PEMBAHASAN
2.1.1 Definisi
Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ketubuh (flash),
terkena air panas (scald), tersentuh benda panas (kontak panas), akibat sengatan
listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta sengatan matahari (sunburn) (Moenajat,
2001).
Luka bakar adalah kerusakan secara langsung maupun yang tidak langsug
pada jaringan kulit yang tidak menutup kemungkinan sampai ke organ dalam, yang
disebab kan kontak langsung dengan sumber panas yaitu api, air atau uap panas,
bahan kimia, radiasi, arus listrik, dan suhu yang sanggat dingin (Smeltzer dan Bare,
2001).
Luka bakar adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang
disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan,
sengatan listrik atau gigitan hewan (Syamsuhidayat, 2005).
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi
seperti api, air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi. Luka ini dapat menyebabkan
kerusakan jaringan (Basbeth Keren, 2004)
2.1.2 Epidemioloi
Berdasarkan WHO Global Burden Disease, pada tahun 2004 diperkirakan
310.000 orang meninggal akibat luka bakar, dan 30% pasien berusia kurang dari 20
tahun. Luka bakar karena api merupakan penyebab kematian ke-11 pada anak berusia
1 – 9 tahun. Anak – anak beresiko tinggi terhadap kematian akibat luka bakar, dengan
prevalensi 3,9 kematian per 100.000 populasi. Luka bakar dapat menyebabkan
kecacatan seumur hidup (WHO, 2008). Di Amerika Serikat, luka bakar menyebabkan
5000 kematian per tahun dan mengakibatkan lebih dari 50.000 pasien di rawat inap
(Kumar et al., 2007). Di Indonesia, prevalensi luka bakar sebesar 0,7%
(RISKESDAS, 2013).
2.1.3 Etiologi
Luka bakar banyak disebabkan karena suatu hal, diantaranya adalah :
2.1.3.1 Luka bakar suhu tinggi (Thermal Burn) : gas, cairan, bahan padat
Luka bakar thermal burn biasanya disebabkan oleh air panas (scald) ,jilatan
api ketubuh (flash), kobaran api di tubuh (flam), dan akibat terpapar atau
kontak dengan objek-objek panas lainnya(logam panas, dan lain-lain)
(Moenadjat, 2005).
2.1.4 Klasifikasi
Luka bakar dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal, antara lain:
penyebab, luasnya luka, dan keparahan luka bakar.
2.1.4.1.1 Klasifikasi Berdasarkan Mekanisme dan Penyebab
Luka bakar bisa menimbulkan kondisi yang lebih serius jika tidak ditangani
dengan tepat. Berikut ini adalah beberapa komplikasi yang bisa terjadi akibat luka
bakar:
Bekas luka. Kondisi ini bisa disebabkan oleh pertumbuhan jaringan parut
yang berlebihan akibat luka bakar.
Hipotermia. Kondisi yang berbahaya ini terjadi ketika suhu tubuh menjadi
sangat rendah akibat luka bakar.
Gangguan bergerak. Hal ini bisa terjadi ketika luka bakar membuat jaringan
tubuh, seperti kulit atau otot menjadi lebih pendek dan kencang.
Infeksi. Infeksi kulit akibat luka bakar dapat berkembang menjadi infeksi
dalam aliran darah, hingga sepsis.
Gangguan pernapasan. Kondisi ini dapat terjadi jika penderita menghirup
udara atau asap saat kebakaran.
Kehilangan banyak cairan tubuh. Kondisi ini dapat menimbulkan
kurangnya cairan dalam pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah.
2.1.8 Pathway
Panas, kimia radiasi, listrik
Luka Bakar
Kerusakan Jaringan
Gangguan Integritas
(epidermis, dermis)
Kulit
Defisit Volume
cairan
2.1.9 Pemeriksaan Penunjang
PEMERIKSAAN PENUNJANG Menurut Doenges, 2000, diperlukan
pemeriksaan penunjang pada luka bakar yaitu :
1. Laboratorium
Hitung darah lengkap: Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya
pengeluaran darah yang banyak sedangkan
peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan
adanya cedera, pada Ht (Hematokrit) yang
meningkat menunjukkan adanya kehilangan
cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi
sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan
oleh panas terhadap pembuluh darah.
Leukosit : Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan
adanya infeksi atau inflamasi.
GDA : Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera
inhalasi. Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau
peningkatan tekanan karbon dioksida (PaCO2)
mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida.
Elektrolit Serum : Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan
dengan cedera jaringan dan penurunan fungsi
ginjal, natrium pada awal mungkin menurun
karena kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi
saat konservasi ginjal dan hipokalemi dapat terjadi
bila mulai diuresis.
Natrium Urin : Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan
kelebihan cairan , kurang dari 10 mEqAL
menduga ketidakadekuatan cairan.
Alkali Fosfat : Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan
perpindahan cairan interstisial atau gangguan
pompa, natrium.
Glukosa Serum : Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon
stress.
Albumin Serum : Untuk mengetahui adanya kehilangan protein
pada edema cairan.
BUN atau Kreatinin : Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau
fungsi ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat
karena cedera jaringan.
Loop aliran volume : Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek
atau luasnya cedera.
EKG : Untuk mengetahui adanya tanda iskemia
miokardial atau distritmia.
Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka
bakar.
2.1.10 Penatalaksanaa Medis
Penatalaksanaan pasien luka bakar sesuai dengan kondisi dan pasien dirawat
melibatkan berbagai lingkungan perawatan dan disiplin ilmu antara lain mencakup
penanganan awal (ditempat kejadian), penanganan pertama di unit gawat darurat,
penanganan diruang intensif atau bangsal. Tindakan yang diberikan antara lain adalah
terapi cairan, fisioterapi dan psikiatri. Pasien dengan luka bakar memerlukan obat-
obatan topical. Pemberian obat-obatan topical anti microbial bertujuan tidak untuk
mensterilkan luka akan tetapi akan menekan pertumbuhan mikroorganisme dan
mengurangi kolonisasi, dengan memberikan obat-obatan topical secara tepat dan
efektif dapat mengurangi terjadinya infeksi luka dan mencegah sepsis yang sering
kali masih menjadi penyebab kematian pasien.
2.1.11 Konsep Asuhan Keperawatan Kritis Luka Bakar
1. Pengkajian
A. Primery Survey
1) Airway
Periksa jalan nafas, cara yang paling mudah dengan mengajak
berbicara. bersihkan segala macam benda yang mengganggu jalan
nafas. Lakukan head tilt, chin lift dan jaw thrust. jaga agar kepala dan
leher tidak hiperfleksi atau hiperekstensi.
Curigai juga adanya trauma inhalasi jika terdapat luka bakar pada
daerah wajah. Lakukan Intubasi jika jalan nafas bermasalah atau
didapatkan adanya udem laring.
Pasang rigid collar neck. selalu curigai adanya cedera servikal pada
trauma yang terjadi diatas klavikula.
2) Breathing
Perhatikan pergerakan dinding dada, pastikan dapat bergerak
maksimal.
Periksa saturasi oksigen. Berikan O2 tekanan tinggi (15L/i) dengan
masker nonrebreathing.
Jika pernafasan tidak adekuat dan membutuhkan ventilasi mekanik,
lakukan intubasi.
Periksa apakah terdapat kemungkinan keracunan karbon monoksida,
seperti kulit berwarna pink.
Hati-hati terhadap luka bakar yang mengenai bagian dada.
Pertimbangkan melakukan eskarotomi.
3) Circulation
Jika terdapat perdarahan, tekan pada bagian yang berdarah.
Periksa pulsasi nadi sentral (arteri karotis).
Periksa tekanan darah
Periksa waktu pengisian kapiler. Jika >2 detik, kemungkinan
memerlukan eskarotomi pada anggota gerak tersebut. Periksa anggota
gerak sebelahnya.
Lakukan pemasangan 2 IV Line dengan abbocath besar pada daerah
yang tidak mengalami luka bakar.
Lakukan pemeriksaan darah perifer lengkap, pemeriksaan koagulasi,
analisa gas darah, cross match, dan elektrolit.
Lakukan resusitasi cairan dengan menggunakan Hartmann Solution
(Ringer Lactat) untuk mendapatkan pulsasi nadi arteri radialis.
4) Disability
Periksa status neurologis kesadaran dengan menggunakan sistem GCS.
Lakukan pemeriksaan refleks pupil. Pupil harus simetris kiri dan
kanan.
Perhatikan tanda-tanda adanya hipoksemia yang ditunjukkan dengan
kegelisahan dan penurunan kesadaran.
B. Secondary Survey
a. Pemeriksaan fisik
1. Kulit/integumen:Inspeksi (lesi, warna), palpasi (tekstur, kelembaban,
edema).
2. Kepala: Inspeksi (bentuk, warna, kebersihan), palpasi (ukuran).
3. Kuku: Inspeksi (ketebalan, warna), palpasi (sirkulasi).
4. Mata/penglihatan: Inspeksi (bentuk, sclera, konjungtiva), palpasi
(adanya peradangan).
5. Hidung: Inspeksi (bentuk, polif), palpasi (adanya peradangan).
6. Telinga: Inspeksi (bentuk, posisi), palpasi (adanya peradangan).
7. Mulut dan Gigi: Inspeksi (bentuk, warna), palpasi (adanya
peradangan).
8. Leher: Inspeksi (bentuk, kekakuan), palpasi (pembengkakan kelenjar
tiroid, tekanan vena jugularis).
9. Dada: Inspeksi (bentuk, pola nafas), palpasi (letak atau posisi), perkusi
(mengetuk bagian dada), dan auskultasi (bunyi atau irama).
10. Abdomen: Inspeksi (bentuk), palpasi (meraba adanya hepar), perkusi
(mengetuk bagian abdomen), auskultasi ( mendengar bisisn usus).
11. Genetalia: Inspeksi (kebersihan), palpasi (pembengkakan).
12. Extremitas atas dan bawah: Inspeksi (bentuk, gerak), palpasi (nyeri
tekan).
b. SAMPLE
S (Sign and Symptom): Tanda gejala terjadinya luka bakar
A (Allergies): adakah alergi pada pasien, seperti obat-obatan, plester,
makanan.
M (Medications): obat-obatan (obat-obatan yang diminum seperti: sedang
menjalani pengobatan hipertensi, kencing manis, jantung.
P (Pertinent medical): riwayat medis pasien seperti penyakit yang pernah
diderita, obatnya apa, berapa dosisnya, penggunaan obat-obatan herbal).
L (Last meal): obat atau makanan yang baru saja dikonsumsi, dikonsumsi
berapa jam sebelum kejadian, selain itu juga periode menstruasi termasuk
dalam komponen ini).
E (Events): hal-hal yang bersangkutan dengan sebab cedera (kejadian yang
menyebabkan adanya keluhan utama).
c. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Biasanya klien merasakan rasa tidak enak pada bagian yang terbakar
kemudian di ikuti rasa nyeri
2. Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan penyebab terjadinya infeksi, bagaimana gambaran rasa nyeri,
daerah mana yang sakit, apakah menjalar atau tidak, ukur skala nyeri,
dan kapan keluhan dirasakan.
3. Riwayat penyakit dulu
Tanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit parah sebelumnya.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan apakah keluarga klien ada yang menderita penyakit yang
sama dengan klien.
2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
a) Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Trauma : kerusakan
permukaan kulit karena destruksi lapisan kulit (parsial/luka bakar dalam).
b) Resiko nyeri berhubungan dengan Kerusakan kulit/jaringan; pembentukan
edema.
c) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kehilangan cairan
melalui rute abnormal. Peningkatan kebutuhan : status hypermetabolik,
ketidak cukupan pemasukan.
3. Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosa Noc Nic Rasional
1 Resiko Menunjukkan Kaji/catat ukuran, Memberikan
kerusakan regenerasi warna, kedalaman informasi dasar