Anda di halaman 1dari 10

A.

PENGERTIAN ANSIETAS
Istilah kecemasan dalam Bahasa Inggris yaitu anxiety yang berasal dari Bahasa Latin
angustus yang memiliki arti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik (Trismiati, dalam
Yuke Wahyu Widosari, 2010: 16). Steven Schwartz, S (2000: 139) mengemukakan
kecemasan berasal dari kata Latin anxius, yang berarti penyempitan atau pencekikan.
Kecemasan mirip dengan rasa takut tapi dengan fokus kurang spesifik, sedangkan ketakutan
biasanya respon terhadap beberapa ancaman langsung, sedangkan kecemasan ditandai oleh
kekhawatiran tentang bahaya tidak terduga yang terletak di masa depan. Kecemasan
merupakan keadaan emosional negatif
yang ditandai dengan adanya firasat dan somatik ketegangan, seperti hati berdetak kencang,
berkeringat, kesulitan bernapas.
Definisi yang paling menekankan mengenai kecemasan dipaparkan juga oleh Jeffrey S.
Nevid, dkk (2005:163) “kecemasan adalah suatu keadaan emosional yang mempunyai ciri
keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak menyenangkan, dan perasaan
aprehensif bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi”. Senada dengan pendapat sebelumnya,
Gail W. Stuart (2006: 144) memaparkan “ansietas/ kecemasan adalah kekhawatiran yang
tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya”.
Dari berbagai pengertian kecemasana (anxiety) yang telah dipaparkan di atas dapat
disimpulkan bahwa kecemasan adalah kondisi emosi dengan timbulnya rasa tidak nyaman
pada diri seseorang, dan merupakan pengalaman yang samar-samar disertai dengan
perasaan yang tidak berdaya serta tidak menentu yang disebabkan oleh suatu hal yang belum
jelas.

B. CIRI-CIRI DAN TANDA GEJALA ANSIETAS


Menurut Jeffrey S. Nevid, dkk (2005: 164) ada beberapa ciri-ciri kecemasan, yaitu :
1. Ciri-ciri fisik dari kecemasan, diantaranya yaitu kegelisahan, kegugupan, tangan atau
anggota tubuh yang bergetar atau gemetar, sensasi dari pita ketat yang mengikat di
sekitar dahi, kekencangan pada pori-pori kulit perut atau dada, banyak berkeringat,
telapak tangan yang berkeringat, pening atau pingsan, mulut atau kerongkongan terasa
kering, sulit berbicara, sulit bernafas, bernafas pendek, jantung yang berdebar keras atau
berdetak kencang, suara yang bergetar, jari-jari atau anggota tubuh yang menjadi dingin,
pusing, merasa lemas atau mati rasa, sulit menelan, kerongkongan merasa tersekat, leher
atau punggung terasa kaku, sensasi seperti tercekik atau tertahan, tangan yang dingin
dan lembab, terdapat gangguan sakit perut atau mual, panas dingin, sering buang air
kecil, wajah terasa memerah, diare, dan merasa sensitif atau “mudah marah”.
2. Ciri-ciri behavioral dari kecemasan, diantaranya yaitu perilaku menghindar, perilaku
melekat dan dependen, dan perilaku terguncang.
3. Ciri-ciri kognitif dari kecemasan, diantaranya yaitu khawatir tentang sesuatu, perasaan
terganggu akan ketakutan atau aprehensi terhadap sesuatu yang terjadi di masa depan,
keyakinan bahwa sesuatu yang mengerikan akan segera terjadi, tanpa ada penjelasan
yang jelas, terpaku pada sensasi ketubuhan, sangat waspada terhadap sensasi ketubuhan,
merasa terancam oleh orang atau peristiwa yang normalnya hanya sedikit atau tidak
mendapat perhatian, ketakutan akan kehilangan kontrol, ketakutan akan
ketidakmampuan untuk mengatasi masalah, berpikir bahwa dunia mengalami
keruntuhan, berpikir bahwa semuanya tidak lagi bisa dikendalikan, berpikir bahwa
semuanya terasa sangat membingungkan tanpa bisa diatasi, khawatir terhadap hal-hal
yang sepele, berpikir tentang hal mengganggu yang sama secara berulang-ulang,
berpikir bahwa harus bisa kabur dari keramaian, kalau tidak pasti akan pingsan, pikiran
terasa bercampur aduk atau kebingungan, tidak mampu menghilangkan pikiran-pikiran
terganggu, berpikir akan segera mati, meskipun dokter tidak menemukan sesuatu yang
salah secara medis, khawatir akan ditinggal sendirian, dan sulit berkonsentrasi.

Sedangkan menurut Dadang Hawari (2006: 65-66) mengemukakan gejala kecemasan


diantaranya :
1. Cemas, khawatir, tidak tenang, ragu dan bimbang
2. Memandang masa depan dengan rasa was-was (khawatir)
3. Kurang percaya diri, gugup apabila tampil di muka umum (demam panggung)
4. Sering merasa tidak bersalah, menyalahkan orang lain
5. Tidak mudah mengalah, suka ngotot
6. Gerakan sering serba salah, tidak tenang bila duduk, gelisah
7. Sering mengeluh ini dan itu (keluhan-keluhan somatik), khawatir berlebihan terhadap
penyakit
8. Mudah tersinggung, suka membesar-besarkan masalah yang kecil (dramatisasi)
9. Dalam mengambil keputusan sering diliputi rasa bimbang dan ragu
10. Bila mengemukakan sesuatu atau bertanya seringkali diulang-ulang
11. Kalau sedang emosi sering kali bertindak histeris

C. PSIKOPATOLOGI ANSIETAS
Psikopatologi adalah patologi kelainan jiwa, cabang ilmu kedokteran yang
mempelajari sebab-sebab dan sifat gangguan jiwa. Psikopatologi merupakan suatu studi
tentang gangguan mental mencakup pikiran, perasaan dan perilaku yang abnormal.
Psikopatologi cenderung menunjukkan penyimpangan dan lebih evaluatif dari pada
kepribadian. Dalam psikologi abnormal, ditemukan pola yang relatif stabil dalam tingkah
laku, afek, motivasi, dan/ atau kognisi yang menunjukkan perbedaan individu dan
demikian sesuai dengan definisi kepribadian. Psikopatologi mungkin dianggap
memerlukan diagnosis ahli, sedangkan kepribadian diukur dengan menggunakan penilaian
diri dan informan. Namun penilaian diri dan informan banyak digunakan secara luas dalam
pengukuran psikopatologi dan pengamatan oleh pakar juga dapat berguna dalam penilaian
kepribadian.
Dua konsep yang sangat berhubungan terhadap perkembangan psikopatologi adalah:
1. Kompetensi
Kompetensi telah lama dihubungkan dengan ide mengenai adaptasi manusia dan
fungsi adaptif.
2. Pertahanan
Konsep pertahanan merefleksikan gagasan perkembangan bahwa terdapat variasi
fungsi berdasarkan tingkat kesulitan atau kerugiannya, tapi mengarah pada bagaimana
individu dari kesulitan dan kerugian mengembangkan ketahanan. Mengidentifikasi
pertahanan membutuhkan dua penilaian penting, satu mengenai paparan terhadap
kesulitan dan lainnya bagaimana seseorang bertahan dalam kehidupan. Pertahanan
disimpulkan saat pengalaman seseorang secara signifikan mengancam perkembangan
atau adaptasi tapi tetap baik meski terdapat tekanan.

D. PSIKODINAMIKA ANSIETAS
Menurut pandangan psikodinamika, kecemasan adalah suatu sinyal kepada ego
bahwa terdapat suatu dorongan dari id atau impuls yang tidak dapat diterima atau
mendapat tekanan yang besar dari superego dalam merealisasikan (memuaskan) dorongan
tersebut. Sebagai suatu sinyal, kecemasan menyadarkan ego untuk mengambil tindakan
defensif terhadap tekanan yang muncul dari dalam diri manusia. Jika kecemasan naik di
atas tingkat terendah dari karakteristik atau fungsinya sebagai sinyal, maka kecemasan
dapat timbul sebagai gangguan – sudah melebihi ambang batas karakteristik atau
fungsinya sebagai sinyal – yang akan bermanifestasi dengan serangan panik yang hebat.
Idealnya, penggunaan represi menyebabkan terjadinya pemulihan keseimbangan
psikologis tanpa pembentukan gejala, karena represi yang efektif dapat menahan dorongan
dan afek serta khayalan yang menyertainya, menahan keduanya agar tetap di bawah
kontrol kesadaran. Jika represi tidak berhasil, maka mekanisme pertahanan lain (seperti
konversi, pengalihan, dan regresi) akan diperankan secara maksimal dan akan
menunjukkan gejala-gejala berupa gangguan neurotik yang klasik seperti histeria, fobia,
dan neurosis obsesif-kompulsif.
Dalam teori psikoanalitik (psikodinamika), kecemasan digolongkan ke dalam empat
kategori utama berdasarkan pada akibat yang ditimbulkannya atau biasa juga dibahasakan
“berdasarkan akibat yang ditakutinya”, yaitu:
1. Kecemasan id atau impuls
2. Kecemasan perpisahan
3. Kecemasan kastrasi
4. Kecemasan superego.

Varietas kecemasan tersebut dihipotesiskan akan berkembang pada berbagai


stadium pertumbuhan dan perkembangan. Kecemasan id atau impuls berhubungan dengan
adanya ketidaknyamanan primitif dan difus dari seseorang jika mereka dilanda oleh
kebutuhan dan berbagai stimulus dengan kondisi ketidakberdayaan dimana mereka tidak
mungkin mengendalikan hal itu. Contohnya pada bayi dengan segala bentuk
ketidakberdayaan yang dimilikinya.
Kecemasan perpisahan terjadi pada anak-anak yang agak besar tetapi masih dalam
masa praoedipal, yang takut kehilangan cinta atau bahkan ditelantarkan oleh orang tuanya
jika mereka gagal mengendalikan dan mengarahkan impuls-impulsnya sesuai dengan
standar kebutuhan orang tuanya.
Fantasi kastrasi yang menandai anak oedipal, khususnya dalam hubungan dengan
impuls seksual anak yang sedang berkembang, dicerminkan dalam kecemasan kastrasi dari
masa dewasa. Kecemasan superego adalah akibat langsung dari perkembangan akhir
superego yang menandai berlalunya kompleks oedipus dan datangnya periode latensi
pubertal. Beberapa ahli psikoanalisis berbeda pandangan tentang sumber dan sifat
kecemasan. Otto Rank, sebagai contoh, mengembalikan terjadinya semua kecemasan
kepada trauma kelahiran. Sedangkan Harry Stack Sullivan menekankan bahwa hubungan
awal antara ibu dan anak merupakan proses transmisi kecemasan ibu kepada bayinya.
Akan tetapi, terlepas dari semua itu, terapi gangguan kecemasan biasanya melibatkan
psikoterapi atau psikoanalisis yang berorientasi-tilikan jangka panjang yang diarahkan
pada pembentukan suatu transferensi, yang memungkinkan terjadinya resolusi gejala
neurotik.

E. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN PASIEN ANSIETAS
a. Definisi
Ansietas adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar karena ketidak
nyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respons (sumber seringkali tidak
spesifik atau tidak diketahui oleh individu). Suatu perasaan takut akan terjadi
sesuatu yang disebabkan oleh antisipasi bahaya. Ini merupakan sinyal yang
menyadarkan bahwa peringatan tentang bahaya yang akan datang dan
memperkuat individu mengambil tindakan menghadapi ancaman.

b. Tingkatan Ansietas
Menurut Stuart dan Sundeen (1998:175-176), tingkat ansietas sebagai berikut :
1) Ansietas ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan
menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan
persepsinya. Ansietas memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan
kreativitas.
2) Ansietas sedang
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan
mengesampingkan yang lain, sehingga seseorang mengalami perhatian yang
selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.
3) Ansietas Berat
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk
memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir
tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan.
Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada
suatu area lain.
4) Tingkat Panik
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Rincian terpecah dari
proporsinya, tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan.
Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Terjadi peningkatan aktivitas
motorik, menurunnya kemampuan berhubungan dengan orang lain, persepsi
menyimpang, kehilangan pemikiran rasional.

c. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart dan Laraia (1998: 177-181) terdapat beberapa teori yang
dapat menjelaskan ansietas, diantaranya:
1) Faktor Biologis,
Otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine. Reseptor ini
membantu mengatur ansietas. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan
fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi
stressor.
2) Faktor Psikologis
 Pandangan Psikoanalitik
 Pandangan Interpersonal,
 Pandangan Perilaku
3) Sosial Budaya
Ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga. Ada tumpang
tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan
depresi. Faktor ekonomi, latar belakang pendidikan berpengaruh terhadap
terjadinya ansietas.

d. Faktor Presipitasi
 Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis
yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas
hidup sehari-hari.
 Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas,
harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.
e. Sumber Koping
Individu mengatasi ansietas dengan menggerakkan sumber koping di
lingkungan.

f. Mekanisme Koping
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme koping
sebagai berikut :
 Reaksi yang berorientasi pada tugas
Upaya yang disadari dan berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara
realistic tuntutan situasi stres, misalnya perilaku menyerang untuk mengubah
atau mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan, menarik diri untuk
memindahkan dari sumber stress, kompromi untuk mengganti tujuan atau
mengorbankan kebutuhan personal.
 Mekanisme pertahanan ego
Membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang, tetapi berlangsung tidak
sadar dan melibatkan penipuan diri dan distorsi realitas dan bersifat
maladaptif.

2. DATA YANG DIKAJI


1) Perilaku.
Ditandai dengan dengan produktivitas menurun, mengamati dan waspada, kontak
mata jelek, gelisah, melihat sekilas sesuatu, pergerakan berlebihan (seperti foot
shuffling, pergerakan lengan/ tangan), ungkapan perhatian berkaitan dengan
merubah peristiwa dalam hidup, insomnia, perasaan gelisah.
2) Afektif
Menyesal, iritabel, kesedihan mendalam, takut, gugup, sukacita berlebihan, nyeri
dan ketidak berdayaan meningkat secara menetap, gemeretak, ketidak pastian,
kekhawatiran meningkat, fokus pada diri sendiri, perasaan tidak adekuat,
ketakutan, distressed, khawatir, prihatin dan mencemaskan.
3) Fisiologis
Suara bergetar, tremor, respirasi meningkat (Simpatis), kesegeraan berkemih
(Parasimpatis), nadi meningkat (Simpatis), dilasi pupil (Simpatis), refleks-refleks
meningkat (Simpatis), nyeri abdomen (Parasimpatis), gangguan tidur
(Parasimpatis), perasaan geli pada ekstremitas (Parasimpatis), eksitasi
kardiovaskuler (Simpatis), Peluh meningkat, wajah tegang, anoreksia (Simpatis),
jantung berdebar-debar (Simpatis), diarhea (Parasimpatis), keragu-raguan
berkemih (Parasimpatis), kelelahan (Parasimpatis), mulut kering (Simpatis),
kelemahan (Simpatis), nadi berkurang (Parasimpatis), wajah bergejolak
(Simpatis), vasokonstriksi superfisial (Simpatis), berkedut (Simpatis), tekanan
darah menurun (Parasimpatis), mual (Parasimpatis), keseringan berkemih
(Parasimpatis), pingsan (Parasimpatis), sukar bernafas (Simpatis), tekanan darah
meningkat (Parasimpatis).
4) Kognitif
Hambatan berfikir, bingung, preokupasi, pelupa, perenungan, perhatian lemah,
lapang persepsi menurun, takut akibat yang tidak khas, cenderung menyalahkan
orang lain., sukar berkonsentrasi, kemampuan berkurang terhadap memecahkan
masalah dan belajar, kewaspadaan terhadap gejala fisiologis.

3. FAKTOR YANG BERHUBUNGAN


Terpapar toksin, konflik tidak disadari tentang pentingnya nilai-nilai atau tujuan
hidup, hubungan kekeluargaan atau keturunan, kebutuhan yang tidak terpenuhi,
interpersonal–transmisi atau penularan, krisis situasional atau maturasi, ancaman
kematian, ancaman terhadap konsep diri, stress, penyalahgunaan zat, ancaman
terhadap atau perubahan dalam: Status peran, status kesehatan, pola interaksi, fungsi
peran, lingkungan, status ekonomi. (NANDA 2005-2006: 9-11).

4. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Harga diri Rendah
2) Gangguan citra tubuh
3) Ansietas
4) Koping Individu inefektif
5) Kurangnya pengetahuan

5. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KLIEN DENGAN ANSIETAS


A. Proses Keperawatan
1) Kondisi Klien Hasil Wawancara
Klien mengatakan khawatir bahwa setelah operasi matanya malah tidak bisa
melihat sama sekali. Mengeluh jantung berderbar-debar, susah tidur, mulut
kering, gelisah ,tangan berkeringat dingin, fokus perhatian hanya pada setelah
operasi, ransang luar tidak mampu diterima, dan lapangan pesepsi menyempit.
Hasil Observasi :
Ekspresi wajah terlihat tegang, rentang perhatian menyempit, perubahan
tanda-tanda vital (nadi dan tekanan darah naik), tampak sering nafas pendek,
gerakan tersentak–sentak, meremas-remas tangan dan tampak bicara banyak
dan lebih cepat.
2) Diagnosa Keperawatan
Cemas
3) Tujuan tindakan keperawatan
a) Klien dapat mengenal ansietas
b) Klien dapat mengatasi ansietas melalui latihan relaksasi
c) Klien dapat memperagakan dan menggunakan latihan relaksasi untuk
mengatasi ansietas.
d) Melibatkan Keluarga dalam latihan yang telah disusun
4) Tindakan keperawatan :
a) Bina hubungan saling percaya
b) Kaji kebutuhan rasa aman klien
c) Sediakan waktu untuk ekspress feeling
d) Latihan teknik relaksasi dan reduksi stress
e) Membuat rencana latihan teknik relaksasi dan reduksi stress
f) Mempraktikkan teknik relaksasi dan reduksi stress dalam kehidupan sehari
hari
DAFTAR PUSTAKA

Bintang Mara Setiawan. (2013). “Kesepian Pada Lansia di Panti Werdha Sultan Fatah Demak.”
Skripsi. Semarang: Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Semarang.

Dadang Hawari. (2006). Manajemen Stres, Cemas dan Depresi. Jakarta: Gaya Baru.

Desmita. (2007). Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Elida Prayitno. (2006). Psikologi Orang Dewasa. Padang: Angkasa Raya.

Gail W. Stuart. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Alih Bahasa: Ramona P. Kapoh & Egi
Komara Yudha. Jakarta: EGC.

Heningsih. (2014). “Gambaran Tingkat Ansietas pada Lansia di Panti Wredha Dharma Bhakti
Kasih Surakarta.” Skripsi. Surakarta: Program Studi S-1 Keperawatan, Stikes Kusuma
Husada Surakarta.

Ifdil, B Khairul. (2015). The Effectiveness of Peer-Helping to Reduce Academic-Stress of


Students.Addictive Disorders & Their Treatment, 14(4), 176-181.

Anda mungkin juga menyukai