1 Andi Nuzul Jumhari Katarak Senilis
1 Andi Nuzul Jumhari Katarak Senilis
Oleh:
Andi Nuzul Jumhari
C111 13 501
Pembimbing :
dr. Dewi Nugrahwati Putri
Supervisor
Dr. dr. Habibah S. Muhiddin, Sp.M(K)
Yang bertanda tangan di bawah ini, menerangkan bahwa laporan kasus dan referat
dengan judul oculus dextra et sinistra katarak senilis matur, yang disusun oleh:
Nama : Andi Nuzul Jumhari
NIM : C111 13 501
Asal Institusi : Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
ii
DAFTAR ISI
3
BAB 1
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. SJ
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 58 tahun (31-12-1960)
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Enrekang / Indonesia
No. Register Pasien : 116282
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Enrekang
Tanggal Pemeriksaan : 18 Maret 2019
Pemeriksa : dr. IN
Rumah Sakit : Poliklinik Mata RSP UNHAS ( Poli Lensa)
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Penglihatan kabur pada kedua mata
Anamnesis Terpimpin : Dialami sejak kurang lebih 5 bulan yang lalu.
Awalnya, penglihatan kedua mata kabur dan pasien masih bisa beraktifitas
sendiri, namun secara perlahan pandangan pasien makin memburuk 1 bulan
terakhir, pandangan kabur dirasakan saat melihat jauh maupun dekat.
Pandangan kabur seperti terhalang kabut. Riwayat silau, mata merah, nyeri,
kotoran mata berlebih dan berair tidak ada. Riwayat nyeri kepala tidak ada.
4
Riwayat hipertensi ada, namun pasien tidak mengonsumsi obat secara
teratur
Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama tidak ada
Riwayat merokok tidak ada
Riwayat mengonsumsi alkohol tidak ada
Riwayat Pengobatan
Riwayat pengobatan tidak ada.
5
Oculus Dextra
Oculus Sinistra
V. PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI
A. Inspeksi
Pemeriksaan OD OS
Palpebra Edema (-) Edema (-)
Apparatus lakrimalis Lakrimasi (-) Lakrimasi (-)
Silia Sekret (-) Sekret (-)
Konjungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Bola Mata Normal Normal
6
Mekanisme
muscular
B. Palpasi
Pemeriksaan OD OS
Tekanan Okular Tn Tn
Nyeri tekan (-) (-)
Massa Tumor (-) (-)
Glandula preaurikular Pembesaran (-) Pembesaran (-)
C. Tonometri
NCT : OD 12 mmHg
OS 14 mmHg
D. Visus
VOD : 1/300
VOS : 1/300
E. Sensitivitas Kornea
Dalam batas normal
F. Color Sense
Tidak dilakukan pemeriksaan.
7
G. Penyinaran Oblik
Pemeriksaan OD OS
Konjungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Kornea Jernih Jernih
BMD Normal Normal
Iris Coklat, kripte (+) Coklat, kripte (+)
Pupil Bulat, sentral, RC (+) Bulat, sentral, RC (+)
Lensa Keruh Keruh
H. Slit Lamp
SLOD : Palpebral udem (-), silia sekret (-), konjungtiva hiperemis (-),
kornea jernih,, BMD Van Herick : VH3-4, iris coklat, kripte ada, pupil
bulat sentral RC (+), lensa keruh tipe nuklear dengan tipe katarak grade
NO5NC5, Buratto grade IV
SLOS : Palpebral udem (-), silia sekret (-), konjungtiva hiperemis (-),
kornea jernih, BMD Van Herick : VH3-4, iris coklat, kripte ada, pupil
bulat sentral RC (+), lensa keruh tipe nuklear dengan tipe katarak grade
NO5NC5, Buratto grade IV
I. Funduskopi
FOD : Refleks fundus (-), karena tertutup kekeruhan lensa, detail lain
sulit dievaluasi
FOS : Refleks fundus (-), karena tertutup kekeruhan lensa, detail lain
sulit dievaluasi
J. Pemeriksaan Biometri
BIOMETRI OD OS
8
Rumus SRK / T SRK / T
Kedalaman BMD - -
Ketebalan Lensa - -
K. Pemeriksaan Keratometri
K1 OD : 42.75 / OS : 42.50
K2 OD : 43.12 / OS : 43.00
L. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan pada tanggal 13-02-2019
GDS : 101 mg/dl
HbsAg : Non reaktif
VI. RESUME
Dialami sejak kurang lebih 5 bulan yang lalu. Awalnya, penglihatan kedua
mata kabur dan pasien masih bisa beraktifitas sendiri, namun secara
perlahan pandangan pasien makin memburuk 1 bulan terakhir, pandangan
kabur dirasakan saat melihat jauh maupun dekat. Pandangan kabur seperti
terhalang kabut. Riwayat silau, mata merah, nyeri, kotoran mata berlebih
dan berair tidak ada. Riwayat nyeri kepala tidak ada. Riwayat Diabetes
Mellitus tidak ada. Riwayat Hipertensi ada, namun pasien tidak berobat
teratur.
9
didapatkan lensa keruh tipe kortikal dan nuklear NO5NC5, Buratto grade
IV. Pemeriksaan funduscopy sulit dinilai.
VII. DIAGNOSIS
Oculus Dekstra et Sinistra Katarak Senil Matur
VIII. PENATALAKSANAAN
Rencana tindakan oculus dextra et sinistra ektraksi katarak dengan
phacoemulsification + IOL
IX. PROGNOSIS
Qua ad vitam : Bonam
Qua ad sanationem : Dubia ad Bonam
Qua ad visum : Dubia ad Bonam
Qua ad kosmeticum : Bonam
X. DISKUSI
10
mata hingga 1/300, yang artinya pasien hanya dapat melihat gerakan tangan.
Kekeruhan lensa yang sangat tebal juga menghasilkan interpretasi
pemeriksaan funduskopi indirek dengan refleks fundus negatif, karena
cahaya dari fundus tidak dapat menembus lensa dan menghasilkan
pemeriksaan lainnya sulit dievaluasi. Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan
fisis, serta penunjang pasien didiagnosis Katarak Senilis Matur karena
kekeruhan pada lensa sudah mencapai korteks dan warna lensa seperti
Mutiara.
11
12
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
I. PENDAHULUAN
Katarak merupakan suatu keadaan dimana terjadi penurunan kejernihan
pada lensa yang menyebabkan kelemahan atau penurunan daya penglihatan.
Katarak berasal dari Bahasa Yunani yaitu Kataarhakies yang berarti air
terjun karena dahulu diperkirakan katarak terjadi akibat adanya cairan yang
membeku yang berasal dari otak kemudian mengalir ke depan lensa.1
Katarak senil biasa juga disebut sebagai “ age-related cataract”, katarak
ini biasanya ditemukan pada usia di atas 50 tahun. Pada usia 70 tahun 90%
individu mengalami katarak senil. Secara morfologi, katarak senil terdiri
dari dua bentuk, yaitu kortikal (katarak lembek atau lunak) dan nuklear (
katarak keras).2
Sebagian besar katarak tidak terlihat pada pengamatan sepintas sampai
lensanya menjadi cukup keruh untuk menyebabkan gangguan penglihatan
yang berat. Dengan semakin keruhnya lensa, fundus okuli akan semakin
sulit untuk dilihat, sampai akhirnya reflex fundus menjadi hilang sama
sekali, katarak telah matur.3
II. EPIDEMIOLOGI
Banyak penelitian yang dilakukan di berbagai negara berhubungan
dengan angka kejadian kebutaan dan penurunan visus pada penderita
katarak. Menurut World Health Organization 45% penyebab dari kebutaan
adalah katarak dan sekitar 20 juta orang di dunia mengalami kebutaan akibat
katarak.4
Di Indonesia, katarak merupakan penyebab utama kebutaan, dimana
prevalensi buta katarak 0,78 % dari 1,5 % menurut hasil survey pada tahun
1996. Menurut National Health and Nutrion Examination Survey
(NHANES), prevalensi katarak senil menunjukkan hasil 27,6 % pada usia
65-75 tahun.5
13
Patut diduga bahwa peningkatan jumlah kasus katarak ini berkaitan erat
dengan peningkatan umur harapan hidup penduduk Indonesia. Angka
harapan hidup periode 2005-2010 meningkat hingga usia 69,1 tahun di
banding periode 2000-2005 yang hanya sampai usia 66,2 tahun. Jumlah
katarak Indonesia saat ini berbanding lurus dengan jumlah penduduk usia
lanjut yang pada tahu 2000, yang diperkirakan sebesar 15,3 juta (7,4 dari
total penduduk). Jumlah ini cenderung akan bertambah besar dengan
peningkatan penduduk Indonesia.5
Sebagian besar kasus katarak 90 % merupakan katarak senil. 5 % dari
semua yang berusia 70 tahun dan 10 % yang berusia 80 tahun, individu
yang menderita katarak ingin melakukan tindakan pembedahan.1
14
Gambar 2.Struktur lensa.2
Struktur lensa:2
a. Kapsul lensa. Struktur tipis, transparan, membrane hialin mengelilingi
lensa dimana bagian anterior lebih tebal dibanding bagian posterior.
Kapsul lensa paling tebal pada region pre-equator (14µ) dan paling tipis
didaerah posterior (3µ).
b. Epitel anterior. Ini merupakan lapisan tunggal dari sel kuboid yang
terdapat pada bagian dalam kapsul anterior. Pada region ekuatorial sel ini
menjadi kolumner secara aktif membagi dan memanjang untuk
membentuk serat lensa yang baru sepanjang kehidupan. Tidak ada epitel
posterior karena sel ini digunakan untuk memenuhi kavitas rongga
sentral dari vesikel lensa sepanjang perkembangan lensa.
15
c. Serat lensa. Sel epitel memanjang untuk membentuk serat lensa yang
memiliki struktur bentuk yang kompleks. Serat lensa yang matur, adalah
sel yang telah kehilangan nukleusnya. Selama serat lensa dibentuk
sepanjang kehidupan, ini tersusun rapat sebagai nucleus dan korteks dari
lensa.
1. Nukleus. Ini adalah bagian sentral yang memuat serat yang tua. Ini
terdiri dari zona- zona yang berbeda yang terletak dibawah selama
proses perkembangan. Pada penyinaran slit lamp, dapat terlihat
sebagai zona yang diskontinu. Tergantung pada periode dari
perkembangan zona yang berbeda dari nucleus lensa ini terbagi
menjadi:
a. Nukleus embrionik. Ini adalah bagian terdalam dari nukleus yang
berhubungan dengan lensa pada masa gestasi 3 bulan pertama
.terdiri dari serat lensa primer yang dibentuk oleh pemanjangan
dari sel dinding posterior vesikel lensa.
b. Nukleus fetal. Berada disekitar nucleus embrionik dan berkaitan
dengan lensa pada 3 bulan pertama pada masa gestasi sampai
dengan kelahiran.
c. Nukleus infantil. Berkaitan dengan lensa dari kelahiran sampai
masa remaja.
d. Nukleus dewasa. Berhubungan dengan serat lensa yang terbentuk
setelah masa remaja sampai dengan kematian.
2. Korteks. Ini adalah bagian perifer yang terdiri dari serat lensa yang
masih muda.
d. Ligamentum suspensorium dari lensa (Zonula Zinni). Juga dikenal
dengan nama Zonula siliar. Terutama terdiri dari rangkaian serat yang
melintas dari badan siliar ke lensa. Menahan lensa pada posisinya dan
memungkinkan muskulus siliaris untuk dapat digunakan bergerak. Serat
ini tersusun dalam 3 kelompok:
1. Serat yang berasal dari pars plana dan bagian anterior dari orra serrata.
Berjalan ke anterior untuk berinsersi pada anterior dari ekuator.
16
2. Serat yang berasal dari bagian anterior pada prosessus siliaris melintasi
bagian posterior untuk berinsersi dengan ekuator bagian posterior.
3. Kelompok ketiga dari serat ini melintas dari puncak prosessus siliaris
secara langsung masuk ke dalam untuk berinsersi pada ekuator.
Metabolisme Lensa.
Suplai makanan dari lensa berasal dari proses difusi humor aquos. Ini
menyerupai suatu struktur jaringan dengan humor aquos sebagai substratnya
dan bola mata sebagai wadah yang menyediakan suatu suhu yang konstan.
Metabolisme dan proses biokimia yang lebih detail melibatkan proses
penuaan yang kompleks dan belum sepenuhnya dimengerti. Karena itu,
tidak memungkinkan untuk mempengaruhi perkembangan katarak dengan
pengobatan.1
Metabolisme dan pertumbuhan dari sel lensa adalah suatu pengaturandiri
sendiri (self regulating). Aktivitas metabolik terutama untuk pemeliharaan
kesatuan, transparansi dan fungsi optik dari lensa. Epitel dari lensa
membantu untuk menjaga keseimbangan ion dan membolehkan transportasi
nutrisi, mineral dan air pada lensa. Tipe transportasi ini diartikan sebagai
“system pump-leak” yang membuat transport aktif dari natrium, kalium,
kalsium dan asam amino dari humor aquos masuk ke dalam lensa sebagai
suatu proses difusi pasif sepanjang kapsul lensa posterior. Pemeliharaan
keseimbangan (homeostasis) adalah penting untuk kejernihan lensa dan ini
sangat berkaitan erat dengan keseimbangan cairan. Muatan air dari lensa
normalnya stabil dan dalam keadaan seimbang dengan humor akuos
disekitarnya. Muatan air dari lensa berkurang seiring dengan perjalanan
usia, dimana isi dari protein lensa yang insoluble (albuminoid) meningkat.
Lensa menjadi lebih keras, kurang elastis, dan kurang transparan. Suatu
penurunan dalam kejernihan lensa yang berkaitan dengan usia adalah
sesuatu yang tidak dapat dihindari sama halnya dengan pengerutan kulit dan
rambut putih. Gambaran klinik dari penurunan kejernihan muncul pada 95
17
% dari seluruh orang. Porsi bagian tengah atau nukleus dari lensa menjadi
sklerosis dan sedikit kekuningan seiring dengan perjalanan usia.1
Lensa kristalina adalah sebuah struktur yang menakjubkan pada kondisi
normalnya berfungsi memfokuskan gambar pada retina. Posisinya tepat
disebelah posterior iris dan disangga oleh serat zonula yang berasal dari
korpus siliaris. Serat-serat ini menyisip pada bagian ekuator kapsul
lensa.kapsul lensa adalah suatu membran basalis yang mengelilingi
substansia lensa. sel-sel epitel dekat ekuator lensa membelah sepanjang
hidup dan terus berdiferensiasi membentuk serat-serat lensa baru sehingga
serat-serat lensa yang tua dipampatkan pada nucleus sentral; serat-serat
muda, yang kurang padat disekeliling nucleus menyusun korteks lensa.
Karena lensa bersifat avaskuler dan tidak mempunyai persarafan, nutrisi
lensa didapat dari aquos humor. Metabolisme lensa terutama bersifat
anaerob akibat rendahnya kadar oksigen terlarut di dalam aquos.3
IV. ETIOLOGI
Katarak senil terutama karena suatu proses penuaan meskipun
etipatogenesisnya belum jelas, berbagai faktor yang dapat
menyebabkannya.2,8
1. Herediter. Ini memainkan peranan dalam insiden onset usia dan maturasi
dari katarak senil dalam berbagai famili yang berbeda.
2. Radiasi ultraviolet. Banyaknya paparan dari radiasi UV yang berasal dari
matahari telah menyebabkan onset dini dan maturasi dari katarak senil
dalam banyak studi epidemiologi.
3. Faktor diet. Kurangnya asupan protein, asam amino, vitamin (ribovlafin,
Vit E, Vit C) dan elemen esensial juga berperan pada onset dini dan
maturasi katarak senil.
4. Dehidrasi. Adanya keterkaitan dengan episode awal dari krisis dehidrasi
yang berat (karena diare, kolera, dan sebagainya) dan onset usia dan
maturasi katarak memberikan pengaruh.
18
5. Merokok. Merokok juga telah dilaporkan memberikan efek pada onset
usia katarak senil. Merokok menyebabkan akumulasi dari molekul
berpigmen -3 hydroxykynurine dan Chromophores, yang menyebabkan
kekuningan. Cyanates dalam rokok menyebabkan carbamylation dan
denaturasi protein.
V. PATOGENESIS
Katarak terkait usia paling sering ditemukan pada kelainan mata
yang menyebabkan gangguan pandangan. Patogenesis dari katarak
terkait usia multifactor dan belum sepenuhnya dimengerti. Berdasarkan
usia lensa, terjadi peningkatan berat dan ketebalan serta menurunnya
kemampuan akomodasi. Sebagai lapisan baru serat kortical berbentuk
konsentris, akibatnya nucleus dari lensa mengalami penekanan dan
pergeseran (nucleus sclerosis). Cristalisasi (protein lensa) adalah perubahan
yang terjadi akibat modifikasi kimia dan agregasi protein menjadi high-
molecular-weight-protein. Hasil dari agregasi protein secara tiba tiba
mengalami fluktuasi refraktif index pada lensa, cahaya yang menyebar,
penurunan pandangan. Modifiaksi kimia dari protein nucleus lensa juga
menghasilkan progressive pigmentasi. Perubahan lain pada katarak terkait
usia pada lensa termasuk menggambarkan konsentrasi glutatin dan
potassium dan meningkatnya konsentrasi sodium dan calcium.9
VI. KLASIFIKASI
Katarak dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat kematangannya,
untuk gunakan sebagai acuan menentukan tindakan bedah yang akan
dilakukan. Katarak juga diklasifikasikan berdasarkan morfologi,
berdasarkan keras dan tebalnya nukleus yang akan berpengaruh pada
tindakan pembedahan.10
19
Ada 3 tipe umum age-related cataract yaitu nuklear, kortikal, dan
subkapsular posterior. Pada banyak pasien, lebih dari satu tipe bisa
didapatkan.7
1. Katarak nuklear
Pada dekade ke empat kehidupan, produksi serat tekanan pada lensa
perifer menyebabkan pengerasakn keseluruhan lensa, terutama inti
(nukleus). Inti berubah warna menjadi coklat kekuningan (brunescent
katarak nuklir). Perubahan warna ini bervariasi dari coklat kekuningan
sehingga kehitaman pada seluruh lensa (black cataract). Oleh karena
meningkatnya daya bias lensa, katarak nuklear menyebabkan miopia
lentikuler dan menghasilkan dua titik fokal pada lensa serta
menghasilkan dipopia monokuler. Perkembangan katarak nuklear sangat
lambat. Oleh karena terjadinya miopia lentikuler, visus dekat (tanpa
kacamata) tetapi baik untuk jangka waktu yang lama.7,10
20
penderita seakan-akan mendapatkan kekuatan baru untuk melihat dekat
pada usia yang bertambah.7,10
21
Gambar 5. Katarak Subkapsular posterior7
22
Gambar 6. Katarak Senil Imatur7
3. Katarak matur
Pada stadium ini kekeruhan lensa menjadi kompllit, seluruh bagian lensa
telah terlibat sehingga warna lensa menjadi seperti warna mutiara. Bila
proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air
bersama-sama hasil desintegritas melalui kapsul. Di dalam stadium ini
lensa akan berukuran normal kembali. Sehingga iris tidak terdorong ke
depan dan bilik mata depan akan mempunyai kedalaman normal kembali.
Kadang pada stadium ini terlihat lensa berwarna sangat putih akibat
perkapuran menyeluruh karena deposti kalsium. Bila dilakukan test
bayangan iris atau “shadow test” akan terlihat negatif.
4. Katarak hipermatur
Pada katarak hipermatur, kapsul anterior mengkerut karena kebocoran air
keluar dari lensa. Katarak hipermatur dapat terjadi dalam dua bentuk:
a) Katarak hipermatur morgagni: Lensa mengeriput dan berwarna
kuning. Akibat pengeriputan lensa dan mencairnya korteks nukleus
lensa tenggelam ke arah bawah. Pada beberapa pasien, setelah terjadi
23
maturitas keseluruhan korteks mencair dan lensa berubah menjadi
kantong berisi cairan seperti susu.
b) Katarak hipermatur tipe sklerotik. Kadang-kadang setelah maturitas
terjadi, korteks menjadi mengkerut dan mengeras karena proliferasi
dari sel anterior dan suatu kapsul katarak yang berdensitas putih akan
terbentuk di daerah pupil. Karena mengkerutnya lensa, bilik mata
depan menjadi dalam dan iris bergetas (iridodonesis).
24
Gambar 9. Lens Opacities Classification System (LOCS) III transparancies11
Katarak Kongenital
Kekeruhan lensa kongenital sering terjadi dan sering tidak
bermakna secara visual. Kekeruhan parsial atau kekeruhan di luar
sumbu penglihatan-atau tidak cukup padat untuk mengganggu
transmisi cahaya-tidak memerlukan terapi selain observasi untuk
menilai progresivitasnya. Katarak kognenital sentral yang padat
memerlukan tindakan bedah. 6
Katarak kongenital yang menyebabkan gangguan penglihatan yang
bermakna harus dideteksi secara dini, sebaiknya di ruang bayi baru
lahir oleh dokter anak atau dokter keluarga. Katarak putih yang padat
25
dan besar bisa tampak sebagai leukokoria, yang dapat dilihat oleh
orangtuanya; namun, banyak katarak padat yang tidak terlihat oleh
orang tua. Katarak infantilis unilateral yang padat, terletak di tengah,
dan garis tengahnya lebih besar 2 mm akan menimbulkan ambliopia
deprivasi permanen bila tidak diterapi dalam 2 bulan pertama
kehidupan sehingga memerlukan tindakan bedah sesegera mungkin.
Bahkan setelah itu diperlukan perhatian khusus untuk menghindari
terjadinya ambliopia kan anisometropia pascaoperasi. Katarak
bilateral simetrik (kanan-kiri sama padatnya) mungkin memerlukan
penatalaksanaan yang tidak terlalu segera. Namun, bisa terjadi
ambliopia deprivasi bilateral bila penanganan terus ditunda tanpa
kejelasan. Apabila dilakukan pembedahan, jarak waktu antara
pembedahan mata yang satu dengan mata yang lain haruslah sedekat
mungkin. 6
Katarak Didapat
Katarak didapat tidak terlalu memerlukakan penanganan segera
(untuk mencegah ambliopia), seperti pada katarak infantilis karena
usia anak sudah lebih tua dan sistem penglihatannya sudah lebih
matang. Penilaian bedah didasarkan atas lokasi, ukuran, dan
kepadatan katarak, tetapi hasil suatu periode pengamatan dan uji
ketajaman penglihatan subjektif dapat menjadi bagian dari proses
26
pengambilan kepututsan. Karena katarak unilateral pada nak tidak
akan menimbulkan gejala atau tanda yang selalu diketahui oleh
orangtuanya, program-program pemeriksaan skrining penting untuk
menemukan kasus-kasus tersebut. 6
Katarak traumatik
Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh trauma benda
asing pada lensa atau trauma utmpul pada bola mata. Peluru senapan
angin dan petasan merupakan penyebab yang sering; penyebab lain
yang lebih jarang adalah anak panah, batu, kontusio, pajanan berlebih
terhadap panas (“glassblower’s cataract”) dan radiasi pengion. Di
dunia industri, tindakan pengamanan terbaik adalah sepasang
kacamata pelindung yang bermutu baik.6
Lensa menjadi putih segera setelah masuknya benda asing karena
lubang pada kapsusl lensa menyebabkan humor aqueus dan kadang-
kadang vitreus masuk ke dalam struktur lensa. Pasien sering kali
adalah seorang pekerja industri yang pekerjaannya memukulkan baja
ke baja lain. Sebagai contoh, potongan kecil palu baja dapat
menembus kornea dan lensa dengan kecepatan yang sangat tinggi lalu
tersangkut di vitreus atau retina. 6
27
Katarak metabolic
a. Senilis cataract in diabetic : katarak yang muncul pada usia tua dan
bersifat progresif
28
yang terlihat. Hal ini dapat di tes dengan cahaya senter saat
pemeriksaan oftalmologi.5
c. Glare
Glare merupakan suatu gejala yang juga sering timbul. Pasien
mengeluh tidak dapat melihat dengan jelas pada cahaya yang terang
dan bahkan mungkin harus menggunakan kacamata gelap. Glare
merupakan suatu keadaan dimana terjadi penurunan pengliahatan
yang signifikan ketika terpapar pada sumber cahaya yang cukup
terang. Cahaya yang masuk ke mata tersebar oleh karena lensa yang
keruh sehingga cahaya tidak fokus pada retina.5
d. Pada kasus yang jarang yaitu pada katarak hipermatur, dimana lensa
menjadi besar dan menimbulkan secondary glaukoma dan nyeri pada
mata.5
2. Tanda
a. Penurunan tajam penglihatan
Penurunan tajam penglihatan merupakan tanda awal terbentuknya
katarak, namun pada beberapa kasus, pasien tetap dapat melihat
dengan jelas meskipun dengan lensa yang keruh. Tajam penglihatan
ini dapat diukur menggunakan snellen chart.5
b. Oftalmoskopi
Pada pemeriksaan awal, katarak dapat dilihat melalui pupil dengan
jarak 50 cm dan red reflex terlihat dengan sangat jelas. Red reflex
merupakan refleksi cahaya dari fundus. Kekeruhan pada lensa sering
terlihat sebagai black spokes terhadap red reflex. Lebih baik untuk
mendilatasikan pupil sebelumnya atau setidaknya pemeriksaan
dilakukan pada ruangan yang gelap. Kekeruhan lensa yang tipikal
pada katarak age-related yaitu wedge shaped dan berada pada bagian
tengah pupil. Central nucleus pada lensa juga dapat tampak
berwarna cokelat kekuningan yang biasa disebut lens sclerosis.5
29
c. Slit—lamp microscopy
Bentuk katarak yang lebih detail dapat terlihat dengan menggunakan
slit-lamp. Adanya vesikel yang kecil dibawah kapsul lensa anterior
dapat menjadi tanda sebagai tahap awal dari katarak senilis. Katarak
sekunder akibat uveitis atau obat dapat terlihat kekeruhan pada regio
subcapsular posterior. Kekeruhan pada lensa sangat beragam dengan
berbagai bentuk dan ukuran.5
VIII. TERAPI
Tidak ada obat-obatan yang efektif terhadap penanganan katarak.
Penaganannya adalah dengan pembedahan.12
Indikasi untuk operasi katarak
Apakah dengan operasi atau tidak terutama bergantung pada efek katarak
pada penglihatan pasien.Beberapa tahun yang lalu, dokter bedah menunggu
sampai katarak menjadi matur atau matang (ketika isinya menjadi cair)
karena ini membuat aspirasi dari isi lensa menjadi lebih mudah. Dengan
kemajuan dalam mikro surgery sekarang tidak lagi menunggu lama untuk
katarak menjadi matur dan pembedahan katarak dapat dilaksanakan pada
berbagai stadium dengan resiko yang minimal.8
1. Meningkatkan ketajaman penglihatan.
Adalah indikasi yang paling sering untuk operasi katarak, walaupun
kebutuhan dari orang ke orang berbeda. Operasi di indikasikan hanya
jika dan ketika katarak berkembang ke level yang cukup untuk
menyebabkan kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
2. Indikasi medis.
Adalah suatu keadaan dimana katarak menyebabkan gangguan
kesehatan yang merugikan pada mata.Contohnya glaukoma fakolitik
atau glaukoma fakomorfik. Operasi katarak untuk meningkatkan
kejernihan dari media penglihatan yang dibutuhkan dalam konteks
proses patologi pada fundus (contoh: retinopati diabetik) yang
membutuhkan pengawasan atau penanganan dengan laser fotokuagulasi.
30
3. Indikasi kosmetik.
Jarang dilakukan, seperti ketika katarak dalam keadaan matur. Dimana
kebutaan dihilangkan untuk mengembalikan pupil yang hitam.
31
Gambar 11. Teknik operasi ICCE + implantasi IOL pada bilik mata
depan.A. Jahitan pada muskulus rektus superior; B. Flap
konjungtiva; C. Membuat alur; D. Memotong bagian kornea-skleral;
E. Iridektomi peripheral; F. Ekstraksi kriolens;G&H. insersi IOL
Kelman multiflex pada bilik mata depan; I. Jahit kornea-skleral.2
32
Gambar 12.Teknik operasi ECCE + implantasi IOL pada bilik mata
belakang.A. Kapsulotomi anterior dengan teknik Can-opener; B.
Pengeluaran kapsul anterior; C. Memotong bagian kornea-skleral; D.
Pengeluaran nukleus (metode pressure and counter-pressure); E.
Aspirasi korteks; F. Insersi inferior haptic IOL pada bilik mata
belakang; G. Insersi PCIOL superior haptic; H. Putar IOL; I. Jahit
kornea-skleral.2
33
Gambar 13. Teknik operasi SICS.A. Jahit muskulus rectus
superior; B. Flap konjungtiva dan buka sclera; C,D&E. Insisi sclera
eksterna dan membuat insisi terowong; F. terowong sclerakornea
dengan pisau berbentuk bulan sabit; G. Insisi kornea interna; H.
Side port entry; I. CCC besar; J. Hydrodissection; K. Prolapsus
nukleus pada bilik mata depan; L. Irigasi nukleus dengan wire
vectis; M. Aspirasi korteks; N. Insersi inferior haptic IOL pada
bilik mata depan; O. Insersi superior haptic PCIOL; P. Putar IOL;
Q. Reposisi dan konjungtival flap.2
34
untuk memasukkan lensa intraokuler yang dapat dilihat. Jika digunakan
lensa intraokuler yang kaku, insisi perlu dilebarkan sekitar 5 mm.
keuntungan yang dapat diperoleh dari tindakan bedah insisi kecil adalah
kondisi intraoperasi lebih terkendali, menghindari penjahitan, perbaikan
luka lebih cepat dengan derajat distorsi kornea lebih rendah dan
mengurangi peradangan intra okuler pasca operasi.3,4
35
3. Lensa intra okuler bilik mata belakang (Posterior Chamber IOL)
dimasukkan dibelakang iris. Lensa ini dipertahankan oleh sulcus siliaris
atau pada bagian dari kapsul.
Indikasi implantasi IOL. Tren terbaru pada operasi katarak adalah untuk
melakukan implantasi IOL pada setiap kasus, jika tidak ada
kontraindikasi.
IX. KOMPLIKASI
a. Komplikasi dari terbentuknya katarak
Selain hilangnya penglihatan, komplikasi utama dari katarak yaitu
timbulnya glaukoma. Terdapat 2 jenis glaukoma yang dapat timbul yaitu
phacomorphic glaucoma dan phacolytic glaucoma.
1. Phacomorphic glaucoma
Akibat proses penuaan serta adanya perubahan osmotik serta fibers
yang tidak dapat di deskuamasi, lensa akan mengalami perubahan
dimana ukuran dimensi anteroposterior akan membesar dan dengan
bentuk yang lebih sferis. Hal ini dapat menyebabkan bilik mata
depan menjadi dangkal dan meningkatnya resiko pupil block akibat
ukuran lensa yang membesar. Katarak ini disebut phacomorphic
glaucoma karena adanya perubahan bentuk atau morfologi yang
menyebabkan timbulnya glaukoma.8
2. Phacolytic glaucoma
36
Seiring dengan proses penuaan, cortical lens fibers menjadi tidak
terintegrsi dan menjadi lebih cair. Protein lensa dapat keluar melalui
kapsul lensa yang intak. Protein yang keluar akan di ingesti oleh
makrofag, yang kemudian makrofag ini terakumulasi dan
menyumbat trabecular meshwork dan mengganggu aliran humor
aquoeus. Glaukoma jenis ini disebut phacolytic glaucoma.8
b. Komplikasi akibat operasi katarak
1. Selama proses operasi
Extracapsular lens extraction yang diganti dengan plastic intraocular
lens merupakan jenis operasi yang paling sering dilakukan. Pada
anterior capsulotomy, zonula dapat terkena dan menyebabkan
lemahnya support pada kapsul yang tersisa. Sedangkan pada removal
cortex dan nucleus dapat terjadi equatorial and posterior zonular
disinsertion akibat manuver instrumen pada kapsul.8
2. Post operative
Komplikasi yang paling umum timbul post operasi yaitu kekeruhan
pada kapsul posterior. Endocapsular hematom juga telah dilaporkan
sebagai komplikasi post operasi serta dapat timbul endoftalmitis.8
X. PROGNOSIS
Dengan tehnik bedah yang mutakhir, komplikasi atau penyulit
menjadi sangat jarang. Hasil pembedahan yang baik dapat mencapai 95%.
Pada bedah katarak resiko ini kecil dan jarang terjadi. Keberhasilan tanpa
komplikasi pada pembedahan dengan ECCE atau fakoemulsifikasi
menjanjikan prognosis dalam penglihatan dapat meningkat hingga 2
garis pada pemeriksaan dengan menggunakan snellen chart.9
37
DAFTAR PUSTAKA
1. Lang GK. Lens. Ophthalmology: A Pocket Textbook Atlas. 2nd Ed. ed. New
York: Thieme Stuttgart; 2006. p. 169-98.
2. Khurana AK, editor. Comprehensive Ophthalmology. In: Diseases of the lens.
4th Edition. New Delhi: New Age International; 2007.p.167-201.
3. Riordan P, Witcher J. In: Vaughan & Asbury’s General Ophtalmology 16th
Edition. London: Lange; 2007.
4. American Academy of Ophthalmology. Lens and Cataract 2016-2017 Basic
and Clinical Course
5. Pujiyanto, T. Faktor-Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian
Katarak Senil. Tesis Magister. Semarang: Universitas Diponegoro;
2004.hal.1-15.
6. Eva PR, Whitcher JP. Oftalmologi Umum. Jakarta: EGC.
7. Illyas HS. Prof.dr., Yulianti SR dr. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FKUI. 2014
8. Galloway NR, Galloway PH, Browning AC, editors. Common Eye Disease
and Their management. 3rd Edition. London: Springer; 2006.p.80-90.
9. Vision 2020 The Right to Sight. World Health Organization. 2007.
10. Khalilullah, Said. Patologi dan Penatalaksanaan pada Katarak Senilis.
Desember 2010 [27 Februari 2018]. Available from:
http://padmanaba.web.id/file/patologi-pada-katarak1.pdf
11. Chylack LT, Wolfe JK, Singer DM, Leske MC, Bullimore MA, Bailey IL, et
al. The Lens Opacities Classification System III. Arch Ophthalmol.
1993;111(June 1993):831-6.
12. Olver J, Cassidy L. Cataract Assesment. In: Ophtalmology at a glance. India:
Blackwell science; 2005.p.72-77
38