Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PROSES DEGENERATIF
2017/2018
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami
ucapkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya kepada kami, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini, mengenai PROSES
DEGENERATIF.
Makalah ini sudah selesai kami susun dengan maksimal dengan bantuan dari berbagai
pihak sehingga memperlancar pembuatan makalah ini .
Terlepas dari semua itu, kami menyadari seutuh nya bahwa masih jauh dari kata
sempurna baik dari segi sususnan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu , kami
terbuka untuk menerima segala masukan dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca
sehingga kami bisa melakukan perbaikan makalah sehingga menjadi makalah yang baik dan
benar.
Akhir kata kami meminta semoga makalah ini bisa bemanfaat ataupun inspirasi bagi
pembaca.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
BAB I . PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................................. 5
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................................................................... 5
1.4 Manfaat ...................................................................................................................................................... 5
BAB II . PEMBAHASAN
2.1 Pengertian proses degenaratif .................................................................................................. 6
2.2 Faktor predisposisi proses degeneratif .............................................................................. 9
2.3 Proses terjadinya degeneratif.................................................................................................... 11
2.4 Bentuk degeneratif ........................................................................................................................... 14
2.5 Jenis penyakit degeneraatif ........................................................................................................ 17
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2 Rumusan masalah
1. Apa pengertian proses degenaratif?
2. Apa faktor predisposisi proses degeneratif?
3. Bagaimana proses terjadinya degeneratif?
4. Apa bentuk degeneratif?
5. Apa jenis penyakit degeneraatif?
1.4 Manfaat
Dari hasil makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis, pembaca dan
khususnya Mahasiswa POLTEKKES KEMENKES PADANG PRODI DIII
KEPERAWATAN SOLOK.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Banyak teori tentang terjadinya degeneratif sel yang memicu terjadinya penyakit
degeneratif antara lain teori biologis, teori kejiwaan sosial, teori psikologis, teori kesalahan
genetik, dan teori penuaan akibat metabolisme (Santoso, 2009).
1. Teori biologis
Teori biologis tentang penuaan dapat dibagi menjadi teori intrinsik dan ekstrinsik.
Intrinsik berarti perubahan yang timbul akibat penyebab di dalam sel sendiri, sedang teori
ekstrinsik menjelaskan bahwa penuaan yang terjadi diakibatkan pengaruh lingkungan.
a. Teori Genetik Clock
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies
tertentu. Tiap spesies di dalam inti selnya mempunyai suatu jam genetik yang
telah diputar menurut suatu replikasi tertentu dan akan menghitung mitosis.
Jika jam ini berhenti, maka spesies akan meninggal dunia.
b. Teori Mutasi Somatik (Error Catastrophe Theory)
Penuaan disebabkan oleh kesalahan yang beruntun dalam jangka waktu yang
lama melalui transkripsi dan translasi. Kesalahan tersebut menyebabkan
terbentuknya enzim yang salah dan berakibat pada metabolisme yang salah,
sehingga mengurangi fungsional sel.
c. Teori Autoimun (Auto Immune Theory)
Menurut teori ini proses metabolisme tubuh suatu saat akan memproduksi zat
khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap suatu zat,
sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
d. Teori Radikal Bebas
Radikal bebas merupakan senyawa/molekul yang mengandung electron bebas
lebih dari satu. Hal ini menyebabkan radikal bebas tersebut bersifat sangat
reaktif. Radikal bebas merupakan rective oxigenes species (ROS). Semua
molekul yamg mengandung oksigen dengan sifat reaktivitas yang tinggi
dikelompokan dalam ROS. Beberapa tipe ROS antara lain hydroxyl radical,
the superoxide anion radical, hydrogen peroxide, singlet oxygen, nitric oxide
radical,hypochlorite radical, dan lipid peroxides. (Percival, 1998; Valco et al.,
2007). Dalam kondisi normal radikal bebas tersebut sebenarnya dapat
menguntungkan antara lain: melawan inflamasi & bakteri dan berperan dalam
mengatur tonus otot polos pada organ tubuh. Paparan radikal bebas yang
berlebihan dapat terjadi dari: sinar ultraviolet, asap rokok, polusi urdara,
7
makanan, insektisida dan stress. Radikal bebas yang berlebihan merupakan
faktor yang menimbulkan terjadinya degenerasi seluler. Hal ini akan
mempermudah terjadinya penyakit-penyakit degenerasi antara lain: diabetes
mellitus, penyakit jantung otoner, katarak senilism kanker, stroke, demensia
dan lain-lain.
e. Teori Pemakaian dan Rusak
elebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah (rusak).
f. Teori Virus
Perlahan-Lahan Menyerang Sistem Sistem Kekebalan Tubuh (Immunology
Slow Virus Theory). Menurut teori ini penuaan terjadi sebagai akibat dari
sistem imun yang kurang efektif seiring dengan bertambahnya usia.
g. Teori Rantai Silang
Menurut teori ini penuaan terjadi sebagai akibat adanya reaksi kimia sel-sel
yang tua atau yang telah usang menghasilkan ikatan yang kuat, khususnya
jaringan kolagen.
3. Teori Psikologis
8
terhambatnya pembentukan sel berikutnya, sehingga mengakibatkan kematian sel. Pada saat
sel mengalami kematian orang akan tampak menjadi tua.
1. Stress Berlebihan
Sejak dulu, kita tahu bahwa stres yang berlebihan dapat menurunkan daya
tahan tubuh seseorang dan memacu resiko penyakit jantung, serta membuat kita tidak
nyaman. Stres yang berlebihan juga memacu penuaan dini. Ibu-ibu yang memiliki
anak-anak dengan penyakit kronis merupakan orang-orang yang mengalami stres, dan
mengalami penuaan dini yang paling ekstrim.
Cara cepat untuk mengurangi stres adalah dengan menarik nafas dalam-dalam
yang disebut dengan pernafasan difragmatik. Untuk jangka panjangnya, luangkan
waktu untuk melakukan hal-hal yang dapat mengurangi stres Anda.
2. Minum Alkohol
3. Kurang Bergerak
9
kaki selama 30 menit atau lebih banyak selama lima kali atau lebih dalam satu
minggu.
Lemak yang dikonsumsi secara berlebihan dapat memacu kolesterol tinggi dan
merangsang penyakit jantung. Biasakan diri Anda untuk mengkonsumsi makanan
yang non-kolesterol dan berkadar lemak rendah.
Tips: Takar asupan lemak, jangan lebih dari 10 persen (atau kurang) dari seluruh
kalori.
5. Merokok
Untuk mengurangi bahaya kanker dan kerutan dini, Anda dapat mengganti
rokok dengan permen karet rasa nikotin. Berdasarkan penelitian di tahun 2004,
permen karet rasa nikotin memberikan hasil dua kali lipat dimana perokok berhenti
merokok dibandingkan dengan keinginan/janji si perokok untuk berhenti merokok.
Polusi udara dapat menyebabkan batuk dan sakit mata/mata perih dan hal ini
berhubungan dengan serangan pada penyakit asma dan saluran pernafasan. Usahakan
untuk berada di dalam ruangan sebanyak yang Anda bisa bila kadar udara sedang
tinggi.
Batasi diri Anda dari sengatan sinar matahari dan gunakan tabir matahari,
paling tidak yang mengandung SPF 15 untuk mencegah resiko kanker kulit dan juga
kerutan.
8. Kurang Tidur
Kurang tidur berhubungan dengan obesitas, diabetes, tekanan darah tinggi dan
masalah ingatan. Singkirkan segera televisi dan benda-benda elektronik lain yang
mengganggu ketenangan dari kamar tidur Anda. Tata ulang kamar tidur Anda dan
10
ciptakan suasana kamar tidur yang nyaman dengan lampu yang temaram yang
membuat Anda tidur dengan nyenyak.
Terdapat beberapa teori yang menunjukkan proses awal terjadinya penyakit degeneratif
di dalam tubuh manusia, yaitu:
1. Adanya hubungan antara transisi demografi, epidemiologi, dan kesehatan.
Pada tahap awal kematian, penyakit infeksi dan parasitik yang berkaitan dengan
depriviasi kondisi lingkungan dan sosial mengawali penurunan. Pada tahap ini terjadi
seleksi terhadap umur dalam bertahan hidup. Tahap selanjutnya adalah saat di mana
fertilitas mulai menurun. Di sini struktur umur mulai berubah dengan meningkatnya
umur lansia. Pada tahap ini penyakit degeneratif mulai muncul dan penyakit kronis
mulai mewarnai profil kesehatan penduduk. Tahap ketiga adalah saat di mana
kematian dan kelahiran rendah, pada tahap ini penyakit degeneratif menjadi dominan
dalam profil kesehatan penduduk.
Dari uraian tersebut, tampak bahwa gambaran pola penyakit penyebab utama
kematian di Indonesia telah menunjukkan adanya transisi epidemiologi yang diikuti
11
dengan transisi demografi, yakni bergesernya penyebab kematian utama dari penyakit
infeksi ke penyakit non-infeksi (degeneratif). Hal ini tampak pada periode 1986–
2001, di mana terjadi penurunan persentase kematian dari kelompok umur muda (bayi
dan 1–4 tahun) dan peningkatan persentase kematian pada kelompok umur tua (≥ 55
tahun). Dalam kurun waktu 20 tahun (SKRT 1980–2001), proporsi kematian penyakit
infeksi menurun secara signifikan, namun proporsi kematian karena penyakit
degeneratif (jantung dan pembuluh darah, neoplasma, endokrin) meningkat 2–3 kali
lipat. Penyakit stroke dan hipertensi di sebagian besar rumah sakit cenderung
meningkat dari tahun ke tahun dan selalu menempati urutan teratas. Dalam jangka
panjang, prevalensi penyakit jantung dan pembuluh darah diperkirakan akan semakin
bertambah.
12
Banyaknya kemudahan fasilitas membuat aktivitas fisik jauh berkurang. Kondisi ini
akan semakin buruk bila tidak diimbangi dengan olahraga (Tjokroprawiro, A).
Radikal bebas merupakan atom atau molekul yang sifatnya sangat tidak stabil
(mempunyai 1 elektron atau lebih tanpa pasangan), sehingga untuk memperoleh
pasangan elektron senyawa ini sangat reaktif dan merusak jaringan. Senyawa radikal
bebas timbul akibat berbagai proses kimia kompleks dalam tubuh, berupa hasil
sampingan dari proses oksidasi atau pembakaran sel yang berlangsung pada waktu
bernapas, metabolisme sel, olahraga yang berlebihan, peradangan atau ketika tubuh
terpapar polusi lingkungan seperti asap kendaraan bermotor, asap rokok, bahan
pencemar, dan radiasi matahari atau radiasi kosmis. Karena secara kimia molekulnya
tidak lengkap, radikal bebas cenderung “mencuri” partikel dari molekul lain, yang
kemudian menimbulkan senyawa tidak normal dan memulai reaksi berantai yang
dapat merusak sel-sel penting dalam tubuh. Radikal bebas inilah penyebab berbagai
keadaan patologis seperti penyakit lever, jantung koroner, katarak, penyakit hati dan
13
dicurigai pula pada proses penuaan dini. Sebenarnya reaksi pembentukan radikal
bebas merupakan mekanisme biokimia tubuh normal. Radikal bebas lazimnya hanya
bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah menjadi substansi yang tak lagi
membahayakan tubuh. Namun, bila radikal bebas sempat bertemu dengan enzim atau
asam lemak tak jenuh ganda, maka ini merupakan awal dari kerusakan sel. Salah satu
di antaranya adalah kerusakan lipid peroksida. Ini terjadi bila asam lemak tak jenuh
terserang radikal bebas. Dalam tubuh kita, reaksi antar zat gizi dengan radikal bebas
akan menghasilkan peroksidasi yang selanjutnya dapat menyebabkan kerusakan sel,
yang dianggap salah satu penyebab terjadinya berbagai penyakit degeneratif
(kemunduran fungsi tubuh).
A. Degenerasi Albuminosa
Pembengkakan sel adalah manifestasi awal sel terhadap semua jejas sel.
Perubahan morfolofi yang terjadi sulit dilihat dengan mikroskop cahaya. Bila
pembengkakan sel sudah mengenai seluruh sel dalam organ, jaringan akan tampak
pucat, terjadi peningkatan turgor, dan berat organ.
Gambaran mikroskopis menunjukkan sel membengkak menyebabkan desakan
pada kapiler-kapiler organ. Bila penimbunan air dalam sel berlanjut karena jejas sel
semakin berat, akan timbul vakuola-vakuola kecil dan nampak cerah dalam
sitoplasma. Vakuola yang terjadi disebabkan oleh pembengkakan reticulum
endoplasmik.
Awalnya terjadi akibat terkumpulnya butir-butir protein di dalam sitoplasma,
sehingga sel menjadi bengkak dan sitoplasma menjadi keruh (cloudy swelling:
bengkak keruh). Contohnya adalah pada penderita pielonefritis atau pada beberapa
jam setelah orang meninggal. Banyak ditemukan pada tubulus ginjal. (Halim, 2010)
14
Sel yang mengalami degenerasi hidropik secara mikroskopis tampak sebagai
berikut :
1. Sel tampak membesar atau bengkak karena akumulasi air dalam sitoplasmanya.
2. Sitoplasma tampak pucat.
3. Inti tetap berada di tengah.
4. Pada organ hati, akan tampak lumen sinusoid itu menyempit.
5. Pada organ ginjal, akan tampak lumen tubulus ginjal menyempit.
6. Pada keadaan ekstrim sitoplasma sel akan tampak jernih dan ukuran sel makin
membesar (Balloning Degeneration) sering ditemukan pada sel epidermal yang
terinfeksi epitheliotropic virus, seperti pada pox virus.
Sedangkan secara makroskopis, sel akan tampak normal sampai bengkak,
bidang sayatan tampak cembung, dan lisis dari sel epidermal.
Degenerasi Hidropik sering dijumpai pada sel endothel, alveoli, sel epitel
tubulus renalis, hepatosit, sel-sel neuron dan glia otak. Dari kesekian sel itu, yang
paling rentan adalah sel-sel otot jantung dan sel sel pada otak. Etiologinya sama
dengan pembengkakan sel hanya intensitas rangsangan patologik lebih berat dan
jangka waktu terpapar rangsangan patologik lebih lama.
Secara miokroskopik organ yang mengalami degenerasi hidrofik menjadi lebih
besar dan lebih berat daripada normal dsan juga nampak lebih pucat. Nampak juga
vakuola-vakuola kecil sampai besar dalam sitoplasma.
Degenerasi ini menunjukkan adanya edema intraseluler, yaitu adanya
peningkatan kandungan air pada rongga-rongga sel selain peningkatan kandungan air
pada mitokondria dan reticulum endoplasma. Pada mola hedatidosa telihat banyak
sekali. gross (gerombolan) mole yang berisi cairan. Mekanisme yang mendasari
terjadinya generasi ini yaitu kekurangan oksigen, karena adanya toksik, dan karena
pengaruh osmotik.
C. Degenerasi Lemak
Degenerasi lemak dan perubahan perlemakan (fatty change) menggambarkan
adanya penimbunan abnormal trigliserid dalam sel parenkim. Perubahan perlemakan
sering terjadi di hepar karena hepar merupakan organ utama dalam metabolisme
lemak selain organ jantung, otot dan ginjal.
Etiologi dari degenerasi lemak adalah toksin, malnutrisi protein, diabetes
mellitus, obesitas, dan anoksia. Jika terjadi gangguan dalam proses metabolisme
lemak, akan timbul penimbunan trigliserid yang berlebihan. Akibat perubahan
15
perlemakan tergantung dari banyaknya timbunan lemak. Jika tidak terlalu banyak
timbunan lemak, tidak menyebabkan gangguan fungsi sel, tetapi jika timbunan lemak
berlebihan, terjadi perubahan perlemakan yang menyebabkan nekrosis.
E. Degenerasi Zenker
Dahulu dikenal sebagai degenerasi hialin pada otot sadar yang mengalami
nekrosis. Otot yang mengalami degenerasi zenker adalah otot rektus abdominis dan
diafragma.
16
2.5 Jenis Penyakit Degeneratif
Faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit ini antara lain:
1. Kebiasaan makan makanan manis
2. Kelebihan berat badan
3. Genetik
4. Jarang berolah raga
17
Penyebab glukosa tidak dapat digunakan di dalam tubuh pada diabetes tipe 2
adalah:
1. Resistensi insulin pada sel - sel.
Agar sel dapat menggunakan glukosa dari dalam darah diperlukan insulin.
Pada penderita dengan penyakit ini, ditemukan bahwa sel - sel tersebut menjadi
kurang sensitif terhadap insulin. Walaupun terdapat insulin di dalam tubuh, tetapi sel
tersebut tidak dapat menggunakannya. Hal tersebut menyebabkan kadar gula dalam
darah menjadi tinggi.
2. Produksi insulin yang rendah oleh pancreas
Insulin dihasikanl oleh sel beta pankreas. Produksi insulin yang tidak mencukupi
kebutuhan menyebabkan tubuh tidak dapat menggunakan glukosa di dalam darah.
2. Osteoartritis (OA)
OA merupakan penyakit degeneratif yang menyebabkan kerusakan jaringan tulang
rawan pada sendi yang ditandai dengan perubahan pada tulang. Faktor resiko terjadinya
penyakit ini adalah genetik, perempuan, riwayat benturan pada sendi, usia dan obesitas.
Gejala yang dapat ditemukan pada penyakit ini adalah:
1. Nyeri pada sendi terutama setelah beraktivitas dan membaik setelah beristirahat
2. Kadang dapat ditemukan kekakuan di pagi hari, durasi tidak lebih dari 30 menit.
Gejala tersebut menyebabkan kesulitan untuk melakukan aktivitas sehari - hari dan
bekerja. Umumnya sendi yang terkena adalah sendi - sendi yang menopang tubuh seperti
lutut, panggul, dan punggung.
Untuk mendiagnosis penyakit ini diperlukan pemeriksaan fisik terhadap sendi yang
terkena dan pemeriksaan penunjang untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit lain.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan berupa rontgen pada sendi yang terkena dan
laboratorium. Pada roentgen dapat ditemukan perubahan bentuk dari sendi yang terkena.
3. Osteoporosis
Osteoporosis adalah penyakit degeneratif pada tulang yang ditandai dengan rendahnya
massa tulang dan penipisan jaringan tulang. Hal tersebut dapat menyebabkan tulang menjadi
rapuh dan mudah patah.
Diagnosis dari penyakit ini berdasarkan massa tulang. Disebut osteoporosis apabila
massa tulang <-2,5 standar deviasi (SD) massa tulang normal, dan disebut osteopenia apabila
18
massa tulang antara -1 hingga -2,5 SD. Karena penyakit ini tidak memberikan gejala hingga
terjadi patah tulang, maka penting untuk dilakukan skrining untuk mencegah penyakit ini.
Selain itu, penderita juga harus menjadi diri dan melakukan penyesuaian agar tidak mudah
jatuh, misalnya kamar mandi menggunakan lantai yang kasar.
19
1. Nyeri di dada, dengan ciri khas nyeri di dada kiri, nyeri menjalar ke tangan kiri dagu.
Pada beberapa kasus, nyeri dada dapat bersifat tidak khas seperti nyeri di ulu hati, nyeri
menjalar ke punggung, dan nyeri menjalar ke lengan kanan.
2. Sensasi berat di dada seperti ditimpa benda berat, nyeri yang tajam dan menusuk di
dada, dan seperti diremas - remas.
3. Jantung berdebar – debar.
4. Nyeri dan sesak napas timbul apabila beraktivitas berat dan mereda setelah
beristirahat.
Kadang, pada awalnya penderita tidak sadar mengalami PJK karena nyeri yang
dirasakan hanya sebentar
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Degenerasi merupakan suatu perubahan keadaan secara fisika dan kimia dalam sel,
jaringan atau organ yang bersifat menurunkan efisiensinya.
Gangguan fungsi bisa bersifat reversible ataupun ireversibel sel tergantung dari
mekanisme adaptasi sel. Cedera reversibel disebut juga cedera subletal dan cedera ireversibel
disebut juga cedera letal.
Jejas sel merupakan keadaan dimana sel beradaptasi secara berlebih atau sebaliknya,
sel tidak memungkinkan untuk beradaptasi secara normal.
Penyakit degeneratif adalah penyakit yang menyebabkan terjadinya kerusakan atau
penghacuran terhadap jaringan atau organ tubuh. Misalnya diabetes militus tipe 2,
osteoporosis, dan lain sebagainya.
3.2 Saran
Degenerasi merupakan suatu bentuk kerusakan sel sebagai akibat dari adanya
kerusakan sel akut atau trauma, di mana kerusakan sel tersebut terjadi secara tidak terkontrol.
Oleh karena itu kita perlu memperhatikan makanan yang akan kita konsumsi, menjaga
aktivitas fisik serta selalu mengutamakan prilaku sehat agar tidak menyebabkan timbulnya
gejala-gejala degenerasi yang dapat merusak sel dan berpotensi menimbulkan masalah
kesehatan yang serius.
21
DAFTAR PUSTAKA
Janti S, Budi K, Andhy H, Bing D. 2003. Ilmu Patologi Buku Kedokteran. Jakarta : EGC.
http://www.kerjanya.net/faq/6648-penyakit-degeneratif.html
22