Sanksi merupakan tahapan yang harus dilalui dalam upaya pengendalian fraud.
Pemberian sanksi dilakukan kepada pihak yang terbukti melakukan fraud dalam
proses investigasi. Pemberian sanksi terhadap pelaku fraud merupakan sinyal tegas
penolakan tindakan fraud. Di Indonesia, umumnya sanksi diberikan oleh pimpinan
direktur rumah sakit, kepala BPJS Kesehatan, maupun dinas kesehatan. Aparat
penegak hukum (APH) belum turun tangan dalam pemberian sanksi. Bentuk sanksi
yang diberikan berupa teguran, pengembalian dana berikut denda, maupun
pemecatan.
Pola pemberian sanksi di Indonesia, berbeda dengan di Amerika Serikat. Saat ini
setidaknya ada 5 jenis sanksi yang akan diberikan kepada berbagai pelaku fraud
layanan kesehatan di Amerika. Departemen Inspektur Jenderal (OIG), Pusat
Pelayanan Medicare and Medicaid Services (CMS), Departemen Pertahanan,
Departemen Tenaga Kerja, Departemen Kesehatan, dan badan-badan lain memiliki
wewenang yang luas untuk mencari dan menjatuhkan sanksi berdasarkan berbagai
undang-undang yang berbeda. Sanksi yang dikenakan dalam suatu kasus
bergantung pada sejumlah faktor.
Selain denda, sanksi finansial untuk fraud kesehatan juga dapat mencakup ganti
rugi tiga kali lipat. Ini berarti bahwa penyedia layanan dapat diminta untuk
membayar tiga kali kerugian aktual yang diderita pemerintah sebagai akibat dari
kecurangan tersebut.
2. Kompensasi
Tindakan penegakkan kecurangan pelayanan kesehatan timbul dari tuduhan bahwa
penyedia layanan memperoleh uang secara tidak sah dari pemerintah, biasanya
berasal dari penagihan Medicare, Tricare, atau program pelayanan kesehatan
federal lainnya yang tidak sesuai. Akibatnya, ketika mengambil tindakan hukum
terhadap penyedia yang diduga melakukan kecurangan, pemerintah juga mencari
tambahan jumlah yang tidak dibayar secara sesuai.
3. Pengecualian (Exclusion)
Bagi banyak penyedia layanan, yang lebih memprihatinkan daripada risiko
pertanggungjawaban keuangan adalah risiko program exclusion. OIG memiliki
otoritas, dan dalam banyak kasus, penyedia layanan kesehatan dapat di-exclude
dari program Medicare, Tricare, Medicaid, dan program lainnya. Bila provider di-
exclude dari program tersebut, bukan hanya penyedia layanan tersebut tidak
eligible dalam meminta penggantian dana layanan, peralatan, dan obat-obatan,
namun penyedia layanan lain yang eligible juga dapat dikenai sanksi terhadap
penagihan yang tidak semestinya atas layanan penyedia yang di-exclude tersebut.
Pengecualian terhadap program-program diatas wajib diberikan bagi penyedia
layanan kesehatan bila ditemui: 1. Kecurangan Medicare; 2. Keyakinan adanya
kejahatan berupa bentuk kecurangan kesehatan lainnya; dan 3. Keyakinan adanya
kejahatan yang melibatkan pembuatan, distribusi, peresepan, dan penyediaan
obat-obat yang dikontrol.
4. Penahanan
Dalam kasus kecurangan pelayanan kesehatan yang kriminal, penyedia layanan
juga dapat menghadapi penahanan. Undang-undang pelayanan kesehatan federal
termasuk False Claims Act dan Undang-Undang Anti-suap memiliki ketentuan
untuk hukuman penjara sebagai sanksi pidana, dengan hukuman sampai dengan
lima tahun untuk satu pelanggaran.
5. Tindakan Perizinan
Untuk dokter, apoteker, dan penyedia layanan kesehatan berlisensi lainnya, sanksi
untuk pelanggaran hukum pelayanan kesehatan mungkin juga termasuk
penangguhan lisensi atau pencabutan. Pihak berwenang federal secara rutin
merujuk penyedia layanan yang dicurigai melakukan kecurangan pelayanan
kesehatan ke dewan perizinan negara bagian dan bahkan jika penyelidikan federal
pada akhirnya tidak menimbulkan tuduhan, tuduhan tersebut cukup untuk
membenarkan tindakan disipliner oleh dewan pemerintahan.
Sumber: What You Need To Know About Health Care Fraud Sanctions; Oberheiden
dan McMurrey, LLP; diunduh pada tanggal 15 Januari 2018
*Bila Anda merasa artikel ini bermanfaat, silakan share artikel ini. Sehingga
manfaat ini juga dapat dirasakan orang sekitar Anda.
*Anda kami persilakan untuk menggunakan artikel ini untuk berbagai keperluan.
Namun, jangan lupa mencantumkan nama penulis dan referensi terkait lainnya
untuk menghindari plagiarisme.
MEMBANGUN SISTEM PENGENDALIAN KECURANGAN
JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI RUMAH SAKIT
Kamis - Jumat, 26 – 27 Juli 2018 Pukul 08.30 – 16.00 WIB
LATAR BELAKANG
1. Membangun kesadaran
Membangun kesadaran tentang potensi fraud dan bahayanya di rumah sakit
merupakan salah satu upaya pencegahan terjadi atau berkembangnya fraud.
Membangun kesadaran dapat dilakukan melalui program-program edukasi dan
sosialisasi mengenati potensi dan bahya fraud di rumah sakit.
2. Pelaporan tindakan fraud
Pihak yang mengetahui ada kejadian fraud di rumah sakit hendaknya dapat
membuat pelaporan. Rumah sakit perlu menyediakan sarana dan alur pelaporan
yang baik.
3. Deteksi
Deteksi potensi fraud dilakukan untuk menemukan potensi-potensi fraud yang ada
di rumah sakit. Deteksi potensi fraud dapat dilakukan melalui analisis data klaim
dan data hasil pelaporan.
4. Investigasi
Investigasi fraud dilakukan untuk membuktikan potensi fraud yang ditemukan.
Pembuktian ini untuk memastikan apakah suatu tindakan benar-benar fraud atau
bukan.
5. Pemberian sanksi
Pemberian sanksi dilakukan untuk menindak pelaku fraud. Sanksi ini dapat
ditentukan berdasar kebijakan direktur di rumah sakit.
6. Membangun kesadaran
Setelah sebuah kasus fraud ditindaklanjuti, alur berikutnya adalah kembali ke
membangun kesadaran sehingga kejadian fraud tidak terulang kembali.
MATERI
NARASUMBER
Kepala Divisi Manajemen Mutu – PKMK FKKMK UGM sejak 2003. Sejak 2014 fokus
dalam edukasi, pengembangan instrument dan regulasi, serta penelitian terkait
pencegahan dan pengendalian fraud layanan kesehatan, terutama yang
berhubungan dengan dampak fraud pada mutu pelayanan klinis. Kegiatan
pengedalian fraud layanan kesehatan ini dilaksanakan bekerja sama dengan
Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan, BPJS Kesehatan, KPK, ACFE Indonesia,
organisasi profesi, serta fasilitas-fasilitas kesehatan seluruh Indonesia.
Peneliti dan pengelola Community of Practice (CoP) Anti Fraud Layanan Kesehatan.
Bergabung di Divisi Manajemen Mutu – PKMK FKKKMK UGM sejak 2010. Sejak 2014
fokus dalam edukasi, pengembangan instrumen dan regulasi, serta penelitian
terkait pencegahan dan pengendalian fraud layanan kesehatan. Kegiatan
pengedalian fraud layanan kesehatan ini dilaksanakan bekerja sama dengan
Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan, BPJS Kesehatan, KPK, ACFE Indonesia,
serta fasilitas-fasilitas kesehatan seluruh Indonesia. Narasumber pernah mengikuti
konferensi anti fraud yang diselenggarakan oleh NHCAA di Amerika Serikat tahun
2014. Saat ini sedang dalam proses sertifikasi Certified Fraud Examiner (CFE) pada
Juni 2018.
SASARAN PESERTA
Peserta yang dapat mengikuti kegiatan ini adalah Anda yang merupakan:
FASILITAS
1. Seminar kit.
2. Materi pelatihan (teori, instrument praktikum, dan template-template) dalam
bentuk soft file.
3. Sertifikat kepesertaan dalam bentuk cetak.
Kami mendukung kehidupan bumi yang lebih hijau dan sehat. Makanya, kami
mengurangi pencetakan berbagai dokumen. Semua materi akan kami kirim ke
email Anda. Pastikan email Anda aktif dan storage email Anda cukup.
Persiapan Peserta
Hal-hal berikut perlu Anda siapkan dan lakukan sebelum Anda mengikuti Bimtek:
KONTAK
Informasi Konten
Puti Aulia Rahma, drg., MPH | 081329358583 | putiauliarahma@gmail.com
Informasi Penyelenggaraan
Maria Lelyana | 081329760006 | lelyana.pkmk@gmail.com
Anantasia Noviana, SE | 082116161620 | novi_pmpk@yahoo.com
DETEKSI DAN INVESTIGASI POTENSI FRAUD
DI RUMAH SAKIT BERDASAR PMK NO. 36/ 2015
Senin - Selasa, 25 - 26 Juni 2018 Pukul 08.30 – 16.00 WIB
LATAR BELAKANG
Rumah sakit seringkali tidak sadar telah melakukan tindakan kecurangan JKN.
Padahal gejala fraud dapat diketahui dan dilakukan pencegahannya sedini mungkin
dengan cara sedehana: deteksi dini potensi fraud. Deteksi potensi fraud dapat
menggunakan berbagai metode karena tidak ada satupun instrumen yang dapat
mendeteksi semua potensi fraud. Saat ini PKMK FK UGM telah mengembangkan 3
metode yang diharapkan dapat menangkap potensi fraud dengan lebih sensitif.
MATERI
NARASUMBER
SASARAN PESERTA
Peserta yang dapat mengikuti kegiatan ini adalah Anda yang merupakan:
KESAN PESERTA
dr. Ni Luh Dharma Kerti Natih, MHSM – RSUP dr. Sanglah, Denpasar
… Tapi bagus sekali, jadi saya sangat berterima kasih atas pelatihan ini dan saya
sudah share di FB bahwa ini sangat penting untuk dilakukan, atau diikuti oleh staf
di rumah sakit dimanapun di Indonesia …”
“Saya ikut pelatihan anti fraud ini sudah dua kali, tapi masih tidak tahu cara
membuat laporan, tidak ada. Baru pada pelatihan ini saya melihat bagaimana cara
mendeteksi, bagaimana cara melihat potensi fraud, dan lainnya …”
“ ...saya merasakan manfaat yang cukup besar dalam mengikuti pelatihan ini.
Secara umum, memang pemateri dan bahan materi yang diberikan sudah memadai
dan sangat bermanfaat. Insha Allah untuk pelaksanaan di rumah sakit, terutama
untuk menangani masalah fraud di rumah sakit. Tetapi mungkin sedikit usulan dari
saya mengenai mungkin ada semacam game dalam pelatihan supaya lebih
menarik.”
FASILITAS
1. Seminar kit.
2. Materi pelatihan dalam bentuk soft file.
3. Instrumen deteksi potensi fraud menggunakan data klaim, audit klinis, dan berkas
rekam medis dalam bentuk soft file.
4. Template laporan hasil deteksi dan investigasi potensi fraud di rumah sakit dalam
bentuk soft file.
5. Sertifikat kepesertaan dalam bentuk cetak.
Kami mendukung kehidupan bumi yang lebih hijau dan sehat. Makanya, kami
mengurangi pencetakan berbagai dokumen. Semua materi akan kami kirim ke
email Anda. Pastikan email Anda aktif dan storage email Anda cukup.
PERSIAPAN PESERTA
Hal-hal berikut perlu Anda siapkan dan lakukan sebelum Anda mengikuti MiBi:
• Tanpa ada data, PPK dan rekam medis, Anda tidak dapat praktikum.
BIAYA
KONTAK
Informasi Konten
Puti Aulia Rahma, drg., MPH | 081329358583 | copantifraudyankes@gmail.com
Informasi Penyelenggaraan
Anantasia Noviana, SE | 082116161620 | novi_pmpk@yahoo.com
Maria Lelyana | 081329760006 | lelyana.pkmk@gmail.com
DETEKSI POTENSI FRAUD DI RUMAH SAKIT
MENGGUNAKAN BERKAS REKAM MEDIS
Selasa, 15 Mei 2018 Pukul 09.00 – 13.00 WIB
LATAR BELAKANG
Rumah sakit seringkali tidak sadar telah melakukan tindakan kecurangan JKN.
Padahal gejala fraud dapat diketahui dan dilakukan pencegahannya sedini mungkin
dengan cara sedehana: deteksi dini potensi fraud. Salah satu bahan deteksi potensi
fraud adalah berkas rekam medis. Menurut PERMENKES No:
269/MENKES/PER/III/2008 yang dimaksud rekam medis adalah berkas yang berisi
catatan dan dokumen antara lain identitas pasien, hasil pemeriksaan, pengobatan
yang telah diberikan, serta tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan
kepada pasien.
Rekam medis merupakan data yang kaya terdiri dari catatan-catatan data pasien
yang dilakukan selama pelayanan kesehatan. Data-data ini bila ditelusur dapat
membantu kita menggali potensi-potensi fraud yang disebut dalam PMK No. 36/
2015. Deteksi potensi fraud membutuhkan instrumen yang sensitif hingga dapat
membantu kita menggali sebanyak-banyaknya potensi fraud yang ada di rumah
sakit.
MATERI
NARASUMBER
Narasumber dalam kegiatan ini adalah drg. Puti Aulia Rahma, MPH
– yang sekaligus merupakan pengelola Community of Practice (CoP) Anti Fraud
Layanan Kesehatan – PKMK FKKMK UGM. Narasumber bergabung di Divisi
Manajemen Mutu – PKMK FKKKMK UGM sejak 2010. Sejak 2014 fokus dalam
edukasi, pengembangan instrument dan regulasi, serta penelitian terkait
pencegahan dan pengendalian fraud layanan kesehatan. Kegiatan pengedalian
fraud layanan kesehatan ini dilaksanakan bekerja sama dengan Kementerian
Kesehatan, Dinas Kesehatan, BPJS Kesehatan, KPK, ACFE Indonesia, serta fasilitas-
fasilitas kesehatan seluruh Indonesia. Narasumber pernah mengikuti konferensi
anti fraud yang diselenggarakan oleh NHCAA di Amerika Serikat tahun 2014. Saat
ini sedang menjalani kursus persiapan untuk sertifikasi Certified Fraud
Examiner (CFE) pada Juni 2018.
SASARAN PESERTA
FASILITAS
Kami mendukung kehidupan bumi yang lebih hijau dan sehat. Makanya, kami
mengurangi pencetakan berbagai dokumen. Semua materi dan sertifikat akan kami
kirim ke email Anda. Pastikan email Anda aktif dan storage email Anda cukup.
PERSIAPAN PESERTA
Hal-hal berikut perlu Anda siapkan dan lakukan sebelum Anda mengikuti Bimtek:
1. Ruangan yang nyaman agar Anda dapat mengikuti webinar MiBi dengan baik.
2. Kami sarankan Anda menggunakan PC, laptop, maupun notebook – bukan Hp –
agar dapat megikuti webinar dan praktikum dengan nyaman.
3. Internet dengan bandwidth 2 MB.
4. Headset agar Anda dapat mendengar suara kami lebih jernih.
5. Download semua materi yang kami kirim via email. Bila Anda sempat, pelajari
sekilas materi tersebut.
6. PPK dan berkas rekam medis (termasuk resume medis untuk klaim) sesuai topik
(diagnosis/ tindakan) yang Anda pilih. Tanpa ada PPK dan rekam medis, Anda tidak
dapat praktikum.
BIAYA
Kontak
Informasi Konten
Puti Aulia Rahma, drg., MPH | 081329358583 | copantifraudyankes@gmail.com
Informasi Penyelenggaraan
Anantasia Noviana, SE | 082116161620 | novi_pmpk@yahoo.com
Maria Lelyana | 081329760006 | lelyana.pkmk@gmail.com
Fraud layanan kesehatan merupakan isu yang mengemuka sejak berlangsungnya
program JKN pada awal 2014 lalu. Awalnya isu fraud ini tidak dianggap serius oleh
berbagai pihak, sampai mendapat perhatian KPK.
KPK menyoroti isu kecurangan ini dan segera bertindak dengan menerbitkan instrumen
pemenuhan PMK No. 36/ 2015. Instrumen tersebut disusun untuk membantu Rumah
Sakit (RS) mengukur ketersediaan sumber daya untuk membangun sistem anti fraud.
Instrumen ini disusun pada tahun 2015.
Tidak hanya sampai disitu, KPK mencanangkan tahun 2018 ini sebagai tahun
penindakan bagi pihak-pihak yang terbukti melakukan fraud dalam layanan kesehatan.
Pihak yang paling utama disoroti adalah RS karena penelitian di seluruh dunia
menyebutkan 60% pelaku health care fraud adalah provider layanan kesehatan.
Mau tidak mau RS harus segera berbenah membentuk sistem pencegahan kecurangan
JKN. Tentunya, sistem ini harus mengadopsi apa yang sudah diamanatkan PKM No.
36/ 2015. Dalam PMK tersebut, setidaknya ada 6 komponen yang harus ada dalam
sistem anti fraud di RS.