Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stroke merupakan penyebab kematian nomer tiga di dunia setelah penyakit


jantung dan kanker serta merupakan penyebab kecacatan nomer satu di
dunia.Stroke dapat menyebabkan cacat tetap atau sementara. Sekitar 2 dari 10
orang yang mengalami stroke akut akan meninggal dalam waktu satu bulan
pertama, 3 dari 10 orang meninggal dalam satu tahun, 5 dari 10 orang
meninggal dalam lima tahun, dan 7 dari 10 orang meninggal dalam satu tahun.
Resiko terbesar kematian stroke adalah pada tiga hari pertama sekitar 12%.
Resiko meninggal dalam tujuh hari setelah stroke adalah sekitar 15-17%, dan
dalam waktu satu bulan setelah stroke adalah sekitar 20-25%.Resiko kematian
dalam bulan pertama berbeda-beda tergantung pada jenis stroke.

Resiko meninggal segera setelah suatu stroke akut paling tinggi bagi mereka
yang mengalami kehilangan kesadaran pada hari pertama sampai dalam tingkat
penurunan kesadaran. Resiko kematian terbesar mencapai angka 80% pada
mereka yang mengalami koma dalam, dengan menunjukkan pola bernafas yang
tidak teratur atau mengalami paralisis berat ( Feigin, 2006 ). Penyakit ini telah
menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin penting dengan
tingkat prevelensinya yang terus meningkat dari tahun ke tahun terutama di
negara-negara berkembang seperti di Indonesia.

Di Indonesia sendiri, diperkirakan dalam setiap tahunnya ada 500.000


penduduk yang terkena serangan stroke. Sekitar 2,5% meninggal dan sisanya
mengalami kecacatan baik ringan ataupun berat. Angka ini diperkirakan akan
semakin meningkat oleh karena perubahan gaya hidup, lingkungan dan jenis
makanan yang semakin beragam. Stroke yang dapat menyerang kapan saja,
mendadak, siapa saja baik laki-laki maupun perempuan, tua atau muda.
Diperkirakan satu sampai tiga orang akan mengalami stroke dan satu dari tujuh
orang meninggal karena stroke ( Sofwan, 2010 ).

Stroke terdiri dari 3 stadium, yaitu stadium akut, stadium pemulihan dan
stadium sisa.

Adapun gejala awal stroke yang mungkin muncul bisa dalam bentuk
serangan lemas atau lumpuh sesaat yang biasa disebut stroke ringan. Jika

1
serangan stroke semakin parah maka kondisi pasien berangsur-angsur akan
semakin memburuk. Salah satu gejala akibat stroke adalah kelumpuhan sebelah
atau disebut hemiparse/hemiplegi.

Komplikasi pada kasus stroke sangat beragam sesuai dengan serajat


keparahannya. Pada hemiplegi penderita akan banyak tiduran sehingga
komplikasi akibat bed rest akan banyak sekali, diantaranya pneumonia, DVT
yang dapat diikuti emboli paru, hipotensiortostatik, infeksi dan pembentukan batu
pada saluran kencing, dekubitus, atrofi otot, penurunan kapasitas fungsi paru,
kontraktur sendi, dan lain-lain dimana fisioterapi merupakan salah satu
pengobatan yang cukup besar perannya.

Dilihat dari aspek fisioterapi, hemiplegi dapat menimbulkan berbagai


tingkatan gangguan yaitu impairment seperti adanya kelumpuhan lengan dan
kaki sebelah kanan , Activity limitation seperti makan, minum, berpakaian, buang
air besar, buang air kecil serta Disability/participation restriction seperti ketidak
mampuan melakukan sosialisasi dengan masyarakat.

Menurut Harsono ( 2006 ), penanganan yang dini pada penderita stroke


akan dapat memberikan hasil yang lebih baik.

Penanganan penderita stroke hendaknya dilakukan secara komperehensif


oleh suatu tim diantaranya adalah fisioterapi yang akan memberikan
penanganan untuk mengajarkan kembali gerak dan fungsi pada penderita
stroke.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi otak ?
2. Bagaimana patofisiologi terjadinya hemiplegi ?
3. Bagaimana etiologi terjadinya hemiplegi ?
4. Bagaimana tanda dan gejala hemiplegi ?
5. Bagaimana proses fisioterapi pada hemiplegi ?

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Hemiplegi
Menurut WHO, Stroke adalah tanda-tanda klinis mengenai gangguan
fungsi serebral secara fokal ataupun global, yang berkembang dengan cepat,
dengan gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih, atau mengarah ke
kematian tanpa penyebab yang kelihatan selain tanda-tanda yang berkenaan
dengan aliran darah di otak ( Sofwan, 2010 ).
Stroke merupakan penyakit gangguan fungsional otak berupa
kelumpuhan saraf/deficit neurologic akibat gangguan aliran darah pada salah
satu bagian otak. Secara sederhana stroke didefinisikan sebagai penyakit otak
akibat terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan atau perdarahan,
dengan gejala lemas atau lumpuh sesaat, atau gejala berat sampai hilangnya
kesadaran dan bisa mengakibatkan kematian. ( Junaidi, 2006 ).
Pendarahan Intraserebral (PIS) adalah pendarahan yang terjadi di dalam
otak terjadi pada sekitar 10% dari seluruh serangan stroke. Stroke karena
perdarahan intraserebral sebenarnya sama dengan perdarahan subaraknoid,
hanya letaknya yang berbeda. Pembuluh darah arteri otak bagian dalam
merupakan tempat tersering dari perdarahan intraserebral.Pecahnya dinding
pembuluh darah arteri otak biasanya karena dinding arteri tersebut rapuh atau
menipis.( Sofwan, 2010 ).
Hemiplegi adalah kelumpuhan otot pada salah satu sisi tubuh.

3
B. ANATOMI FISIOLOGI OTAK

Otak adalah organ yang mengatur pemikiran seseorang.Otak pula yang


mengendalikan perilaku, emosi, gerakan, dan sensasi pada tubuh.
Otak adalah salah satu organ manusia yang paling kompleks dan terdiri
lebih dari 100 miliar saraf.Seluruh saraf tersebut saling terkait di dalam sistem
yang menghubungkan otak dengan seluruh tubuh, suatu kondisi yang
memungkinkan gerakan terjadi hampir dalam sekejap.

 Susunan Saraf Pusat (SSP)

1. Otak

a. Pra Enchephalon

1) Telencephalon : Hemisperium cerebri, Telencephalon medium

2) Diencephalon : Thalamus, Metathalamus, Hypothalamus, Subthalamus


dan Epithalamus

b. Mesencephalon

1) Tectum Mesencephalon

2) Tecmentum Mesencephalon

3) Pedunculus Cerebri

4
c. Rhombencephalon

1) Metencephalon (Pons dan Cerebellum)

2) Myelencephalon (Medula Oblongata)

Secara fungsional susunan saraf dibagi atas 2 komponen :

1) Susunan Saraf Somatik

2) Susunan Saraf Autonom terdiri atas :

- Susunan Saraf Simpatis

- Susunan Saraf Parasimpati

Fungsi Bagian-bagian Otak

 Otak besar (serebrum)

Otak besar mempunyai fungsi dalam pengaturan semua aktifitas mental, yaitu
yang berkaitan dengan kepandaian (intelegensi), ingatan (memori), kesadaran,
dan pertimbangan.

Otak besar merupakan sumber dari semua kegiatan/gerakan sadar atau sesuai
dengan kehendak, walaupun ada juga beberapa gerakan refleks otak. Pada
bagian korteks serebrum yang berwarna kelabu terdapat bagian penerima
rangsang (area sensor) yang terletak di sebelah belakang area motor yang
berfungsi mengatur gerakan sadar atau merespon rangsangan. Selain itu
terdapat area asosiasi yang menghubungkan area motor dan sensorik.

Area ini berperan dalam proses belajar, menyimpan ingatan, membuat


kesimpulan, dan belajar berbagai bahasa. Di sekitar kedua area tersebut dalah
bagian yang mengatur kegiatan psikologi yang lebih tinggi. Misalnya bagian
depan merupakan pusat proses berfikir (yaitu mengingat, analisis, berbicara,
kreativitas) dan emosi. Pusat penglihatan terdapat di bagian belakang.

 Otak tengah (mesensefalon)

Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Di depan otak
tengah terdapat talamus dan kelenjar hipofisis yang mengatur kerja kelenjar-

5
kelenjar endokrin. Bagian atas (dorsal) otak tengah merupakan lobus optikus
yang mengatur refleks mata seperti penyempitan pupil mata, dan juga
merupakan pusat pendengaran.

 Otak kecil (serebelum)

Serebelum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot yang terjadi
secara sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang
merugikan atau berbahaya maka gerakan sadar yang normal tidak mungkin
dilaksanakan.

 Sumsum sambung (medulla oblongata)

Sumsum sambung berfungsi menghantar impuls yang datang dari medula


spinalis menuju ke otak. Sumsum sambung juga mempengaruhi jembatan,
refleks fisiologi seperti detak jantung, tekanan darah, volume dan kecepatan
respirasi, gerak alat pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan.

Selain itu, sumsum sambung juga mengatur gerak refleks yang lain seperti
bersin, batuk, dan berkedip.

 Jembatan varol (pons varoli)

Jembatan varol berisi serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri
dan kanan, juga menghubungkan otak besar dan sumsum tulang belakang.

Otak dan sumsum tulang belakang mempunyai 3 materi esensial yaitu:

1. badan sel yang membentuk bagian materi kelabu (substansi grissea)


2. serabut saraf yang membentuk bagian materi putih (substansi alba)
3. sel-sel neuroglia, yaitu jaringan ikat yang terletak di antara sel-sel saraf di dalam
sistem saraf pusat

Ketiga lapisan membran meninges dari luar ke dalam adalah sebagai berikut:

1. Durameter; merupakan selaput yang kuat dan bersatu dengan tengkorak.


2. Araknoid; disebut demikian karena bentuknya seperti sarang labah-labah. Di
dalamnya terdapat cairan serebrospinalis; semacam cairan limfa yang mengisi

6
sela sela membran araknoid. Fungsi selaput araknoid adalah sebagai bantalan
untuk melindungi otak dari bahaya kerusakan mekanik.
3. Piameter. Lapisan ini penuh dengan pembuluh darah dan sangat dekat dengan
permukaan otak. Agaknya lapisan ini berfungsi untuk memberi oksigen dan
nutrisi serta mengangkut bahan sisa metabolisme.

Ketika lahir seorang bayi telah mempunyai 100 miliar sel otak yang aktif dan 900
miliar sel otak pendukung, setiap neuron mempunyai cabang hinggá 10.000 cabang
dendrit yang dapat membangun sejumlah satu kuadrilion (angka 1 diikuti dengan 15
angka nol) koneksi. komunikasi.perkembangan otak pada minggu-minggu pertama lahir
diproduksi 250.000 neuroblast (sel saraf yang Belum matang), kecerdasan mulai
berkembang dengan terjadinya koneksi antar sel otak, tempat sel saraf bertemu disebut
synapse, makin banyak percabangan yang muncul, makin berkembanglah kecerdasan
anak tersebut, dan kecerdasan ini harus dilatih dan di stimulasi, tampa stimulasi yang
baik , potensi ini akan tersia-siakan.

Ned Herrman melakukan penelitian puluhan tahun terhadap 1000 orang , ia


memformulasikan instrumen yntuk menentukan kecenderungan otak seseorang,
akhirnya ia membuat pembagian 4 kuadran otak , ia juga membagi 2 komponen utama ,
korteks otak yang menata fungsi-fungsi kognitif, serta limbik sistem yang menata fungsi
emosi

7
C. PATOFISIOLOGI

Iskemia Otak ialah gangguan aliran darah otak (ADO) yang membahayakan
fungsi neuron tanpa perubahan yang menetap. Bila ADO turun pada batas kritis
yaitu 18 ml/100 gr otak/menit maka akan terjadi penekanan aktivitas neural tanpa
perubahan struktural dari sel. Daerah otak dengan keadaan ini dikenal sebagai
penumbra sistemik. Disini sel relatif inaktif tapi masih viable. Pada 3 jam permulaan
iskemia, akan terjadi kenaikan kadar air dan natrium pada substansia grisea dan
setelah 12-48 jam terjadi kenaikan yang progresif dari kadar air dan natrium pada
substansia alba, sehingga memperberat edem otak dan meningkatkan tekanan
intrakranial. Bila terjadi sumbatan pembuluh darah, maka daerah sentral yang
diperdarahi oleh pembuluh darah tersebut akan mengalami iskemia berat sampai
infark.

Dengan bertambahnya usia, DM, hipertensi, dan merokok merupakan faktor


terjadinya aterosklerosis. Aterosklerosis sendiri merupakan kombinasi dari
perubahan tunika intima dengan penumpukan lemak, komposisi darah maupun
deposit kalsium dan disertai pula perubahan pada tunika media di pembuluh darah
besar yang menyebabkan permukaan menjadi tidak rata.Pada saat aliran darah
lambat (saat tidur), maka dapat terjadi penyumbatan (trombosis).Untuk pembuluh
darah kecil dan arteriol, terjadi penumpukan lipohialinosis yang dapat
mengakibatkan mikroinfark.

Darah merupakan suatu suspensi yang terdiri dari plasma dengan berbagai
macam sel yang terdapat di dalamnya.Dalam keadaan fisiologik, jumlah darah yang
mengalir ke otak ialah 50-60 ml/100 gram otak/menit atau 700-840 ml/menit. Faktor-
faktor yang mempengaruhi ADO dibagi dalam 2 faktor yaitu :

Faktor Ekstrinsik
1) Tekanan Darah Sistemik (TDS), pada keadaan normal, naik turunnya TDS tidak
mempengaruhi ADO karena adanya autoregulasi.
2) Diameter pembuluh darah. Resistensi vaskuler terbesar terjadi pada pembuluh
darah terkecil. Bila lumen menyempit 70%, maka akan mengganggu ADO.
3) Kualitas darah/Viskositas darah. Bila hematokrit naik, maka viskositas darah
akan meningktya pula, resistensi serebrovaskuler juga naik sehingga ADO
menurun.

8
4) Eritrosit, terjadi peningkatan agregasi eritrosit dan penurunan deformabilitas
eritrosit.
Faktor intrinsik
1) Autoregulasi Yaitu kemampuan pembuluh darah arteriol otak untuk
mempertahankan ADO meskipun terjadi perubahan pada tekanan perfusi otak.
Autoregulasi akan berfungsi dengan baik, bila tekanan sistolik 60-200 mmHg
dan tekanan diastolik 60-120 mmHg.
2) Faktor Biokimiawi Karbon dioksida (CO2) Peningkatan tekanan CO2akan
menyebabkan vasodilatasi, sehingga resistensi serebral turun, akibatnya ADO
akan meningkat.
3) Oksigen (O2) Bila tekanan O2 turun kurang dari 50 mmHg akan mengakibatkan
terjadinya vasodilatasi sehingga ADO meningkat dan sebaliknya.
4) Pengaruh ion H+ Bila kadar ion H turun (asidosis) maka daerah iskemik akan
berubah jadi infark.
5) Ion K+ Ion K mencapai ruang ekstraseluler saat aktivasi kortikal dan mencapai
otot-otot pembuluh darah melalui difusi dan ini bertanggung jawab terhadap
peningkatan perfusi regional.
6) Susunan saraf otonom Rangsang sistem simpatis servikal akan menyebabkan
vasokonstriksi pembuluh darah otak, sehingga ADO turun.

D. ETIOLOGI

- Trombus
Oklusi vaskuler hampir selalu disebabkan oleh trombus, yang terdiri dari
trombosit, fibrin, sel eritrosit dan lekosit. Trombus yang lepas dan
menyangkut di pembuluh darah lebih distal disebut embolus.
- Emboli
Emboli dapat terbentuk dari gumpalan darah, kolesterol, lemak, fibrin
trombosit, udara , tumor, metastase, bakteri, benda asing. Emboli
merupakan 5-15 % dari penyebab stroke. Dari penelitian epidemiologi
didapatkan bahwa sekitar 50 % dari semua serangan iskemik otak.

9
E. TANDA DAN GEJALA
a. Stadium Akut : ditandai dengan hilangnya kesadaran secara tiba-tiba
apoelasicyang, diawali sakit kepala tapi kadang-kadang disertai kelelahan,
semua refleksi hilang dan bola matanya berputar kearah samping yang rusar
2-3 minggu ( lumpuh total)
b. Sadium Flaccid : nadi cepat, penderita sadaran tidak dapat tidur, suhu tubuh
naik, mudah terkejut, sistem refleks sudah mulai ada sedikit. Otot yang
terkena Flaccid dalam waktu 2-3 minggu kembali utamanya pada lengan dan
jari-jari. Didalam tubuh ada dua otot yang paling berfungsi pada Hemiplegi:
M. latisimus dorsi dan M. Gluteus
c. Stadium Residual Spastic : Otot pada stadium residual spastic refleks otot
sudah mulai kembali.

10
BAB III

PROSES FISIOTERAPI

A. ANAMNESIS
1. Identitas Pasien

Nama :Tuan M

Umur : 30 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan :Pegawai Negeri Sipil (guru

Alamat : Gowa

No. rekam Medis : 732583

Diagnosa Klinis : Hemiplegi Dextra e.c Hemoragic Stroke +


hipertensi

2. Anamnesis Khusus
Keluhan Utama : tidak dapat menggerakkan lengan dan tungkai
sebelah kanan
Letak Keluhan :lengan dan tungkai sebelah kiri
Lama Keluhan :1 bulan yang lalu
Penyebab Terjadinya :pecah pembuluh darah otak
RPP :pasien masuk di RS dengan keluhan lumpuh
separuh badan yaitu sisi dextra. Awalnya pasien merasa keram-keram, setelah
itu pasien kejang-kejang beberapa kali dengan durasi yang tidak diketahui.
Stelah itu pasien tidak sadarkan diri kemuadian dilarikan ke rumah sakit Wahidin
Sudirohusodo pada tanggal 10 maret 2016.
Yang ke berapa : yang pertama
Penyakit Lain : hypertensi (+)
Keluhan Nyeri : tidak ada
Riwayat Terapi : pasien telah mendapatkan pelayanan fisioterapi
sekitar 2 minggu di bangsal neuoro.

11
B. PENGUKURAN VITAL SIGN
1. Tekanan Darah :140/70 mmHg
2. Denyut Nadi :83x / menit
3. Pernapasan :22 x/menit
4. Suhu :360 C

C. INSPEKSI
1. Inspeksi Statis :
- Pasiean sadar
- Pasien terbaring ( bed rest )
- Pasien mengalami sedikit gangguan komunikasi (bicara samar namun
dapat dimengerti)
- Ekstremitas sisi dextra tampak layu
- Tungkai dalam posisi exorotasi dan drop foot.
- Terlihat ada atropi pada sisi yang lumpuh.
2. Inspeksi Dinamis : pasien tidak mampu menggerakkan lengan dan tungkai
sisi dextra.

D. PALPASI
Beberapa hasil yang diperoleh dari palpasi berupa :
- Hipotonus (flascid )
- Tenderness tidak ada
- Spasme tidak ada
- Suhu normal
- Oedem tidak ada

E. PEMERIKSAAN FUNGSI DASAR


Pemeriksaan fungsi dasar yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan fungsi
gerak dasar pasif. Dilakukan untuk semua regio ekstremitas dextra dan hasilnya
tidak ada masalah yang ditemukan, ROM normal, end feel baik dan tidak ada nyeri.

12
F. PEMERIKSAAN SPESIFIK

a. Glasgow Coma Scale


1. Eye Opening :4
2. Motor Response :1
3. Verbal Response :5

b. Asworth Scale
Hasil :0
Interpretasi : tidak ada peningkatan tonus otot

c. Motor Function
1. Arm proximal :7
2. Arm distal :7
3. Leg proximal :7
4. Leg distal : 7
Interpretasi : No movement

d. MMT ( Manual Muscle Testing )

MMT dilakukan untuk setiap gerakan pada regio ekstremitas sisi dextra baik
superior dan inferior
Hasil :0
Interpretasi : tidak ada kontraksi otot

e. Pemeriksaan Sensorik
1. Test touch, pain
Score :3
Interpretasi : Moderate hypaesthesia

2. Stimulation
Score :1
Interpretasi : Mild hypaesthesi

13
3. Dermatom Test
C5 : Moderate hypaesthesia
C6 : Moderate hypaesthesia
C7 : Moderate hypaesthesia
C8 : Moderate hypaesthesia
T1 : Moderate hypaesthesia
L1 : Moderate hypaesthesia
L2 : Moderate hypaesthesia
L3 : Moderate hypaesthesia
L4 : Moderate hypaesthesia
L5 : Moderate hypaesthesia
S1 : Moderate hypaesthesia

f. Tes Refleks

- Babinsky : nilai 0
Interpretasi : no response (normal)

- Biceps : Hyporefleks

- Triceps : Hyporefleks

- APR : Hyporefleks
- KPR : Hyporefleks

g. Index Barthel

1. Feeding : 10
2. Bathing :5
3. Groming :5
4. Dressing :0
5. Bowels :0
6. Bladder :0
7. Toilet use :0
8. Transfer bed to chair :0
9. Mobilty :0
10. Stairs :0

Score : 20 ( Ketergantungan Berat )

14
G. PEMERIKSASAN TAMBAHAN
Pemeriksaan Radiologi
- Hasil CT-Scan Otak
 Adanya edema intracerbri pada regio temporalis kiri yang mendesak dan
menyempitkan ventrikel interalis
 Midline tidak shift
 System ventrikel lainnya dan ruang subarachnoid dalam btas normal
 Pons, CPA, cerebellum dalam batas normal
 Sinus-sinus paranasalis dan air cell mastoid yang terscan dalam batas
normal

Kesan : Pendarahan Intracerebri subacute

H. DIAGNOSIS DAN PROBLEMATIK FISIOTERAPI


Diagnosis “Gangguan aktifitas fungsional ekstremitas dextra akibat hemiplegi
e.c post hemoragic stroke lobus temporalis.
Problematik Fisioterapi

- Anatomical/Functional Impairtment
 Adanya paralysis / kelumpuhan ekstremitas sisi kanan
 Atropi otot
 Hypotonus (flaccid)
- Activity Limitation
 Adanya keterbatasan dalam melakukan aktifitas ADL seperti
mandi, berpakaian, BAB, BAK dll.
- Partisipation Retriction
 Pasien terbukti mengalami hambatan dalam melakukan aktifitas
social sehari-hari seperti bekerja.

I. RENCANA FISIOTERAPI
a. Tujuan jangka pendek
 Pengaturan posisi dan postur / Potitioning

 Merangsang timbulnya tonus

 Meningkatkan pola pernapasan

 Fasilitasi Propioseptor sendi

15
 Meningkatkan kekuatan otot

 Mencegah kontraktur

 Mencegah terjadinya kaku sendi

 Mengajarkan ambulasi

b. Tujuan jangka panjang


 Meningkatkan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional pasien

J. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI

Rabu, 15 Juni 2016

1. Positioning
 Supine Lying Positioning

Ekstremitas Superior : Eksternal rotasi dan ekstensi dengan seupinasi lengan


bawah. Tambahan posisi netral atau sedikit ekstensi wrist, ekstensi jari-jari
tangan dan abduksi thumb. Letakkan bantal dibawah lengan untuk membantu
mempertahankan posisi dan membantu aliran darah balik vena.

Ekstremitas inferior : Pelvic protraksi, kedua hip dan knee fleksi, ankle
dorsifleksi. Letakkan bantal dibawah tungkai untuk mempertahankan posisi

 Side-lying Positioning

Trunk lururs, prottaksi scapular diatas bantal dengan ekstensi elbow, lengan
bawah dalam posisi netral. Wrist juga bias dalam posisi netral atau sedikit
ekstensi, jari tangan rileks. Hip dan knee fleksi disertai dorsifleksi ankle.

2. Fasilitasi Tonus Tungkai dan Lengan


Bertujuan merangsang muscle spindle dan golgi tendon organ pada otot
ekstensor lengan dan tungkai. Memberikan stimulasi mekanik sejak awal,
ksususnya saraf paccini dan ruffini.
Diberikan sebanyak 5-10 kali untuk setiap otot ekstensor.
3. Meningkatkan Pola Pernapasan
Peningkatan pola pernapsan dapat dilakukan dengan cara metode latihan
pengembangan toraks dan breathing exercise.
Diberikan sebanyak 5 kali dengan hitungan 1-8.

16
Kamis, 16 Juni 2016
1. Pasif Exercise
Bertujuan untuk mencegah terjadinya kekakuan pada sendi. Dilakukan pada
setiap regio pada sendi dengan dikombinasi dengan approximasi untuk
merangsang propioseptif sendi. Diberikan sebanyak 3-5 kali.
2. Fasilitasi Propioseptor Sendi
1) Bridging and bridging with approximation
Dilakukan sebanyak 3 kali dengan hitungan 1x8.

2) Straight leg raising pada tungkai yang sehat


Dilakukan sebanyak 3 kali dengan hitungan 1x8
3) Lower trunk rotation
Dilakukan sebanyak 5-10 kali.
4) Rolling to the uninvolved side.
Dilakukan sebanyak 3-5 kali.

Jumat, 17 Juni 2016

1. Stabilitas Exercise
1) Rhythmic Stabilitation Pelvic with bridging
Dilakukan sebanyak 3 kali dengan hitungan 1x8.
2) Aktivasi core muscle
Dilakukan sebanyak 5 kali dengan hitungan 1x8.
2. Movement Transition ( latihan dari tidur ke duduk)
Bertujuan untuk melatih pasien bagaimana cara untuk duduk dari posisi baring.
Dilakukan sebanyak 3 kali.
3. Edukasi
Menginstruksikan pada pasien untuk selalu melakukan latihan-latihan yang telah
diberikan dengan dibantu oleh keluarganya.

K. EVALUASI

1. Pasien merasa lebih rileks dan tidur dengan nyaman

2. Belum ada peningkatan kekuatan otot yang lumpuh.

3. Pasien sudah dapat mengubah posisi dari baring ke duduk meski masih
menggunakan bantuan.

17
18

Anda mungkin juga menyukai