Anda di halaman 1dari 14

Pencegahan kebakaran

Hariyanto

DIREKTORAT PEMBINAAN GURU PENDIDIKAN MENENGAH


DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2016

1
MENCEGAH DAN MENANGGULANGI KEBAKARAN

I. PENDAHULUAN
Kebakaran di suatu tempat sangat merugikan, baik secara pribadi,
kelompok, umum maupun nasional, oleh karena itu perlu dihindari terjadinya
suatu kebakaran. Hal ini juga bisa terjadi di tempat kerja kita, di sekolah
sehingga setiap warga sekolah harus mempunyai pengetahuan yang cukup
tentang pengetahuan dan cara pencegahan bahaya kebakaran. Apabila hal
ini tidak mungkin dihindari, maka perlu adanya penanggulangan yang
memerlukan peralatan-peralatan proteksi yang memadai.
. Bila kebakaran tersebut menimpa fasilitas publik misalnya sekolah
kita, maka kecelakaan akibat kebakaran memerlukan waktu yang relatif lama,
belum lagi kerugian yang mustahil direcoveri seperti arsip, media
pembelajaran, peralatan lab/workshop, raport atau mungkin ijazah dan lain
sebagainya. Oleh karena itu mencegah terjadinya kebakaran merupakan
pilihan utama dalam teknologi penanggulangan kebakaran.
II. PENGERTIAN KEBAKARAN DAN JENIS-JENIS KEBAKARAN
Kebakaran adalah proses persenyawaan kimia secara cepat antara
zat pembakar (O2) dengan bahan bakar (padat, cair dan gas ) ditambah
dengan panas. Zat pembakar (O2) diperoleh dari udara di sekeliling kita,
dimana udara mempunyai unsur kimia sebagai berikut : Nitrogen : 71 %,
Oxigen : 21 %, Helium atau unsur lain : 1%
Terjadinya kebakaran dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti :
kelalaian manusia, perbuatan sengaja, main-main, akibat panas mekanik,
akibat penyalaan yang tiba-tiba dari gas mudah terbakar, akibat arus listrik,
akibat penyalaan sendiri dari sinar matahari yang difokuskan, akibat petir,
dan lain-lain.

2
Teori Segitiga Api / Triangle of Fire
Teori segitiga api merupakan suatu proses terjadinya pembakaran dimana pada
teori ini ada 3 faktor penentu yaitu

FUEL/BAHAN BAKAR OXIGEN / O2

HEAT / PANAS

Sehingga pada saat terjadinya pembakaran maka ke 3 unsur pokok tersebut


menjadi satu kesatuan dalam jumlah perbandingan yang tertentu untuk dapat
terjadi suatu proses yang disebut pembakaran.

Jenis Kebakaran

Klasifikasi kebakaran di Indonesia mengacu kepada Peraturan Menteri Tenaga


Kerja dan Transmigrasi Per. 04/Men/1980 tanggal 14 April 1980 Tentang syarat-
syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR).
Klasifikasi tersebut adalah sebagai berikut.

(1) Klas A: Bahan bakar padat (bukan logam)


(2) Klas B: Bahan bakar cair atau gas yang mudah terbakar
(3) Klas C: Instalasi listrik bertegangan
(4) Klas D: Kebakaran logam

III. PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN


Karena Kebakaran merupakan kejadian yang dapat menimbulkan kerugian pada
jiwa, peralatan lab/workshop, arsip, raport, ijazah dan sebagainya serta
pencemaran lingkungan kerja. Khususnya pada kejadian kebakaran yang besar
dapat melumpuhkan bahkan memberikan kerugian yang sangat besar. Untuk

3
mencegah hal ini maka perlu dilakukan upaya-upaya pencegahan
penanggulangan kebakaran.
Mengenal Alat-alat Tanda Bahaya
a. Fire Alarm
Pada umumnya alat ini berbentuk bundar atau persegi empat berwarna
merah dan memakai kaca disertai alat pemukul. Pada alat ini bertulisan IN
CASE OF FIRE BREAK GLASS dan pada umumnya dipasang di setiap
bangunan bengkel. Bila kaca penutup bel dipecahkan, maka berderinglah
dengan terus-menerus lonceng bahaya ini sebagai tanda adanya kebakaran.
b. Fire Lock ( Safety Sequrity )
Fire lock berupa papan dari pelat baja. Pada alat ini dapat terlihat dengan
jelas tanda-tanda warna yang disesuaikan dengan bangunan-bangunan
bengkel. Bila terjadi kebakaran di salah satu bengkel, maka menyalalah
warna sebagai tanda di bengkel itu. Pemasangan papan tanda warna atau
fire lock ini berdekatan dengan fire alarm.
c. Lonceng Besi
Lonceng ini dapat dibuat dari potongan besi yang digantungkan. Bila terjadi
kebakaran hendaknya dipukul 2 kali berulang-ulang sebagai tanda
pemberitahuan.
d. Photoelectric Detector
Photoelectric detector adalah alat untuk mendeteksi adanya api.
e. Dengan lisan atau suara,
Hal ini digunakan untuk meminta pertolongan dari orang yang berada di
tempat itu atau dari petugas-petugas keamanan, berteriak memberitakan
adanya kebakaran dan memohon bantuan.

Alat-alat pemadam kebakaran


Pada zaman dahulu sebelum terdapat alat-alat dan bahan-bahan pemadam api
kebakaran hasil penemuan baru, telah digunakan alat-alat dan bahan pemadam
api kebakaran yakni : tangga untuk memanjat dan mencapai bahan yang
terbakar, tongkat berkait untuk menarik dan mendorong agar bangunan yang
sedang terbakar runtuh, pasir dengan sekopnya untuk menimbun sumber nyala
api supaya segera padam atau karung goni yang dibasahi air.

4
Tetapi tidak semua api yang dapat dipadamkan dengan satu jenis pemadam
kebakaran. Air dan pasir/tanah adalah bahan murah dan paling baik untuk
memadamkan api, tetapi tidak dapat digunakan pada segala macam kebakaran,
air boleh dipakai untuk memadamkan kebakaran yang disebabkan kayu, kertas,
kain, plastik dan benda-benda sejenisnya. Sedangkan untuk kebakaran jenis
minyak sebaiknya menggunakan bahan kimia yang sudah tersedia dalam
tabung-tabung extinguisher dan dijual di toko-toko alat pemadam kebakaran, alat
ini biasa disebut dengan alat pemadam api ringan (APAR).
APAR dapat berupa tabung jinjing, gendong maupun beroda. Berbagai hasil
penelitian menunjukkan bahwa APAR berhasil menanggulangi sekitar 30 %
kejadian kebakaran. Oleh karena sifatnya yang hanya dapat menanggulangi
kebakaran awal dan mudah dipergunaka oleh satu orang maka APAR biasanya
hanya mempunyai durasi semprot yang relatif singkat (dalam bilangan menit).

Jenis-jenis APAR (Alat Pemadam Api Ringan)

Berdasarkan Bahan pemadam api yang digunakan, APAR (Alat Pemadam Api
Ringan) dapat digolongkan menjadi beberapa Jenis. Diantaranya terdapat 4 jenis
APAR yang paling umum digunakan, yaitu :

1. Alat Pemadam Api (APAR) Air / Water

APAR Jenis Air (Water) adalah Jenis APAR yang disikan oleh Air dengan
tekanan tinggi. APAR Jenis Air ini merupakan jenis APAR yang paling Ekonomis
dan cocok untuk memadamkan api yang dikarenakan oleh bahan-bahan padat

5
non-logam seperti Kertas, Kain, Karet, Plastik dan lain sebagainya (Kebakaran
Kelas A). Tetapi akan sangat berbahaya jika dipergunakan pada kebakaran yang
dikarenakan Instalasi Listrik yang bertegangan (Kebakaran Kelas C).

2. Alat Pemadam Api (APAR) Busa / Foam (AFFF)

APAR Jenis Busa ini adalah Jenis APAR yang terdiri dari bahan kimia yang
dapat membentuk busa. Busa AFFF (Aqueous Film Forming Foam) yang
disembur keluar akan menutupi bahan yang terbakar sehingga Oksigen tidak
dapat masuk untuk proses kebakaran. APAR Jenis Busa AFFF ini efektif untuk
memadamkan api yang ditimbulkan oleh bahan-bahan padat non-logam seperti
Kertas, Kain, Karet dan lain sebagainya (Kebakaran Kelas A) serta kebakaran
yang dikarenakan oleh bahan-bahan cair yang mudah terbakar seperti Minyak,
Alkohol, Solvent dan lain sebagainya (Kebakaran Jenis B).

3. Alat Pemadam Api (APAR) Serbuk Kimia / Dry Chemical Powder

6
APAR Jenis Serbuk Kimia atau Dry Chemical Powder Fire Extinguisher terdiri
dari serbuk kering kimia yang merupakan kombinasi dari Mono-
amonium danammonium sulphate. Serbuk kering Kimia yang dikeluarkan akan
menyelimuti bahan yang terbakar sehingga memisahkan Oksigen yang
merupakan unsur penting terjadinya kebakaran. APAR Jenis Dry Chemical
Powder ini merupakan Alat pemadam api yang serbaguna karena efektif untuk
memadamkan kebakaran di hampir semua kelas kebakaran seperti Kelas A, B
dan C, APAR Jenis Dry Chemical Powder tidak disarankan untuk digunakan
dalam Industri karena akan mengotori dan merusak peralatan produksi di
sekitarnya. APAR Dry Chemical Powder umumnya digunakan pada mobil.

4. Alat Pemadam Api (APAR) Karbon Dioksida / Carbon Dioxide (CO2)

7
APAR Jenis Karbon Dioksida (CO2) adalah Jenis APAR yang menggunakan
bahan Karbon Dioksida (Carbon Dioxide / CO2) sebagai bahan pemadamnya.
APAR Karbon Dioksida sangat cocok untuk Kebakaran Kelas B (bahan cair yang
mudah terbakar) dan Kelas C (Instalasi Listrik yang bertegangan).

Kelas-Kelas (Golongan) Kebakaran

Kita perlu mengetahui kelas-kelas (golongan) kebakaran atau sumber penyebab


terjadinya api supaya jenis APAR yang dipergunakan efektif dalam
mengendalikan kebakaran tersebut. Sesuai dengan Permenaker No. Per-
04/MEN/1980, kelas atau golongan kebakaran dibagi menjadi 4 golongan yaitu
Golongan A, B, C dan D seperti yang sudah dijelaskan di atas.

Berikut ini adalah Kelas atau Golongan Kebakaran beserta Jenis APAR yang
efektif untuk memadamkannya :

– Kebakaran Kelas A

Kebakaran Kelas A merupakan kelas kebakaran yang dikarenakan oleh bahan-


bahan padat non-logam seperti Kertas, Plastik, Kain, Kayu, Karet dan lain

8
sebagainya. Jenis APAR yang cocok untuk memadamkan kebakaran Kelas A
adalah APAR jenis Cairan (Water), APAR jenis Busa (Foam) dan APAR jenis
Tepung Kimia (Dry Powder).

– Kebakaran Kelas B

Kebakaran Kelas B merupakan kelas kebakaran yang dikarenakan oleh bahan-


bahan cair yang mudah terbakar seperti Minyak (Bensin, Solar, Oli), Alkohol, Cat,
Solvent, Methanol dan lain sebagainya. Jenis APAR yang cocok untuk
memadamkan kebakaran Kelas B adalah APAR jenis Karbon Diokside (CO2),
APAR jenis Busa (Foam) dan APAR jenis Tepung Kimia (Dry Powder).

– Kebakaran Kelas C

Kebakaran Kelas C merupakan kelas kebakaran yang dikarenakan oleh Instalasi


Listrik yang bertegangan. Jenis APAR yang cocok untuk memadamkan
kebakaran Kelas C adalah APAR jenis Karbon Diokside (CO2) dan APAR jenis
Tepung Kimia (Dry Powder).

– Kebakaran Kelas D

Kebakaran Kelas D merupakan kelas kebakaran yang dikarenakan oleh bahan-


bahan logam yang mudah terbakar seperti sodium, magnesium, aluminium,
lithium dan potassium. Kebakaran Jenis ini perlu APAR khusus dalam
memadamkannya.

Apa yang dapat kita dilakukan untuk mencegah, mengurangi dan


memadamkan kebakaran?
a. Pengendalian setiap bentuk energi;
b. Penyediaan sarana deteksi, alarm, pemadam kebakaran dan sarana
evakuasi
c. Pengendalian penyebaran asap, panas dan gas;
d. Pembentukan unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja;
e. Penyelenggaraan latihan dan gladi penanggulangan kebakaran secara
berkala;

9
f. Memiliki buku rencana penanggulangan keadaan darurat kebakaran, bagi
tempat kerja yang mempekerjakan lebih dari 50 (lima puluh) orang tenaga
kerja dan atau tempat kerja yang berpotensi bahaya kebakaran sedang
dan berat.
Kegiatan yang perlu dilakukan dalam pengendalian setiap bentuk energi :
 Melakukan identifikasi semua sumber energi yang ada di tempat
kerja/perusahaan baik berupa peralatan, bahan, proses, cara kerja dan
lingkungan yang dapat menimbulkan timbulnya proses kebakaran
(pemanasan, percikan api, nyala api atau ledakan);
 Melakukan penilaian dan pengendalian resiko bahaya kebakaran
berdasarkan peraturan perundangan atau standar teknis yang berlaku.
Contoh sederhana dalam melakukan identifikasi

Sumber energi Potensi yang ditimbulkan Tindakan Pengendalian


contoh dari bahan :  Pemanasan  Penyimpanan yang
(bahan bakar minyak)  Nyala api aman dari sumber
panas
 Dilengkapi sarana
proteksi kebakaran

Gambar Penyimpanan bahan mudah terbakar

10
Bahan bakar cair kelas I atau gas tidak boleh disimpan atau ditangani dalam
gedung yang memiliki pit atau lantai dibawahnya, dimana dapat terjadi akumulasi
gas flammable, kecuali dilengkapi ventilasi yang dapat mencegah akumulasi gas
flammable tersebut.

Pemasangan peringatan daerah mudah


terbakar

Langkah-langkah kegiatan dalam penyediaan sarana deteksi, alarm, pemadam


kebakaran dan sarana evakuasi
 menganalisa ruangan / tempat kerja, untuk menentukan jenis detektor,alarm,
alat pemadam dan sarana evakuasi yang sesuai dengan kondisi
ruangan/tempat kerja;
 melakukan perencanaan dan pemasangan peralatan;
 membuat prosedur pemakaian peralatan dan sarana pemadam kebakaran;
 membuat tanda pemasangan peralatan pemadam kebakaran dan saran
evakuasi;
 melakukan pelatihan penggunaan peralatan pemadam dan sarana evakuasi;
 melakukan pemeriksaan dan pengujian secara berkala.

Contoh APAR dan penempatannya

11
Penempatan APAR harus mudah dilihat, dijangkau dan diambil. Jarak antar
APAR atau kelompok Apar maksimal 15 meter.
Setiap alat pemadam api ringan harus dipasang (ditempatkan) menggantung
pada dinding dengan penguatan sengkang atau dengan konstruksi penguat
lainnya atau ditempatkan dalam lemari atau peti (box) yang tidak dikunci atau
dapat dikunci dengan syarat bagian depannya harus diberi kaca aman (safety
glass) dengan tebal maximum 2 mm.
Tinggi tanda APAR 125 centimeter dan Penempatan APAR 120 centimeter Jika
APAR diletakkan pada tiang maka tandanya dibuat mengelilingi tiang tersebut.

Contoh saran evakuasi(assembly point)

Langkah-Langkah ketika tarjadi kebakaran


a. Kuasailah atau atasilah manusia yang ada di tempat kejadian dalam
usaha memadamkan api kebakaran selama masih mampu mengerjakan.
b. Bunyikan bel atau lonceng dengan jalan memecahkan kaca fire alarm
yang terdekat untuk memberitahukan adanya bahaya kebakaran.
c. Laporkan kejadian di tempat terjadianya kebakaran ke salah seorang
petugas jaga atau piket ke kantor atau pemimpin untuk mendapatkan
bantuan dari dalam dan luar.
d. Hentikan semua kegiatan pekerjaan, hentikan pula semua mesin-mesin
dan putuskan semua aliran listrik, tutup dan amankan semua tempat-
tempat gas.
12
e. Bukalah semua pintu keluar dan keluarkan semua orang atau pekerja
yang tidak bertindak mengatasi kebakaran.
f. Tempatkan semua orang yang keluar itu di suatu tempat yang tenang dan
aman, segeralah dipanggil menurut daftar hadir. Bila ternyata seseorang
tidak ada dalam panggilan, segeralah teliti dimana orang itu.
g. Semua regu dan semua orang yang diberi tugas khusus kebakaran
bekerja dalam keadaan tabah dan lancar.

13
Daftar Rujukan

International Labour Organization,2013, Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Sarana untuk Produktifitas, Jakarta, ILO

https://adzwarmudztahid.files.wordpress.com/2011/04/modul_ppk_lengkap_utk_
murid.pdf
http://indonesiafire.blogspot.co.id/

http://qhsepromotions.com/2015/03/25/jenis-jenis-fungsi-dan-cara-menggunakan-
apar-alat-pemadam-api-ringan/

Keputusan Menteri tenaga Kerja RI No. KEP.186/MEN/1999 Departemen


Tenaga Kerja Republik Indonesia.

Tia Setiawan dkk, 1981, Keselamatan Kerja dan Tata laksana Bengkel, Jakarta
DepdikBud Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan.

14

Anda mungkin juga menyukai