Anda di halaman 1dari 20

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

DDTK adalah deteksi dini tumbuh kembang anak dengan kegiatan


pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbang pada
balita dan anak dan agar pertumbuhan dan perkembangan mudah diamati dengan
jelas. Dan dapat diketahui bidang perkembangan dan pertumbuhan anak normal dan
sebagai alat penyuluhan tumbuh kembang. (Soetjiningsih,1995).
Pada saat ini berbagai metode deteksi dini untuk mengetahui gangguan
perkembangan anak telah dibuat. Demikian pula dengan skrining untuk mengetahui
penyakit-penyakit yang potensial dapat mengakibatkan gangguan perkembangan
anak. Karena deteksi dini kelainan perkembangan anak sangat berguna, agar diagnosis
maupun pemulihannya dapat dilakukan lebih awal, sehingga tumbuh kembang anak
dapat berlangsung seoptimal mungkin. Sayangnya, banyak ahli kesehatan yang
percaya bahwa tidak banyak yang dapat dikerjakan untuk mengatasi kelainan ini
dan mereka percaya pula bahwa kelainan yang ringan dapat normal dengan
sendirinya. Sikap seperti ini dapat menghambat pemulihannya, bahkan pada kasus-
kasus tertentu dapat mengakibatkan cacat yang permanen yang tidak seharusnya
dapat dihindari.
Penting untuk dipahami bahwa dengan skrining dan mengetahui adanya masalah
pada perkembangan anak, tidak berarti bahwa diagnosis pasti dari kelainan tersebut telah
ditetapkan. Skrining hanyalah prosedur rutin dalam pemeriksaan tumbuh kembang anak
sehari-hari, yang dapat memberikan petunjuk kalau ada sesuatu yang perlu mendapat
perhatian. Sehingga masih diperlukan anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik yang teliti
dan pemeriksaan penunjang lainnya agar diagnosis dapat dibuat, supaya intervensi dan
pengobatan dapat dilakukan sebaik-baiknya.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan mampu melaksanakan praktek dasar kebidanan yang
berhubungan dengan pemeriksaan DDTK pada Bayi dan Balita.
1.2.2 Tujaun Khusus
Mahasiswa Mampu :
a. Melaksanakan pengkajian/pengumpulan data subyektif dan obyektif
b. Menetapkan diagnosa dan masalah sesuai dengan data yang diperoleh
c. Mengantisipasi diagnosa/masalah potensial berdasarkan diagnosa atau
masalah utama
d. Menetapkan tindakan segera untuk memenuhi kebutuhan
e. Melaksanakan asuhan yang telah direncanakan menyeluruh
f. Melaksanakan asuhan yang telah direncanakan sesuai dengan diagnosa dan
masalah

1
1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
1.3.2 Waktu
Praktik Klinik Kebidanan I ini dilaksanakan selama 2 minggu terhitung
mulai tanggal 19 - 31 Desember 2011.
1.3.3 Tempat Pelaksanaan
Praktek klinik Kebidanan I ini dilaksanakan di Puskesmas Montong
Kabupaten Tuban.

2
BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian DDTK


Penilaian tumbuh kembang perlu dilakukan untuk menentukan apakah tumbuh
kembang seorang anak berjalan normal atau tidak. Baik dilihat dari segi medis maupun
statistik. Anak yang sehat akan menunjukkan tumbuh kembang yang optimal, apabila
diberikan lingkungan bio-fisiko-psikososial yang adekuat.
Proses tumbuh kembang merupakan proses yang berkesinambungan mulai dari
konsepsi sampai dewasa, yang mengikuti pola tertentu yang khas untuk setiap anak.
Proses tersebut merupakan proses interaksi yang terus menerus serta rumit antara faktor
genetik dan faktor lingkungan bio-fisiko-psikososial tersebut. Untuk mengetahui tumbuh
kembang anak, terutama pertumbuhan fisiknya digunakan parameter-parameter tertentu.
Oleh sebab itu untuk mengetahui tingkat perkembangan dan pertumbuhan anak
maka ibu harus meningkatkan motivasi untuk melakukan pemeriksaan DDTK terhadap
anaknya agar secara dini dapat mengetahui penyimpangan pada anaknya dan
meningkatkan kemandiriannya. Dan upayanya adalah program meningkatkan
pengetahuan dan kerampilan ibu dan keluarga untuk melakukan pemeriksaan DDTK
untuk mencapai kesejahteraan bersama demi kesejahteraan anak, balita.
Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup 2 peristiwa yang sifatnya berbeda,
tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.
Sedangkan pengertian mengenai apa yang dimaksud dengan pertumbuhan dan
perkembangan per-definisi adalah sebagai berikut (DepKes RI,2005):
1. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah,
ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan
ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang
dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh).
2. Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya
proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem
organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat
memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan
tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan mempunyai dampak terhadap


aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ atau
individu. Walaupun demikian, kedua peristiwa itu terjadi secara sinkron pada setiap
individu.
Sedangkan untuk tercapainya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada
potensi biologiknya. Tingkat tercapainya potensi biologik seseorang, merupakan hasil
interaksi berbagai faktor yang saling berkaitan, yaitu faktor genetik, lingkungan bio-
fisiko-psiko-sosial dan perilaku. Proses yang unik dan hasil akhir yang berbeda-beda
yang memberikan ciri tersendiri pada setiap anak.

3
Tujuan Ilmu Tumbuh Kembang adalah mempelajari berbagai hal yang
berhubungan dengan segala upaya untuk menjaga dan mengoptimalkan tumbuh kembang
anak baik fisik, mental dan sosial. Juga menegakkan diagnosis dini setiap kelainan
tumbuh kembang dan kemungkinan penanganan yang efektif, serta mencari penyebab
dan mencegah keadaan tersebut.
Dan pengertian DDTK sendiri adalah deteksi dini tumbuh kembang anak dengan
kegiatan pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbang
pada balita dan anak dan agar pertumbuhan dan perkembangan mudah diamati dengan
jelas. Dan dapat diketahui bidang perkembangan dan pertumbuhan anak normal dan
sebagai alat penyuluhan tumbuh kembang.
2.1.1 Manfaat Pemeriksaan DDTK (DepKes RI,2005)
1. Untuk menentukan apakah tumbuh kembang seorang anak berjalan normal atau
tidak.
2. Agar secara dini dapat mengetahui penyimpangan pada anak dan meningkatkan
kemandirianya.
3. Upaya untuk meningkatkan pengetahuan ibu dan ketrampilan untuk melakukan
pemeriksaan DDTK untuk mencapai kesejahteraaan bersama.

2.1.2 Jadwal kegiatan dan jenis skrining atau deteksi dini adanya penyimpangan
tumbuh kembang pada balita dan anak pra sekolah oleh tenaga kasehatan
adalah sebagai berikut:
Tabel Jadwal Kegiatan dan Jenis Skrining DDTK
Jenis Deteksi Tumbuh Kembang yang Harus Dilakukan
Deteksi Dini Deteksi Dini Deteksi Dini
Umur
Penyimpangan Penyimpangan Penyimpangan Mental
Anak
Pertumbuhan Perkembangan Emosional
BB/TB LK KPSP TDD TDL KMME CHAT* GPPH*
0 bulan √ √
3 bulan √ √ √ √
6 bulan √ √ √ √
9 bulan √ √ √ √
12 bulan √ √ √ √
15 bulan √ √
18 bulan √ √ √ √ √
21 bulan √ √ √
24 bulan √ √ √ √ √
30 bulan √ √ √ √
36 bulan √ √ √ √ √ √ √ √
42 bulan √ √ √ √ √ √

4
48 bulan √ √ √ √ √ √ √
54 bulan √ √ √ √ √ √
60 bulan √ √ √ √ √ √ √
66 bulan √ √ √ √ √ √
72 bulan √ √ √ √ √ √ √
(DepKes RI,2005)
Keterangan :
BB/TB : Berat Badan terhadap Tinggi Badan
LK : Lingkaran Kepala
KPSP : Kuesioner Pra Skrining Perkembangan
TDD : Tes Daya Dengar
TDL : Tes Daya Lihat
KMME : Kuesioner Masalah Mental Emosional
CHAT : Checklist for Autism in Toddlers
GPPH : Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas
Tanda * : Deteksi dilakukan atas indikasi
Jadwal dan jenis deteksi dini tumbuh kembang dapat berubah sewaktu-waktu,
yaitu :
1. Kasus rujukan
2. Ada kecurigaan anak mempunyai penyimpangan tumbuh.
3. Ada keluhan anak mempunyai masalah tumbuh kembang.
2.1.3 Jenis Deteksi
1. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan
Mengetahui atau menemukan status gizi kurang, buruk, mikro atau makro.
2. Deteksi dini penyimpangan perkembangan
Mengetahui gangguan perkembangan anak gangguan daya lihat, gangguan daya
dengar.
3. Deteksi dini penyimpangan mental emosional
Mengetahui adanya masalah mental emosional autisme dan GPPH.
2.1.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang
Secara umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap tumbuh
kembang anak, yaitu :
1.Faktor Genetik
Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses
tumbuh kembang anak. Melalui instruksi genetik yang terkandung di dalam sel telur yang
telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Ditandai dengan
intnsitas dan kecepatan pembelahan, derajat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan,
umur pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang. Termasuk faktor genetik antara lain
adalah berbagai faktor bawaan yang normal dan patologik, jenis kelamin, suku bangsa
atau bangsa. Potensi genetik yang bermutu hendaknya dapat berinteraksi dengan
lingkungan/secara positif sehingga diperoleh hasil akhir yang optimal. Gangguan
pertumbuhan di negara maju lebih sering diakibatkan oleh faktor genetik ini. Sedangkan
di negara yang sedang berkembang, gangguan pertumbuhan selain diakibatkan oleh
faktor genetik, juga faktor lingkungan yang kurang memadai untuk tumbuh kembang

5
anak yang optimal, bahkan kedua faktor ini dapat menyebabkan kematian anak-anak
sebelum mencapai usia balita.
Disamping itu, banyak penyakit keturunan yang disebabkan oleh kelainan
kromosom, seperti sindrom down, sindrom turner, dan lain-lain.

2.Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya
potensi bawaan. Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi
bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya. Lingkungan ini merupakan
lingkungan “bio-fisiko-psiko-sosial” yang mempengaruhi setiap hari, mulai dari konsepsi
sampai akhir hayatnya.
Faktor lingkungan ini secara garis besar dibagi menjadi :
1. Faktor lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu masih di dalam
kandungan (faktor pranatal).
2. Faktor lingkungan yang mempengaruhi tumbuh kembang anak setelah lahir
(faktor postnatal). (Dep Kes RI.2005)
2.1.5 Kebutuhan Dasar Anak
Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang, secara umum digolongkan
menjadi 3 kebutuhan dasar (dikutip dari Titi 1993) :
2.1.5.1 Kebutuhan fisik-biomedis (“ASUH”)
Meliputi :
1. Pangan atau gizi merupakan kebutuhan terpenting.
2. Perawatan kesehatan dasar, antara lain imunisasi, pemberian ASI,
penimbangan bayi atau anak yang teratur, pengobatan kalau sakit, dan lain-
lain.
3. Papan atau pemukiman yang layak.
4. Hygiene perorangan, sanitasi lingkungan.
5. Sandang.
6. Kesegaran jasmani, rekresi.
7. Dan lain-lain.
2.1.5.2 Kebutuhan emosi atau kasih sayang (“ASIH”)
Pada tahun-tahun pertama kehidupan, hubungan yang erat, mesra dan selaras
antara ibu/pengganti ibu dengan anak merupakan syarat mutlak untuk menjamin tumbuh
kembang yang selaras baik fisik, mental maupun psikososial. Berperannya dan kehadiran
ibu atau penggantinya sedini dan selanggeng mungkin, akan menjalin rasa aman bagi
bayinya. Ini diwujudkan dengan kontak fisik (kulit atau mata) dan psikis sedini mungkin,
misalnya dengan menyusui bayi secepat mungkin segera setelah lahir. Kekurangan kasih
sayang ibu pada tahun-tahun pertama kehidupan mempunyai dampak negatif pada
tumbuh kembang anak baik fisik, mental maupun sosial emosi, yang disebut “Sindrom
Deprivasi Maternal”.
Kasih sayang dari orang tuanya (ayah atau ibu) akan menciptakan ikatan yang erat
(banding) dan kepercayaan dasar (basic trust).
2.1.5.3 Kebutuhan akan stimulasi mental (“ASAH”)
Stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam proses belajar (pendidikan dan
pelatihan) pada anak. Stimulasi mental (ASAH) ini mengembangkan perkembangan
mental psikososial kecerdasan, keterampilan, kemandirian, kreativitas, agama,
kepribadian, moral-etika produktivitas dan sebagainya.

6
2.1.6 Tahap-tahap Tumbuh Kembang Anak dan Remaja
Walaupun terdapat variasi yang besar, akan tetapi setiap anak akan melalui suatu
“milestone” yang merupakan tahapan dari tumbuh kembangnya dan tiap-tiap tahap
mempunyai ciri tersendiri. Dari kepustakaan terdapat berbagai pendapat mengenai
pembagian tahap-tahap tumbuh kembang ini, tetapi pada tulisan ini digunakan pembagian
berdasarkan Hasil Rapat Kerja UKK Pediatri Sosial di Jakarta, Oktober 1986, yaitu :

Tabel Tahap-tahap Tumbuh Kembang Anak


1. Masa prenatal
a. Masa mudigah/embrio : konsepsi – 8 minggu
b. Masa janin/fetus : 9 minggu - lahir
2. Masa bayi : usia 0 – 1 tahun
a. Masa neonatal : usia 0 – 7 hari
Masa neonatal dini : 0 – 7 hari
Masa neonatal lanjut : 8 – 28 hari
b. Masa pasca neonatal : 29 hari – 1 tahun
3. Masa pra-sekolah : usia 1 – 6 tahun
4. Masa sekolah sekolah : usia 6 – 18/20 tahun
a. Masa pra-remaja : usia 6 – 10 tahun
b. Masa remaja :
1. Masa remaja dini
Wanita, usia 8 – 13 tahun
Pria, usia 10 – 15 tahun
2. Masa remaja lanjut
Wanita, usia 13 – 18 tahun
Pria, usia 15 – 20 tahun
(Soetjiningsih, 1995)

2.1.7 Penilaian Pertumbuhan Fisik


2.1.7.1 Berat Badan
Berat badan merupakan ukuran antripometrik yang terpenting, dipakau pada
setiap kesempatan memeriksa kesehatan anak pada semua kelompok umur. Berat badan
merupakan hasil peningkatan/penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh, antara lain
tulang, otot, lemak, cairan tubuh dan lain-lainnya. Berat badan dipakai sebagai indikator
yang terbaik pada saat ini untuk mengetahui keadaan gizi dan tumbuh kembang anak
sensitif terhadap perubahan sedikit saja, pengukuran obyektif dan dapat diulangi, dapat
digunakan timbangan apa saja yang relatif murah, dan tidak memerlukan banyak waktu.
2.1.7.2 Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan ukuran antropometrik kedua yang terpenting.
Keistimewaannya adalah bahwa ukuran tinggi badan pada masa pertumbuhan meningkat
terus sampai tinggi maksimal dicapai. Walaupun kenaikan tinggi badan ini berfluktuasi,
dimana tinggi badan meningkat pesat pada masa bayi, kemudian melambat, dan menjadi
pesat kembali (pacu tumbuh adolesen), selanjutnya melambat lagi dan akhirnya berhenti
pada umur 18 – 20 tahun. Tulang-tulang anggota gerak berhenti bertambah panjang,
tetapi ruas-ruas belakang berlanjut tumbuh sampai umur 30 tahun.

7
2.1.7.3 Lingkar Lengan Atas
Lingkaran Lengan Atas (LLA) mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak
dan otot yang tidak terpengaruh banyak oleh keadaan cairan tubuh dibandingkan dengan
berat badan. LLA dapat dipakai untuk menilai keadaan gizi/tumbuh kembang pada
kelompok umur prasekolah. Laju tumbuh lambat, dari 11 cm pada saat lahir menjadi 16
cm pada umur satu tahun. Selanjutnya tidak banyak berubah selama 1 – 3 tahun.
Keuntungan penggunaan LLA ini adalah alatnya murah, bisa dibuat sendiri, mudah
dibawa, cepat penggunaannya dan dapat digunakan oleh tenaga yang tidak terdidik.
Sedangkan kerugiannya adalah LLA hanya untuk identifikasi anak dengan gangguan
gizi/pertumbuhan yang berat, sukar menentukan pertengahan LLA tanpa menekan
jaringan, dan hanya untuk anak umur 1 – 3 tahun, walaupun ada yang mengatakan dapat
untuk anak mulai umur 6 bulan s/d 5/6 tahun.
2.1.7.4 Lingkar Kepala
Lingkaran kepada mencerminkan volume intrakranial. Dipakai untuk menaksir
pertumbuhan otak. Apabila otak. Apabila otak tidak tumbuh normal maka kepala akan
kecil. Sehingga pada lingkar kepala (LK) yang lebih kecil dari normal (mikrosefali),
maka menunjukkan adanya retardasi mental. Sebaliknya kalau ada penyumbatan pada
aliran cairan serebrospinal pada hidrosefalus akan meningkatkan volume kepala,
sehingga LK lebih besar dari normal. Sampai saat ini yang dipakai sebagai acuan untuk
LK ini adalah kurve LK dari Nellhaus yang diperoleh dari 14 penelitian di dunia, dimana
tidak terdapat perbedaan yang bermakna terhadap suku bangsa, ras, maupun secara
geografi. Sehingga kurve LK Nellhaus (1968) tersebut dapat digunakan juga di
Indonesia.
Pertumbuhan LK yang paling pesat adalah pada 6 bulan pertama kehidupan, yaitu
dari 34 cm pada waktu lahir menjadi 44 cm pada umur 6 bulan. Sedangkan pada umur 1
tahun 47 cm, 2 tahun 49 cm dan dewasa 54 cm. oleh karena itu manfaat penguukuran LK
terbatas pada 6 bulan pertama sampai 2 tahun karena pertumbuhan otak yang pesat,
kecuali diperlukan seperti pada kasus hidrosefalus.

2.1.8 Gejala atau Tanda Pada Pemeriksaan Fisik


2.1.8.1 Keseluruhan Fisik
Dilihat bentuk tubuh, perbandingan bagian kepala, tubuh dan anggota. Juga
diperhatikan apa ada odema atau tidak.
2.1.8.2 Jaringan Otot
Pertumbuhan otot diperiksa pada lengan atas, pantat dan paha dengan cara
cubitan. tebal
2.1.8.3 Jaringan Lemak
Jaringan lemak diperiksa pada kulit dibawah triseps dan subskapuler dengan cara
cubitan tipis.
2.1.8.4 Rambut
Pada rambut yang diperiksa adalah pertumbuhannya, warna, diameter (tebal atau
tipis), sifat (keriting/lurus) dan akar rambut (mudah dicabut atau tidak).
2.1.8.5 Gigi-geligi
Saat erupsi gigi susu, saat tanggal dan erupsi gigi permanen.

8
2.1.9 Tahap-tahap Penilaian Perkembangan Anak
2.1.9.1 Anamnesis
Tahap pertama adalah melakukan anamnesis yang lengkap, karena kelainan
perkembangan dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Dengan anamnesis yang teliti
maka salah satu penyebabnya dapat diketahui.
2.1.9.2 Skrining gangguan perkembangan anak
Pada tahap ini dianjurkan digunakan instrumen-instrumen untuk skrining guna
mengetahui kelainan perkembangan anak, misalnya dengan menggunakan DDST
(Denver Developmental Secreening Test), tes IQ atau tes psikologik lainnya.

2.1.9.3 Evaluasi lingkungan anak


Tumbuh kembang anak adalah hasil interaksi antara faktor genetik dengan
lingkungan bio-fisiko-psikososial. Oleh karena itu deteksi dini, kita juga harus melakukan
evaluasi lingkungan anak tersebut. Misalnya dapat digunakan HSQ (Home Screening
Questionnaire).
2.1.9.4 Evaluasi penglihatan dan pendengaran anak
Tes penglihatan misalnya untuk anak umur kurang dari 3 tahun dengan tes fiksas
umur 2 ½ tahun – 3 tahun dengan kartu gambar dari allen dan diatas umur 3 tahun dengan
huruf E. juga diperiksa apakah ada strabismus dan selanjutnya periksa kornea dan
retinanya.
Sedangkan skrining pendengaran anak, melalui anamnesis atau menggunakan
audio meter kalau ada alatnya. Disamping itu dilakukan juga pemeriksaan bentuk telinga,
hidung, mulut dan tenggorokan untuk mengetahui adanya kelainan bawaan.
2.1.9.5 Evaluasi bicara dan bahasa anak
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui apakah kemampuan anak
berbicara masih dalam batas-batas yang normal atau tidak. Karena kemampuan berbicara
menggambarkan kemampuan SSP, endokrin, ada/tidak adanya kelainan bawaan pada
hidung, mulut dan pendengaran, stimulasi yang diberikan, emosi anak dan sebagainya.
2.1.9.6 Pemeriksaan fisik
Untuk melengkapi anamnesis diperlukan pemeriksaan fisik, agar diketahui
apabila terdapat kelainan fisik yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak.
Misalnya berbagai sindrom, penyakit jantung bawaan, tanda-tanda penyakit defisiensi
dan lain-lain. (Dep Kes RI,2005)

2.2 Konsep Dasar Askeb pada bayi sehat Menurut Varney


Proses manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah dalam
bidang keperawatan kebidanan pada awal 1970-an, manajemen asuhan terdiri dari 7
langkah yaitu :
2.2.1 Pengumpulan Data / Pengkajian
Adalah pengumpulan data lengkap dan mempermudah seluruh data yang
dibutuhkan untuk penilaian secara sempurna dari klien.
A. Data Subyektif
1. Identitas / Biodata ( Ibrahim,1993:84-85 ).
- Nama anak : untuk memberi identitas pada bayi tersebut
agar tidak tertukar dengan bayi lain

9
- Umur : untuk mengetahui imunisasi apa yang akan
diberikan.
- Tgl/jam/lahir : untuk mengetahui umur bayi
- Jenis kelamin : untuk membedakan dari bayi lain
- No. Registrasi : untuk memastikan registrasi bayi tersebut
- Identitas keluarga : untuk memastikan identitas dari bayi
tersebut
2. Keluhan utama atau alasan kunjungan
Untuk menegtahui tujuan pasien berkunjung dan mengetahui
keluhan-keluhan pasien agar ditegakkan diagnosis yang tepat.
3. Riwayat penyakit kehamilan
Mengetahui riwayat penyakit kehamilan yang diderita ibu pada
waktu hamil.
4. Kebiasaan waktu hamil
Mengetahui kebiasaan-kebiasaan ibu yang dapat berdampak negatif
maupun positif pada bayinya.
5. Riwayat persalinan sekarang
Meliputi jenis persalinan, penolong, lama persalinan, komplikasi
persalinan dan keadaan bayi baru lahir.
6. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Mengetahui penyakit yang pernah diderita klien sehingga dapat
berpengaruh pada imunisasi.
7. Riwayat penyakit keluarga / keturunan
Mempengaruhi dalam pemberian imunisasi
8. Riwayat imunisasi
Mengetahui imunisasi apa yang telah didapatkan oleh klien.
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
Terdiri dari keadaan umum, suhu, pernafasan, HR dan BB
2. Pemeriksaan fisik secara sistematis
a. Inspeksi
- Kepala : adakah benjolan, kebersihannya, anencepal
atau tidak
- Ubun-ubun : cekung atau tidak
- Muka : pucat atau tidak
- Mata : adanya tanda-tanda infeksi atau tidak, simetris
atau tidak
- Telinga : kesimetrisannya, kebersihannya
- Mulut : bibir dan langitan normal atau tidak, periksa
adanya sumbing, reflek hisap dinilai dengan
mengamati bayi saat menyusu, badan.
- Hidung : adanya septum nasal atau tidak, polip atau
tidak, kebersihannya, pernafasannya
- Leher : adanya pembengkakan atau tidak
- Dada : bagaimana bentuknya, putting susunya,
pernafasannya

10
- Tali pusat : kering atau tidak, adanya tanda-tanda infeksi
atau tidak
- Punggung : bentuknya, adanya spina bifida atau tidak
- Ekstremitas : jumlah jarinya, gerakannya
- Genetalia : testisnya sudah turun apa belum, penis
berlubang apa tidak
- Anus : berlubang atau tidak
b. Palpasi
- Hidung : adanya polip atau tidak
- Leher : adanya pembengkakan atau tidak
- Abdomen : adanya benjolan, pembesaran
c. Auskultasi
- Dada : bunyi nafas
d. Perkusi
- Abdomen : kembung atau tidak
3. Pemeriksaan khusus meliputi :
Antropometri, reflek, perkembangan anak.
2.2.2 Interpretasi Data
Anak usia 36 bln dengan SDIDTK Sesuai/ Tidak menyimpang
Masalah : Masalah yang dikeluhkan saat klien datang diperoleh dari
klien sendiri atau ortu,meliputi:
- Gangguan pada penglihatan
- Gangguan pada pendengaran
- Gangguan pada bicara dan bahasa
- Gangguan pada fisik
- Gangguan interaksi dengan lingkungan
2.2.3 Identifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial
Langkah ini berdasarkan diagnosa / masalah yang sudah teridentifikasi
yaitu merupakan kegiatan antisipasi pencegahan jika memungkinkan
menunggu, waspada dan persiapan untuk segala suatu yang terjadi.
Diagnosa/masalah potensial:
- Penyimpangan Pertumbuhan
- Penyimpangan Perkembangan
- Penyimpangan Mental Emosional
2.2.4 Identifikasi Kebutuhan Segera atau Kolaborasi
Langkah ini menggambarkan proses manajemen yang tidak hanya
pada pemberian pelayanan dasar pada kunjungan antenatal secara periodik.
Data yang baru tetap diperoleh dari evaluasi beberapa data yang
memberikan indikasi adanya situasi emergensi dimana bidan harus
bertindak segera disamping menunggu tindakan dokter.
Meliputi:
-Konsultai
-Kolaborasi
-Rujukan

11
2.2.5 Intervensi
Langkah ini ditentukan berdasarkan kegiatan langkah sebelumnya,
sebagai hasil kelanjutan manajemen terhadap diagnosa / masalah yang telah
diidentifikasi.

No Intervensi Rasional
1 Lakukan komunikasi terapeutik dengan a. Menjalin hubungan baik antara
orang tua dan klien. petugas dengan orang tua klien.
2 Timbang berat badan anak b. Mengetahui status gizi anak
3 Isi KMS bayi c. Pencatatan pertumbuhan
4 Lakukan SDIDTK sesuai umur anak d. Mengetahui perkembangan
anak
5 Beritahu ibu kembali 1 bulan lagi untuk e. Agar anak tidak DO dan
menimbangkan anaknya dan terpantau terus tumbuh
mendapatkan vitamin A pada bulan kembangnya.
Pebruari

2.2.6 Implementasi
1. Melakukan komunikasi terapeutik dengan orang tua dan klien.
2. Menimbang berat badan anak
3. Mengisi KMS bayi
4. Melakukan SDIDTK sesuai umur anak
5. Memberitahu ibu kembali 1 bulan lagi untuk menimbangkan anaknya dan
mendapatkan vitamin A pada bulan Pebruari

2.2.7 Evaluasi
Langkah ini dievaluasikan keefektifannya, asuhan yang telah diberikan
apakah telah teridentifikasi dalam diagnosa maupun masalah, rencana
asuhan tersebut dapat dianggap efektif bila mana benar efektif karena proses
manajemen asuhan ini merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan
maka diperlukan evaluasi.
S : Data yang diambil dari pasien (sebagai hasil subyektif) secara
langsung dari pasien sendiri atau dari ortu.
O : Data obyektif yang diperoleh dari pemeriksaan fisik
A : Assesment (diagnosa) yang diambil dari data yang diperoleh
P : Planning (rencana selanjutnya)

12
BAB 3
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA SEHAT

I. Pengumpulan Data

Pada tanggal : 21- Desember 2011 Jam : 09.30 WIB


A. Data Subyektif
1. Identitas / Biodata
Nama Anak : An. “ R “
Umur Anak : 37 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Berat badan : 11,9 Kg
Panjang badan : 82 cm
Nama Ibu : Ny. “T” Nama ayah : Tn. “G”
Umur : 24 th Umur : 28 th
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Pekerjaan : - Pekerjaan : Swasta
Alamat rumah : Ds. Montong sekar, Kec. Montong.

2. Keluhan utama / alasan kunjungan


Ibu mengatakan kunjungannya untuk menimbang berat badan anaknya,
supaya tahu pertumbuhan dan perkembangannya.

3. Riwayat penyakit kehamilan


- Ibu mengatakan tidak mengalami gangguan yang berarti dan tidak
pernah menderita penyakit kronis apapun.
4. Kebiasaan waktu hamil
- Makanan : Ibu mengatakan makan 3x sehari dengan nasi lauk
dan sayur, minum 7-8 gelas sehari.
- Obat-obatan/jamu : Tidak pernah mengkonsumsi
- Merokok : Tidak
5.Riwayat persalinan
a. Jenis persalinan : Spontan
b. Ditolong oleh : Bidan
c. Tempat Persalinan : Polindes
d. Ketuban pecah : spontan
Warna : jernih
e. Komplikasi persalinan
Tidak ada
f. Keadaan BBL
Nilai APGAR : 8-9
BB : 3300 gram

13
6.Riwayat penyakit yang pernah diderita
Ibu mengatakan dirinya dan anaknya tidak sedang menderita suatu penyakit.
7.Riwayat penyakit keluarga / keturunan
Ibu mengatakan keluarganya tidak ada yang menderita penyakit yang
menurun, menahun, dan menular.
8.Pola kehidupan sehari-hari
- Nutrisi
Ibu mengatakan anaknya minum PASI dan makan dengan menu orang
dewasa 3x / hari dengan porsi sedang, terdiri dari nasi,lauk,sayur dan
kadang kadang buah.
- Eliminasi
Ibu mengatakan anaknya BAK + 6 – 7 x sehari dan BAB 1x sehari
- Personal hygiene
Ibu mengatakan memandikan anaknya sebanyak 2x sehari dan selalu
mengganti pakaian setiap habis mandi,serta mengajari gosok gigi,
keramas 2 hari sekali.
- Istirahat / tidur
Ibu mengatakan anaknya biasa tidur siang ± 2 jam, dan tidur pada
malam hari ± 10 – 11 jam.
- Aktivitas
Ibu mengatakan anaknya sangat aktif saat bermain-main
9.Riwayat imunisasi bayi
Ibu mengatakan anaknya sudah mendapatkan imunisasi lengkap.

B. Data Obyektif
1.Pemeriksaan umum
- Kesadaran : Composmentis
- Suhu : 360C
- Pernafasan : 30x/menit
- BB : 11,9 Kg
Hasil pencatatan di KMS :
- Hb Uniject : 5 September 2010
- BCG + Polio I : 9 Oktober 2010
- DPT Combo I + Polio II : 9 November 2010
- DPT Combo II + Polio III : 12 Desember 2010
- DPT Combo III + Polio IV : 12 Januari 2011
- Campak : 9 Juni 2010
2.Pemeriksaan fisik secara sistematis
a.Inspeksi
- Kepala : bersih, tidak ada benjolan
- Ubun-ubun : datar
- Muka : warna merah muda
- Mata : simetris, tidak juling, tidak ada push, sklera putih,
conjungtiva merah muda
- Telinga : simetris, bersih
- Mulut : tidak ada stomatitis, tidak ada stomatitis
- Hidung : tidak ada polip, bersih

14
- Leher : tidak ada pembesaran / benjolan
- Dada : simetris
- Punggung : tidak ada spina bifida, tidak ada benjolan, tidak
lordosis, tidak skoliosis
- Extremitas : jumlah jari lengkap, tidak ada fraktur
- Genetalia : normal,bersih
- Anus : berlubang
b.Palpasi
- Hidung : tidak ada benjolan
- Leher : tidak ada benjolan / pembesaran
- Abdomen : tidak ada benjolan, tidak nyeri tekan, tidak
meteorismus
c.Auskultasi
- Dada : pernafasan teratur, tidak ada wheezing, tidak ada
ronkhi, tidak ada stidor
3.Pemeriksaan khusus
a.Antropometri
 Lingkar kepala : 46 cm
 Lingkar dada : 35 cm
b.Perkembangan Anak
1.Gerakan motorik kasar
a. Anak dapat berjalan dengan baik,lari dan berjalan mundur
b. Anak dapat berlari dan berjalan mundur
2.Gerakan motorik halus
a. bila diberi pensil anak dapat mencoret – coret kertas.
b. anak dapat meletakkan 2 buah kubus satu persatu diatas kubus
yang lain tanpa menjatuhkan kubus itu.
3. Bicara dan bahasa
a. anak bias menggunakan 2 kata pada saat berbicara,seperti :
minta minum.
b. anak dapat menyebutkan 2 dari gambar binatang yang
ditunjukkan oleh bidan tanpa bantuan.
c. Anak bisa mengikuti perintah dengan seksama

4.Sosialisasi dan kemandirian


Anak bisa menggunakan sendok garpu dengan sedikit bantuan
dan anak sudah bisa membantu dirumah/meniru kegiatan orang
yang ada dirumah.

II. Diagnosa dan masalah


Diagnosa : Anak usia 37 bulan dengan SDIDTK
Masalah : -
III. Diagnosa Potensial
Tidak ada
IV. Identifikasi Kebutuhan Segera / Kolaborasi
Tidak ada
15
V. Intervensi
No Intervensi Rasional
.
1 Timbang berat badan anak b. Mengetahui status gizi anak
2 Isi KMS bayi c. Pencatatan pertumbuhan
3 Lakukan SDIDTK sesuai umur anak d. Mengetahui perkembangan
anak
4 Beritahu ibu kembali 1 bulan lagi untuk e. Agar anak terpantau terus
menimbangkan anaknya. tumbuh kembangnya.

I. Implementasi
Tanggal/Jam Implementasi Paraf
25-12-2011 1. Menjelaskan setiap akan melakukan tindakan
2. Menimbang berat badan anak, BB = 11,9 Kg.
3. Mengisi KMS bayi
4. Melakukan SDIDTK sesuai umur anak
5. Memberitahu ibu agar kembali 1 bulan lagi untuk
menimbangkan anaknya

II. Evaluasi
Tanggal : 21-12-2011 Jam : 10.00 WIB
S : Ibu mengatakan anaknya sudah ditimbang dan dilakukan tes kecerdasan anak
O : Anak sangat senang dan menikmati setiap tahap deteksi karena dilakukan
sambil bermain.
A : Anak umur 37 bulan dengan SDIDTK
P : Kembali 1 bulan lagi untuk menimbang berat badan anak

16
BAB 4
PEMBAHASAN

4.1 PENGKAJIAN
Pada tahap pengkajian data subyektif dan obyektif, penulis tidak mengalami
kesulitan melalui wawancara langsung kepada klien dan orang tua maupun melalui
pengamatan terhadap klien, hal ini karena klien dan orangtua mudah diajak
komunikasi dan kerjasama dengan baik.
4.2 INTERPRETASI DATA DASAR
Dalam kasus anak“ R“ diinterpretasi data dasar terdiri dari diagnosa, data subyektif
dan data obyektif. karena kasus anak. “ R “ keadaan nya sesuai dengan teori yang
ada.
4.3 ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL
Dalam kasus anak. “R“ tidak dijumpai antisipasi masalah potensial sehingga ada
kesenjangan antara teori dan asuhan kebidanan yang diberikan pada anak “R” karena
kasus anak. “R“ merupakan kasus fisiologis dalam tumbuh kembang anak (SDIDTK).
4.4 IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
Dalam kasus anak “R“ tidak dijumpai identifikasi kebutuhan segera sehingga ada
kesenjangan antara teori dan asuhan kebidanan yang diberikan karena kasus anak
“R” merupakan kasus tumbuh kembang balita sesuai tahapnya.
4.5 PERENCANAAN
Sesuai dengan diagnosa, penulis melakukan rencana tindakan asuhan kebidanan pada
anak ” R” sesuai dengan teori, dalam tahap perencanaan ini tidak ada hambatan yang
dijumpai karena sarana, prasarana, sumber daya dari orang tua klien dan tempat
untuk melaksanakan askeb memungkinkan dalam membuat rencana tindakan sesuai
prinsip ilmu kebidanan dan protap yang ada.
4.6 IMPLEMENTASI
Dalam kasus anak “R“ dilakukan implementasi sesuai dengan perencanaan yang telah
ditetapkan sesuai diatas dan sesuai dengan teori fisiologis dan tidak ada hambatan
dalam pelaksanaannya karena orangtua sangat kooperatif dengan penjelasan yang
diberikan oleh bidan.
4.7 EVALUASI
Implementasi yang telah dilakukan sesuai dengan harapan sehingga terpenuhinya
tujuan jangka pendek dalam kasus anak. “ R “dengan SDIDTK.

17
BAB 5
KESIMPULAN

Pembinaan tumbuh kembang anak yang difokuskan pada kegiatan


stimulasi,deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang pada anak umur 0 – 6 tahun,
merupakan upaya yang sangat mendasar dan teramat penting dalam meletakkan dasar
– dasar kepribadian manusia, kemampuan berbicara dan bahasa, berfikir, pengindraan,
penalaran, kemandirian dan kemampuan beradaptasi dengan lingkungan social
budayanya.
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada anak “ R ” dengan SDIDTK
didapatkan kesimpulan bahwa dalam pengkajian telah dilakukan anamnesa yang
meliputi data subyektif dan obyektif. Dari pengkajian tersebut diambil suatu
diagnosa anak “ R” dengan SDIDTK Sesuai tanpa diagnosa potensial, intervensi yang
diberikan disesuaikan dengan ketentuan yang ada. Sedangkan penerapannya
disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada. Evaluasi dilakukan setelah
implementasi dilakukan, yang menunjukkan bahwa anak ” R” keadaannya dalam batas
normal.

18
19
DAFTAR PUSTAKA

- Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Kedokteran Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius
FKUI
- Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP
- Pedoman pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang
Anak. Departemen Kesehatan RI Tahun 2005-
- Soejtiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC

20

Anda mungkin juga menyukai