FISIOLOGI TUMBUHAN
Disusun Oleh:
Ismawati (201410070311035)
2016
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
c. Bagaimanakah mekanisme translokasi melalui xylem ?
d. Bagaimanakah mekanisme translokasi melalui floem ?
e. Bagaimanakah mekanisme pengangkutan hasil fotosintesis pada tumbuhan
?
1.3 Tujuan
a. Mengetahui pengertian translokasi zat pada tumbuhan.
b. Mengetahui jenis-jenis translokasi.
c. Memahami mekanisme translokasi melalui xylem.
d. Memahami mekanisme translokasi melalui floem.
e. Memahami mekanisme pengangkutan hasil fotosintesis pada tumbuhan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pada tumbuhan tingkat tinggi terdapat dua macam cara pengangkutan air
dan garam mineral yang diperoleh dari tanah yaitu secara ekstravaskuler dan
intravaskuler.
a. Transportasi Ekstravaskuler
Dalam proses pengangkutan, tumbuhan dapat menyerap air dari tanah ke
dalam tubuh melewati satu sel ke sel lain secara horizontal. Proses demikian
dinamakan pengangkutan ekstravaskuler. Maksudnya, pengangkut an air di mulai
dengan penyerapan oleh bulu akar, kemudian masuk menuju sel-sel epidermis.
Dari sel epidermis, air menuju korteks, dan diteruskan ke sel-sel endodermis.
Akhirnya, air masuk ke stele. Dari korteks, air didistribusikan menuju sel-sel
untuk proses metabolisme tubuh. Untuk melakukan transportasi ekstravaskuler,
3
tumbuhan dapat menempuhnya melalui dua cara, yakni secara simplas dan
aploplas.
Transportasi/lintasan aploplas adalah menyusupnya air tanah secara
bebas atau transpor pasif melalui semua bagian tak hidup dari tumbuhan
seperti dinding sel dan ruang antar sel. Air melalui jalur ini tidak dapat
sampai ke xylem karena terhalang oleh bagian endodermis yang memiliki
penebalan dinding sel yang disebut pita kaspari. Untuk menembus
halangan ini, air harus dipompa agar dapat melalui sel-sel endodermis.
Pergerakan air tersebut akhirnya menjadi jalur simplas karena melalui
sel-sel peresap (sel-sel penerus).
transportasi/ lintasan simplas adalah bergeraknya air dan garam mineral
menembus bagian hidup dari sel tumbuhan seperti sitoplasma dan
vakoula melalui plasmodesma. Plasmodesma adalah saluran yang
menghubungkan protoplasma suatu sel dengan protoplasma sel lainnya.
Pada jalur simplas, air dapat mencapai xylem bahkan silinder pusat.
Air dan zat terlarut diserap bulu akar menuju sel-sel parenkim korteks yang
berlapis-lapis. Lalu, air dan zat terlarut tersebut bergerak menuju sel-sel
endodermis dan dilanjutkan ke sel-sel periskel. Akhirnya, air dan zat terlarut
menuju berkas pembuluh xilem. Secara intravaskuler, air dan zat terlarut tersebut
diangkut oleh xilem. Sebenarnya ada perbedaan antara pengangkutan zat
terlarut dengan pengangkutan air. Tumbuhan menyerap zat terlarut
melawan gradien konsentrasi. Maksudnya, zat terlarut tersebut dibawa
tumbuhan bergerak dari konsentrasi rendah menuju konsentrasi tinggi
melalui transpor aktif (Mawarni, 2010).
b. Transportasi Intravaskuler
Pengangkutan intravaskuler berbeda dengan pengangkutan ekstravaskuler.
Istilah intravaskuler berasal dari kata intra yang berarti ‘‘dalam’’, dan vaskuler
yang berarti ‘‘pembuluh’’. Pengangkutan intravaskuler adalah pengangkutan air
dan zat terlarut yang terjadi dalam berkas pembuluh xilem dan floem secara
vertikal. Vertikal maksudnya adalah pengangkutan air dan zat terlarut oleh xilem
4
dari menuju daun oleh xilem. Sebaliknya, pengangkutan zat makanan diangkut
dari daun ke seluruh tubuh tumbuhan dilakukan oleh floem.
Pengangkutan air dan zat terlarut pada tumbuhan diawali dengan
penyerapan zat melalui rambut akar. Kemudian zat tersebut mengalir menuju
epidermis. Dari epidermis, air dan zat terlarut mengalir menuju korteks dan
diteruskan ke sel-sel endodermis. Berikutnya, air dan zat terlarut masuk ke berkas
pembuluh xilem akar. Selanjutnya, air dan zat terlarut diteruskan menuju xilem
batang hingga xilem daun. Di dalam xilem daun, zat-zat yang berguna masuk ke
parenkim mesofil daun sebagai bahan proses fotosintesis (Mawarni, 2010).
Proses fotosintesis menghasilkan glukosa dan oksigen. Glukosa diangkut
pembuluh floem menuju seluruh jaringan tubuh. Oksigen dikeluarkan tumbuhan
lewat stomata daun. Sementara air sisa metabolisme dikeluarkan lewat proses
transpirasi. Kecepatan pengangkutan zat pada tumbuhan dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yakni kelembaban, suhu, cahaya, angin, dan kandungan air
tanah. Semakin tinggi kelembaban udara di sekitar tumbuhan, maka difusi yang
terjadi di dalam tumbuhan berlangsung lambat. Sebaliknya, semakin rendah
kelembaban udara lingkungan, difusi di dalam tumbuhan akan semakin cepat
(Salisbury, dkk., 1995)
Semakin tinggi suhu lingkungan di sekitar tumbuhan dan intensitas cahaya
yang meningkat serta angin yang semakin kencang, maka laju transpirasi
tumbuhan akan semakin tinggi. Begitu pula sebaliknya, suhu lingkungan,
intensitas cahaya, dan angin yang semakin besar mengakibatkan proses
pengangkutan zat berlangsung lambat. Semakin banyak kandungan air di dalam
tanah, maka potensial air semakin tinggi. Akibatnya, proses transportasi zat pada
xilem dan laju transpirasi semakin meningkat (Salisbury, dkk., 1995).
5
xylem yang paling tinggi spesialisasinya, dan bertugas dalam pengangkutan air
beserta zat yang terlarut didalamnya. Selnya memanjang dan pada waktu bertugas
tidak memiliki protoplasma, jadi merupakan sel mati. Dinding berlignin dan
terdapat penebalan sekunder dengan macam-macam noktah.
Unsur trakeal terdiri dari dua mcam sel trakeal, yakni trakeid dan
komponenen trakea. Trakeid adalah sel panjang dengan ujung yang runcing.
Trakea juga disebut pembuluh kayu dan terdiri dari deretan sel yang tersusun
memanjang dan bersambungan pada ujung dan pangkalnya. Perbedaan utama
antara kedua macam sel itu adalah bahwa trakeid merupakan sel yang ujungnya
runcing tanpa lubang, sedangkan sel komponen trakes memiliki lubang, biasanya
pada kedua dinding ujungnya. Lubang itu kadang-kadang terdapat pula pada
dinding lateralnya.
Berbagai teori telah dikemukakan untuk menerangkan mekanisme yang
terlibat dalam gerakan air keatas. Beberapa peneliti menganggap bahwa sel-sel
hidup secara aktif nebaikan air keatas semnetara peneiti yang lain menerangkan
bahwa mekanisme itu semata-mata proses fisika dan terlepas dari aktivitas
kehidupan. Ada beberapa teori yang menerangkan transport air dan mineral dari
bawah dan keatas dalam tumbuhan oleh xylem: teori kapilaritas, teori tekanan
akar, dan teori dixon-joly (Hadi, tpth).
a. Teori Kapilaritas
Sebuah tabung dengan ukuran garis tengah yang kecil ditempatkan ditempat
air, maka air akan naik dengan sendirinya kedalam tabung. Semakin sempit
ukuran tabung, maka akan semakin tingi kenaikannya. Hal ini yang disebut
dengan kapilaritas. Pengangkutan air melalui pembuluh kayu (xilem), terjadi
karena pembuluh kayu (xilem) tersusun seperti rangkaian pipa-pipa kapiler.
Dengan kata lain, pengangkutan air melalui xilem mengikuti prinsip kapilaritas.
Daya kapilaritas disebabkan karena adanya kohesi antara molekul air dengan air
dan adhesi antara molekul air dengan dinding pembuluh xilem. Baik kohesi
maupun adhesi ini menimbulkan tarikan terhadap molekul air dari akal sampai ke
daun secara bersambungan (Salisbury, dkk., 1995)
6
Gambar 1. demonstrasi kapilaritas
7
c. Teori Daxon-Joly
Teori Dixon-Joly menyatakan bahwa naiknya air ke atas disebabkan tarikan
dari atas, yaitu daun yang melakukan transpirasi (penguapan). Transpirasi di daun
mengakibatkan konsentrasi molekul air di daun berkurang. Kekurangan ini akan
segera diisi oleh molekul air dibawahnya. Dengan demikian terjadi gerakan
molekul air dan akar ke daun. Meskipun ada beberapa teori tentang pengangkutan
air dan garam mineral di dalam tumbuhan, pada intinya proses yang berperan
penting dalam pengangkutan air adalah osmosis, difusi, dan transport aktif. Secara
garis besar, pengangkutan air dan garam mineral dari dalam tanah sampai ke
tubuh tumbuhan melalui lintasan berikut. Rambut akar - Epidermis - Korteks -
Endodermis - Xilem Akar - Xilem Batang - Xilem Daun - Parenkima Mesofil
Daun (Mawarni, 2010).
Floem mengangkut zat- zat makanan yang disintesis di daun menuju seluruh
bagian tumbuhan. Ada saatnya, zat- zat dalam floem dan xylem yang
8
bersebelahan mengalir kearah yang berlawanan, meskipun tidak selamanya
demikian. Karena daun paling banyak terdapat di daerah yang jauh dari batang
pohon (trunk) atau batang tumbuhan, aliran floem pada umumnya mengarang ke
batang dan akar. Berbagai zat bergerak sepanjang protoplasma floem, tetapi yang
paling banyak biasanya adalah sukrosa. Tidak seperti xylem, sel- sel floem tetap
hidup saat melaksanakan fungsi transpornya (Hadi, tpth).
Pada dasarnya, ada dua tipe sel floem, yaitu sel tapis (sieve cell) dan sel
tetangga atau sel penyerta (companion cell). Sebuah kolom panjang sel- sel tapis.
Terkadang disebut tabung tapis (sieve tube), dibentuk oleh sel- sel tapis yang
ujung- ujungnya saling terhubung. Dinding- dinding sel ujung berpori- pori,
sehingga ada hubungan protoplasmic dari satu sel tapis dengan sel tapis lain yang
terletak vertical di atas atau di bawahnya. Dinding yang berlubang- lubang itu
disebut lempeng tapis (sieve plate). Terdapat pula pori- pori di bagian samping
sel- sel tapis. Susunan sel- sel tapis menjadi tabung tapis yang panjang
menyebabkan adanya jaringan protoplasmic yang sambung- menyambung dalam
floem (Mawarni, 2010).
Tepat di sebelah sel- sel tapis adalah sel- sel parenkima yang berdinding
tipis dan sangat terspesialisasi, yang dinamakan sel penyerta. Sel- sel tapis
biasanya kehilangan nucleus dan banyak organelnya saat dewasa, tetapi
sitoplasma yang menghantarkan zat- zat tetap ada. Sel- sel penyerta tetap utuh
sepenuhnya sepanjang hidupnya, dan barangkali menyediakan control- control
nucleus bagi sel tapis. ATP yang diperlukan bagi fungsi- fungsi dalam sel tapis
juga mungkin berasal dari sel penyerta, yang dapat dianggap sebagai perawat
apparatus floem (Mawarni, 2010).
Terdapat sejumlah bukti bahwa saat ada cedera, pori- pori di lempeng tapis
tersegel sebagian. Terdapat suatu lendir yang berasal dari zat berprotein, protein
floem (P protein), dalam sel- sel tapis yang mungkin berperan dalam proses
penyegelan. Hal itu analog dengan penyegelan kompartemen pada lambung kapal
untuk mencegah masuknya air. Suatu polisakarida yang disebut kalosa mungkin
juga berfungsi dalam penyegelan lempeng tapis (Lakitan, 2010).
Sukrosa, fruktosa, dan asam amino, biasanya bergerak dari daun menuju
batang dan akar tumbuhan melalui tabung tapis floem dalam suatu proses yang
9
dikenal sebagai translokasi. Mekanisme- mekanisme yang terlibat dalam transport
itu belum sepenuhnya dipahami. Pada bagian tertentu dari tumbuhan, arah aliran
translokasi pun tak selalu sama (Lakitan, 2010).
Bagian- bagian tumbuhan yang mengandung nutrien organic berkadar tinggi
cenderung mengekspor zat- zat tersebut, dan dianggap sebagai sumber (source)
zat- zat itu. Organ- organ tumbuhan yang miskin akan nutrient organic cenderung
mengimpor zat- zat tersebut, dan dianggap sebagai wadah pembuangan (sink) bai
zat- zat tersebut. Salah satu interpretasi translokasi dengan perspektif source-to-
sink memusatkan perhatian pada teori aliran tekanan (pressure flow theory).
Menurut pandangan ini, konsentrasi yang tinggi dari gula atau zat terlarut lainnya
dalam suatu kompartemen sumber menyebabkan pergerakan air menuju
kompartemen tersebut melalui osmosis (Haruna, dkk., 2012).
Hal itu meninggikan tekanan kompartemen tersebut, dan mendorong zat cair
beserta zat- zat terlarut menuju kompartemen bersebelahan yang tidak
mengandung zat terlarut dalam konsentrasi tinggi. Saat zat terlarut memasuki
kompartemen kedua, zat terlarut pun akan menarik air dari daerah- daerah
disekitar sel. Karenanya, terjadi peningkatan tekanan hidrostatik, yang akan
mendorong air dan zat terlarut menuju kompartemen ketiga. Dengan demikian, zat
terlarut terus menginduksi peningkatan tekanan yang akan mendorong zat cair dan
zat- zat terlarut dari sumber awal menuju waddah pembuangan. Terdapat suatu
graddien sukrosa di sepanjang floem, dan air menggerakkan zat- zat terlarut
sepanjang tabung tapis yang sambung menyambung. Keseluruhan proses itu
sebenarnya sangat kompleks, dan dalam beberapa kasus, mungkin transport aktif
melalui membrane sel- sel tapis juga berperan serta. Mekanisme transportasi
dalam floem, ada beberapa hipotesa yang diajukan oleh para ahli, antara lain:
10
b. Pengaliran Sitoplasma atau Siklosis
Translokasi dapat terjadi karena adanya aliran sitoplasma di dalam sel-sel
melalui plasmodesmata. Adanya plasmodesmata memungkinkan pengangkutan
hasil fotosintesis secara difusi dari satu sel ke sel lain (Hadi, tpth).
11
adalah perpindahan bahan terlarut yang dapat terjadi di seluruh bagian tumbuhan
(Haryati, dkk., 2012).
Zat terlarut yang paling banyak dalam getah floem adalah gula, terutama
sukrosa. Selain itu, di dalam getah floem juga mengandung mineral, asam
amino,dan hormon, berbeda dengan pengangkutan pada pembuluh xilem yang
berjalan satu arah dari akar ke daun, pengangkutan pada pembuluh floem dapat
berlangsung kesegala arah, yaitu dari sumber gula (tempat penyimpanan hasil
fotosintesis) ke organ lain tumbuhan yang memerlukannya. Satu pembuluh tapis
dalam sebuah berkas pembuluh bisa membawa cairan floem dalam satu arah
sementara cairan di dalam pipa lain dalam berkas yang sama dapat mengalir
dengan arah yang berlainan. Untuk masing – masing pembuluh tapis, arah
transport hanya bergantung pada lokasi sumber gula dan tempat penyimpanan
makanan yang dihubungkan oleh pipa tersebut (Heriyanto, dkk., 2016).
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari makalah yang telah kami susun, maka dapat disimpulkan bahwa:
a. Translokasi tumbuhan adalah proses pengambilan dan pengeluaran zat-zat
keseluruh bagian tubuh tumbuhan, pada tumbuhan tingkat rendah,
penyerapan air dan zat hara terlarut didalamnya dilakukan melalui seluruh
bagian tubuh.
b. Pada tumbuhan tingkat tinggi proses pengangkutan dilakukan pembuluh
pengangkut yang terdiri dari xilem dan floem. Proses pengangkutan air
dan garam mineral ada 2 yaitu pengangkutan ekstravaskular dan
pengangkutan intravaskular.
c. Mekanisme translokasi melalui xylem terdiri atas teori kapilaritas, teori
tekanan akar dan teori Daxon-Joly.
d. Mekanisme translokasi melalui floem terdiri atas aliran masa dan
pengaliran sitoplasma atau siklosis.
3.2 Saran
Demikian pembuatan makalah fisiologi tumbuhan tentang materi
Translokasi zat pada tumbuhan, kami menyadari bahwa masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran bagi pembaca.
13
DAFTAR PUSTAKA
Haruna, E. T., Isa, I., & Suleman, N. 2012. Fitoremediasi Pada Media Tanah yang
Mengandung Cu dengan Tanaman Kangkung Darat. Sainstek, 6 (06)
Haryati, M., Purnomo, T., & Kuntjoro, S. 2012. Kemampuan tanaman genjer
(Limnocharis Flava (L.) Buch.) menyerap logam berat timbal (Pb) limbah
cair kertas pada biomassa dan waktu pemaparan yang berbeda. Lateral Bio,
1(3)
Heriyanto, N. M., & Subiandono, E. 2016. Penyerapan Polutan Logam Berat (Hg,
Pb dan Cu) oleh Jenis-Jenis Mangrove. Jurnal Penelitian Hutan dan
Konservasi Alam, 8(2), 177-188.
14