Anda di halaman 1dari 18

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Luka Bakar

2.1.1 Definisi

Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ketubuh (flash),
terkena air panas (scald), tersentuh benda panas (kontak panas), akibat sengatan
listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta sengatan matahari (sunburn) (Moenajat,
2001).
Luka bakar adalah kerusakan secara langsung maupun yang tidak langsug
pada jaringan kulit yang tidak menutup kemungkinan sampai ke organ dalam, yang
disebab kan kontak langsung dengan sumber panas yaitu api, air atau uap panas,
bahan kimia, radiasi, arus listrik, dan suhu yang sanggat dingin (Smeltzer dan Bare,
2001).
Luka bakar adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang
disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan,
sengatan listrik atau gigitan hewan (Syamsuhidayat, 2005).
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi
seperti api, air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi. Luka ini dapat menyebabkan
kerusakan jaringan (Basbeth Keren, 2004)

2.1.2 Epidemioloi
Berdasarkan WHO Global Burden Disease, pada tahun 2004 diperkirakan
310.000 orang meninggal akibat luka bakar, dan 30% pasien berusia kurang dari 20
tahun. Luka bakar karena api merupakan penyebab kematian ke-11 pada anak berusia
1 – 9 tahun. Anak – anak beresiko tinggi terhadap kematian akibat luka bakar, dengan
prevalensi 3,9 kematian per 100.000 populasi. Luka bakar dapat menyebabkan
kecacatan seumur hidup (WHO, 2008). Di Amerika Serikat, luka bakar menyebabkan
5000 kematian per tahun dan mengakibatkan lebih dari 50.000 pasien di rawat inap
(Kumar et al., 2007). Di Indonesia, prevalensi luka bakar sebesar 0,7%
(RISKESDAS, 2013).

2.1.3 Etiologi
Luka bakar banyak disebabkan karena suatu hal, diantaranya adalah :

2.1.3.1 Luka bakar suhu tinggi (Thermal Burn) : gas, cairan, bahan padat
Luka bakar thermal burn biasanya disebabkan oleh air panas (scald) ,jilatan
api ketubuh (flash), kobaran api di tubuh (flam), dan akibat terpapar atau
kontak dengan objek-objek panas lainnya(logam panas, dan lain-lain)
(Moenadjat, 2005).

2.1.3.2 Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn)


Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang biasa
digunakan dalam bidang industri militer ataupu bahan pembersih yang sering
digunakan untuk keperluan rumah tangga (Moenadjat, 2005).

2.1.3.3 Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn)


Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api, dan ledakan.
Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki resistensi
paling rendah. Kerusakan terutama pada pembuluh darah, khusunya tunika
intima, sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi ke distal. Sering kali
kerusakan berada jauh dari lokasi kontak, baik kontak dengan sumber arus
maupun grown (Moenadjat, 2001).
2.1.3.4 Luka bakar radiasi (Radiasi Injury)
Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radio aktif.
Tipe injury ini sering disebabkan oleh penggunaan radio aktif untuk keperluan
terapeutik dalam dunia kedokteran dan industri. Akibat terpapar sinar
matahari yang terlalu lama juga dapat menyebabkan luka bakar radiasi
(Moenadjat, 2001).

2.1.4 Klasifikasi
Luka bakar dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal, antara lain:
penyebab, luasnya luka, dan keparahan luka bakar.
2.1.4.1.1 Klasifikasi Berdasarkan Mekanisme dan Penyebab

2.1.4.1.1 Luka bakar termal


Luka bakar yang biasanya mengenai kulit. Luka bakar ini bisa disebabkan
oleh cairan panas, berkontak dengan benda padat panas, terkena lilin atau
rokok, terkena zat kimia, dan terkena aliran listrik (WHO, 2008).
2.1.4.1.2 Luka bakar inhalasi
Luka bakar yang disebabkan oleh terhirupnya gas yang panas, cairan
panas atau produk berbahaya dari proses pembakaran yang tidak
sempurna. Luka bakar ini penyebab kematian terbesar pada pasien luka
bakar (WHO, 2008).
2.1.4.2 Klasifikasi Berdasarkan Derajat dan Kedalaman Luka Bakar

2.1.4.2.1 Derajat I (superficial) hanya terjadi di permukaan kulit (epidermis).


Manifestasinya berupa kulit tampak kemerahan, nyeri, dan mungkin dapat
ditemukan bulla. Luka bakar derajat I biasanya sembuh dalam 3 hingga 6
hari dan tidak menimbulkan jaringan parut saat remodeling (Barbara et
al., 2013).
2.1.4.2.2 Derajat II (partial thickness) melibatkan semua lapisan epidermis dan
sebagian dermis. Kulit akan ditemukan bulla, warna kemerahan, sedikit
edem dan nyeri berat. Bila ditangani dengan baik, luka bakar derajat II
dapat sembuh dalam 7 hingga 20 hari dan akan meninggalkan jaringan
parut (Barbara et al., 2013).
2.1.4.2.3 Derajat III (full thickness) melibatkan kerusakan semua lapisan kulit,
termasuk tulang, tendon, saraf dan jaringan otot. Kulit akan tampak
kering dan mungkin ditemukan bulla berdinding tipis, dengan tampilan
luka yang beragam dari warna putih, merah terang hingga tampak seperti
arang. Nyeri yang dirasakan biasanya terbatas akibat hancurnya ujung
saraf pada dermis. Penyembuhan luka yang terjadi sangat lambat dan
biasanya membutuhkan donor kulit (Barbara et al., 2013).

2.1.5 Manifestasi Klinis


Berat ringannya luka bakar tergantung pada jumlah jaringan yang terkena dan
kedalaman luka bakar.
2.1.5.1 Luka bakar derajat 1
Merupakan luka bakar yang paling ringgan. Kulit yang terbakar menjadi
merah, nyeri, sangat sensitive terhadap sentuhan dan lembab atau
membengkak. Jika ditekan, daerah yang terbakar akan memutih dan belum
terbentuk bulat.
2.1.5.2 Luka bakar derajat 2
Menyebabkan kerusakan yang lebih dalam. Kulit melepuh, dasarnya tampak
merah atau keputihan dan terisi oleh cairan kental yang jernih. Jika disentuh
warnanya berubah menjadi putih dan terasa nyeri.
2.1.5.3 Luka bakar derajat 3
Menyebabkan kerusakan yang paling dalam. Permukaanya bisa berwarna
putih dan lembut atau berwarna hitam, hangus dan kasar. Kerusakan sel darah
merah pada daerah yang terbakar bisa menyebabkan luka bakar berwarna
merah terang. Kadang daerah yang terbakar melepuh dan rambut/bulu
ditempat tersebut mudah dicabut dari akarnya. Jika disentuh, tidak timbul rasa
nyeri karena ujung saraf pada kulit telah mengalami kerusakan. Jaringan yang
terbakar bisa mati. Jika jaringan mengalami kerusakan akibat luka bakar,
maka cairan akan merembes dari pembuluh darah dan menyebabkan
pembengkakan. Pada luka bakar yang luas, kehilangan sejumlah besar cairan
karena perembesan tersebut bisa meyebabkan terjadi syok. Tekanan darah
sanggat rendah sehingga darah yang mengalir ke otak dan yang lainya sangat
sedikit.
2.1.6 Patofisiologi
Luka bakar (combustio) pada tubuh dapat terjadi karena konduksi
panas langsung atau radiasi elektromagnetik. Setelah terjadi luka bakar yang
parah, dapat mengakibatkan gangguan hemodinamika, jantung, paru, ginjal
serta metabolik akan berkembang lebih cepat. Dalam beberapa detik saja
setelah terjadi jejas yang bersangkutan, isi curah jantung akan menurun,
mungkin sebagai akibat dari refleks yang berlebihan serta pengembalian vena
yang menurun. Kontaktibilitas miokardium tidak mengalami gangguan.
Segera setelah terjadi jejas, permeabilitas seluruhh pembuluh darah
meningkat, sebagai akibatnya air, elektrolit, serta protein akan hilang dari
ruang pembuluh darah masuk ke dalam jarigan interstisial, baik dalam tempat
yang luka maupun yang tidak mengalami luka. Kehilangan ini terjadi secara
berlebihan dalam 12 jam pertama setelah terjadinya luka dan dapat mencapai
sepertiga dari volume darah. Selama 4 hari yang pertama sebanyak 2 pool
albumin dalam plasma dapat hilang, dengan demikian kekurangan albumin
serta beberapa macam protein plasma lainnya merupakan masalah yang sering
didapatkan.
Dalam jangka waktu beberapa menit setelah luka bakar besar,
pengaliran plasma dan laju filtrasi glomerulus mengalami penurunan,
sehingga timbul oliguria. Sekresi hormon antideuretika dan aldosteron
meningkat. Lebih lanjut lagi mengakibatkan penurunan pembentukan kemih,
penyerapan natrium oleh tubulus dirangsang, ekskresi kalium diperbesar dan
kemih dikonsentrasikan secara maksimal.
Albumin dalam plasma dapat hilang, dengan demikian kekurangan
albumin serta beberapa macam protein plasma lainnya merupakan masalah
yang sering didapatkan.
2.1.7 Komplikasi

Luka bakar bisa menimbulkan kondisi yang lebih serius jika tidak ditangani
dengan tepat. Berikut ini adalah beberapa komplikasi yang bisa terjadi akibat luka
bakar:

 Bekas luka. Kondisi ini bisa disebabkan oleh pertumbuhan jaringan parut
yang berlebihan akibat luka bakar.
 Hipotermia. Kondisi yang berbahaya ini terjadi ketika suhu tubuh menjadi
sangat rendah akibat luka bakar.
 Gangguan bergerak. Hal ini bisa terjadi ketika luka bakar membuat jaringan
tubuh, seperti kulit atau otot menjadi lebih pendek dan kencang.
 Infeksi. Infeksi kulit akibat luka bakar dapat berkembang menjadi infeksi
dalam aliran darah, hingga sepsis.
 Gangguan pernapasan. Kondisi ini dapat terjadi jika penderita menghirup
udara atau asap saat kebakaran.
 Kehilangan banyak cairan tubuh. Kondisi ini dapat menimbulkan
kurangnya cairan dalam pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah.
2.1.8 Pathway
Panas, kimia radiasi, listrik

Luka Bakar

Kerusakan Jaringan

Gangguan Integritas
(epidermis, dermis)
Kulit

Kerusakan Kapiler Takut Bergerak


Merangsang syaraf
Perifer Permeabilitas Pergerakan terbatas
Meningkat
Alarm nyeri Mobilitas Fisik
Cairan merembes Cairan merembes

Gangguan rasa Ke interstisial Jaringan sub kutan


Aman Nyaman :
nyeri
Oedema Vesikulasi

Penurunan volume Vesikel pecah dalam


darah yang bersirkulasi keadaan luas

Penurunan curah Luka Terbuka,


Jantung Kulit terkelupas

Gangguan perfusi Penguapan yang


Jaringan berlebihan

Gangguan Perfusi Dehidrasi


Jaringan

Defisit Volume
cairan
2.1.9 Pemeriksaan Penunjang
PEMERIKSAAN PENUNJANG Menurut Doenges, 2000, diperlukan
pemeriksaan penunjang pada luka bakar yaitu :
1. Laboratorium
Hitung darah lengkap: Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya
pengeluaran darah yang banyak sedangkan
peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan
adanya cedera, pada Ht (Hematokrit) yang
meningkat menunjukkan adanya kehilangan
cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi
sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan
oleh panas terhadap pembuluh darah.
Leukosit : Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan
adanya infeksi atau inflamasi.
GDA : Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera
inhalasi. Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau
peningkatan tekanan karbon dioksida (PaCO2)
mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida.
Elektrolit Serum : Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan
dengan cedera jaringan dan penurunan fungsi
ginjal, natrium pada awal mungkin menurun
karena kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi
saat konservasi ginjal dan hipokalemi dapat terjadi
bila mulai diuresis.
Natrium Urin : Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan
kelebihan cairan , kurang dari 10 mEqAL
menduga ketidakadekuatan cairan.
Alkali Fosfat : Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan
perpindahan cairan interstisial atau gangguan
pompa, natrium.
Glukosa Serum : Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon
stress.
Albumin Serum : Untuk mengetahui adanya kehilangan protein
pada edema cairan.
BUN atau Kreatinin : Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau
fungsi ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat
karena cedera jaringan.
Loop aliran volume : Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek
atau luasnya cedera.
EKG : Untuk mengetahui adanya tanda iskemia
miokardial atau distritmia.
Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka
bakar.
2.1.10 Penatalaksanaa Medis
Penatalaksanaan pasien luka bakar sesuai dengan kondisi dan pasien dirawat
melibatkan berbagai lingkungan perawatan dan disiplin ilmu antara lain mencakup
penanganan awal (ditempat kejadian), penanganan pertama di unit gawat darurat,
penanganan diruang intensif atau bangsal. Tindakan yang diberikan antara lain adalah
terapi cairan, fisioterapi dan psikiatri. Pasien dengan luka bakar memerlukan obat-
obatan topical. Pemberian obat-obatan topical anti microbial bertujuan tidak untuk
mensterilkan luka akan tetapi akan menekan pertumbuhan mikroorganisme dan
mengurangi kolonisasi, dengan memberikan obat-obatan topical secara tepat dan
efektif dapat mengurangi terjadinya infeksi luka dan mencegah sepsis yang sering
kali masih menjadi penyebab kematian pasien.
2.1.11 Konsep Asuhan Keperawatan Kritis Luka Bakar
1. Pengkajian
A. Primery Survey
1) Airway
 Periksa jalan nafas, cara yang paling mudah dengan mengajak
berbicara. bersihkan segala macam benda yang mengganggu jalan
nafas. Lakukan head tilt, chin lift dan jaw thrust. jaga agar kepala dan
leher tidak hiperfleksi atau hiperekstensi.
 Curigai juga adanya trauma inhalasi jika terdapat luka bakar pada
daerah wajah. Lakukan Intubasi jika jalan nafas bermasalah atau
didapatkan adanya udem laring.
 Pasang rigid collar neck. selalu curigai adanya cedera servikal pada
trauma yang terjadi diatas klavikula.
2) Breathing
 Perhatikan pergerakan dinding dada, pastikan dapat bergerak
maksimal.
 Periksa saturasi oksigen. Berikan O2 tekanan tinggi (15L/i) dengan
masker nonrebreathing.
 Jika pernafasan tidak adekuat dan membutuhkan ventilasi mekanik,
lakukan intubasi.
 Periksa apakah terdapat kemungkinan keracunan karbon monoksida,
seperti kulit berwarna pink.
 Hati-hati terhadap luka bakar yang mengenai bagian dada.
Pertimbangkan melakukan eskarotomi.
3) Circulation
 Jika terdapat perdarahan, tekan pada bagian yang berdarah.
 Periksa pulsasi nadi sentral (arteri karotis).
 Periksa tekanan darah
 Periksa waktu pengisian kapiler. Jika >2 detik, kemungkinan
memerlukan eskarotomi pada anggota gerak tersebut. Periksa anggota
gerak sebelahnya.
 Lakukan pemasangan 2 IV Line dengan abbocath besar pada daerah
yang tidak mengalami luka bakar.
 Lakukan pemeriksaan darah perifer lengkap, pemeriksaan koagulasi,
analisa gas darah, cross match, dan elektrolit.
 Lakukan resusitasi cairan dengan menggunakan Hartmann Solution
(Ringer Lactat) untuk mendapatkan pulsasi nadi arteri radialis.
4) Disability
 Periksa status neurologis kesadaran dengan menggunakan sistem GCS.
 Lakukan pemeriksaan refleks pupil. Pupil harus simetris kiri dan
kanan.
 Perhatikan tanda-tanda adanya hipoksemia yang ditunjukkan dengan
kegelisahan dan penurunan kesadaran.
B. Secondary Survey
a. Pemeriksaan fisik
1. Kulit/integumen:Inspeksi (lesi, warna), palpasi (tekstur, kelembaban,
edema).
2. Kepala: Inspeksi (bentuk, warna, kebersihan), palpasi (ukuran).
3. Kuku: Inspeksi (ketebalan, warna), palpasi (sirkulasi).
4. Mata/penglihatan: Inspeksi (bentuk, sclera, konjungtiva), palpasi
(adanya peradangan).
5. Hidung: Inspeksi (bentuk, polif), palpasi (adanya peradangan).
6. Telinga: Inspeksi (bentuk, posisi), palpasi (adanya peradangan).
7. Mulut dan Gigi: Inspeksi (bentuk, warna), palpasi (adanya
peradangan).
8. Leher: Inspeksi (bentuk, kekakuan), palpasi (pembengkakan kelenjar
tiroid, tekanan vena jugularis).
9. Dada: Inspeksi (bentuk, pola nafas), palpasi (letak atau posisi), perkusi
(mengetuk bagian dada), dan auskultasi (bunyi atau irama).
10. Abdomen: Inspeksi (bentuk), palpasi (meraba adanya hepar), perkusi
(mengetuk bagian abdomen), auskultasi ( mendengar bisisn usus).
11. Genetalia: Inspeksi (kebersihan), palpasi (pembengkakan).
12. Extremitas atas dan bawah: Inspeksi (bentuk, gerak), palpasi (nyeri
tekan).
b. SAMPLE
S (Sign and Symptom): Tanda gejala terjadinya luka bakar
A (Allergies): adakah alergi pada pasien, seperti obat-obatan, plester,
makanan.
M (Medications): obat-obatan (obat-obatan yang diminum seperti: sedang
menjalani pengobatan hipertensi, kencing manis, jantung.
P (Pertinent medical): riwayat medis pasien seperti penyakit yang pernah
diderita, obatnya apa, berapa dosisnya, penggunaan obat-obatan herbal).
L (Last meal): obat atau makanan yang baru saja dikonsumsi, dikonsumsi
berapa jam sebelum kejadian, selain itu juga periode menstruasi termasuk
dalam komponen ini).
E (Events): hal-hal yang bersangkutan dengan sebab cedera (kejadian yang
menyebabkan adanya keluhan utama).
c. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Biasanya klien merasakan rasa tidak enak pada bagian yang terbakar
kemudian di ikuti rasa nyeri
2. Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan penyebab terjadinya infeksi, bagaimana gambaran rasa nyeri,
daerah mana yang sakit, apakah menjalar atau tidak, ukur skala nyeri,
dan kapan keluhan dirasakan.
3. Riwayat penyakit dulu
Tanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit parah sebelumnya.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan apakah keluarga klien ada yang menderita penyakit yang
sama dengan klien.
2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
a) Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Trauma : kerusakan
permukaan kulit karena destruksi lapisan kulit (parsial/luka bakar dalam).
b) Resiko nyeri berhubungan dengan Kerusakan kulit/jaringan; pembentukan
edema.
c) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kehilangan cairan
melalui rute abnormal. Peningkatan kebutuhan : status hypermetabolik,
ketidak cukupan pemasukan.
3. Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosa Noc Nic Rasional
1 Resiko Menunjukkan Kaji/catat ukuran, Memberikan
kerusakan regenerasi warna, kedalaman informasi dasar

integritas kulit jaringan luka, perhatikan tentang kebutuhan


jaringan nekrotik penanaman kulit dan
b.d Trauma : Kriteria hasil:
dan kondisi sekitar kemungkinan
kerusakan Mencapai
luka. petunjuk tentang
permukaan penyembuhan
sirkulasi pada aera
kulit d.d tepat waktu pada
Lakukan perawatan graft.
destruksi area luka bakar. luka bakar yang
lapisan kulit tepat dan tindakan Menyiapkan
kontrol infeksi. jaringan untuk
penanaman dan
Pertahankan menurunkan resiko
penutupan luka infeksi/kegagalan
sesuai indikasi. kulit.

Tinggikan area graft Kain nilon/membran


bila mungkin/tepat. silikon mengandung
Pertahankan posisi kolagen porcine
yang diinginkan dan peptida yang
imobilisasi area bila melekat pada
diindikasikan. permukaan luka
sampai lepasnya
Pertahankan balutan atau mengelupas
diatas area graft secara spontan kulit
baru dan/atau sisi repitelisasi.
donor sesuai Menurunkan
indikasi. pembengkakan
Cuci sisi dengan /membatasi resiko
sabun ringan, cuci, pemisahan graft.
dan minyaki dengan Gerakan jaringan
krim, beberapa dibawah graft dapat
waktu dalam sehari, mengubah posisi
setelah balutan yang mempengaruhi
dilepas dan penyembuhan
penyembuhan optimal.
selesai. Area mungkin
Lakukan program ditutupi oleh bahan
kolaborasi : dengan permukaan
- Siapkan / bantu tembus pandang tak
prosedur reaktif.
bedah/balutan
biologis. Kulit graft baru dan
sisi donor yang
sembuh memerlukan
perawatan khusus
untuk
mempertahankan
kelenturan.

Graft kulit diambil


dari kulit orang itu
sendiri/orang lain
untuk penutupan
sementara pada luka
bakar luas sampai
kulit orang itu siap
ditanam.
2 Resiko tinggi Pasien dapat Awasi tanda vital, Memberikan
kekurangan mendemostrasikan CVP. Perhatikan pedoman untuk
volume cairan status cairan dan kapiler dan kekuatan penggantian cairan
berhubungan biokimia membaik. nadi perifer. dan mengkaji respon
dengan Kriteria evaluasi: Perkirakan drainase kardiovaskuler.
Kehilangan tak ada manifestasi luka dan kehilangan Penggantian cairan
cairan melalui dehidrasi, resolusi yang tampak dititrasi untuk
rute abnormal. oedema, elektrolit Pasang/ pertahankan meyakinkan rata-2
Peningkatan serum dalam batas ukuran kateter IV. pengeluaran urine
kebutuhan : normal, haluaran Berikan penggantian 30-50 cc/jam pada
status urine di atas 30 cairan IV yang orang dewasa. Urine
hypermetabolik, ml/jam. dihitung, elektrolit, berwarna merah
ketidak cukupan plasma, albumin. pada kerusakan otot
pemasukan. Awasi hasil masif karena
Kehilangan pemeriksaan adanyadarah dan
perdarahan. laboratorium ( Hb, keluarnya
elektrolit, natrium ). mioglobin.
Peningkatan
permeabilitas
kapiler, perpindahan
protein, proses
inflamasi dan
kehilangan cairan
melalui evaporasi
mempengaruhi
volume sirkulasi dan
pengeluaran urine.
Penggantian cairan
tergantung pada
berat badan pertama
dan perubahan
selanjutnya
3 Nyeri Pasien dapat Berikan anlgesik Analgesik narkotik
berhubungan mendemonstrasikan narkotik yang diperlukan utnuk
dengan hilang dari diresepkan prn dan memblok jaras nyeri
Kerusakan ketidaknyamanan. sedikitnya 30 menit dengan nyeri berat.
kulit/jaringan; Kriteria evaluasi: sebelum prosedur Absorpsi obat IM
pembentukan menyangkal nyeri, perawatan luka. buruk pada pasien
edema. melaporkan dengan luka bakar
Manipulasi perasaan nyaman, Evaluasi luas yang
jaringan cidera ekspresi wajah dan keefektifannya. disebabkan oleh
contoh postur tubuh rileks. Anjurkan analgesik perpindahan
debridemen luka IV bila luka bakar interstitial berkenaan
luas. dnegan peningkatan
permeabilitas
Pertahankan pintu kapiler.
kamar tertutup, Panas dan air hilang
tingkatkan suhu melalui jaringan
ruangan dan berikan luka bakar,
selimut ekstra untuk menyebabkan
memberikan hipoetrmia.
kehangatan. Tindakan eksternal
ini membantu
Berikan ayunan di menghemat
atas temapt tidur kehilangan panas.
bila diperlukan. Menururnkan neyri
dengan
mempertahankan
berat badan jauh dari
linen temapat tidur
terhadap luka.
4. Implementasi
Dalam tahap ini maka akan dilaksanakan tindakan keperawatan sesuai
dengan rencana keperawatan.
5. Evaluasi
 Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Trauma : kerusakan
permukaan kulit karena destruksi lapisan kulit (parsial/luka bakar dalam).
- Menunjukan regenerasi jaringan
 Resiko nyeri berhubungan dengan Kerusakan kulit/jaringan; pembentukan
edema.
- Dapat mengontrol nyeri
 Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kehilangan cairan
melalui rute abnormal. Peningkatan kebutuhan : status hypermetabolik,
ketidak cukupan pemasukan.
- Tidak ada manifestasi dehidrasi

Anda mungkin juga menyukai