OLEH :
NO. BP : 1710423027
KELOMPOK : 5A
LABORATORIUM TEACHING II
JURUSAN BIOLOGI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2019
BAB I. PENDAHULUAN
Adapun alat yang digunakan untuk praktikum gamettogenesis ini adalah mikroskop,
object glass, cover glass, pinset mata dan tissue. Sedangkan bahan yang digunakan
untuk pratikum ini adalahtelur katak 0 jam setelah fertilisasi, 1 jam, 3.5 jam, 4.5 jam, 5.5
jam 6.5 jam, 7.5 jam, 16 jam, 21 jam, 36 jam dan 45 jam, dan formalin 4%.
Dilakukan proses pemijahan pada katak jantan dan betina, kemudian di cuplik telur ikan
tersebut setelah fertilisasi dengan rentang waktu 0 jam sampai 24 jam per 2 jam
kemudian diawetkan di dala larutan formalin 4%. Lalu, telur katak yang dicuplik diamati
di bawah mikroskop.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Sumber
(Sumber: Adnan,
2006)
3. 4.5 jam Blastulasi Sel aktif
membelah
hingga 128 sel,
terbentuk
rongga disebut
(Sumber: Adnan, blastocoel
2006)
Blastocoel,
(Salazar-Nicholls
and delPino,2015) Makromer/
endoderm
archenteron
,endoderm,
(Sumber: Salazar-
blastopore
Nicholls and del
Pino, 2015)
6. 7,5 jam Gastrulasi Terdapat
ectoderm,
mesoderm,
archenteron
(Sumber: Salazar-
,endoderm
Nicholls and del
Pino, 2015)
neural tube,
somite,
(Sumber:
notochord,
Ciptono, 2008)
endoderm,
archenteron
(Sumber:
Ciptono, 2008)
Pembelahan dimulai pada kutub anima dan secara perlahan menuju kutub vegetative dan
membagi dua sabit kelabu. Pembelahan kedua dimulai pada kutub anima, tegak lurus
dengan pembelahan pertama. Bidang pembelahan ketiga adalah horizontal, melintas
dekat kutub anima, dan membelah blastomer kecil ke arah hemisphere anima, dan 4
blastomer besar pada kutub vegetative. Pembelahan keempat adalah meridional
simultan, dan pembelahan kelima adalah equatorial (Adnan, 2008).
Gastrulasi dibentuk serangkaian gerakan sel, hasil berupa tiga lapisan embrional
yaitu ectoderm, mesoderm, dan endoderm. Sel-sel di permukaan akan berpindah ke
dalam blastula. Pelekukan terjadi di batasan mikromer dan makromer, selanjutnya
menjadi bibir dorsal blastoporus (tahapan menuju awal gastrula) dan invaginasi sel-sel
ke dalam (Ciptono, 2008).
Telur katak (amphibi) memiliki karakteristik yang khas yaitu diselaputi oleh
membran vitelline dan satu atau lebih lapisan lendir (jelly) (Ciptono, 2008). Pada telur
katak yang belum dibuahi akan terlihat bagian sebagai berikut:
Polus animalis atau kutub animal, berwarna hitam, merupakan kutub telur yang
miskin yolk.
Polus vegetativus atau kutub vegetal, berwarna putih kelabu, merupakan kutub
telur yang kaya yolk
Lapisan membran vitelin dan lapisan lendir (jelly) membentuk struktur kapsul
telur yang berfungsi melindungi telur dan memberikan dukungan bagi telur. Lapisan
jelly (lendir) ini akan mengembang jika terdapat dalam air, membuat volumenya
membesar sehingga embrio di dalamnya terlindungi. Lapisan jelly ini akan mudah
mengering jika tidak terdapat di air sehingga telur katak selalu diletakkan dalam air.
Setelah fertilisasi, zigot akan membelah. Katak memiliki tipe pembelahan
holoblastis anequal. Apabila terjadi pembelahan equatorial dikutub vegetal, akan
terbentuk sel anakan yang tidak sama besar yaitu sel makromer (sel berukuran besar)
dan sel mikromer (sel berukuran kecil). Gray crescent terbagi menjadi 2 bagian
membentuk blastomer yang bilateral simetris. Jika telur katak dibuahi (fertilisasi) oleh
sperma, akan terbentuk zigot. Setelah fertilisasi maka lapisan lendir (agar-agar) akan
membengkak dan tidak dapat lagi ditembus oleh sperma (Yatim. 1990).
Pembelahan pertama akan terjadi melalui tengah gray crescent dan pembelahan ini
akan terhambat pada daerah yang mengandung yolk. Gray crescent terbagi menjadi 2
bagian yang sama besar yaitu membentuk blastomer yang bilateral simetris. Dua
blastomer yang terbentuk, memiliki bagian polus animalis dan polus vegetatipus.
Pigmen berada pada polus animalis. Ooplasma di bagian porus animal homogen karena
adanya vitelitas yang banyak.
Bidang equator serat gelendong tipe pembelahan selalu di pertengahan dan tegak
lurus pada porus sel induk. Apabila berlanjut akan melalui bidang makromer tingkat 4
sel ke dua blastomer tidak bergrey crescent. Terdapat 2 blastomer di bidang pembelahan
I. Pigmen di kutub anima. Bagian embrio setelah pembelahan II meliputi kutub anima
berpigmen hitam, kutub vegetative tidak berpigmen, 4 sel blastomer. Akan terbentuk
zigot dengan kenampakan bulat dan pecah-pecah (Adnan, 2008).
Satu jam dari pembelahan pertama dalam telur katak, pembelahan ke dua juga
dimulai pada kutub anima, tegak lurus pembelahan pertama (Adnan, 2008). Bagian-
bagian embrio setelah pembelahan II meliputi kutub anima berpigmen hitam, kutub
vegetatif tidak berpigmen, 4 sel blastomer. Ciri pada tingkat 4 sel yaitu: Alur
pembelahan di bagian polus animalis dan polus vegetativus. Empat sel yang terbentuk
kemudian secara serempak membelah lagi dalam bidang horizontal. Bidang ini terletak
lebih dekat dengan kutub animal daripada kutub vegetal, sehingga akibatnya sel-sel
kutub hewan lebih kecil daripada sel-sel yang berisi kuning telur pada kutub vegetal.
Bagian kutub vegetal yang berisi kuning telur terdapat dalam jumlah yang lebih sedikit
atau membelah lebih sedikit (Gadjahnata, 1989).
Makromer yaitu bagian pembelahan di kutub vegetal yang terdiri dari sedikit sel
namun berukuran besar, dan mikromer terdapat pada kutub animal yang selnya
berukuran kecil berjumlah banyak. Selain itu, juga terdapat intercellular cavity pada
morulla yaitu calon blastocoels yang terdapat dalam fase blastula (Ciptono, 2008).
Setelah mengalami beberapa kali pembelahan ditemukan stadium morula yang
berongga, dimana sel-sel pada kutub anima akan lebih besar dari pada sel-sel pada kutub
vegetatif. Sel yang kecil disebut mikromer dan yang menengah mesomer. Hasil
pembelahan akan terbentuk rongga-rongga (segmentasi cavity) dan perluasan
pembelahan sel-sel (epiboli). Namun, pembelahan sel-sel masih berjalan lambat karena
adanya vitelus. Yang perlu diperhatikan, sel-sel yang mengalami pembelahan hanyalah
yang ada di kutub animal (Sugiyarto, 1996)
Pembelahan ini dihasilkan 4 sel dimana masih dijumpai blastomer dari bidang
pembelahan 1, terdapat 2 blastomer. Kedua blastomere pada tingkat pembelahan ini
tidak mengandung belahan gray crescent Terjadi pembelahan sel yang lebih kecil,
pigmen pada porus anima merupakan tingkat selanjutnya dari perkembangan 2 sel.
Ooplasma dibagian porus anima homogen sedangkan dibagian porus vegetatif tidak
homogen jarena adanya vitelis yang banyak. Bidang equator serat gelendong tipe
pembelahan selalu terletak di pertengahan dan tegak lurus pada porus sel induk. Apabila
pembelahan sel ini nantinya berlanjut, maka akan melalui bidang yang disebut
makromer pada tingkat 4 sel, ke dua blastomer tidak mengandung grey crescent. Masih
terdapat 2 blastomer di antara bidang pembelahan I. Pigmen masih tetap berada di kutub
anima. (Sudarwati, 1993).
Neurulasi adalah proses penempatan jaringan yang akan tumbuh menjadi saraf,
jaringan ini berasal dari diferensiasi ectoderm, sehingga disebut neural ectoderm.
Sebagai inducer pada proses neurulasi adalah chorda mesoderm yang terletak di bawah
neural ectoderm. Neurulasi sering juga disebut dengan proses awal pembentukan sistem
saraf yang melibatkan perubahan sel-sel ektoderm bakal neural, dimulai dengan
pembentukan keping neural (neural plate), lipatan neural (neural folds) serta penutupan
lipatan ini untuk membentuk neural tube, yang terbenam dalam dinding tubuh dan
berdesiferensiasi menjadi otak dan korda spinalis dan berakhir dengan terbentuknya
bumbung neural atau neural tube. Setelah tahap gastrulasi adalah pembentukan neurula.
Stadium ini dimulai dari terbentuknya penebalan ectoderm neural di bagian dorsal
disebut keeping neural (neural plate). Perkembangan selanjutnya menjadi lekuk neural
dan perubahan menjadi bumbung neural (neural tube) (Tenser, 2005).
Pembentukan bermacam-macam organ terjadi setelah neuralasi. Stadium lanjut
dari luar terlihat adanya pemanjangan tubuh embrio dan terbentuknya tunas ekor.
Stadium ini juga terbentuk sistem pencernaan, indera, sistem vaskuler, dan sistem
ekskresi (Adnan, 2008). Pembelahan ini tidak terjadi pertumbuhan organisme namun
terjadi penambahan massa sel disebut morula. Pada fase ini berfungsi sebagai cadangan
makanan bagi calon organisme. Tahap morula merupakan tahap perkembangan 32 sel,
dimana bidang pembelahannya sudah tidak teratur lagi mendekati latitudinal.
Pertumbuhan terhambat di daerah yang mengandung yolk, dimana terjadi pembelahan
latorial yang terletak lebih dekat ke kutub anima. Tahapan pembelahan, kutub anima
terdiri dari 2 lapisan yaitu luar (mengandung banyak pigmen) dan dalam (sel-sel
reroblast). Kecepatan blastomer membelah berbeda-beda, tergantung pada jumlah dan
penyebaran kuning telur di dalam sitoplasma. Pembelahan berikutnya adalah sel-sel
hitam membelah menjadi mikromer sehingga blastomer semakin mengecil. Di antara
kutub vegetatif dan kutub anima terdapat mesomer. Selama morulasi, zona pelusida tetap
utuh, berfungsi sebagai pemersatu blastomer. Terjadi pengkutuban sejumlah 32 sel,
dimana pengkutuban berlangsung progresif geometris (12-8-16-32).
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapatkan dari praktikum ini yaitu:
1. Perkembangan katak terbagi menjadi tahap pembelahan, tahap blastulasi yang
dicirikan terdapat blastocoel, tahap gastrulasi yang diawali dengan pembentukan
bibir dorsal blastoporus dan diakhiri dengan terbentuknya tiga lapisan germinal,
tahap neurulasi dan diakhiri dengan tahap tunas ekor.
2. Tipe sel telur amfibi adalah telolecithal yang berarti yolknya banyak dan tersebar
tidak merata sehingga berkumpul pada salah satu kutub.
3. Tipe pembelahan sel telur pada amfibi holoblastik tidak sempurna/unequal yang
artinya sel yang membelah/blastomer tidak sama besar atau dominan pada satu
kutub, sehingga blastomer terbagi menjadi makromer (dominan) dan mikromer.
Bidang pembelahan embrio katak meliputi bidang pembelahan meridional dan
horizontal.
5.2 Saran
Selama melakukan praktikum ini lebih baik lagi jika setiap proses pembelahan dapat
direkam secara keseluruhan hingga telur setelah menetas, sehingga dapat diamati lebih
detail terhadap embriogenesis yang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Dagala, Ned Arnnie. 2015. A Study of Frog Embryo. Department of Biological Sciences,
Institute of Arts and Sciences, Far Eastern University, Nicanor Reyes Sr.,
Manila.(Online), (DOI: 10.13140/RG.2.1.3696.9121), diakses 8 April 2019
Frandson. 1992. Anatomi Dan Fisiologi Tenak Edisi IV. Yogyakarta: Gajah
Madha University Press
Puja, I K., Suatha, I K., Heryani, S.S., Susari, N.N. W., Setiasih, N. L.E.,2010.
Embryologi Modern. Udayana University Press. Denpasar
Sukro, Y. 2000. Wawasan Ilmu Pengetahuan Embrio- Benih Masa Depan. Jakarta:
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi DEPDIKNAS.
Tenser, Amy. 2005. Bahan Ajar: Struktur Hewan II. Malang : Dirjen Dikti.