberian ataupun lahan kering tanaman
makanan, pengkandangan, pangan maupun palawija ruang
1 Pertanian PL-1
dan pemeliharaan hewan yang apabila digunakan untuk
untuk pribadi atau tujuan kegiatan pertanian lahan basah
komersil ataupun lahan kering dapat
memberikan manfaat baik
ekonomi, ekologi maupun sosial
pertambangan bagi daerah ruang yang apabila digunakan
yang sedang maupun yang untuk kegiatan pertambangan
akan segera melakukan akan memberikan manfaat
2 Pertambangan PL-2 kegiatan pertambangan secara ekonomi, sosial budaya,
golongan bahan galian A, B, dan ekologi baik skala nasional,
dan C regional maupun lokal

dikembangkan untuk kawasan wisata di tempat objek


mengembangkan kegiatan alam (gunung, sawah,pantai, laut,
pariwisata baik alam, buatan, teIuk, lembah) dan kawasan di
3 Pariwisata PL-3 maupun budaya sekitarnya yang ditujukan untuk
mengakomodasi wisata minat
alam yang memiliki
kecenderungan
Peruntukan Khusus
instalasi hankam, termasuk kebijakan pemerintah yang
tempat latihan baik pada menunjang pusat hankam
tingkat nasional, Kodam, nasional memperhatikan
Pertahanan &
1 KH-1 Korem, Koramil, dsb ketersediaan lahan sesuai
Keamanan
dengan kebutuhan bidang
hankam beserta prasarana dan
sarana penunjangnya
peruntukan tanah di daratan memperhatikan kebijakan sistem
dengan batas-batas tertentu persampahan (jalur dan saluran)
yang yang digunakan sebagai memperhatikan ketersediaan
tempat untuk menimbun lahan sesuai dengan kebutuhan
2 TPA KH-2
sampah dan merupakan TPA serta ruang ruang yang
bentuk terakhir perlakuan diperlukan didalam operasi
sampah pembuangan akhir sampah
aksesibilitas yang TPA minimal

Laporan Fakta dan Analisa VIII-9


No Zona Kode Definisi Kriteria Perencanaan
adalah jalan lokal
Peruntukan Campuran
peruntukan lahan budi daya memperhatikan kepentingan
yang terdiri atas daratan urban yang menuntut efisiensi
Perumahan & dengan batas tertentu yang pergerakan pemilihan lokasi
1 Perdagangan C-1 berfungsi campuran antara mendekat ke fungsi komersial
Jasa perumahan dan dari calon penghuni yaitu lokasi-
perdagangan/jasa lokasi di pusat kota dimana nilai
lahan sudah tinggi
peruntukan lahan budi daya memperhatikan kepentingan
yang terdiri atas daratan urban yang menuntut efisiensi
dengan batas tertentu yang pergerakan pemilihan lokasi
berfungsi campuran antara mendekat ke tempat bekerja dari
perumahan dan perkantoran calon penghuni yaitu lokasi-lokasi
di pusat kota dimana nilai lahan
Perumahan & sudah tinggi lokasi dengan akses
2 C-2
Perkantoran yang cukup tinggi diantara
bangunan berupa ketersediaan
jalur pejalan kaki yang
menghubungkan antar bangunan
dan menghubungkan subzona
dengan tempat pemberhentian
kendaraan umum
daratan dengan batas tertentu memperhatikan kepentingan
yang berfungsi campuran urban yang menuntut efisiensi
antara perumahan dan pergerakan pemilihan lokasi
perkantoran mendekat ke tempat bekerja dari
calon penghuni yaitu lokasi-lokasi
di pusat kota dimana nilai lahan
Perkantoran &
sudah tinggi lokasi dengan akses
3 Perdagangan dan C-3
yang cukup tinggi diantara
Jasa
bangunan berupa ketersediaan
jalur pejalan kaki yang
menghubungkan antar bangunan
dan menghubungkan subzona
dengan tempat pemberhentian
kendaraan umum
Sumber : Kajian, Permen PU 20/PRT/M/2011

Laporan Fakta dan Analisa VIII-10


Gambar 8.2 Peta Konsep Pembagian SBWp dan Blok Kawasan Perkotaan Selesai

Laporan Fakta dan Analisa VIII-11


8.2.1 Konsep Pengembangan Urban Design
Urban Design adalah merupakan suatu disiplin perancangan, yang merupakan
suatu jembatan antara perencanaan kota dan arsitektur dan berkaitan erat dengan
kebijakan dalam perancangan dan manajemen pembangunan fisik kota, yang perhatian
utamanya adalah pada bentuk fisik kota dan lingkungannya, baik dalam bentuk lingkungan
alami, maupun lingkungan binaan yang sesuai dengan aspirasi masyarakat, kemampuan
sumber daya setempat serta daya dukung lainnya dan diatur sedemikian rupa, sehingga
ruang dan bangunan perkotaan tersebut dapat dimanfaatkan, sosial, artistik, berbudaya
dan optimal, secara teknis maupun ekonomis.
Menurut Beckley yang melihat pengertian perancangan kota dari segi profesi
menjelaskan bahwa urban design merupakan suatu jembatan antara profesi perencana
kota dengan arsitektur dengan perhatian utama pada bentuk fisik kota
(Catanese,1986:45). Sedangkan menurut disiplin keilmuan, urban design merupakan
bagian dari proses perencanaan yang berhubungan dengan kualitas lingkungan fisik kota
(Shirvani,1985:6). Dalam pengertian lain, perancangan kota (Urban Design) merupakan
suatu perpaduan kegiatan antara profesi perencana kota, arsitektur, lansekap, rekayasa
sipil, dan transportasi dalam wujud fisik.
Perancangan kota lazimnya lebih memperhatikan bentuk fisik perkotaan. Bentuk-
bentuk perancangan kota dapat direfleksikan sebagai facade bangunan, bentuk jaringan
jalan, dan elemen lain yang mempengaruhi bentuk wilayah perkotaan. Produk
perancangan kota dapat dikategorikan dalam dua bentuk umum (Eko Budiharjo; Kota
Berkelanjutan, 1999,59), yaitu:
1. Ruang Kota (Urban Space)
Pada dasarnya ruang kota harus dibedakan oleh suatu karakteristik yang menonjol,
seperti kualitas pengolahan detail dan aktivitas yang berlangsung di dalamnya.
Sebuah ruang kota dapat diolah dengan lansekap yang indah sebagai taman kota
yang tenang. Dalam hal ini sebuah tempat tertentu daalm kota berfungsi sebagai
lokasi suatu aktivitas penting, tetapi tidak mempunyai pelingkup fisik dan lantai yang
semestinya.(Eko Budiharjo; Kota Berkelanjutan, 1999,63).
2. Ruang Terbuka (Open Space)
Ruang terbuka dapat dikatakan sebagai unsur ruang alam yang dibawa ke dalam
kota atau lapangan terbuka yang dibiarkan tetap seperti keadaan aslinya.

Laporan Fakta dan Analisa VIII-12


Penampilannya dicirikan oleh pemandangan tumbuh-tumbuhan alam segar daripada
bangunan sekitar. Ruang terbuka di dalam kota mempunyai beberapa maksud
sebagai pelengkap dan pengontras bentuk kota, menyediakan tanah untuk
penggunaan di masa depan. Pada saat melakukan survei perancangan kota, harus
mempelajari ruang kota sebagai struktur keseluruhan. (Eko Budiharjo; Kota
Berkelanjutan, 1999,65).
Adapun di dalam perancangan kota unsur-unsur tersebut di bawah ini harus tetap
diperhatikan dan jangan sampai dilupakan, apalagi diabaikan. Unsur-unsur tersebut antara
lain :
1. Peruntukan lahan mikro;
2. Sistem penghubung jalan (sirkulasi);
3. Jaringan utilitas umum kota;
4. Ruang terbuka dan tata hijau;
5. Tata masa bangunan;
6. Pelestarian struktur alami dan binaan;
7. Unsur-unsur penunjang;
8. Penciptaan unsur identitas kota.
Konsep dasar perencanaan di Kawasan Perkotaan Selesai secara teoritis mengadopsi
beberapa konsep sebagai berikut.

A. Konsep Green City


Pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) merupakan salah
satu tujuan pembangunan yang akan dicapai, di samping pembangunan yang
mengutamakan pertumbuhan (growth) dan pemerataan (equity). Green City memiliki
8 (delapan) komponen antara lain Green planning and design, Green Open Space,
Green Waste, Green Transportation, Green Water, Green Energy, Green Building
dan Green Community.
Inisiatif mewujudkan kota hijau memiliki makna strategis karena
dilatarbelakangi oleh beberapa faktor, antara lain pertumbuhan kota yang begitu
cepat dan berimplikasi terhadap timbulnya berbagai permasalahan perkotaan seperti
kemacetan, banjir, permukiman kumuh, kesenjangan sosial, dan berkurangnya luasan
ruang terbuka hijau. Beberapa tahun terakhir, permasalahan perkotaan semakin berat

Laporan Fakta dan Analisa VIII-13


karena hadirnya fenomena perubahan iklim, yang menuntut kita semua untuk
memikirkan secara lebih seksama.dan mengembangkan gagasan cerdas yang
dituangkan ke dalam kebijakan dan program yang lebih komprehensif sekaligus
realistis sebagai solusi perubahan iklim. Dalam beberapa dekade terakhir, kota-kota
di Indonesia mengalami permasalahan lingkungan yang hampir sama, antara lain
banjir, transportasi, energi, air bersih, dan penanganan sampah, yang akhirnya
menimbulkan penurunan kualitas ruang kota dan lingkungan. Permasalahan kota
adalah permasalahan kompleks yang tidak bisa ditangani secara parsial atau hanya
berbasis proyek, tetapi harus secara komprehensif melalui perencanaan yang matang
dengan visi yang menjawab solusi ke depan yang berkelanjutan.
Untuk mewujudkan permukiman dan perkotaan yang lebih baik, salah satu
strateginya adalah dengan mengembangkan Kota Hijau (Green City) yang dapat
mendorong pembangunan kota secara berkelanjutan (Sustainable City). Artinya,
pembangunan kota diarahkan untuk dapat melayani kebutuhan penduduknya,
sekaligus menjamin kelayakan kehidupan penduduknya dimasa mendatang.
Kota hijau sebagai metafora dari kota berkelanjutan, yang berlandaskan
penerapan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan, sekaligus yang mampu
menjawab kebutuhan dan permasalahan kota/perkotaan aktual, sekaligus merespon
tantangan perubahan iklim. Misi kota hijau sebenarnya tidak hanya sekedar
‘menghijaukan’ kota. Lebih dari itu, kota hijau dengan visinya yang lebih luas dan
komprehensif, yaitu Kota yang Ramah Lingkungan, memiliki misi antara lain
memanfaatkan secara efektif dan efisien sumberdaya air dan energi, mengurangi
limbah, menerapkan sistem transportasi terpadu, menjamin kesehatan lingkungan,
dan Mensinergikan lingkungan alami dan buatan, berdasarkan perencanaan dan
perancangan kota yang berpihak pada prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan
baik secara lingkungan, sosial dan ekonomi secara seimbang.
Kota hijau (Green City) adalah kota yang sehat secara ekologis. Kota hijau
harus dipahami sebagai kota yang memanfaatkan secara efektif dan efisien sumber
daya air dan energi, mengurangi limbah, menerapkan sistem transportasi terpadu,
menjamin kesehatan lingkungan, serta menyinergikan lingkungan alami dan buatan.
Dengan melakukan hal ini, sebuah kota akan menjadi hijau: menjadi tempat yang
sangat diinginkan untuk hidup, bekerja , bermain, berkeluarga dan berbisnis.

Laporan Fakta dan Analisa VIII-14


Penanaman kesadaran dan tanggung jawab masyarakat terhadap lingkungan
menjadi pendorong terciptanya kondisi yang lebih baik tanpa merugikan pihak lain,
patut menjadi jiwa dari pembangunan kota hijau. Dalam konteks penataan
permukiman perkotaan dalam Kota Hijau, terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan
oleh stakeholder terkait.
Adapun atribut kota hijau menurut United Nations Urban Environmental Accords
(UNUEA) adalah sebagai berikut:
1. Energi, meliputi: efisiensi energi, energi terbarukan, perubahan iklim.
2. Pengurangan Limbah, meliputi: tanpa limbah, peningkatan tanggung jawab,
tanggung jawab konsumen.
3. Transportasi, meliputi: transportasi umum, mobil bersih, pengurangan
kemacetan.
4. Urban Design, meliputi: green building, perencanaan kota, green jobs.
5. Urban Nature, meliputi: ruang terbuka hijau, restorasi habitat, konservasi cagar
alam.
6. Kesehatan Lingkungan, meliputi: pengurangan bahan beracun, sistem makanan
sehat, udara bersih.
7. Air, meliputi: akses air bersih, konservasi sumber air, pengurangan limbah.
Menurut Kementrian Pekerjaan Umum, terdapat beberapa atribut untuk
mewujudkan kota hijau, yang pertama adalah perencanaan danperancangan kota
(Green Planning and Design), yang bertujuan meningkatkan kualitas rencana tata
ruang dan rancang kota yang lebih sensitif terhadap agenda hijau, upaya adaptasi
dan mitigasi terhadap perubahan iklim. Kemudian yang ke dua adalah pembangunan
ruang terbuka hijau (Green Open Space) untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas
RTH sesuai dengan karakteristik kota/kabupaten, dengan target RTH 30%.
Selanjutnya yang ke tiga adalah Green Community, yaitu pengembangan jaringan
kerjasama pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha yang sehat. Yang ke empat
adalah pengurangan dan pengolahan limbah dan sampah (Green Waste), dengan
menerapkan zero waste. Yang ke lima adalah pengembangan sistem transportasi
berkelanjutan (Green Transportation) yang mendorong warga untuk menggunakan
transportasi publik ramah lingkungan, serta berjalan kaki dan bersepeda dalam jarak
pendek. Yang ke enam adalah peningkatan kualitas air (Green Water) dengan

Laporan Fakta dan Analisa VIII-15


menerapkan konsep ekodrainase dan zero runoff. Lalu yang ke tujuh adalah Green
Energy, yaitu pemanfaatan sumber energi yang efisien dan ramah lingkungan.Dan
yang terakhir, ke delapan, adalah Green Building, yaitu penerapan bangunan hijau
yang hemat energi.
Green waste, green transportation, green water, green energy, dan green
building merupakan atribut yang sering kita sebut sebagai green insfrastructure.
Keseluruhan atribut kota hijau tersebut tidak berdiri sendiri, namun merupakan satu
kesatuan yang integral, termasuk dalam kaitannya dengan pengembangan ekonomi
lokal sebagai dampak ikutan dari perwujudan masing-masing atribut.
Kebutuhan akan lingkungan yang berkualitas merupakan hal mendasar yang
harus dipenuhi untuk menuju peningkatan produktivitas kehidupan secara
berkelanjutan karena adanya keseimbangan ekologis. Dari berbagai permasalahan
perkotaan di Indonesia salah satu strategi pemecahannya adalah pengembangan
kota hijau. Strategi ini dapat dilakukan dengan beberapa cara sederhana, mulai dari
lingkungan tempat tinggal kita sendiri. Dengan dukungan dari pemerintah serta peran
aktif masyarakat, maka akan terwujud kekuatan khusus dalam membangun kota yang
lestari di landaskan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Sehingga pada gilirannya,
dengan program kota hijau ini diharapkan tercipta lingkungan yang lebih sehat,
nyaman, lestari dan baik untuk kehidupan masyarakat yang lebih berkualitas.

Gambar 8.3 Atribut Kota Hijau


Sumber: Diadopsi dari Kementrian PU, 2013

Laporan Fakta dan Analisa VIII-16


B. Konsep Green Development
Visi pembangunan kawasan perencanaan dilandaskan pada visi
pembangunan yang berkelanjutan (green development) diarahkan agar tercipta
kawasan kota hijau yang memiliki nilai-nilai kualitas perencanaan yang memenuhi
konsep dasar green environment dan green behavior.
 Konsep Green Environment
Berdasarkan konsep green environment, kawasan perencanaan harus
direncanakan memenuhi prinsip-prinsip berikut ini:
1. Integration
 Mendorong tumbuhnya kegiatan beragam secara terpadu dan memadai di
dalam kawasan perencanaan, sehingga nilai lahan dan vitalitas kawasan
dapat lebih ditingkatkan secara optimal.
 Memperbaiki sistem pergerakan, terutama di dalam kawasan
perencanaan sehingga tingkat pencapaian lebih baik serta kemungkinan
diterapkannya pengaturan sirkulasi yang lebih baik melalui pemisahan
yang jelas dari berbagai kegiatan dan moda sirkulasi yang terjadi di
kawasan perencanaan
2. Functional Efficiency
 Kemudahan akses ke berbagai fasilitas dalam jangkauan sirkulasi
kendaraan maupun pedestrian
 Ketersediaan prasarana dan sarana pelayanan (stock Availability),
tersedianya beberapa fasilitas yang menunjang untuk kegiatan yang ada
dalam kawasan
 Pengadaan sistem infrastruktur dan utilitas yang lebih efisien dan
ekonomis di dalam kawasan perencanaan sehingga optimasi dan
produktivitas pemanfaatan lahan dapat tercapai.
3. Environmental Harmony
 Pencapaian tingkat kualitas lingkungan (Physical Environmental Quality)
tertentu.
 Formasi zoning plan, komposisi peruntukan dan pencapaian ke pusat-
pusat kegiatan hemat energi.

Laporan Fakta dan Analisa VIII-17


 Penghijauan kawasan guna menghasilkan sebanyak mungkin O2 melalui
upaya penanaman pohon pada setiap jengkal lahan yang memungkinkan.
 Perlu juga upaya pengembangan tanaman khas daerah setempat dan
sanksi denda bagi penebang pohon / perusak tanaman.
 Penanganan sumber air bersih terkait dengan pengambilan sumber air
secara bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan berbagai kegiatan.
Semaksimal mungkin menggunakan air permukaan guna mencegah
terjadinya penurunan muka tanah.
 Penanganan air limbah terkait dengan bagaimana mengembalikan
kualitas sesuai standar dengan cara mendaur ulang (recycling) untuk
keperluan tertentu seperti penyiraman dan lain-lain.
 Penanganan persampahan dengan konsep 3R (Reduce, Reuse dan
Recycle).
 Penanganan drainase kawasan dengan memperhatikan kemiringan,
penyaluran, penyerapan dan perawatan yang memadai.
4. Character & Sense Of Place, Memberi kerangka ruang yang fleksibel untuk
inovasi perencanaan kawasan sehingga kawasan ini memiliki citra atau
karakter yang khas.
5. Commercial Viability, Mengendalikan tata guna lahan yang diarahkan agar
kemampuan lahan kawasan dapat dimanfaatkan sesuai dengan the highest
and the best use dari lahan kawasan tersebut sehingga dapat memberikan
manfaat yang lebih baik lagi bagi kawasan.
 Konsep Green Behavior
Bentukan fisik dari penerapan green environment belumlah cukup memberi hasil
bagi terwujudnya eco-city. Yang tidak kalah penting adalah perilaku
masyarakatnya yang semestinya berkonsep “green” untuk itu upaya-upaya
penyadaran secara terus menerus melalui media lokal, pembentukan serta
penggalangan komunitas pecinta lingkungan serta perawatan infrastruktur, juga
pelaksanaan standar. Jika pengembangan kawasan perencanaan
memperhatikan semua aspek tersebut, maka itu adalah kontribusi nyata
pengembang (dan warganya) dalam upaya bersama mengurangi dampak

Laporan Fakta dan Analisa VIII-18


pembangunan fisik kawasan dan menjaga kelestarian lingkungan. Untuk itu,
kesadaran akan hal tersebut harus muncul dari semua pelaku pembangunan.

C. Konsep Pembangunan Kota Berkelanjutan


Pembangunan berkelanjutan Kawasan Perkotaan Selesai adalah proses
pembangunan (lahan, kota, bisnis, masyarakat dan sebagainya) yang berprinsip
pemenuhan kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan
generasi masa depan untuk masyarakat Kawasan Perkotaan Selesai. Secara konsep
pembangunan berkelanjutan terdiri dari tiga tiang utama (ekonomi, sosial, dan
lingkungan) yang saling bergantung dan memperkuat. Pembangunan berkelanjutan
tidak saja berkonsentrasi pada isu-isu lingkungan. Lebih luas daripada itu,
pembangunan berkelanjutan mencakup tiga lingkup kebijakan: pembangunan
ekonomi, pembangunan sosial dan perlindungan lingkungan. Ketiga hal dimensi
tersebut saling terkait dan merupakan pilar pendorong bagi pembangunan
berkelanjutan. Dengan kata lain, konsep pembangunan berkelanjutan yang
digunakan menjadi landasan mengembangkan konsep perencanaan Kawasan
Perkotaan Selesai adalah konsep pembangunan kota yang mengarahkan untuk
mengembangkan ekonomi kawasan Kawasan Perkotaan Selesai, memajukan sosial
budaya masyarakat dengan tetap melestarikan lingkungan seperti sungai, hutan
lindung dan hutan suaka alam.

Gambar 8.4 Konsep Pembangunan Berkelanjutan

Laporan Fakta dan Analisa VIII-19


D. Konsep Pertanian Berkelanjutan (Sustainable Mixed Farming)
Kebijakan otonomi daerah perlu diantisipasi oleh aparat pemerintah daerah,
khususnya di Kabupaten Langkat yang menjadi ujung tombak pembangunan,
sehingga daerah dapat berbenah diri dalam menggali segala potensi baik potensi
sumber daya alam maupun potensi sumber daya manusia. Dengan demikian potensi
sumber daya alam dan sumber daya manusia yang ada di daerah tersebut dapat
dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk kepentingan pembangunan daerah dan
kesejahteraan masyarakat.
Kebanyakan masyarakat yang berada di Kawasan Perkotaan Selesai
semuanya menyatu dengan kegiatan-kegiatan yang ada kaitannya dengan pertanian
sesuai dengan keahlian mereka yang dapat digunakan untuk mempertahankan
kehidupannya. Tidak heran seorang petani selain mengolah sawahnya, mereka juga
memelihara ternak misalnya ternak bebek, ayam kampung atau yang sering dikenal
ayam buras, ada juga yang memelihara domba, kambing, sapi ataupun kerbau.
Dalam keterbatasan yang dilematis tersebut diperlukan jalan keluar yang
bijaksana dengan membangun paradigma baru, yaitu sistem pertanian yang
berwawasan ekologis, ekonomis dan berkesinambungan, atau disebut sustainable
mix farming atau mix farming.
Sistem mix farming ini diarahkan pada upaya memperpanjang siklus biologis
dengan mengoptimalkan pemanfaatan hasil samping pertanian dan peternakan atau
hasil ikutannya, dimana setiap mata rantai siklus menghasilkan produk baru yang
memiliki nilai ekonomi tinggi, sehingga dengan sistem ini diharapkan pemberdayaan
dan pemanfaatan lahan marginal di seluruh daerah (kabupaten/kota) dapat lebih
dioptimalkan. Hal tersebut dimaksudkan untuk mendukung kebijakan pemerintah
dalam hal kecukupan pangan dengan cara mengembangkan sistem pertanian yang
terintegrasi misalnya tanaman pangan pakan dan ternak, juga dapat memanfaatkan
hasil samping atau hasil ikutan peternakan seperti kompos (manure), dimana dapat
digunakan sebagai bahan baku pupuk organik dan limbah pertaniannya dapat dipakai
sebagai pakan ternak.
Sehubungan hal tersebut di atas konsep pertanian masa depan harus
dirumuskan secara komprehensif, di mana dapat mengantisipasi berbagai tantangan,
seperti pasar global dan otonomi daerah, salah satu model yang dapat

Laporan Fakta dan Analisa VIII-20


mengantisipasi tantangan pasar global adalah pengembangan sistem pertanian yang
berkelanjutan (sustainable mixed farming) dengan berbagai industri peternakan. Bagi
masyarakat pedesaan ternak-ternak seperti kerbau, sapi potong, sapi perah,
kambing, domba, itik, bebek ataupun ayam buras memilki peranan strategis karena
ternak-ternak tersebut dapat digunakan sebagai tabungan hidup, sumber tenaga kerja
bagi ternak kerbau dan sapi potong. Ternak juga dapat dipakai sebagai penghasil
pupuk organik dimana sangat baik untuk meningkatkan produksi pertanian, selain itu
ternak juga dapat dijadikan dalam meningkatkan status sosial.
Dalam presfektif ekonomi makro, peternakan merupakan sumber pangan
yang berkualitas, misalnya daging ataupun susu merupakan bahan baku industri
pengolahan pangan, di mana dapat menghasilkan abon, dendeng, bakso, sosis, keju,
mentega ataupun krim dan juga dapat menghasilkan kerajinan-kerajinan kulit tanduk
ataupun tulang. Jadi, dari semua kegiatan-kegiatan yang ada kaitannya dengan
pertanian dan peternakan dapat menciptakan lapangan kerja.

8.2.2 Konsep Pengembangan Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya


Pertimbangan pokok di atas dianalisis dan diturunkan ke dalam konsep pokok
pengembangan kawasan budidaya dan nonbudidaya, pengembangan ruang berdasarkan
satuan pembangunan, pengembangan pemukiman, struktur ruang, jaringan jalan dan
prasarana.

Konsep Pengembangan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan Selesai


meliputi konsep pola ruang dan Jaringan Prasarana berdasarkan rumusan strategi
pengembangan di atas. Berikut beberapa pertimbangan yang diperhatikan, yaitu;
1. Fungsi wilayah perencanaan yang diarahkan dalam RTRW Kabupaten Langkat
sebagai Pusat Pelayanan Lokal (PPL);
2. Keberadaan sarana-sarana pendidikan dan sarana umum lainnya yang memiliki
jangkauan pelayanan regional dan kota.
3. Dalam RTRW Kabupaten Langkat tidak dialokasikan pusat pelayanan lainnya yang
lebih kecil, sehingga secara keseluruhan di Kecamatan Selesai ini hanya terdapat
PPL;

Laporan Fakta dan Analisa VIII-21


Sesuai Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
perencanaan pemanfaatan ruang secara umum terbagi dalam 2 (dua) bagian yaitu
kawasan lindung dan kawasan budidaya:

A. Konsep Pengembangan Kawasan Lindung


Kawasan lindung merupakan kawasan yang berfungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam, sumber daya binaan,
nilai sejarah, dan budaya bangsa untuk kepentingan pembangunan yang berkelanjutan.
Sesuai dengan kondisi Kawasan Perkotaan Selesai, pemanfaatan kawasan lindung pada di
wilayah perkotaan berupa kawasan perlindungan setempat dalam bentuk sempadan
sungai dan lahan gambut. Perlindungan ini dilakukan untuk memberikan ruang yang cukup
bagi peresapan air hujan, penyediaan kebutuhan air tanah, dan penanggulangan banjir.
Zona perlindungan setempat yang ditetapkan di Kawasan Perkotaan Selesai
adalah garis sempadan sungai. Dalam menetapkan garis sempadan sungai Perkotaan
mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011 Tentang
Sungai adalah sebagai berikut :
Sempadan sungai meliputi ruang di kiri dan kanan palung sungai di antara garis sempadan
dan tepi palung sungai untuk sungai tidak bertanggul, atau di antara garis sempadan dan
tepi luar kaki tanggul untuk sungai bertanggul. Garis sempadan ditentukan pada :
a. Sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan;
b. Sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan;
c. Sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan;
d. Sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan;
e. Sungai yang terpengaruh pasang air laut;
f. Danau paparan banjir; dan
g. Mata air.

 Garis sempadan pada sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan


ditentukan:
 paling sedikit berjarak 10 m (sepuluh meter) dari tepi kiri dan kanan palung
sungai sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai kurang dari atau
sama dengan 3 m (tiga meter);

Laporan Fakta dan Analisa VIII-22


 paling sedikit berjarak 15 m (lima belas meter) dari tepi kiri dan kanan palung
sungai sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai lebih dari 3 m (tiga
meter) sampai dengan 20 m (dua puluh meter); dan
 paling sedikit berjarak 30 m (tiga puluh meter) dari tepi kiri dan kanan palung
sungai sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai lebih dari 20 m (dua
puluh meter).
 Sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan terdiri atas:
 sungai besar dengan luas DAS lebih besar dari 500 Km2 (lima ratus kilometer
persegi); dan
 sungai kecil dengan luas DAS kurang dari atau sama dengan 500 Km 2 (lima
ratus kilometer persegi).
 Garis sempadan sungai besar tidak bertanggul di luar kawasan ditentukan paling
sedikit berjarak 100 m (seratus meter) dari tepi kiri dan kanan palung sungai
sepanjang alur sungai.
 Garis sempadan sungai kecil tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan
ditentukan paling sedikit 50 m (lima puluh meter) dari tepi kiri dan kanan palung
sungai sepanjang alur sungai.
 Garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan paling sedikit
berjarak 3 m (tiga meter) dari tepi luar kaki tanggul sepanjang alur sungai.
 Garis sempadan sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan ditentukan paling
sedikit berjarak 5 m (lima meter) dari tepi luar kaki tanggul sepanjang alur sungai.

B. Konsep Pengembangan Kawasan Budidaya


Konsep pengembangan kawasan budidaya, adalah:
 Kawasan budidaya adalah ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan
berdasarkan pada dasar kondisi, potensi sumber daya alam, sumber daya binaan,
dan sumber daya manusia;
 Kawasan budidaya merupakan suatu kawasan tempat manusia dapat melakukan
aktivitasnya seperti tempat tinggal, tempat berdagang, tempat jasa komersial, tempat
perkantoran, tempat industri, maupun sebagai tempat yang lainnya;
 Rencana pemanfaatan ruang kawasan budidaya identik dengan rencana penggunaan
lahan secara spasial. Dengan demikian rencana kawasan budidaya Kawasan

Laporan Fakta dan Analisa VIII-23


Perkotaan Selesai identik dengan perencanaan penggunaan lahan pada kawasan
budidaya;
 Pemanfaatan kawasan dikembangkan dengan memperhatikan aspek ekologis dan
sosial selain aspek ekonomi;
 Pemanfaatan ruang bagi semua kepentingan secara terpadu, berdaya guna, serasi,
selaras, seimbang dan berkelanjutan; keterbukaan, persamaan, keadilan, dan
perlindungan hukum.

3. Konsep Pengembangan Aspek Kependudukan


Konsep pengembangan kependudukan di Kawasan Perkotaan Selesai, adalah:
a. Melakukan pengendalian laju pertumbuhan penduduk;
b. Mendistribusikan penduduk ke semua wilayah perkotaan, sehingga kepadatannya
relatif merata;
c. Untuk memudahkan distribusi penduduk dilakukan dengan membagi rentang
penduduk sebagai berikut;
 tingkat kepadatan penduduk tinggi (R2) : 201 - 400 jiwa/ha,
 tingkat kepadatan penduduk sedang (R3) : 151 - 200 jiwa/ha,
 tingkat kepadatan penduduk rendah (R4) : < 150 jiwa/ha.

4. Konsep Pengembangan Permukiman


Konsep Pengembangan Permukiman di Kawasan Perkotaan Selesai adalah:
a. Kebutuhan perumahan dihitung berdasarkan acuan proyeksi penduduk dengan
asumsi kondisi ukuran keluarga umumnya di Perkotaan Selesai adalah 5 (lima)
jiwa dalam satu rumah tangga. Berdasarkan kenyataan ini maka dapat
ditentukan kebutuhan perumahan untuk masa yang akan datang;
b. Komposisi ukuran kapling rumah ditentukan berdasarkan angka perbandingan
yang umum dilakukan dalam pembangunan kawasan-kawasan perumahan baru,
yaitu sesuai dengan Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Republik Indonesia
Nomor 10 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan
Permukiman dengan Hunian Berimbang, yang menyatakan bahwa perbandingan
jumlah rumah sekurang-kurangnya 1:2:3, untuk Kawasan Perkotaan Selesai
masih dapat menggunakan perbandingan 1:3:6 sehingga antara rumah mewah,

Laporan Fakta dan Analisa VIII-24


rumah menengah, dan rumah sederhana dengan perbandingan luas
tanah/kavling 100 m2 untuk rumah sederhana 200 m2 untuk rumah menengah
dan 300 m2 untuk rumah mewah;
c. Untuk pengembangan perumahan pada masa mendatang perlu dilakukan
dengan intensifikasi penggunaan lahan yaitu dilakukan pengembangan secara
optimal, dengan menyediakan dan mendukung pengadaan rumah tinggal sesuai
dengan kebutuhan masyarakat, dengan prioritas pengembangan perumahan
menengah dan kecil;
d. Mengatur distribusi jumlah dan kepadatan rumah tinggal, sehingga tercapai
kesesuaian dan keseimbangan distribusi pusat-pusat pelayanan;
e. lingkungan permukiman yang kondisinya sudah padat dan kondisi lingkungannya
tidak memenuhi syarat rumah sehat, memerlukan perbaikan permukiman melalui
peremajaan kota (urban renewal);
f. penataan kembali dan perbaikan lingkungan perumahan yang sudah tumbuh
secara alami;
g. setiap perumahan/permukiman memiliki sumur resapan, taman, ruang terbuka
atau penghijauan yang cukup.

5. Konsep Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Transportasi


Konsep Pengembangan dan Pengelolaan Transportasi di Kawasan Perkotaan
Selesai adalah;
a. mengatasi permasalahan kemacetan lalu lintas pada pusat-pusat kegiatan
perdagangan dan jasa;
b. meningkatkan lebar jalan untuk menanggulangi permasalahan kemacetan lalu
lintas;
c. merencanakan sistem jaringan jalan sehingga terbentuk struktur jaringan jalan
yang hirarkis;
d. memantapkan dan mengembangkan jaringan jalan kolektor dan pengembangan
jalan-jalan lokal melalui peningkatan kualitas dan lebar jalan;
e. penataan parkir terutama di kawasan komersial;
f. menyediakan jalur pedestrian, terutama pada kawasan perkantoran, kesehatan,
pendidikan dan perdagangan dan rekreasi.

Laporan Fakta dan Analisa VIII-25


g. menyediakan sarana transportasi dalam konteks penyediaan sarana pendukung
kegiatan transportasi, seperti halte, traffic light, dan terminal.

6. Konsep Pengembangan Aspek Perekonomian


Konsep Pengembangan Aspek Perekonomian di Kawasan Perkotaan Selesai adalah;
a. Memindahkan serta mengembangkan pasar pekan ke lokasi yang lebih strategis
agar lebih dapat menampung masyarakat sehingga dapat mengurangi
penumpukkan di ruas jalan yang dapat menyebabkan kemacetan.
b. Mengembangkan fasilitas perdagangan dan jasa dengan meningkatkan sarana
pendukung;
c. Mengarahkan pusat kegiatan (tersier) perdagangan dan jasa pada koridor jalan
yang baru, menghindari penumpukan kegiatan pada satu jalur.
d. Sesuai dengan asas keadilan, pengembangan perekonomian diperuntukkan bagi
semua pelaku ekonomi, baik itu pelaku ekonomi formal maupun pelaku ekonomi
informal seperti pedagang kaki lima;
e. Jenis industri yang dikembangkan di kawasan perkotaan adalah industri terbatas,
yaitu dibatasi pada jenis industri kecil skala rumah tangga (home industry) dan
industri menengah yang tidak menimbulkan dampak terhadap pencemaran
lingkungan (non polutan) sekitarnya yang merupakan bukan kawasan.
Sedangkan untuk kawasan diluar kawasan perkotaan masih diperkenankan untuk
melakukan kegiatan industri menengah.
f. Membangun fasilitas-fasilitas pendukung bagi masyarakat dalam hal pertanian
hortikultura dan perkebunan untuk menunjang hasil pertanian dan perkebunan
dalam hal kualitas dan kuantitas, sehingga dapat meningkatkan perekonomian
masyarakat.

8.2.3 Konsep Jaringan Prasarana dan Sarana


Konsep Penyediaan Sarana dan Prasarana di Kawasan Perkotaan Selesai adalah:
1. Penyediaan sarana meliputi penyediaan fasilitas pemerintahan dan
pelayanan umum, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas
peribadatan, fasilitas perdagangan dan jasa, fasilitas olah raga dan rekreasi;
2. Penyediaan sarana tersebut berdasarkan pada jumlah penduduk;

Laporan Fakta dan Analisa VIII-26


3. Penyediaan sarana tersebut diarahkan untuk melengkapi standar kebutuhan
fasilitas minimal yang mendasar yang harus dipenuhi untuk dapat memenuhi
kebutuhan pelayanan;
4. Dalam hal penyediaan jumlah sarana yang dibutuhkan menggunakan standar
yang berlaku, sehingga akan diperoleh kebutuhan yang layak dipenuhi oleh
suatu ukuran baku bagi suatu jenis kebutuhan sarana dan prasarana tertentu
yang berlaku untuk suatu lingkungan tertentu pula.
5. Penempatan lokasi sarana pelayanan tersebut diarahkan pada pusat
lingkungan dan blok peruntukan;
6. Penyediaan prasarana meliputi penyediaan prasarana air bersih, prasarana
penanggulangan bahaya kebakaran, prasarana pengelolaan sampah,
prasarana air limbah, prasarana drainase dan pengendalian banjir, prasarana
listrik, prasarana telekomunikasi, dan air bersih;
7. Penyediaan prasarana tersebut berdasarkan pada jumlah penduduk .
8. Penyediaan sarana diarahkan untuk melengkapi standar kebutuhan minimal yang
mendasar yang harus dipenuhi untuk dapat memenuhi kebutuhan per jiwa.

8.3 STRATEGI PENGEMBANGAN TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


SELESAI
Arahan strategi dan kebijaksanaan pengembangan wilayah yang berlaku secara
nasional adalah:
1. Mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah baik nasional, provinsi maupun kota
untuk mendukung kesinambungan dan keserasian pembangunan;
2. Menekankan peran pemerintah daerah dalam pembangunan sesuai dengan azas
otonomi dan desentralisasi;
3. Pengembangan wilayah didasarkan pada pemanfaatan keunggulan komparatif dan
kompetitif di setiap daerah agar tercapai keserasian perkembangan ekonomi antar
daerah;
4. Mendorong peningkatan ekonomi wilayah yang menunjang peningkatan kesempatan
berusaha serta keterkaitan antar wilayah yang saling menguntungkan;
5. Mendorong pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh;

Laporan Fakta dan Analisa VIII-27


6. Mempercepat kemajuan ekonomi dalam rangka peningkatan pendapatan
masyarakat;
7. Meningkatkan aksesibilitas desa-desa untuk mendorong percepatan pembangunan di
wilayah perencanaan;
8. Meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat dan ketertiban daerah
perbatasan perkotaan;
9. Meningkatkan kemampuan pengelolaan perkotaan dalam penyediaan sarana,
prasarana dan pelayanan umum;
10. Meningkatkan kerjasama kemitraan antara pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha
dalam pembangunan daerah.

8.3.1 Strategi Pengembangan Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya


Pemantapan kawasan lindung dimaksudkan untuk mewujudkan kelestarian fungsi
lingkungan hidup, meningkatkan daya dukung lingkungan, dan menjaga keseimbangan
ekosistem antar bagian wilayah guna mendukung proses pembangunan berkelanjutan di
Kawasan Perkotaan Selesai. Pemantapan kawasan lindung dicapai dengan menetapkan
kawasan-kawasan yang mempunyai fungsi sebagai kawasan lindung dan menetapkan
perlakuan yang harus dilakukan agar kawasan-kawasan tersebut dapat menjalankan
fungsinya sebagai kawasan lindung dengan baik. Kawasan-kawasan lindung yang perlu
dijaga kelestariannya di Kawasan Perkotaan Selesai antara lain adalah:
1. Kawasan sepanjang aliran sungai (sempadan sungai) guna mempertahankan
kelestarian fungsi sungai dan sepanjang aliran irigasi;
2. Kawasan persawahan dikembangkan sebagai lahan pertanian dan ruang terbuka.
Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia
dan sumber daya buatan. Kawasan budidaya meliputi kawasan budidaya perkotaan.

A. Kawasan Budidaya
Kawasan budidaya yang terdapat di Kawasan Perkotaan Selesai adalah kawasan
budidaya perkotaan, seperti: permukiman, perdagangan dan jasa, serta perkantoran baik
pemerintahan maupun swasta, dan kawasan industri. Kawasan budidaya perkotaan
adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi

Laporan Fakta dan Analisa VIII-28


kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

1. Kawasan Permukiman
Kawasan permukiman mempunyai fungsi utama sebagai tempat tinggal atau
hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan.
Pengembangan kawasan permukiman terkait dengan sektor–sektor lain,
terutama sektor fisik prasarana. Adapun strategi kawasan permukiman, adalah:
a. tersedianya sumber air dan pelayanan air bersih yang cukup;
b. memiliki jaringan sistem drainase yang baik;
c. tersedia sistem pengolahan sampah yang baik;
d. tersedia aksesibilitas yang baik ke pusat–pusat kegiatan maupun sarana
publik;
e. bebas dari kebisingan serta bahaya dan gangguan setempat;
f. resiko bencanan alam kecil.

2. Kawasan Perdagangan dan Jasa


Kawasan perdagangan dan jasa merupakan tempat pusat kegiatan perdagangan
dan jasa dengan kriteria pemanfaatan ruang:
a. tersedia aksesibilitas yang memadai dan dapat menjangkau pusat
pelayanana niaga (pasar);
b. tersedia sarana dan prasarana yang memadai;
Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa di Kawasan Perkotaan Selesai
antara lain: kegiatan perdagangan dengan skala pelayanan kota dan lokal.

3. Kawasan Industri
Kawasan industri merupakan kawasan untuk kegiatan industri pengolahan yang
dilengkapi dengan prasarana dan sarana penunjang. Adapun kriteria kawasan
bagi pemanfaatan ruang industri, adalah;
1. penggunaan lahan disesuaikan dengan ketentuan/peraturan yang berlaku
2. tersedia akses ke pusat pelayanan niaga;
3. tersedia sistem pengolahan limbah;

Laporan Fakta dan Analisa VIII-29


4. tersedia sistem drainase yang baik;
5. luas lahan disesuaikan dengan jenis industrinya;
6. tersedia fasilitas infrastruktur yang menunjang kegiatan industri.

4. Kawasan Perkantoran
Kawasan perkantoran merupakan kawasan yang memiliki intensitas kegiatan
tertentu, adapun kawasan perkantoran ini terbagi menjadi perkantoran
pemerintahan yaitu sebagai kawasan dengan kegiatan pelayanan pemerintahan
kecamatan maupun kabupaten. Sedangkan untuk kawasan perkantoran swasta
adalah kawasan yang diperuntukan untuk kegiatan pelayanan perusahaan milik
swasta.
Adapun kriteria pemanfaatan ruang kawasan perkantoran diantaranya:
a. penggunaan lahan disesuaikan dengan ketentuan/peraturan yang berlaku;
b. tersedia fasilitas infrastruktur yang menunjang kegiatan;
c. tersedianya sumber air dan pelayanan air bersih yang cukup;
d. memiliki jaringan sistem drainase yang baik;
e. tersedia sistem pengolahan sampah yang baik;
f. tersedia aksesibilitas yang baik ke pusat–pusat kegiatan maupun sarana
publik;

8.3.2 Strategi Pengembangan Aspek Kependudukan


Pengembangan aspek kependudukan sangat penting dalam pengembangan
Kawasan Perkotaan Selesai. Kawasan Perkotaan Selesai mempunyai luas wilayah
1.420,79 Ha dengan jumlah penduduk pada tahun 2015 berjumlah 30.148 jiwa. Strategi
dasar pengembangan penduduk dalam kaitannya dengan pengembangan wilayah adalah
pengendalian jumlah penduduk dan distribusi penduduk serta penyediaan lapangan
pekerjaan, yaitu memperluas kesempatan kerja untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan menampung angkatan kerja yang baru sehingga tercapai pemerataan
pendapatan masyarakat bagi peningkatan taraf hidup, kesejahteraan dan kecerdasan
menuju masyarakat adil dan makmur. Kebijaksanaan utama untuk mendorong pengadaan
kesempatan kerja adalah dengan meningkatkan kegiatan perdagangan, jasa, bisnis
komersil secara internal maupun eksternal.

Laporan Fakta dan Analisa VIII-30


8.3.3 Strategis Pengembangan Permukiman
Strategi pengembangan permukiman dilakukan untuk lebih memudahkan dalam
pelayanan fasilitas umum dan prasarana, karena sebaran permukiman yang ada sangat
menyebar dan cukup merata maka pelayanan fasilitas umum dan prasarana cukup mudah.
Untuk itu dalam hal ini strategi pengembangan permukiman diarahkan untuk membentuk
pola-pola kegiatan kecamatan sehingga terjadi hubungan yang terkait. Penentuan pola
permukiman ini merupakan aplikasi dari pembagian blok peruntukan. Ke depannya
Kawasan Perkotaan Selesai memiliki permukiman yang saling mendukung dan memiliki ciri
tersendiri.
Strategi pengembangan permukiman dilakukan dengan mengarahkan
pengelompokan penduduk sedemikian rupa sehingga terbentuk hirarki kelompok
permukiman besar ke kelompok permukiman kecil. Pengaturan hirarki permukiman
dilakukan dengan mengelompokan berdasarkan hirarki administrasi pemerintah yaitu.
a. Kelompok permukiman setingkat RT dengan jumlah penduduk 150 - 250 jiwa atau
jumlah rumah di bawah 30 rumah;
b. Kelompok permukiman setingkat RW dengan mengelompokkan kelompok
permukiman sebanyak 8 - 10 RT;
c. Kelompok permukiman setingkat desa dengan mengelompokkan kelompok
permukiman sebanyak 8 - 10 RW.
Kebutuhan perumahan adalah salah satu dari kebutuhan pokok manusia untuk
mempertahankan eksistensinya. Karenanya dewasa ini pemerintah berusaha memenuhi
kebutuhan perumahan penduduk untuk seluruh lapisan masyarakat melalui Kredit
Pemilikan Rumah (KPR) guna memudahkan penduduk memiliki perumahan atau rumah.
Di dalam menyusun arahan Rencana Detail Tata Ruang perkotaan Selesai, pola
penyebaran dan pengawasan terhadap perubahan fungsi bangunan menjadi prioritas.
Sebagai kawasan yang memiliki konsentrasi kegiatan perdagangan dan jasa, perubahan
fungsi bangunan tempat tinggal menjadi tempat tinggal dan usaha (ruko) sering kali
menjadi pilihan bagi masyarakat.
Arahan lokasi pengembangan kawasan perumahan secara fisik pada umumnya
harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu:
a. Tidak terganggu oleh polusi (air, udara, dan suara);

Laporan Fakta dan Analisa VIII-31


b. Mempunyai kemudahan untuk pencapaian yang relatif baik ke tempat kerja/sarana
umum, dan pusat-pusat pelayanan;
c. Mempunyai kemudahan untuk pencapaian terhadap pusat kabupaten .
d. Mudah untuk pengembangan intrastruktur yang dibutuhkan (jaringan jalan, jaringan
air minum, jaringan listrik, dan jaringan utilitas lainnya).
Sedangkan kebutuhan ruang perumahan penduduk ini pada umumnya ditentukan
oleh faktor sosial, ekonomi, dan budaya setempat, antara lain:
a. Tingkat pendapatan golongan masyarakat;
b. Status sosial golongan masyarakat;
c. Pola budaya masyarakat setempat yang tercermin dari kecenderungan
perkembangan kawasan perumahan penduduk.
Dalam upaya merangsang seluruh aspek-aspek tersebut didalam pengembangan
kawasan perumahan di Kawasan Perkotaan Selesai, maka kebijaksanaan pola alokasi
perumahan ditetapkan sebagai berikut.
1. seluruh lapisan masyarakat penduduk perkotaan berhak membangun perumahan
yang layak yang memenuhi unsur-unsur sehat, nyaman dan bebas polusi, tergantung
kepada kemampuan sosial ekonomi masing-masing penduduk;
2. pihak swasta diarahkan untuk melakukan inovasi dalam penyediaan perumahan
(properti), terutama pembangunan secara baik dengan menggunakan prinsip tahan
gempa.

8.3.4 Strategi Pengembangan Aspek Perekonomian


Strategi pengembangan kegiatan ekonomi yang dimaksud adalah kegiatan industri
dan perdagangan dan jasa, kegiatan ini penyerapan tenaga kerja cukup banyak sehingga
dianggap bernilai ekonomi cukup tinggi dalam peningkatan kesejahteraan manusia.

A. Perdagangan dan Jasa


Strategi pengembangan perdagangan terutama adalah menunjang hasil produksi
daerah, dan mendorong perkembangan sektor lainnya, antara lain:
1. Pengembangan kawasan pusat perdagangan dan jasa secara terpadu;
2. Pengembangan infrastruktur di kawasan perdagangan dan jasa, industri, secara
terintegrasi;

Laporan Fakta dan Analisa VIII-32


3. Mengembangkan dan mendorong penerapan standarisasi produk barang dan jasa
sesuai kebutuhan regional dan global;
4. Meningkatkan peranan UKM, koperasi dalam kegiatan jasa dan perdagangan
khususnya terhadap pengolahan komoditi lokal;

B. Kegiatan Industri
Peranan sektor industri dalam PDRB Kabupaten Langkat sama dengan sektor
perdagangan, hotel, dan restoran, yaitu sub sektor yang paling yang kontribusinya baik
adalah sektor industri kecil yang peranannya cukup besar.
Strategi pengembangan industri terutama dikembangan berbagai jenis industri
kecil sebagai berikut :
1. mengembangkan struktur industri kecil, memengah dan besar yang kuat dan mandiri;
2. mengembangkan pola keterkaitan usaha produksi, distribusi dan jasa pelayanan
dalam kawasan industri kecil;
3. meningkatkan kemampuan penguasaan dan penerapan teknologi industri sesuai
kebutuhan;
4. merumuskan strategi peningkatan daya saing melalui pengembangan kawasan
industri berbasis tenaga kerja terampil dan terlatih, serta kawasan industri berbasis
padat modal;
5. mengembangkan dan mendorong penerapan standarisasi produk barang dan jasa
sesuai kebutuhan regional dan global, dan;
6. meningkatkan kualitas produk dan produktivitas usaha industri.

8.3.5 Strategi Pengembangan Pola Ruang


Strategi pengembangan pola ruang dibutuhkan untuk mewujudkan keterpaduan,
keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan serta keserasian antar sektor
pembangunan kota. Konsep pengembangannya didasarkan pada konsep manajemen
guna lahan yang berkelanjutan. Untuk itu, Kawasan Perkotaan Selesai dibagi atas
beberapa bagian wilayah dengan intensitas pengembangan yang berbeda karena memiliki
karakteristik yang berbeda. Alokasi pengembangan ruang tersebut adalah sebagai berikut:

Laporan Fakta dan Analisa VIII-33


1. Kawasan Perkotaan Selesai sebagai ibukota Kabupaten Langkat yang ditetapkan
menjadi bagian dari pusat administrasi Pemerintah Kabupaten Langkat, yang melayani
seluruh kecamatan;
2. Pusat pelayanan lingkungan berada di pusat aktivitas dan sekitar kantor kecamatan;
3. Dari hasil plotting dapat diketahui bahwa struktur ruang adalah berbentuk linear
sepanjang jalan besar (Kolektor 2) Selesai;
4. Kawasan perlindungan setempat berupa sempadan sungai atau tali air/ parit yaitu
Sungai Begumit, Sungai Selesai, Sungai Brahrang, dan Sungai Skala.

8.3.6 Strategi Pengembangan Prasarana


Strategi pengembangan prasarana pada dasarnya adalah langkah yang harus
dilakukan dalam keadaan keterbatasan Pemerintah untuk memenuhi kebutuhan
prasarana, maka strategi umum adalah memprioritaskan pelayanan prasarana sesuai
dengan prioritas strategi pengembangan sektoral. Jika terjadi kekurangan untuk
pengadaan prasarana maka dibutuhkan upaya dalam pengadaan prasarana yang
dilakukan oleh swasta dengan melakukan tindakan tawaran terhadap pihak swasta.

A. Kebutuhan Air
Berdasarkan hasil analisis dan pengamatan lapangan, kebutuhan air dan
ketersediaan sumber air di perkotaan Selesai berasal dari mata air, sumur artesis, dan
sungai. Oleh sebab itu, strategi pengadaan prasarana dalam pemanfaatan sumber air
untuk kebutuhan air pada sektor tersebut dengan tingkat prioritas dan metoda sebagai
berikut:
1. Pengadaan air untuk industri terutama diarahkan untuk memanfaatkan sumber air
permukaan (sungai) dengan pengadaan dan pengelolaan mandiri (swakelola);
2. Peningkatan pelayanan air besih bagi seluruh masyarakat perkotaan. Selain
Sambungan Rumah (SR) pelayanan air kemasyarakat juga dilakukan dengan
pelayanan Hidran Umum (HU).

Tindakan yang perlu dilakukan dalam strategi pengadaan prasarana air bersih
adalah menjadi kelangsungan sumber air baku yaitu dengan menjaga lingkungan agar
siklus air tetap berlangsung.

Laporan Fakta dan Analisa VIII-34


B. Energi Primer dan Listrik
Kawasan Perkotaan Selesai merupakan lokasi yang bisa dikatakan wilayah yang
cukup mudah diakses oleh jalur pelayanan Energi Primer (bahan bakar minyak) di
Kabupaten Langkat. Seluruh wilayah sudah terlayani oleh pelayanan SPBU. Kemudian
pelayanan penerangan sudah dapat terlayani oleh PLN sebagai perusahaan negara.
Sedangkan yang perlu ditingkatkan adalah peningkatan penerangan lampu jalan dan
menyediakan arus tersendiri atau power saving bagi traffic light.

C. Transportasi
Dalam menunjang interaksi Kawasan Perkotaan Selesai dalam sistem
pengembangan wilayah berskala luas, suatu sistem jaringan transportasi yang
mengintegrasikan semua pusat-pusat kegiatan sangat diperlukan keberadaannya dalam
mendukung sistem interaksi tersebut. Dalam konteks regional, daerah perkotaan tersebut
tidak dapat dipisahkan dari sistem kota-kota yang berada di Kabupaten Langkat yang
merupakan suatu kesatuan sistem kota-kota yang berinteraksi satu dengan yang lainnya.
Pengembangan Kawasan Perkotaan Selesai ini perlu didukung oleh adanya suatu
sistem transportasi yang terintegrasi dengan baik dalam kaitannya untuk mengintegrasikan
seluruh bagian wilayah kota utama dan beberapa bagian kota penting lainnya, baik secara
internal kawasan perkotaan maupun secara eksternal yaitu Kabupaten Langkat. Sistem
transportasi tersebut mencakup suatu wilayah yang luas dimana rencana suatu sistem
jaringan jalan raya adalah merupakan suatu komponen yang terpenting.
Strategi pengembangan sistem transportasi akan didekati secara kualitatif dan
kuantitatif dimana sasaran sistem jaringan yang akan berfungsi melayani:
a. Perjalanan keluar/masuk kecamatan yaitu sebagai suatu sistem jaringan
transportasi yang akan menghubungkan Kecamatan Selesai dengan kecamatan
lainnya di Kabupaten Langkat atau daerah-daerah lainnya di luar wilayah
Kabupaten Langkat.
b. “Through Trip” yaitu perjalanan yang hanya melewati kecamatan sedangkan zona
asal dan zona tujuannya berada di luar Kawasan Perkotaan Selesai, seperti
diketahui wilayah perencanaan memang sudah memiliki terminal sebagai tempat
tujuan namun tidak berfungsi secara optimal, sehingga pergerakan transportasi

Laporan Fakta dan Analisa VIII-35


umum (moda) terlayani oleh arus dari tempat asal dan tujuan yang berada di luar
kecamatan.

D. Telekomunikasi

Kebutuhan prasarana telekomunikasi yang merupakan prasarana utama bagi


sektor industri, strategi pengembangan melalui pendekatan sebagai berikut:
1. Industri, perdagangan, dan perkantoran;
Penyediaan jaringan telepon dengan disertai akses jaringan data yang tinggi;
2. Perumahan, tiap lingkungan rumah perlu dilayani sambungan telepon rumah dengan
menggunakan asumsi berdasarkan tipe rumah sebagai berikut:
a. R-1, rumah tangga berpenghasilan tinggi : 2-3 sambungan/rumah;
b. R-2, rumah tangga berpenghasilan menengah : 1-2 sambungan/rumah;
c. R-3, rumah tangga berpenghasilan rendah : 0-1 sambungan/rumah
Kebutuhan pelayanan prasarana telekomunikasi untuk perkotaan sudah cukup
terlayani, pengembangan ke depannya adalah dengan penyediaan untuk telepon umum
yang tersebar di tiap desa terutama pada pusat-pusat kegiatan. Pelayanan telepon umum
ini minimal melayani 1 unit lingkungan (RT).

E. Permukiman
Strategi pengembangan permukiman dilakukan untuk lebih memudahkan dalam
pelayanan fasilitas umum dan prasarana, karena sebaran permukiman yang ada sangat
menyebar dan cukup merata maka pelayanan fasilitas umum dan prasarana cukup mudah.
Untuk itu dalam hal ini strategi pengembangan permukiman diarahkan untuk membentuk
pola-pola kegiatan kecamatan. Sehingga terjadi hubungan yang terkait. Penentuan pola
permukiman ini merupakan aplikasi dari pembagian blok peruntukan. Ke depannya
Kawasan Perkotaan Selesai memiliki permukiman yang saling mendukung dan memiliki ciri
tersediri.
Strategi pengembangan permukiman dilakukan dengan mengarahkan
pengelompokan penduduk sedemikian rupa sehingga terbentuk hirarki kelompok
permukiman besar ke kelompok permukiman kecil. Pengaturan hirarki permukiman
dilakukan dengan mengelompokan berdasarkan hirarki administrasi pemerintah yaitu.

Laporan Fakta dan Analisa VIII-36


a. Kelompok permukiman setingkat RT dengan jumlah penduduk 150 - 250 jiwa atau
jumlah rumah dibawah 30 rumah;
b. Kelompok permukiman setingkat RW dengan mengelompokkan kelompok
permukiman sebanyak 8 - 10 RT;
c. Kelompok permukiman setingkat desa dengan mengelompokkan kelompok
permukiman sebanyak 8 - 10 RW.
Kebutuhan perumahan adalah salah satu dari kebutuhan pokok manusia untuk
mempertahankan eksistensinya. Karenanya dewasa ini pemerintah berusaha memenuhi
kebutuhan perumahan penduduk untuk seluruh lapisan masyarakat melalui Kredit
Pemilikan Rumah (KPR) guna memudahkan penduduk memiliki perumahan atau rumah.
Di dalam menyusun arahan Rencana Detail Tata Ruang perkotaan Selesai, pola
penyebaran dan pengawasan terhadap perubahan fungsi bangunan menjadi prioritas.
Sebagai kawasan yang memiliki konsentrasi kegiatan perdagangan dan jasa, perubahan
fungsi bangunan tempat tinggal menjadi tempat tinggal dan usaha (ruko) sering kali
menjadi pilihan bagi masyarakat.
Arahan lokasi pengembangan kawasan perumahan secara fisik pada umumnya
harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu:
a. Tidak terganggu oleh polusi (air, udara, dan suara);
b. Mempunyai kemudahan untuk pencapaian yang relatif baik ke tempat kerja/sarana
umum, dan pusat-pusat pelayanan;
c. Mempunyai kemudahan untuk pencapaian terhadap pusat Kabupaten .
d. Mudah untuk pengembangan intrastruktur yang dibutuhkan (jaringan jalan, jaringan
air minum, jaringan listrik, dan jaringan utilitas lainnya).
Sedangkan kebutuhan ruang perumahan penduduk ini pada umumnya ditentukan
oleh faktor sosial, ekonomi, dan budaya setempat, antara lain:
a. Tingkat pendapatan golongan masyarakat;
b. Status sosial golongan masyarakat;
c. Pola budaya masyarakat setempat yang tercermin dari kecenderungan
perkembangan kawasan perumahan penduduk.
Dalam upaya merangsang seluruh aspek-aspek tersebut didalam pengembangan
kawasan perumahan di Kawasan Perkotaan Selesai, maka kebijaksanaan pola alokasi
perumahan ditetapkan sebagai berikut.

Laporan Fakta dan Analisa VIII-37


1. seluruh lapisan masyarakat penduduk perkotaan berhak membangun perumahan
yang layak yang memenuhi unsur-unsur sehat, nyaman dan bebas polusi,
tergantung kepada kemampuan sosial ekonomi masing-masing penduduk;
2. pihak swasta diarahkan untuk melakukan inovasi dalam penyediaan perumahan
(properti), terutama pembangunan secara vertikal (rumah susun).

Laporan Fakta dan Analisa VIII-38

Anda mungkin juga menyukai