Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN KLIEN TN.

S DENGAN DIABETES MELLITUS

DI RUANG ANGGREK RSUD BLUD MAJENANG

Disusun Oleh :
CANDRA SUNTORO
NIM : 4016190057

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XIV


STIKes BINA PUTRA BANJAR
T.A 2019
LEMBAR PENGESAHAN

PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


LAPORAN PENDAHULUAN TN.S DENGAN DIABETES MELLITUS DI BANGSAL
ANGGREK RSUD BLUD MAJENANG

Disusun Oleh :
CANDRA SUNTORO
NIM : 4016190057

Telah disetujui pada


Hari Tanggal :
: Disusun Oleh :
CANDRA SUNTORO
NIM : 4016190057

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik Mahasiswa

(Ns. Reni H , S.Kep,. ) (Khotijah , S.Kep,Ns) (Candra Suntoro,S.Kep )


DIABETES MELLITUS

A. Pengertian
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.
(Brunner dan Suddarth, 2002).
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula
(glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif
(Arjatmo, 2002).

B. Klasifikasi
Klasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut :
1. Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM)
2. Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)
3. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya
4. Diabetes mellitus gestasional (GDM)

C. Etiologi
1. Diabetes tipe I:
a. Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah
terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada
individu yang memiliki tipe antigen HLA.
b. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana
antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi

3
terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai
jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans
dan insulin endogen.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi selbeta.
2. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga

4
D. Patofisiologi/Pathways

Defisiensi Insulin

glukagon↑ penurunan pemakaian


glukosa oleh sel

glukoneogenesis hiperglikemia

lemak protein glycosuria

ketogenesis BUN↑ Osmotic Diuresis

ketonemia Nitrogen urine ↑ Dehidrasi Kekurangan


volume cairan

Mual muntah ↓ pH Hemokonsentrasi

Resti Ggn Nutrisi


Asidosis Trombosis
Kurang dari kebutuhan
 Koma
Aterosklerosis
 Kematian

Makrovaskuler Mikrovaskuler

Retina Ginjal
Jantung Serebral Ekstremitas
Retinopati Nefropati
diabetik
Miokard Infark Stroke Gangren

Ggn. Penglihatan Gagal


Ggn Integritas Kulit Ginjal

Resiko Injury

5
E. Tanda dan Gejala
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada
DM umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah
keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf.
Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua,
sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus
dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya
gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta
kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh
dengan pengobatan lazim.
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering
ditemukan adalah :
1. Katarak
2. Glaukoma
3. Retinopati
4. Gatal seluruh badan
5. Pruritus Vulvae
6. Infeksi bakteri kulit
7. Infeksi jamur di kulit
8. Dermatopati
9. Neuropati perifer
10. Neuropati viseral
11. Amiotropi
12. Ulkus Neurotropik
13. Penyakit ginjal
14. Penyakit pembuluh darah perifer
15. Penyakit koroner
16. Penyakit pembuluh darah otak
17. Hipertensi

6
Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal
yang tinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau
bahkan inkontinensia urin. Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang
dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi. Karena
itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut.
Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada
pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba, apabila pasien mengalami
infeksi akut. Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi
absolut dan timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan
dehidrasi, kesadaran menurun dengan hiperglikemia, dehidrasi dan ketonemia.
Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar, menguap dan
berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut. Biasanya tampak
bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak.
Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang. Sedangkan gejala
kebingungan dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral
tampak lebih jelas.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Glukosa darah sewaktu
2. Kadar glukosa darah puasa
3. Tes toleransi glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM
(mg/dl)
Bukan DM Belum pasti DM DM
Kadar glukosa darah sewaktu
- Plasma vena
- Darah kapiler < 100 100-200 >200
Kadar glukosa darah puasa <80 80-200 >200
- Plasma vena
- Darah kapiler
<110 110-120 >126
<90 90-110 >110

7
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali
pemeriksaan :
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200
mg/dl

G. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan
aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi
komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe
diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
1. Diet
2. Latihan
3. Pemantauan
4. Terapi (jika diperlukan)
5. Pendidikan

H. Pengkajian
 Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
 Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat
terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur
atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi
penyakitnya.
 Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.

8
 Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada
ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi,
perubahan tekanan darah
 Integritas Ego
Stress, ansietas
 Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
 Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan,
haus, penggunaan diuretik.
 Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot,
parestesia,gangguan penglihatan.
 Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
 Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
 Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.

I. Masalah Keperawatan
1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan
2. Kekurangan volume cairan
3. Gangguan integritas kulit
4. Resiko terjadi injury

J. Intervensi
1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan penurunan masukan oral, anoreksia, mual, peningkatan
metabolisme protein, lemak.

9
Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :
 Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat
 Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya
Intervensi :
 Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi.
 Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan
dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien.
 Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen / perut
kembung, mual, muntahan makanan yang belum sempat dicerna,
pertahankan keadaan puasa sesuai dengan indikasi.
 Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (nutrien)
dan elektrolit dengan segera jika pasien sudah dapat mentoleransinya
melalui oral.
 Libatkan keluarga pasien pada pencernaan makan ini sesuai dengan
indikasi.
 Observasi tanda-tanda hipoglikemia seperti perubahan tingkat
kesadaran, kulit lembab/dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka
rangsang, cemas, sakit kepala.
 Kolaborasi melakukan pemeriksaan gula darah.
 Kolaborasi pemberian pengobatan insulin.
 Kolaborasi dengan ahli diet.

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.


Tujuan : kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :
Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital
stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik,
haluaran urin tepat secara individu dan kadar elektrolit dalam batas
normal.

10
Intervensi :
 Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD ortostatik
 Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul
 Kaji frekuensi dan kualitas pernafasan, penggunaan otot bantu
nafas
 Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran
mukosa
 Pantau masukan dan pengeluaran
 Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari
dalam batas yang dapat ditoleransi jantung
 Catat hal-hal seperti mual, muntah dan distensi lambung.
 Observasi adanya kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan
BB, nadi tidak teratur
 Kolaborasi : berikan terapi cairan normal salin dengan atau tanpa
dextrosa, pantau pemeriksaan laboratorium (Ht, BUN, Na, K)

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik


(neuropati perifer).
Tujuan : gangguan integritas kulit dapat berkurang atau menunjukkan
penyembuhan.
Kriteria Hasil :
Kondisi luka menunjukkan adanya perbaikan jaringan dan tidak terinfeksi
Intervensi :
 Kaji luka, adanya epitelisasi, perubahan warna, edema, dan discharge,
frekuensi ganti balut.
 Kaji tanda vital
 Kaji adanya nyeri
 Lakukan perawatan luka
 Kolaborasi pemberian insulin dan medikasi.
 Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.

11
4. Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan
Tujuan : pasien tidak mengalami injury
Kriteria Hasil : pasien dapat memenuhi kebutuhannya tanpa mengalami
injury
Intervensi :
 Hindarkan lantai yang licin.
 Gunakan bed yang rendah.
 Orientasikan klien dengan ruangan.
 Bantu klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
 Bantu pasien dalam ambulasi atau perubahan posisi

12
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
1 Nyeri akut berhubungan NOC: Manajemen nyeri
dengan faktor biologis  Tingkat nyeri 1. Kaji keluhan nyeri, lokasi,
 Nyeri terkontrol onset/durasi, frekuensi, kualitas, d
 Tingkat kenyamanan nyeri.
Setelah dilakukan asuhan 2. Observasi respon ketidaknyamanan
keperawatan selama 3 x 24 jam dan non verbal.
nyeri klien berkurang/hilang, 3. Pastikan pasien menerima perawat
dengan indikator : dengan tepat.
 Melaporkan nyeri 4. Gunakan strategi komunikasi yang
berkurang mengetahui respon penerimaan pas
 Tidak ada ekspresi nyeri.
menahan nyeri 5. Evaluasi keefektifan penggunaan kon
 TTV dalam batas normal 6. Monitoring perubahan nyeri baik ak
 Klien mampu mengontrol potensial.
nyeri 7. Sediakan lingkungan yang nyaman.
8. Kurangi faktor-faktor yang dapat
ungkapan nyeri.
9. Ajarkan penggunaan tehnik relaks
atau sesudah nyeri berlangsung .
10.Kolaborasi dengan tim kesehatan
memilih tindakan selain obat untuk
nyeri.
11. Tingkatkan istirahat yang ade
meringankan nyeri.

Manajemen pengobatan
12.Tentukan obat yang dibutuhkan pas
mengelola sesuai dengan anjuran/ do
13.Monitor efek teraupetik dari pengoba
14.Monitor tanda dan gejala serta efek
obat.
15.Periksa perintah medis tentang ob
frekuensi obat analgetik.
16.Periksa riwayat alergi pasien.
17.Berikan obat dengan prinsip 5 benar

2 Kurang pengetahuan tentang NOC Teaching Knowledge

13
penyakit berhubungan dengan  Knowledge Status 1. Berikan penilaian tentang tingkat
kurang terpapar informasi Setelah dilakukan tindakan pasien tentang proses penyakit yang
keperawatan selama 3x24 jam, 2. Jelaskan patofisiologi dari pe
diharapkan klien mengetahui bagaiman hal ini berhubungan den
tentang proses penyakit dengan dan fisiologi
kriteria hasil: 3. Gambarkan tanda dan gejala yang
 Klien mampu pada penyakit
mendeskripsikan penyakit 4. Gambarkan proses penyakit
 Klien menunjukan 5. Identifikasi kemungkinan penyebab
pemahaman tentangg yang tepat
penyakit yang diderita 6. Sediakan informasi tentang kondisi
 Klien mampu memilih 7. Sediakan bagi keluarga atau S
tindak lanjut dari penyakit tentang kemajuan pasien
yang diderita 8. Sediakan pengukuran diagnostik ya
9. Diskusikan perubahan gaya hidup y
diperlukan untuk mencegah kompl
yang akan datang dan atau proses
penyakit
10. Diskusikan pilihan terapi
11. Gambarkan rasional rekomendasi
terapi
12. Dukung pasien untuk mengeks
mendapatkan second opinion
13. Eksplorasi kemungkinan sumber du
14. Instruksikan pasien mengenai tand
untuk melaporkan pada pember
kesehatan

3 Cemas berhubungan dengan NOC Anxiety Control


perubahan status kesehatan  Anxiety Level 1. Gunakan pendekatan yang menenan
Setelah dilakukan tindakan 2. Pahami perspektif pasien terhadap s
keperawatan selama 3x24 jam, 3. Temani pasien untuk memberikan k
diharapkan cemas klien mengurangi takut
menurun, dengan kriteria hasil: 4. Berikan informasi mengenai diagno
 Tidak ada tanda prognosis
kecemasan 5. Dorong keluarga untuk menemani a
 Menurunkan stimulus 6. Dengarkan dengan penuh perhatian
yang menimbulkan cemas 7. Identifikasi tingkat kecemasan
 Melaporkan cemas 8. Bantu pasien mengenai si
berkurang menimbulkan kecemasan

14
 Melaporkan kebutuhan 9. Dorong pasien untuk mengungkapk
tidur adekuat ketakutan, persepsi
10. Instruksikan pasien mengguna
relaksasi
11. Berikan obat untuk mengurangi kec

4 Risiko infeksi NOC Infection Control


 Immune Status 1. Bersihkan lingkungan setelah dipaka
Setelah dilakukan tindakan 2. Batasi pengunjung bila perlu
keperawatan selama 3X 24 jam 3. Instruksikan pada pengunjung un
klien tidak mengalami infeksi, tangan saat berkunjung dan setelah
dengan kriteria: meninggalkan klien
 Tak ada tanda infeksi 4. Cuci tangan setiap sebelum d
berulang (rubor, kalor, melakukan tindakan keperawatan
tumor, dolor, fungsiolesa) 5. Pertahankan lingkungan asep
 Suhu tubuh dalam batas pemasangan alat
normal 6. Ganti letak IV perifer dan line
dressing sesuai petunjuk umum
7. Lakukan perawatan luka tekhnik ase
8. Observasi tanda-tanda vital
9. Tingkatkan intake nutrisi
10. Kelola terapi antibiotic bila perlu

5 Resiko Ketidakseimbangan NOC Fluid management :


cairan dan elektrolit  Fluid management 1. Pertahankan cairan intake dan outpu
Setelah dilakukan tindakan adekuat
keperawatan selama 3x24 jam, 2. Monitor status hidrasi (kelembaban m
diharapkan status cairan dan mukosa, nadi adekuat,)
elektrolit seimbang dengan 3. Monitor vital sign
kriteria : 4. Monitor masukan cairan/makanan
 Tanda vital dalam batas 5. Dorong masukan oral
normal 6. Dorong keluarga untuk mem
 Tidak ada tanda-tanda makan
dehidrasi 7. Kolaborasi dengan dokter jika ada tan
 Balance cairan normal (+/- berlebih muncul memburuk
200 cc)
 Nilai elektrolit normal
6 Resiko nutrisi kurang dari NOC Nutrition Management
kebutuhan  Nutrition Status
Setelah dilakukan tindakan

15
keperawatan selama 3x24 jam 1. Kaji adanya alergi makanan
status nutrisi klien normal 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk men
dengan kriteria hasil : jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuh
 Intake nutrien normal 3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
 Intake makanan dan cairan 4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
normal vitamin
5. Yakinkan diet yang dimakan mengand
 IMT normal (19-21)
serat untuk mencegah konstipasi
 Tidak terjadi kehilangan
6. Berikan makanan yang terpilih (sudah
berat badan > 20% BB dikonsultasikan dengan ahli gizi)
normal 7. Ajarkan pasien membuat catatan mak
8. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
9. Berikan informasi tentang kebutuhan n

Post Operasi
No Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
1 Nyeri akut NOC: Manajemen nyeri
berhubungan  Tingkat nyeri 1. Kaji keluhan nyeri, lokasi,
dengan faktor  Nyeri terkontrol onset/durasi, frekuensi, kualitas,
mekanik  Tingkat kenyamanan nyeri.
Setelah dilakukan asuhan 2. Observasi respon ketidaknyama
keperawatan selama 3 x 24 verbal dan non verbal.
jam nyeri klien 3. Pastikan pasien menerima perawa
berkurang/hilang, dengan dengan tepat.
indikator : 4. Gunakan strategi komunikasi yang
 Melaporkan nyeri mengetahui respon penerimaan pa
berkurang nyeri.
 Tidak ada ekspresi 5. Evaluasi keefektifan penggunaan ko
menahan nyeri 6. Monitoring perubahan nyeri baik ak
 TTV dalam batas potensial.
normal 7. Sediakan lingkungan yang nyaman.
 Klien mampu 8. Kurangi faktor-faktor yang dapa
mengontrol nyeri ungkapan nyeri.
9. Ajarkan penggunaan tehnik relak
atau sesudah nyeri berlangsung
10. Kolaborasi dengan tim kesehatan
memilih tindakan selain obat untuk
nyeri.

16
11. Tingkatkan istirahat yang ade
meringankan nyeri.

Manajemen pengobatan
12. Tentukan obat yang dibutuhkan pa
mengelola sesuai dengan anjuran/ d
13. Monitor efek teraupetik dari pengob
14. Monitor tanda dan gejala serta efek
obat.
15. Periksa perintah medis tentang o
frekuensi obat analgetik.
16. Periksa riwayat alergi pasien.
17. Berikan obat dengan prinsip 5 bena

2 Kerusakan NOC Wound care


integritas jaringan  Wound Healling 1. Catat karateristik luka, tentukan
b.d faktor Setelah dilakukan kedalaman luka dan klasifikasi penga
mekanik tindakan keperawatan 2. Catat karateristik cairan secret yang
selama 3 X 24 jam wound 3. Bersihkan dengan cairan antibakteri
healing meningkat, dengan 4. Bilas dengan cairan NaCI 0,9 %
kriteria 5. Lakukan nekrotomi
 Luka mengecil dalam 6. Lakukan tampon yang sesuai
ukuran dan 7. Dresing dengan kasa steril se
peningkatan granulasi kebutuhan
jaringan. 8. Lakukan pembalutan
 Tidak ada tanda-tanda 9. Pertahankan teknik dressing s
infeksi melakukan perawatan luka
10. Amati setiap perubahan pada balutan

3 Gangguan NOC Exercise Therapy: Joint Movement


mobilitas fisik  Ambulation Status 1. Tentukan batasan gerakan
berhubungan Setelah dilakukan tindakan 2. Kolaborasi dengan fisiotera
dengan keperawatan selama 3x24 mengembangkan dan menentuk
ketidaknyamanan jam tingkat mobilitas klien latihan
meningkat dengan kriteria 3. Tentukan level gerakan pasien
hasil: 4. Jelaskan pada keluarga/pasien tujuan
 Keseimbangan tubuh latihan
meningkat 5. Monitor lokasi ketidaknyamanan
 Mampu menggerakan selama gerakan atau aktivitas
otot dengan bebeas 6. Lindungi pasien dari trauma selama

17
 Mampu menggerakan 7. Bantu pasien untuk mengoptimalkan
sendi dengan bebas untuk gerakan pasif atau aktif
 Mampu 8. Dorong ROM aktif
meningkatkan 9. Instruksikan pada pasien atau kelu
mobilisasi ditempat ROM pasif dan aktif
tidur 10. Bantu pasien untuk mengembang
latihan ROM aktif
11. Dorong klien untuk menunjukan g
sebelum latihan

4 Risiko infeksi NOC Infection Control


 Immune Status 11. Bersihkan lingkungan setelah dipaka
Setelah dilakukan 12. Batasi pengunjung bila perlu
tindakan keperawatan 13. Instruksikan pada pengunjung un
selama 3X 24 jam klien tangan saat berkunjung dan setelah
tidak mengalami infeksi, meninggalkan klien
dengan kriteria: 14. Cuci tangan setiap sebelum d
 Tak ada tanda infeksi melakukan tindakan keperawatan
berulang (rubor, kalor, 15. Pertahankan lingkungan asep
tumor, dolor, pemasangan alat
fungsiolesa) 16. Ganti letak IV perifer dan line
 Suhu tubuh dalam dressing sesuai petunjuk umum
batas normal 17. Lakukan perawatan luka tekhnik ase
18. Observasi tanda-tanda vital
19. Tingkatkan intake nutrisi
20. Kelola terapi antibiotic bila perlu

5 Resiko NOC Fluid management :


Ketidakseimbang  Fluid management 1. Pertahankan cairan intake dan
an cairan dan Setelah dilakukan adekuat
elektrolit tindakan keperawatan 2. Monitor status hidrasi (kelembab
selama 3x24 jam, mukosa, nadi adekuat,)
diharapkan status cairan 3. Monitor vital sign
dan elektrolit seimbang 4. Monitor masukan cairan/makanan
dengan kriteria : 5. Dorong masukan oral
 Tanda vital dalam 6. Dorong keluarga untuk mem
batas normal makan
 Tidak ada tanda-tanda 7. Kolaborasi dengan dokter jika ada
dehidrasi berlebih muncul memburuk
 Balance cairan

18
normal (+/- 200 cc)
 Nilai elektrolit normal
6 Resiko nutrisi NOC Nutrition Management
kurang dari  Nutrition Status 1. Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan Setelah dilakukan tindakan 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
keperawatan selama 3x24 jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhk
jam status nutrisi klien 3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan i
normal dengan kriteria 4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
hasil : vitamin
 Intake nutrien normal 5. Yakinkan diet yang dimakan menga
serat untuk mencegah konstipasi
 Intake makanan dan
6. Berikan makanan yang terpi
cairan normal
dikonsultasikan dengan ahli gizi)
 IMT normal (19-21)
7. Ajarkan pasien membuat catatan maka
 Tidak terjadi 8. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
kehilangan berat 9. Berikan informasi tentang kebutuhan nu
badan > 20% BB
normal

19
20
DAFTAR PUSTAKA

Luecknote, Annette Geisler, Pengkajian Gerontologi alih bahasa Aniek


Maryunani, Jakarta:EGC, 1997.

Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih
bahasa I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati, Jakarta : EGC, 1999.

Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa
YasminAsih, Jakarta : EGC, 1997.

Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah


Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry
Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2002.

Ikram, Ainal, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia
Lanjut jilid I Edisi ketiga, Jakarta : FKUI, 1996.

Arjatmo Tjokronegoro. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.Cet 2. Jakarta


: Balai Penerbit FKUI, 2002

21

Anda mungkin juga menyukai